Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KERJA KELOMPOK KESEHATAN

PROGRAM PROFESI NERS STIKES KARYA HUSADA KEDIRI


DI UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA
JOMBANG

OLEH KELOMPOK 1:
Diva Yunanda Rismawan 201806072
Lia Hindun Masnurin 201806042
Yeni Rahmawati 201806067
Irgia Hasna P 201806040
Tri Handi 201806089
Yanni Afi 201806069
Ida Bagus 201806036

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA KELOMPOK KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
DI UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA
JOMBANG

DISETUJUI
Hari : Jumat
Tanggal : 1 Maret 2019
Mengetahui
Ketua Kelompok

Diva Yunanda Rismawan


NPM 201806072

Pembimbing Kelompok PembimbingAkademik

Nasrum Minar Rohman,A.Md.Kep Ns. Didit D, S.Kep., M.Kep


NIP. 19800515 201412 1 003 NIDN:

Mengetahui,

Pembimbing Lahan
Kasi Bimbingan Sosial

Dra. Ennyzar Umi Ariani, MSi


NIP 19620226 198303 2 007
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada allah SWT, kami kelompok


gerontik Program Profesi Ners STIKES Karya Husada Kediri dapat
menyelesaikan laporan desiminasi awal praktek Gerontik di UPT Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Jombang. Dengan terselesaikannya laporan ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Firdaus Sulistijawan, S.Sos, M.PS,Sp selaku kepala UPT Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Jombang yang telah memberikan kesempatan dan
dukungan kepada kami untuk melaksanakan praktek gerontik di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang.
2. Bapak Nasrum Minar Rohman, Amd.Kep selaku pembimbing lahan di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang yang telah berkenan memberikan
bimbingan, fasilitas dan arahan secara sabar kepada kami.
3. Ibu Reni Yuli Astutik S.ST., M.keb selaku ketua STIKES Karya Husada
Kediri yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam kegiatan praktek
profesi departemen gerontik.
4. Ibu Farida Hayati, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Prodi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES Karya Husada Kediri yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam kegiatan praktek profesi departemen gerontik.
5. Ibu Ns. Didit D, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing akademis di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang yang telah memberikan bimbingan
dengan sabar kepada kami.
6. Seluruh dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan
kepada kami dengan sabar.
7. Semua staf UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang yang telah
memberikan bimbingan kepada kami.
8. Mbah kakung dan mbah putri di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha
Jombang yang telah mendukung kami selama kami melaksanakan praktek di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang.
9. Seluruh teman-teman kelompok atas kerjasamanya.
Kami menyadari bahwa laporan desiminasi awal praktek departemen
gerontik yang kami buat ini banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan
saran dan ktitik yang membangun demi sempurnanya laporan ini.

Jombang, 1 Maret 2019

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa sering kali dilihat dari
umur harapan hidup penduduknya. Demikian juga di Indonesia yang
merupakan salah satu 5ancer berkembang, dengan perkembangannya yang
cukup baik menyebabkan makin tinggi pula umur harapan hidup
masyarakat yang diproyeksikan dapat mencapai lebih dari 70 tahun pada
tahun 2017 (Darmojo, 2000). Meningkatnya jumlah lansia sebenarnya
adalah 5ancer55s yang menunjukkan semakin sehatnya penduduk
Indonesia karena usia harapan hidupnya meningkat, meskipun disisi lain
produktivitas mereka menurun.Proses penuaan penduduk tentunya
berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan
terutama kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi
organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun
karena penyakit. Lansia perlu menjaga kesehatannya dengan berolahraga,
menjaga asupan gizinya agar memiliki tubuh yang sehat, menjaga
kebersihannya dengan mencuci tangan,dan fleksibilitas tubuh baik dan
tidak ketergantungan bantuan orang lain untuk mengerjakan keperluannya
sehari-hari.
Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling pentingdalam
pencegahan dan pengontrolan infeksi (Potter & Perry, 2005).Mencuci
tangan merupakan proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis
dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan cuci
tangan adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari
permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme (Tietjen, 2003
dalam Moestika ). Diare biasanya kuman ditransmisikan dari tangan yang
tidak bersih ke makanan.Kuman-kuman kemudian memapar ke person
yang makanan tersebut. Hal ini bisa diegah dengan selalu mencuci tangan
setelah menggunakan toilet dan sebelum menyiapkan makanan (
Darmiatun, 2013). Mencuci tangan juga dapat menghilangkan sejumlah
besar virus yang menjadi penyebab berbagai penyakit, terutama penyakit
yang menyerang saluran cerna, seperti diare dan saluran nafas seperti
influenza. Hampir semua orang mengerti pentingnya mencuci tangan
pakai sabun, namun masih banyak yang tidak membiasakan diri untuk
melakukan dengan benar pada saat yang penting ( Umar, 2009 dalam
Mirzal ). Sebagian masyarakat mengetahui akan pentingya mencuci
tangan, namun dalam kenyataanya masih sangat sedikit ( hanya 5% yang
tahubagaimana cara melakukanya dengan benar. Hal ini sangat penting
untuk di ajarkan pada masyarakat khususnya lansia agar bisa mencegah
terjadinya penyakit ( Siswanto, 2009 dalam Zuraidah ).

Masalah kesejahteraan jasmani juga sering ditemui pada lansia


yaitu nyeri persendian. Nyeri merupakan suatu keadaan yang pernah
dialami oleh seseorang. Kondisi ini dipengaruhi oleh bagaimana individu
tersebut berespon terhadap nyeri, yang secara langsung berkaitan dengan
kecemasan individu tentang nyeri yang dialaminya. Nyeri sendi adalah
suatu peradangan sendi yang ditandai dengan pembengkakan sendi, warna
kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya gangguan gerak. Pada keadaan ini
lansia sangat terganggu, apabila lebih dari satu sendi yang terserang
(Santoso, 2009: dalam Suharjono,dkk, 2013).

Diketahui bahwa nyeri sendi diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh
dunia dan mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2004).
Prevalensi nyeri sendi juga terus meningkat secara dramatis mengikuti
pertambahan usia penderita. Berdasarkan temuan radiologis, didapati
bahwa 70% dari penderita yang berumur lebih dari 65 tahun menderita
nyeri sendi (Brooks, 2001). Prevalensi nyeri sendi pada penderita wanita
berumur 75 tahun ke atas dapat mencapai 35% dari jumlah kasus yang
ada. Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa STIKES Karya
Husada Kediri pada tanggal 12 Februari 2018 di Pelayanan Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Jombang di dapatkan dari hasil pengkajian dengan
sampel sebanyak 27 orang, didapatkan hasil dengan keluhan nyeri sendi
sebanyak 11 orang (41%).

Nyeri sendi memang bukan penyakit berbahaya, tetapi berdampak


langsung pada kualitas hidup penderitanya, akibat memburuknya rasa
nyeri sehingga menimbulkan disabilitas. Nyeri sendi memiliki efek
7ancer77 yang besar pada aktivitas serta kesehatan mental dan
fisik.Bahkan pada 2020, nyeri sendi ditaksir menjadi penyebab utama
keempat disabilitas dunia.Pada penderita nyeri sendi, mereka akan
kesulitan menggerakkan tubuhnya karena nyeri, dan apabila tidak
digerakkan lama kelamaan sendi akan lengkat dan benar-benar tidak bisa
digerakkan (kontraktur). Adanya keterbatasan pergerakan dan
berkurangnya pemakaian sendi dapat memperparah kondisi tersebut
(Tortora & Grabowski, 2003).Penurunan kemampuan 7ancer
7ancer77s77tis7 dapat menurunkan aktivitas fisik (physical activity),
kehidupan sehari-hari. Penurunan aktivitas kehidupan sehari-hari akan
mempengaruhi Quality of Life lansia. Bagi penderita nyeri sendi, ada
beberapa 7ancer77s fisik yang berhubungan dengan fungsi pergerakan,
yaitu endurance (daya tahan), muscle strength (kekuatan otot), gait speed
(kecepatan jalan) dan lingkup gerak sendi (LGS).

UPT PSTW Jombang merupakan unit pelayanan 7ancer lanjut usia


dimana terdapat 70 orang lansia. Hampir seluruh dari lansia belum
menjaga kesehatan. Sehingga kelompok kami merasa penting untuk
melakukan kegiatan pemeliharaan kesehatan lansia yaitu personal hygiene
dan penyuluhan mengenai nyeri sendi untuk membantu lansia dalam
pengetahuan penyakit nyeri sendi. Kemudian dilakukannya pengecekan
kadar asam urat yaang berguna untuk pengontrolan keabnormalitasan
kadar asam urat. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan kegiatan tersebut yang akan dilaksankan di PSTW Jombang.
1.2 Tujuan
1.3 Tujuan Umum
Dengan kegiatan ini diharapkan lansia dapat meningkatkan produktifitas,
kualitas hidup lansia, meningkatkan kesejahteraan hidup lansia.
1.3.1 Tujuan Khusus
1. Memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada lansia tentang
manfaat cuci tangan.
2. Melakukan penyuluhan asam urat kepada lansia.
3. Melakukan pengecekan kadar asam urat kepada lansia.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Lansia
1. Lansia mendapatkan manfaatmencuci tangan dengan metode yang
benar.
2. Lansia paham dan mengetahui penyebab nyeri asam urat dan
selanjutnya dapat diterapkan di panti.
3. Lansia mampu dan mengerti cara mengontrol kadar asam urat setelah
dilakukan pengecekan kadar asam urat.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup
lansia.
1.4.3 Bagi Mahasiswa
Dapat mengembangkan ilmu yang telah dimiliki sehingga mahasiswa
mampu mengaplikasikan dan mengembangkanmetode cuci tangan
menjadi hal yang bernilai manfaat positive bagi kesejahteraan lansia.
BAB 2

LANDASAN TEORI

A KONSEP LANSIA
1. Definisi Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU
No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,
2008:32).
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya
pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa
tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (Pasal 19 UU No. 23
Tahun 1992 tentang kesehatan) (Maryam dkk, 2008:31).
Usia lanjut dapat dikatakan usia emas karena tidak semua orang
dapat mencapai usia tersebut, maka orang berusia lanjut memerlukan
tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar
ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna
dan bahagia (Maryam dkk, 2008:32).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides, 1994). Ini merupakan proses yang terus-menerus
(berlanjut) secara alami. Ini dimulai sejak lahir dan umumnya dialami
pada semua makhluk hidup (Bandiyah, 2009:13).
Menjadi Tua (MENUA) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup
yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu 9ancer99,
toodler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini
dimulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013:6).
Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa
umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit,
akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang
berakhir dengan kematian (Padila, 2013:6).
2. Batasan umur lansia
1. Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut
usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun
b. Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) = antara 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun
2. Menurut Setyonegoro, dalam Padila (2013) :
a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
b. Usia dewasa penuh (medlle years) atau maturitas usia 25-60/65
tahun
c. Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :
1) Young old (usia 70-75)
2) Old (usia 75-80)
3) Very old (usia >80 tahun)
3. Menurut Bee (1996) dalam padila (2013), bahwa tahapan masa dewasa
adalah sebagai berikut :
a. Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)
b. Masa dewasa awal (usia 26-40 tahun)
c. Masa dewasa tengah (usia 41-65 tahun)
d. Masa dewasa lanjut (usia 66-75 tahun)
e. Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun)
Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas,
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia pada Bab1 Pasal 1 Ayat 2. Menurut Undang-Undang tersebut
di atas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas,
baik pria maupun wanita (Padila, 2013:4).
3. Perubahan–perubahan yang terjadi pada lanjut usia
1. Perubahan-perubahan fisik pada lansia menurut (Maryam, 2008:55) :
a. Sel
Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan
cairan intraseluler menurun.
b. Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah
menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh
darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer sehingga tekanan darah meningkat (Maryam, 2008:55).
c. Respirasi
Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas
paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas
lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan
batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus (Maryam,
2008:55).
d. Persarafan
Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta
lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang
berhubungan denganstress.Berkurang atau hilangnya lapisan
myelin akson, sehingga menyebabkan kurangnya respon motorik
dan reflek.
e. Muskuluskeletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk,
persendian membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, dan tendon
mengerut dan mengalami sklerosis (Maryam, 2008:56).
f. Gastrointestinal
Esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun dan
12ancer1212s1212 menurun sehingga daya 12ancer12 juga ikut
menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori
menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormone
dan enzim pencernaan (Maryam, 2008:56).
g. Pendengaran
Membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.
Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan (Maryam,
2008:56).
h. Penglihatan
Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun,
akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak.
i. Kulit
Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam
hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi
menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun,
kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti
tanduk (Maryam, 2008:57).

2. Perubahan Psikososial pada Lansia


Berdasarkan beberapa evidence based yang telah dilakukan terdapat
perubahan psikososial yang dapat terjadi pada lansia antara lain:
a. Kesepian
Septiningsih dan Na’imah (2012) menjelaskan dalam studinya
bahwa lansia rentan sekali mengalami kesepian. Kesepian yang
dialami dapat berupa kesepian emosional, situasional, kesepian
12ancer atau gabungan ketiga-tiganya. Berdasarkan penelitian
tersebut beberapa hal yang dapat memengaruhi perasaan kesepian
pada lansia diantaranya: a) merasa tidak adanya 12ancer kasih
12ancer yang diterima seperti dari suami atau istri, dan atau
anaknya; b) kehilangan integrasi secara 12ancer atau tidak
terintegrasi dalam suatu komunikasi seperti yang dapat diberikan
oleh sekumpulan teman, atau masyarakat di lingkungan sekitar.
Hal itu disebabkan karena tidak mengikuti pertemuan-pertemuan
yang dilakukan di kompleks hidupnya; c) mengalami perubahan
situasi, yaitu ditinggal wafat pasangan hidup (suami dan atau istri),
dan hidup sendirian karena anaknya tidak tinggal satu rumah.
b. Kecemasan Menghadapi Kematian
Ermawati dan Sudarji (2013) menyimpulkan dalam hasil
penelitiannya
bahwa terdapat 2 tipe lansia memandang kematian. Tipe pertama
lansia yang cemas ringan hingga sedang dalam menghadapi
kematian ternyata memiliki tingkat religiusitas yang cukup tinggi.
Sementara tipe yang kedua adalah lansia yang cemas berat
menghadapi kematian dikarenakan takut akan kematian itu sendiri,
takut mati karena banyak tujuan hidup yang belum tercapai, juga
merasa cemas karena sendirian dan tidak 13ancer1313 yang
menolong saat sekarat nantinya.
c. Depresi
Lansia merupakan agregat yang cenderung depresi. Menurut
Jayanti, Sedyowinarso, dan Madyaningrum (2008) beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya depresi lansia adalah:
a) jenis kelamin, dimana angka lansia perempuan lebih tinggi
terjadi depresi dibandingkan lansia laki-laki, hal tersebut
dikarenakan adanya perbedaan hormonal, perbedaan stressor
psikososial bagi wanita dan laki-laki, serta model perilaku
tentang keputusasaan yang dipelajari
b) status perkawinan, dimana lansia yang tidak menikah/tidak
pernah menikah lebih tinggi berisiko mengalami depresi, hal
tersebut dikarenakan orang lanjut usia yang berstatus tidak
kawin sering kehilangan dukungan yang cukup besar (dalam
hal ini dari orang terdekat yaitu pasangan) yang menyebabkan
suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan kesendirian
c) rendahnya dukungan 13ancer.
4. Penyakit yang sering diderita lansia
1. Penyakit persendian dan tulang, misalnya 14ancer1414s,
osteoporosis, 14ancer1414s1414tis
2. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia,
angina, cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK
3. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
4. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal
Ginjal Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia
5. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus,
obesitas
6. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
7. Penyakit Keganasan, misalnya; 14ancer1414s/ kanker
8. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer,
14ancer1414s, dsb

B CUCI TANGAN
1. Pengertian
Mencuci Tangan Cuci tangan adalah proses membuang kotoran
dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan
memakai sabun dan air. Tujuannya adalah untuk menghilangkan
kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan
mengurangi jumlah mikroorganisme sementara (Dahlan dan Umrah,
2013).
Kebersihan tangan yang tak memenuhi syarat juga berkontrubusi
menyebabkan penyakit terkait makanan, seperti infeksi bakteri
salmonella dan E. Coli infection. Mencuci tangan dengan sabun akan
membuat bakteri lepas dari tangan (IKAPI, 2007).
Cuci tangan merupakan salah satu cara untuk menghindari
penyakit yang ditularkan melalui makanan. Kebiasaan mencuci tangan
secara teratur perlu dilatih pada siapapun. Jika sudah terbiasa mencuci
tangan sehabis beraktivitas atau ketika akan makan, akan diharapkan
kebiasaan tersebut akan terbawa sampai tua (Samsuridjal, 2009).

2. Manfaat
Cuci Tangan Wirawan (2013) menjelaskan bahwa manfaat mencuci
tangan selama 20 detik yaitu sebagai berikut:
a. Mencegah risiko tertular flu, demam dan penyakit menular lainnya
sampai 50%.
b. Mencegah tertular penyakit serius seperti hepatitis A, meningitis
dan lain-lain.
c. Menurunkan risiko terkena diare dan penyakit pencernaan lainnya
sampai 59%.
d. Jika mencuci tangan sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa
ditinggalkan, sejuta kematian bisa dicegah setiap tahun.
e. Dapat menghemat uang karena anggota keluarga jarang sakit.

3. Waktu Untuk Mencuci Tangan


Mencuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan
setelah beraktifitas. Berikut ini adalah waktu yang tepat untuk mencuci
tangan memakai sabun menurut Ana (2015):
a. Sebelum dan sesudah makan.
Pastilah hal ini harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terkontaminasinya makanan yang akan kita konsumsi
dengan kuman, sekaligus mencegah masuknya kuman ke dalam
tubuh kita.
b. Sebelum dan sesudah menyiapkan bahan makanan
Bukankah kuman akan mati ketika bahan makanan dimasak?
Memang benar.Masalahnya bukan terletak pada bahan
makanannya, tetapi kuman – kuman yang menempel pada tangan
anda ketika mengolah bahan mentah.
c. Sebelum dan sesudah mengganti popok
Untuk menjaga sterilnya kulit dari kuman – kuman berbahaya yang
dapat menginfeksi, maka anda wajib untuk mencuci tangan dengan
benar sebelum dan sesudah mengganti popok.
d. Setelah buang air besar dan buang air kecil
Ketika melakukan buang air besar dan buang air kecil kuman dan
bakteri akan mudah menempel pada tangan anda, dan harus
dibersihkan.
e. Setelah bersin atau batuk
Sama seperti buang air kecil dan buang air besar, ketika bersin atau
batuk, itu artinya anda sedang menyemburkan bakteri dan kuman
dari mulut dan hidung anda. Refleks anda pastinya menutup mulut
dan hidung dengan tangan, yang artinya, kuman akan menempel
pada tangan anda.
f. Sebelum dan setelah menggunakan lensa kontak
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi infeksi pada bagian mata ketika
anda menempelkan lensa kontak pada mata anda.
g. Setelah menyentuh binatang
Bulu binatang merupakan penyumbang bakteri dan kuman yang
sangat besar, sehingga anda wajib mencuci tangan anda setelah
bersentuhan dengan binatang, terutama yang berbulu tebal.
h. Setelah menyentuh sampah
Sampah sudah pasti merupakan sumber bakteri dan kuman yang
sangat berbahaya bagi tubuh.Wajib hukumnya bagi anda untuk
mencuci tangan setelah menyentuh sampah.
i. Sebelum menangani luka
Luka, terutama pada bagian tubuh tertentu akan sangat sensitive
terhadap bakteri dan kuman. Apabila anda tidak mencuci tangan
sebelum menangani luka, maka kemungkinan terjadinya infeksi
karena bakteri dan kuman akan menjadi semakin tinggi.
j. Setelah memegang benda “umum” Mungkin agak berlebihan,
tetapi anda harus tahu, benda – benda umum memiliki kandungan
bakteri dan kuman yang sangat tinggi, sehingga wajib anda
bersihkan.

4. Peralatan dan Perlengkapan Mencuci Tangan Dengan Benar


Peralatan dan perlengkapan mencuci tangan pakai sabun menurut
Dahlan dan Umrah (2013), peralatan dan perlengkapan yang
dibutuhkan untuk mencuci tangan adalah :
a. Sabun biasa atau 17ancer1717s17
b. Handuk bersih atau hand towel
c. Wastafel atau air mengalir

5. Teknik Mencuci Tangan Dengan Benar


Samsuridjal (2009) menjelaskan bahwa pada dasarnya air untuk cuci
tangan hendaknya air yang mengalir.Penggunaan sabun hendaknya
mengenai seluruh tangan dan diperlukan waktu agar kontak kulit dan
sabut dapat terjadi.
Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut
ini:

Cara cuci tangan pada gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut
ini:
a. Basahi tangan menggunakan air yang mengalir
b. Tuangkan sabun pada tangan
c. Gosok sampai berbusa dikulti tangan hitung sampai 15 detik
d. Bilas tangan menggunakan air mengalir
e. Keringkan tangan menggunakan handuk atau pengering
f. Tutup kran menggunakan handuk atau lengan (Healt Unit, 2012).

C ARTHRITIS GOUT
1. Pengertian
Arthritis gout merupakan penyakit akibat gangguan 18ancer1818s18
purin yang ditandai dengan hiperurusemia dan serangan sinovitis akut
yang berulang-ulang.Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan
Kristal urat monohidrat monosodium dan pada tahap yang lebih lanjut
terjadi degenerasi tulang rawan sendi.
Arthritis gout adalah penyakit 18ancer1818s yang ditandai dengan
penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang sendi.Arthritis gout
merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan
dengan defek 18ancer18 pada 18ancer1818s18 purin. Jadi gout
merupakan suatu penyakit 18ancer1818s dimana tubuh tidak mampu
mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan kadar asam urat
yang selanjutnya menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.
2. Klasifikasi
Klasifikasi gout dibagi menjadi dua yaitu:
a. Gout Primer
Gout primer belum diketahui pasti akibatnya, namun dicurigai
berhubungan dengan faktor 18ancer18 atau herediter dan faktor
hormonal yang menyebabkan gangguan 18ancer1818s18 di dalam
tubuh yang mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi asam
urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya produksi asam
urat tersebut di dalam tubuh.
b. Gout Sekunder
Gout sekunder merupakan meningkatnya produksi asam urat yang
dipengaruhi oleh pola hidup seseorang termasuk pola makan atau
diet yang tidak terkontrol yaitu dengan mengkonsumsi makanan
yang mengandung kadar purin.

3. Etiologi
Gejala gout disebabkan karena inflamasi jaringan terhadap
pembentukan Kristal monosodium urat monohidrat.Dilihat dari
penyebabnya penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan
19ancer1919s.Kelainan ini berhubungan dengan gangguan 19ancer19
asam urat yaitu hiperurisemia. Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi
karena:
a. Pembentukan asam urat yang berlebihan
1) Gout primer 19ancer1919s disebabkan karena sintesis langsung
yang bertambah
2) Gout sekunder 19ancer1919s disebabkan karena pembentukan
asam urat yang berlebihan karena penyakit lain seperti
leukemia terutama bila diobati dengan sitostatika, psoriasis,
polisitemiavera, mielofibrosis.
b. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal
1) Gout primer renal terjadi karena gangguan ekskresi asam urat
di tubulus distal ginjal yang sehat, penyebabnya tidak diketahui
2) Gout seknder renal disebabkan oleh kerusakan ginjal misalnya
pada penderita gagal ginjal kronik
c. Perombakan dalam usus yang berkurang

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi gout


a. Umur
Penyakit asam urat timbul karena proses penuaan, khususnya pada
wanita yang sudah memasuki masa menopause yaitu usia 45-60
tahun karena jumlah 19ancer19 estrogen mulai mengalami
penurunan. Pada usia seperti ini, penyakit gout lebih banyak
terjadi. Penyakit gout biasa 28 menyerang pada laki-laki usia 30-40
tahun. Semakin tua umur laki-laki, maka kekerapan penyakit asam
urat semakin tinggi (Kertia, 2009).
b. Faktor keturunan (20ancer20)
Riwayat keluarga dekat yang menderita gout (faktor keturunan)
yang mempertinggi resiko (esensial). Tentunya faktor 20ancer20
ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan lain yang
kemudian menyebabkan seseorang menderita gout. Adanya
riwayat asam urat dalam keluarga membuat resiko terjadinya asam
urat menjadi semakin tinggi.
c. Jenis kelamin Laki-laki
lebih beresiko terhadap penyakit gout sedangkan pada perempuan
presentasenya lebih kecil dan baru muncul setelah menopause.
Kadar asam urat laki-laki cenderung meningkat sejalan dengan
peningkatan usia (pubertas). Pada perempuan peningkatan itu
dimulai sejak saat menopause.Gout cenderung dialami oleh laki-
laki sebab pada perempuan memiliki 20ancer20 estrogen yang ikut
membantu pembuangan asam urat melalui urin. Lansia yang
mengalami gout disebabkan karena terjadi penurunan produksi
beberapa enzim dan 20ancer20 di dalam tubuh yang berperan
dalam proses ekskresi asam urat. Enzim urikinase merupakan
enzim yang berfungsi untuk merubah asam urat menjadi bentuk
alatonin yang akan diekskresikan melalui urin, sehingga
terganggunya produksi enzim urikinase mempengaruhi proses
pengeluaran asam urat yang menimbulkan hiperurisemia. Pada
perempuan memiliki 20ancer20 estrogen. Produksi 20ancer20 ini
akan meningkat ketika berada pada usia pubertas sehingga
perempuan usia pubertas sangat jarang mengalami hiperurisemia.
Hormon estrogen ini berfungsi untuk membantu eksresi asam
urat.Pada wanita menopause cenderung lebih sering mengalami
hiperurisemia salah satunya disebabkan karena adanya penurunan
20ancer20 estrogen tersebut.
d. Obesitas
Obesitas tubuh bagian atas (obesitas abdominal) berhubungan lebih
besar dengan intoleransi glukosa atau penyakit diabetes mellitus,
hiperinsulinemia, hipertrigliseridemia, hipertensi dan gout
21ancer2121s21 obesitas bawah. Tingginya kadar leptin pada
orang yang mengalami obesitas dapat menyebabkan resistensi
leptin. Leptin adalah asam amino yang disekresi oleh jaringan
adipose, yang berfungsi mengatur nafsu makan dan berperan pada
perangsangan saraf simpatis, meningkatkan sensitifitas insulin,
natriuresis, diuresis dan angiogenesis. Jika resistensi leptin terjadi
di ginjal, maka akan terjadi gangguan diuresis berupa retensi urin.
Retensi urin inilah yang menyebabkan gangguan pengeluaran asam
urat melalui urin, sehingga kadar asam urat dalam darah orang
yang obesitas tinggi.
e. Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan tertentu juga bisa memicu peningkatan
kadar asam urat atau membantu dalam mengekskresikan asam urat.
Salah satu jenis obat yang membantu proses ekskresi asam urat
yaitu jenis urikosurik seperti probenesid dan sulfinpirazon.
Sebaliknya obat jenis 30 aspirin dapat menghambat proses ekskresi
asam urat sehingga memperparah keadaan pada hiperurisemia.
Begitu juga dengan obat antihipertensi yang memilki dampak
21ancer sama dengan aspirin. Obat hipertensi memiliki efek
samping yaitu menghambat 21ancer2121s21 lipid dalam tubuh.
Timbunan lipid di dalam tubuh itulah yang mengganggu proses
ekskresi asam urat melalui urin. Salah satu jenis obat antihipertensi
yang memiliki efek peningkatan kadar asam urat tersebut adalah
tiazid.
f. Latihan fisik dan kelelahan
Pelatihan fisik yang berlebihan terjadi akibat pelatihan yang terlalu
berat, intensitas pelatihan yang terlalu banyak, durasi pelatihan
yang terlalu panjang dan frekuensi latihan yang terlalu
sering.Dampak dari pelatihan fisik yang berlebihan adalah adanya
ketidakseimbangan antara pelatihan fisik dengan waktu
pemulihan.Pelatihan fisik yang berlebihan dapat berefek buruk
pada kondisi homoestasis dalam tubuh yang akhirnya berpengaruh
juga terhadap 22ancer kerja organ tubuh.

5. Stadium gout
Stadium Gout Menurut Soeroso dan Algristan (2011), gout terdiri atas
empat stadium yaitu:
a. Stadium Asimptomatis
Stadium asimptomatis adalah fase sebelum serangan.Awal mula
stadium ini tidak diketahui karena kita tidak tahu waktu yang tepat
saat asam urat mulai menumpuk dalam tubuh. Secara tiba-tiba saat
hasil pemeriksaan darah diketahui kadar asam urat kita lebih dari
normal. Kondisi tubuh seperti hipertensi, sakit jantung dan sindrom
22ancer2222s lainnya juga harus diwaspadai karena bisa jadi kita
mengalami hiperurisemia tanpa gejala gout.Stadium ini bisa
berlangsung selama bertahun-tahun.Serangannya bisa terjadi kapan
saja dan dimana saja.
b. Stadium Akut
Stadium akut adalah fase saat gout menyerang.Fase ini muncul
karena pemicu tertentu misalnya karena cuaca dingin, setelah
melakukan aktifitas berat yang melebihi kemampuan dan
sebagainya. Stadium ini bisa berlangsung dari beberapa jam saja,
tiga hari dan bahkan bisa sampai sepuluh hari. Pada stadium inilah
pentingnya pemilihan obat dan terapi untuk penanganan pertama
pada serangan gout stadium akut.Dengan demikian stadium ini
dapat segera terlewati.
c. Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan fase saat seseorang merasa sembuh, segar
bugar, sehat walafiat tanpa keluhan asam urat. Jika dalam stadium
ini penderita lalai, asam urat bisa semakin banyak menumpuk dan
akhirnya membentuk tofus yan bisa menghancurkan tulang di
persendian.Karena suatu pemicu tertentu, bisa saja dari stadium
interkritikal kembali ke stadium akut sehingga ada beberapa orang
yang mengatakan bahwa gout itu penyakit kambuhan.
d. Stadium Kronis
Stadium kronis ditandai dengan munculnya tofus.Tofus adalah
endapan Kristal, semacam batu yang terselip diantara dua tulang
sendi.Tofus inilah yang bisa menyebabkan rapuhnya tulang di
sendi yang terkena.

6. Manifestasi Klinik
Tanda-tanda seseorang menderita gout yaitu sebaga berikut:
a. Adanya 23ancer23-kristal asam urat berbentuk jarum yang
cenderung mengumpul pada sendi
b. Timbul tofus (endapan seperti kapur di kulit yang membentuk
suatu tonjolan atau benjolan) yang menandai pengendapan
23ancer23 asam urat. Tofus timbul pada daun telinga, siku, tumit
belakang dan punggung tangan
c. Biasanya gout mengenai sendi ibu jari, tetapi bisa juga pada tumit,
pergelangan kaki atau tangan, dan muncul sebagai serangan
kambuhan
d. Kesemutan dan pegal linu
e. Sendi-sendi yang terserang tampak merah, bengkak, mengkilat,
kulit di atasnya terasa panas dosertai nyeri yang sangat hebat dan
persendian sulit digerakkan.
Pada keadaan normal kadar asam urat serum pada laki-laki mulai
meningkat setelah pubertas. Pada perempuan kadar asam urat tidak
meningkat sampai setelah menopause karena estrogen meningkatkan
ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar urat
serum meningkat seperti pada pria.
Gout muncul sebagai serangan peradangan sendi yang timbul
berulang-ulang. Gejala khas dari serangan gout adalah serangan akut
biasanya bersifat monoartikular (menyerang sendi saja) dengan gejala:
a. Pembengkakan
b. Kemerahan
c. Nyeri hebat
d. Panas dan gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi
mendadak (akut) yang mencapai puncaknya kurang dari 24 jam
e. Hiperurisemia: Keadaan hiperurisemia tidak selalu 24ancer24
dengan gout akut, artinya tidak selalu gout akut disertai dengan
peningkatan kadar asam urat darah. Banyak orang dengan
peninggian asam urat namun tidak pernah menderita serangan
artritis gout ataupun terdapat trofi
f. Tofi: Tofi adalah penimbunan 24ancer24 urat pada jaringan.
Mempunyai sifat yang karakteristik sebagai benjolan di bawah
kulit yang bening dan tofi paling sering timbul pada seseorang
yang menderita artritis gout lebih dari 10 tahun. Lokasi yang paling
sering terjadi pada serangan pertama adalah sendi pangkal ibu jari
kaki.Hampir pada semua kasus.Lokasi gout terutama pada sendi
perifer dan jarang pada sendi sentral.

7. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memastikan keluhan dari rasa nyeri pada persendian apakah
terserang penyakit asam urat atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan
untuk menguatkan diagnosisnya, sehingga pengobatan bisa dilakukan
dengan tepat (Misnadiarly, 2007).
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kristal MSUM Diagnosis pasti arthritis gout ditegakkan
berdasarkan ditemukannya 24ancer24 MSUM.
2) Kadar Asam Urat Darah (Serum) Pemeriksaan kadar asam urat
darah nilainya sangat terbatas dalam mendiagnosis arthritis
gout, karena pada arthritis gout sering kali kadar asam uratnya
dalam batas normal. Oleh karena itu, kadar ini perlu diperiksa
pada waktu penderitanya sehat/tidak dalam serangan arthritis
gout akut.
b. Pemeriksaan Radiologis Pada stadium akut arthritis gout tanda
awal gambaran radiologisnya hanya tampak berupa pembengkakan
jaringan lunak di sekitar persendian (periartikuler) yang
asimetrik.Keadaan ini terjadi akibat reaksi peradangan pada
stadium awal. Perubahan gambaran radiologis pada arthritis gout
kronis hanya terlihat:
1) Bila tulang sudah mengalami erosi sehingga berbentuk bulat
atau lonjong dengan tepi yang siklerotik akibat deposit urat di
sekitar sendi.
2) Kadang-kadang ditemukan pengapuran di dalam 25ance
c. Pemeriksaan gula darah, profil lipid, fungsi hati dan fungsi ginjal

8. Komplikasi Arthritis Gout


a. Deformitas pada persendian yang terserang
b. Penyakit Ginjal Komplikasi asam urat yang paling umum adalah
gangguangangguan pada ginjal.Gangguan pada ginjal terjadi akibat
dari terlambatnya penanganan pada penderita asam urat akut
mengenai penyakitnya.Pada penderita asam urat ada dua penyebab
gangguan pada ginjal yaitu terjadinya batu ginjal (batu asam urat)
dan resiko kerusakan ginjal. Asam urat merupakan hasil buangan
dari 25ancer2525s25 tubuh melalui urin. Seperti yang telah
diketahui, urin diproses di ginjal oleh sebab itu jika kadar asam
urat dalam darah terlalu tinggi maka asam urat yang berlebih
tersebut akan membentuk Kristal dalam darah. Apabila jumlahnya
semakin banyak, maka akan mengakibatkan penumpukan dan
pembentukan batu ginjal. Sekitar 20-40% penderita gout minimal
mengalami albuminuria sebagai akibat gangguan fungsi ginjal.
Terdapat tiga bentuk kelainan ginjal yang diakibatkan
hiperurisemia dan gout (Hidayat, 2009), yaitu:
1) Nefropati urat yaitu deposisi Kristal urat di interstitial medulla
dan pyramid ginjal, merupakan proses yang kronik ditandai
dengan adanya reaksi sel giant di sekitarnya.
2) Nefropati asam urat yaitu presipitasi asam urat dalam jumlah
yang besar pada duktus kolektivus dan ureter, sehingga
menimbulkan keadaan gagal ginjal akut. Disebut juga sindrom
lisis tumor dan sering didapatkan pada pasien leukemia dan
limfoma pasca kemoterapi.
3) Nefroliatisis yaitu baju ginjal yang didapatkan pada 10-25%
dengan gout primer.
c. Penyakit Jantung Kelebihan asam urat dalam tubuh (hiperurisemia)
membuat seseorang berpotensi terkena serangan jantung. Pada
orang yang memiliki kadar asam urat tinggi terdapat peningkatan
resiko 3-5 kali munculnya penyakit jantung 26ancer26 dan stroke.
Hubungan antara asam urat dengan penyakit jantung adalah adanya
26ancer26 asam urat yang dapat merusak endotel atau pembuluh
darah 26ancer26. Hiperurisemia juga berhubungan dengan
sindroma 26ancer2626s atau resistensi insulin, yaitu kumpulan
kelainan-kelainan dengan meningkatnya kadar insulin dalam darah,
hipertensi dan sclerosis.

9. Penatalaksanaan dan Pencegahan


a. Penatalaksanaan
Menjaga asupan cairan yang cukup membantu mencegah serangan
gout akut dan menurunkan resiko pembentukan batu ginjal pada
pasien dengan gout. Pengurangan konsumsi 26ancer26, penurunan
berat badan, perubahan pola makan dapat menurunkan kadar asam
urat dalam darah (mengurangi hiperurisemia). Alkohol memiliki
dua dampak utama yaitu memperburuk gout, yaitu dengan
menghambat ekskresi asam urat dari ginjal serta dengan
menyebabkan dehidrasi, yang keduanya memberikan kontribusi
pada pengendapan 26ancer26 asam urat pada sendi dengan
mengefek 27ancer2727s27 asam urat. Ada tiga aspek untuk
pengobatan asam urat dengan obat-obatan. Pertama, penghilang
rasa sakit seperti asetaminofen (Tylenol) atau 27ancer2727s lain
yang lebih kuat digunakan untuk mengatasi rasa nyeri. Kedua,
agen anti-inflamasi seperti OAINS, colchicine dan kortikosteroid
digunakan untuk mengurangi peradangan sendi. Ketiga, probenesid
(Benemid) dan sulfinpirazone (Anturane) adalah obat-obat yang
biasa digunakan untuk mengurangi kadar asam urat darah dengan
meningkatkan ekskresi asam urat ke dalam urin. Tetapi, obat
penurun asam urat seperti allopurinol dan febuxostat umumnya
tidak dimulai pada pasien yang mengalami serangan akut gout
karena dapat memperburuk peradangan akut. Obat intravena baru
yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat pada pasien
tertentu dengan gout kronis adalah pegylated uricase. Obat infus ini
harus dipertimbangkan hanya untuk pasien-pasien dengan 40 gout
yang telah gagal pengobatan dengan menggunakan obat-obat
penurun asam urat konvensional karena dapat menyebabkan reaksi
anafilaksis.
Penatalaksanaan terapi arthritis gout sebaiknya mengikuti pedoman
terapi sebagai berikut (Misnadiarly, 2007):
1) Hentikan serangan nyeri yang hebat pada serangan arthritis
gout akut
2) Berikan kolkisin sebagai pencegahan terhadap serangan
berulang dari arthritis gout.
3) Evaluasi kadar asam urat dalam urin selama 24 jam setelah
terapi nonfarmakologi diberikan yaitu diet rendah purin
dijalankan.
4) Penanggulangan untuk arthritis gout kronis.
b. Pencegahan
1) Mengenali makanan yang mengandung kadar purin tinggi,
sedang dan rendah sehingga kita dapat mengontrol asupan
purin seminimal mungkin.
2) Minum yang cukup untuk membantu memperlancar
pembuangan asam urat oleh tubuh.
3) Menghindari dan mengurangi berat badan berlebih dengan
melakukan olahraga yang juga bermanfaat untuk mencegah
kerusakan dan kekakuan sendi.
4) Mengurangi keletihan atau aktifitas berlebihan.
5) Menghindari minuman yang mengandung 28ancer28.
6) Menggunakan air hangat untuk mandi karena air hangat dapat
memperlancar pergerakan sendi
7) Istirahat yang cukup di malam hari yaitu 8 hingga 9 jam
perhari.

10. Pengukuran Kadar Asam Urat Darah


a. Alat dan Bahan
1) Kapas 28ancer28
2) Lanset dan jarum lanset steril
3) 1 set alat pengukur kadar asam urat
b. Prosedur Pelaksanaan
1) Alat pengukur kadar asam urat disiapkan dengan memasang
stik pengukur kadar asam urat pada alat dan memasang jarum
lanset steril pada blood lanset.
2) Ujung jari responden yang akan diperiksa disterilkan dengan
menggunakan kapas 28ancer28.
3) Ujung jari responden yang sudah disterilkan ditusuk
menggunakan lanset hingga mengeluarkan darah secukupnya.
4) Darah yang keluar kemudian ditempelkan pada stik yang sudah
dipasang pada alat hingga meresap ke dalam stik.
5) Alat akan mendeteksi kadar asam urat dalam 20 detik.
6) Sambil menunggu hasil, usap jari responden yang sudah
ditusuk menggunakan kapas.
7) Setelah hasil keluar, catat angka yang ditampilkan pada layar
alat pengukur.
BAB 3
RENCANA KEGIATAN

3.1 Identifikasi Masalah


Dari hasil pengkajian terhadap 70 lansia di UPT PSTW Jombang didapatkan
hasil bahwa sebanyak 36 lansia mengalami nyeri sendi sebanyak lansia, yang
menderita batuk-batuk 12 lansia dan penderita scabies 8 lansia. Sisanya tidak
ada keluhan kesehatan.

nyeri sendi batuk batuk skabies tidak ada keluhan

20%

11%
52%

17%

Berdasarkan hasil prosentase didapatkan prosentase tertinggi yaitu 52%


mengalami nyeri asam urat, pada urutan kedua yaitu tidak ada keluhan
dengan nilai 20%, urutan ketiga yaitu batuk-batuk sebanyak 17% dan
mengalami scabies sebanyak 11 %.

Selain masalah kesehatan fisik para lansia juga mengalami masalah


kurangnya pengetahuan akan personal hygiene. Seperti kurangnya kesadaran
akan kebersihan ataupun kurangnya motivasi untuk cuci tangan.
3.2 ANALISA SWOT

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman


(Strength) (Weak) (Opportunity) (Threat)

Kesehatan

1. Sebagian besar lansia tidak 1. Lansia kurang mampu 1. Kurangnya tenaga


1. Adanya sarana kesehatan
memiliki keluhan sebanyak menjaga kebersihan diri yaitu kesehatan (perawat
yang tersedia yaitu klinik
20% cuci tangan hanya 1)
2. Tersedianya sarana untuk
2. Tingginya minat lansia 2. Kelemahan fisik lansia seperti 2. Kurangnya kunjungan
lansia yang memiliki
untuk meningkatkan tidak mampu berjalan, pemeriksaan dari dokter
kelemahan fisik seperti
kesehatan pandangan yang sudah kabur, (dokter berkunjung
tidak mampu berjalan,
dll, banyaknya yang sebulan sekali)
pandangan yang sudah
menderita asam urat (52%)
kabur seperti kursi roda dan 3. Kurangnya program
yang membuat lansia sulit kesehatan
tongkat lansia
untuk melakukan aktifitas
3. Adanya pengamanan untuk
3. Kurangnya hubungan
mengurangi resiko jatuh
sosialisasi yang kurang baik
4. Adanya mahasiswa
pada beberapa lansia, satu
kesehatan
dengan yang lain
3.2.1 Analisa Kekuatan (Strengh)

Strength Bobot Rangking Total

1 Sebagian besar lansia tidak memiliki keluhan sebanyak 20% 0,5


2 Tingginya minat lansia untuk meningkatkan kesehatan
0,5

TOTAL

Rata – Rata Skor

Nilai Analisa Kekuatan (Strength) sebesar 0,62


3.2.2 Analisa Kelemahan (Weaknes)

Weak Bobot Rangking Total

1 Lansia kurang mampu menjaga kebersihan diri yaitu cuci tangan


2 Kelemahan fisik lansia seperti tidak mampu berjalan, pandangan yang sudah
kabur, dll, banyaknya yang menderita asam urat (52%) yang membuat lansia
.
sulit untuk melakukan aktifitas
3 Kurangnya hubungan sosialisasi yang kurang baik pada beberapa lansia, satu
dengan yang lain

TOTAL

Rata – Rata Skor

Nilai Analisa Kelemahan (Weakness) sebesar 0,36


3.2.3 Analisa (Peluang) Opportunity

Opportunity Bobot Rangking Total

1 Adanya sarana kesehatan yang tersedia yaitu klinik


2 Tersedianya sarana untuk lansia yang memiliki kelemahan fisik seperti
tidak mampu berjalan, pandangan yang sudah kabur seperti kursi roda dan
tongkat lansia
3 Adanya pengamanan untuk mengurangi resiko jatuh
4 Adanya mahasiswa kesehatan

TOTAL

Rata-Rata Skor

Nilai Peluang (Opportunity) sebasar 0,77


3.2.4 Analisa Ancaman (Treath)

Treath Bobot Rangking Total

1 Kurangnya tenaga kesehatan (perawat hanya 1)


2 Kurangnya kunjungan pemeriksaan dari dokter (dokter berkunjung
sebulan sekali)
3 Kurangnya program kesehatan

TOTAL

Rata – Rata Skor

Nilai Analisa Ancaman (Treath) sebesar 1

1.2.6 Analisa SWOT POKJA Kesehatan

IFAS (S – W) = 0,62 – 0,36 = 0,26

EFAS (O – T) = 0,77 – 0 ,3 = 0, 43
DIAGRAM LAYANG ANALISIS
SWOT 0,4

0,3

0,2

QUADRAN 1 (AGRESI)

0,1

W
-0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0,1 0,2 0,3 0,4

-0,1

-0,2

-0,3

-0,4

35
3.3 PLANNING OF ACTION

PLANNING OF ACTION (POA) POKJA KESEHATAN

Penanggung
No Identifikasi Masalah Tujuan RencanaKegiatan Indikator Hari
Jawab

Lansia mampu melakukan cuci


Kurangnya minat cuci tangan sebelum dan sesudah
tangan Meningkatkan minat cuci
makan
tangan
Kurang nya personal Selasa
Lansia mampu melakukan cuci
hygiene lansia Mengurangi resiko penularan Pemasangan hand
1 tangan sebelum dan sesudah 19 Februari 2019 Pokja Kesehatan
penyakit wash
Keterbatasan sabun/hand melakukan aktivitas
Jam 09.00 – 11.00
wash Meningkatkan kebersihan diri
Lansia mampu melakukan cuci
lansia
tangan sebelum dan sesudah
BAB dan BAK

Banyaknya lansia yang Mengurangi nyeri sendi Mengadakan Lansia paham tentang Rabu Pokja
menderita nyeri sendi penyuluhan arthtritis gout kesehatan
yaitu (52%) arthtritis gout 20 Februari 2019

2 Kurangnya pemahaman Jam 09.00-11.00


lansia tentang asam urat

36
Kurangnya tenaga
kesehatan terhadap
kesehatan lansia:

- Dokter Lansia terobservasi mengenai


berkunjung tekanan darah, suhu, nadi,
Melakukan Sabtu
hanya sebulan pernafasan
Mengobservasi kesehatan pemeriksaan
3 sekali 23 Februari 2019 Pokja kesehatan
lansia kesehatan cek asam
- Perawat jaga urat dan gula darah
hanya 1 orang Jam 09.00-11.00
Mengetahui kadar asam urat
dan gula darah
Kurangnya dilakukan
pemeriksaan kesehatan

37
3.4 Nama dan Tema Kegiatan : Pemasangan Hand Wash
Topik : Pemasangan Hand Wash
Tempat : di UPT PSTW Jombang
sasaran : Seluruh lansia dan petugas di UPT PSTW Jombang
Hari/Tanggal :Selasa/19-02-2019
3.4.1 Alat Dan Bahan
 Alat
a. Solder
b. Palu
c. oler
 Bahan
a. Hand Wash
b. Penyanggah hand wash
c. Paku
3.4.2 Cara kerja:
1. Pemasangan dimulai mencetak lubang pada tempat pemasangan hand
wash
2. dilakukan pengeboran pada tempat pemasangan hand wash
3. paku tempat peyanggah hand wash
4. pasang hand wash

3.4.3 Evaluasi
1. Struktur
a. Persiapan sebelum kegiatan
b. Koordinasi dengan pembimbing
2. Proses
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Laksanakan cara kerja
3. Hasil
a. Dokumentasi
b. Tingkat personal hygiene lansia dan petugas

38
3.5 Nama dan Tema Kegiatan : Penyuluhan arthtritis gout
Topik : penyuluhan arhtritis gout
Tempat : Aula di UPT PSTW Jombang
sasaran : 70 Lansia di UPT PSTW Jombang
Hari/Tanggal : Rabu/ 20 februari 2019

3.5.1 Susunan Acara


Adapun gambaran kegiatan yang akan kami laksanakan adalah sebagai
berikut:
1. Permbukaan dan perkenalan panitia
2. Menyampaikan topik kegiatan
3. Tanya jawab
4. Evaluasi hasil
5. Penutupan
Waktu Kegiatan Peserta Penanggung jawab
20 februari Penyuluhan Lansia UPT 1. Diva Yunanda
2019 39ancer3939s PSTW Jombang 2. Liya hindun
gout 3. Yeni Rahmawati
4. Irgia Hasna P
5. Ida Bagus
6. Tri Handi
7. Yanni Afi

3.5.1 Metode : Ceramah dan tanya jawab


3.5.2 Media : sound sistem, LCD
3.5.3 Pengorganisasian
Ketua : Diva Yunanda Rismawan
Sekretaris : Yeni Rahmawati
Sie Acara : Lia Hindun, Irgia Hasna P
Sie Humas : Ida Bagus
Sie Perlengkapan : Tri Handi, Yanni Afi
Sie konsumsi : Tim Pokja

39
3.5.4 Evaluasi
1. Struktur
a. Persiapan sebelum kegiatan
b. Koordinasi dengan pembimbing
c. Kepanitiaan
2. Proses
a. Melakukan kegiatan
b. Materi kegiatan
c. Peserta yang menghadiri kegiatan
d. Peran serta anggota yang bertugas
3. Hasil
a. Antusiasme peserta
b. Tingkat pemahaman lansia

3.6 Nama dan Tema Kegiatan : Pemeriksaan kesehatan (cek asam urat)
Topik : pemeriksaan kesehatan (cek asam urat)
Tempat : Halaman di UPT PSTW Jombang
sasaran : 70 Lansia di UPT PSTW Jombang
Hari/Tanggal : Sabtu/ 23 februari 2019

3.6.1 Alat Dan Bahan


Alat dan Bahan
a. Kapas 40ancer40
b. Lanset dan jarum lanset steril
c. 1 set alat pengukur kadar asam urat

3.6.2 Cara kerja:


1) Alat pengukur kadar asam urat disiapkan dengan memasang stik
pengukur kadar asam urat pada alat dan memasang jarum lanset
steril pada blood lanset.

40
2) Ujung jari responden yang akan diperiksa disterilkan dengan
menggunakan kapas 41ancer41.
3) Ujung jari responden yang sudah disterilkan ditusuk menggunakan
lanset hingga mengeluarkan darah secukupnya.
4) Darah yang keluar kemudian ditempelkan pada stik yang sudah
dipasang pada alat hingga meresap ke dalam stik.
5) Alat akan mendeteksi kadar asam urat dalam 20 detik.
6) Sambil menunggu hasil, usap jari responden yang sudah ditusuk
menggunakan kapas.
7) Setelah hasil keluar, catat angka yang ditampilkan pada layar alat
pengukur.

3.6.3 Evaluasi
1. Struktur
a. Persiapan sebelum kegiatan
b. Koordinasi dengan pembimbing
2. Proses
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Laksanakan cara kerja
3. Hasil
a. Dokumentasi
b. Mengetahui kadar asam urat lansia

41
BAB 4
PELAKSANAAN KEGIATAN

Pada implementasi ini, akan diuraikan pelaksanaan program kegiatan yang


direncanakan dan evaluasi selama menjalankan praktek profesi keperawatan
gerontik pada tanggal 11 Februari2019 – 02Maret 2019.

Implementasi yang telah dilaksanakan dalam praktek profesi keperawatan


gerontik merupakan hasil kesepakatan antara lansia yang ada di PSTW Jombang
dengan mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Karya Husada
Kediri, sebagai berikut :

4.1 Kegiatan 1 (pemasangan hand wash)


4.1.1 Topik : Pemasangan hand wash
 Pemasangan hand wash
Sasaran : Lansia dan petugas di PSTW Jombang
Hari / Tanggal :Selasa , 19Februari 2019
Waktu : ±45 menit
Tempat :di PSTW Jombang
 Halaman di PSTW Jombang
 Teras wisma kenanga
 Dekat pintu masuk aula PSTW Jombang
Alat dan Bahan :
 Alat
a. Solder
b. Palu
c. Oler
 Bahan
a. Hand Wash
b. Penyanggah hand wash
c. Paku

42
4.1.2 Evaluasi
Nama kegiatan : Pemasangan hand wash
Hari/tanggal : Selasa, 19 Februari 2019
A. Evaluasi Struktur
1. Persiapan dilakukan dalam 1 hari
2. Koordinasi dengan pembimbing dilaksanakan dengan baik
3. Setiap dengan amggota pokja bekerja sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya.

B. Evaluasi proses
1. Pelaksanaan kegiatan tepat waktu sesuai perencanaan kegiatan.
2. Kegiatan berjalan dengan 43ancer
3. Pemasangan dilaksanakan dengan baik oleh anggota kelompok
4. Selama kegiatan tidak adaanggota kelompok yang meningalkan
kegiatan.
5. Kondisi nyata dilapangan selama proses berlangsung:
Kegiatan pemasangan hand wash hanya dihadiri oleh anggota
kelompok, tidak mengajak lansia berpartisipasi dalam pemasangan
hand wash. Setelah pemasangan, di lakukan sosialisasi tentang
keberadaan dan kegunaan hand wash

C. Evaluasi hasil
1. Antusiasme lansia tentang keberadaan hand wash
2. Tingkat personal hygiene lansia dan petugas meningkat

4.2 Kegiatan 2 (penyuluhan arthtitis gout)


4.2.1 Topik : Penyuluhan arthtritis gout
Sasaran : 70 Lansia di PSTW Jombang
Hari / Tanggal : Rabu , 20Februari 2019
Waktu : ±20-30 menit
Tempat : Aula di PSTW Jombang.
Metode : Ceramah dan tanya jawab

43
Pengorganisasian :
Ketua : Diva Yunanda Rismawan
Sekretaris : Yeni Rahmawati
Sie Acara : Lia Hindun, Irgia Hasna
Sie Humas : Ida Bagus
Sie Perlengkapan : Tri Handi, Yanni Afi
Sie konsumsi : Tim Pokja

4.2.2 Evaluasi
Nama kegiatan : Penyuluhan asam urat
Hari/tanggal : Rabu, 20 Februari 2019

A. Evaluasi struktur
1. Persiapan dilakukan dalam 2 hari.
2. Koodinasi dengan pembimbing dilaksanakan dengan baik.
3. Setiap panitia bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

B. Evaluasi proses
1. Pelaksanaan kegiatan tepat waktu sesuai perencanaan kegiatan.
2. Kegiatan berjalan dengan lancar
3. Materi disampaikan dengan baik oleh pemateri
4. Selama kegiatan tidak ada yang meninggalkan kegiatan
5. Kegiatan dihadiri oleh 46 peserta.
6. Kondisi selama proses kegiatan berlangsung dengan baik, peserta
banyak yang antusias dalam kegiatan penyuluhan.

C. Evaluasi Hasil
1. Antusiame peserta
Peserta banyak yang bertanya mengenai materi penyuluhan asam
urat dan peserta antusias untuk mengikuti kegiatan selanjutnya
yaitu pemeriksaan kesehatan (cek asam urat) yang dilaksanakan
pada hari sabtu, 23 Februari 2019

44
2. Tingkat pemahaman peserta tentang kegiatan
Peserta banyak yang paham mengenai dampak buruk, tanda gejala,
cara menanggulangi asam urat
dll.
3. Tujuan dari kegiatan ini, kelompok kegiatan pokja kesehatan dapat
mensurvey sebanyak berapa persen peserta yang mengalami asam
urat, dan kegiatan selanjutnya kegiatan pokja melakukan kegiatan
pemeriksaan cek asam urat.

4.3 Kegiatan 3 (pemeriksaan cek kadar asam urat)


4.3.1 Topik : Pemeriksaan cek kadar asam urat
Sasaran : 70 Lansia di PSTW Jombang
Hari / Tanggal : Sabtu, 23Februari 2019
Waktu : ±1 Jam
Tempat : Aula di PSTW Jombang.
Pengorganisasian :
Petugas pemeriksaan kadar asam urat : Diva Yunanda Rismawan,
Petugas pemeriksaan kadar gula darah : Irgia Hasna
Petugas pemeriksaan tekanan darah :Yeni R, Lia Hindhun, Ida B
Petugas pengukuran BB, TB :Tri Handi, Yanni Afi

4.3.2 Evaluasi
Nama kegiatan : pemeriksaan cek kadar asam urat
Hari/tanggal :Sabtu, 23 Februari 2019
A. Evaluasi struktur
1. Persiapan dilakukan dalam 4 hari.
2. Koordinasi dengan pembimbing dilaksanakan dengan baik.
3. Setiap panitia bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya.

B. Evaluasi proses
1. Pelaksanaan kegiatan tepat waktu sesuai perencanaan kegiatan.

45
2. Kegiatan berjalan dengan lancar
3. Selama kegiatan tidak ada yang meninggalkan kegiatan
4. Kegiatan dihadiri oleh 30 peserta.
5. Kondisi selama proses kegiatan berlangsung dengan baik, peserta
banyak yang antusias dalam kegiatan pemeriksaan cek kadar
asam urat.
6. Pada kegiatan pemeriksaan cek kadar asam urat, tidak dapat
dilakukan seluruh lansia, karena keterbatasan stik asam urat.

C. Evaluasi Hasil
1. Antusiame peserta
Kegiatan pemeriksaan cek kadar asam urat dihadiri oleh 32 lansia.
Sebelum pengecekan kadar asam urat, lansia dicek terlebih dahulu
TB, BB serta tekanan darah. Setelah itu lanjut ke pemeriksaan cek
kadar asam urat dan pengecekan kadar gula darah. Pada saat acara
penyuluhan asam urat lansia sudah diidentifikasi yang mengalami
asam urat dan perlu untuk dilakukan pengecekan kadar asam urat.
Saat dilakukan pengecekan kadar asam urat lansia sangat antusias
datang ke aula PSTW Jombang. Dari hasil pemeriksaan cek kadar
asam urat sebanyak 20 lansia dan yang memiliki kadar asam urat
tidak normal sebanyak 6 lansia.

46
Lampiran:
Kegiatan pemasangan hand wash (Selasa, 19 februari 2019)

Kegiatan penyuluhan arthtritis gout (Rabu, 20 februari 2019)

47
Kegiatan pemeriksaan kesehatan (Sabtu, 23 februari 2019)

48
Lampiran

PEMERIKSAAN TANDA TANDA VITAL

No Nama TD N S RR SPO2
1. Sariyem (anggrek) 100/70 74 36,2 22 97
2. Sinta(bogenvil) 140/70 82 36.0 20 97
3. Sanah(bogenvil) 120/80 73 36.2 19 100
4. Ismiati (melati) 130/80 85 36 20 98
5. Siti(malati) 160/70 73 36 20 98
6. Sari(melati) 110/80 83 36.2 20 98
7. Remi (BGV) 120/70 85 36,2 20 98
8. Kartumi (MLT) 160/80 82 36,2 20 98
9. Narsih (MLT) 110/70 83 36,3 20 98
10. Tiningsih (MLT) 100/70 91 36 19 96
11. Srini (ANGR) 140/80 85 36,2 20 99
12. Rosina (MLT) 120/80 84 36,5 20 95
13. Sumiati (MLT) 130/70 90 36,2 20 96
14. Sarimah (ANGGR) 120/80 84 36 20 98
15. Ibnu (ANGGR) 120/70 82 36,4 20 97
16. Mila (ANGGR) 110/70 80 36 20 99
17. Suminah (BGV) 130/80 84 36,1 20 98
18. Mumariah (MLT) 120/80 90 35,8 20 98
19. Komariah ( 110/80 92 37,2 20 98
20. Kastami (MWR) 130/70 94 36,5 20 99
21. Luluk (MLT) 120/70 80 36,4 20 96
22. Suliamah (BGV) 120/80 92 36 20 97
23. Nur Khasanah 120/80 82 36 20 98
(MWR)
24. Suraji (MWR) 130/80 92 36,2 20 97
25. Slamet (MWR) 120/80 96 36,6 20 96
26. Sebtu (MWR) 160/80 82 37 20 97
27. Paimo (MWR) 160/80 94 36,4 20 98
28. Yahya (MWR) 150/80 92 36,5 20 97
29. Mistari(MWR) 110/70 86 36,3 20 97
30. Sariman (MWR) 160/70 82 36,6 20 99

49
PEMERIKSAAN ASAM URAT DAN GULA DARAH

No Nama Pemeriksaan
Au GDS
1. Narsiata 5,7
2. Siti 126
3. Sanah 4.4
4. Ismiati 5,2
5. Sari 150
6. Remi 180
7. Ningsih 200
8. Sumiati 3.3
9. Srini 4.2
10. Nursina 324
11. Kastami 87
12. Suminah 6.2
13. Maria 3.5
14. Budi 124
15. Sarinah 6.2
16. Mila 74
17. Luluk 2.1 87
18. Misari 114
19. Nur kahasah 154
20. Ibnu 144
21. Kartumi 7.6
22. Janah 4.9
23. Suraji 107
24. Dewi 3.1
25. Slamet A 7.8
26. Paimo 4.2
27. Sujilan 3.2
28. Sarimah yahya 3.5
29. Agus 10
30. Sartati 10
31. Yahya 6.4
32. Abdul Qarim 240

50
PENGUKURAN TINGGI BADAN DAN BERAT BADAN

No. Nama TB BB
1. Sariem 150 59
2. Nur sinta 175 83
3. Nur khasanah 160 37
4. Nur siami 145 56
5. Narsih 160 47
6. Sanah 145 55
7. Siti aminah 145 54
8. Sumiati 145 49
9. Remi 146 55
10. Ibnu 143 50
11. Rini 135 65
12. Kartumi 148 49
13. Sumini 147 58
14. Maria 143 42
15. Sumiati b 156 45
16. Rusinah 156 49
17. Janah 130 52
18. Mila 130 53
19. Sumiati 142 50
20. Suminah 138 49
21. Kastamin 147 54
22. Agus 160 45
23. Suranah 143 47
24. Suraji 120 44
25. Luluk 115 47
26. Yahya 130 45
27. Slamet A 150 43
28. Nurjanah 146 42
29. Cipto 145 47
30. Dewi 157 45
31. Kustami 160 47
32. Sujilan 157 49

51

Anda mungkin juga menyukai