Anda di halaman 1dari 4

1.

Vaksin bcg :
a. Diberikan 0-3 bulan, optimal usia 2 bulan 1x
b. Tempat penyuntikan deltoid kanan
c. Cara penyuntikan intracutan, dosis 0.05ml
d. Kipi: bcg it is diseminata, ulcus, limfadenitis
2. Morbili :
a. Etiologi: paramyxovirus
b. Komplikasi: bronkopneumonia, laryngotrakeobronkitis, encephalitis, emfisema subcutan
c. Patogenesa: virus masuk via droplet infection  menempel dan berbiak di epitel
nasofaring masuk kedalam limfatik local replikasi (kgb regional)  VIREMIA I (hari
3)menyebar ke RES VIREMIA II (hari 5-7) menyebar ke permukaan sel epitel
mukosa (orofaring, konjungtiva, sal. Nafas, kulit, usus)  necrosis 1-2 lapis sel
(konjungitivits, batuk pilek, koplik usus) hari ke 9-10  ruam makulopapuler 
deskuamasi hari ke 14
d. Indikasi mrs: low intake, dengan komplikasi
3. Sindroma nefrotik
a. Patofisiologi : hilang muatan negative pada golemerulus  albumin keluar 
proteinuria , hipoalbuminuria  penurunan tekanan onkotis plasma  cairan tertarik
ke rongga interstitial  edema
b. Penatalaksanaan : prednisone oral 60 mg/ m2/ hari max 80, selama 4 minggu  40
mg/m2/ hari selama 4 minggu selang sehari, single dose pagi stop. Diet tktp rendah
garam rendah lemak. Brantas infeksi. Transfuse albumin. Diuretic
4. Kejang demam komplek
a. Indikasi MRS: kejang lama, kejang fokal, dengan gangguan neurologis, hiperpireksia,
kejang pertama, usia dibawah bulan
b. Komplikasi : epilepsy, penurunan iq, kerusakan sel akibat asidosis metabolic, pneumonia
aspirasi
c. Terapi : diazepam 0.5 mg/kgbb rectal, 0.3-0.4 mg/kgbb iv, as valproate 14-40mg/kg/bb
dalam 2 dosis.
5. Diare akut dehidrasi sedang
a. Rehidrasi parenteral : infus kristaloid KAEN 3B 70cc/kg/3jam  50cc/kg/3jam 
maintenance
b. Komplikasi : gangguan keseimbangan elektrolit, gangguan asam basa, kejang, dehidrasi,
hipoglikemi
c. Virus ispa dapat masuk keg it secara parenteral
6. DM tipe 1
a. Etiologi: autoimun yang merusak sel beta pancreas
b. Terapi : insulin 0.5- 1 IU/kgbb/hari subcutan, pengaturan diet, olahraga, monitoring gula
darah
c. Tes lab : GDS, GDP, HbA1C, C-Peptide
7. Gizi buruk diare
a. Terapi, resomal 5ml/kgbb/ 30menit
b. Mengatasi hipoglikemi, mengatasi hipotermi, mengatasi gg keseimbangan elektrolit,
mengatasi dehidrasi, mengatasi antibiotic, memberikan suplemen zat mikro, makanan
awal untuk fase stabilisasi dan transisi, makanan untuk tumbuh kejar, rangsan untuk
tumbuh kembang, persiapan untuk fase tindak lanjut dirumah.
c. Komplikasi : kejang, sepsis, shock hipovolemi
d. Intake protein menurun  hypoalbuminemia penurunan tekanan osnkotik plasma 
cairan ke ruang interstitial  edema
8. Terapi dhf grade 3 4
9. Bronkopneumonia
a. Lokasi : pada parenkim paru (alveoli)
b. Komplikasi : pneumothorax, atelectasis, efusi pleura, empyema, pericarditis, meningitis,
myocarditis
c. Indikasi mrs: sp02 < 92%, etreme takipneu, dehidrasi, low intake, tidak ada keluarga
yang merawat
10. Typhoid
a. Patofisiologis : bakteri masuk ke sal pencernaan lewat makanan  sebagian mati oleh
asam lambung  sebagian masuk ke ileum ke payer patch  bakteremi 1 ke RES 
bakteremi 2  produksi enterotoksin  peningkatan CAMP di kripta usus  keluarnya
elektrolit dan cairan ke lumen usus
b. Terapi : chloramphenicol 50mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis selama 14 hari
c. Komplikasi : perforasi usus, peritonitis, gi bleeding, encephalopati, hepatitis tifosa,
pneumonia
11. GNAPS
a. 3dd badan bengkak : congestive heart failure, gnaps, sindroma nefrotik
b. Diagnosis : hypoalbuminemia, hiperkolesterolemia, proteinuria
12. GEADB + gibur
a. Diagnosis:
b. Terapi : ngt/ oral resomal 5 ml/kgbb/ 30 menit evaluasi tanda vital, membaik selang
seling f75 tiap jam membaik f75 tiap 2 jam stop resomal.
c. Komplikasi: dehidrasi, kejang, hipoglikemi, gg keseimbangan asam basa, gg
keseimbangan elektrolit, sepsis, shock hipovolemik
13. Hepatitis viral
a. 3 dd badan kuning: hepatitis viral, cholestasis, cholelitiasis, anemia hemolitik, cystic
fibrosis
b. Px penunjang : igm igg anti hav, hbs ag, sgot sgpt
c. Patofisiologi: hepatitis a masuk lewat oral , masuk ke aliran darah menuju hepatosit,
replikasi di hepatosit, dieleminiasi di hepar melalui sinusoid- kanalikulii dieksresikan
melalui empedu, keluar melalui feses timbul gejala
14. Anemia hipo mikro
a. 3 dd anemia: anemia defisiensi besi, anemia penyakit kronis, thalassemia
b. Dx awal :
c. P penunjang yang diperlukan : darah lengkap, serum iron, ferritin, TIBC
d. Resep untuk pasien: tab ferrous sulfas 6mg/kgbb/hari dalam 3 dosis sediaan 200mg
sampai hb normal lanjutkan 3 bulan
15. Alergi obat:
a. Terapi: pastikan airwar breathing circulation aman, adrenalin 1% dosis 0.01ml/kgbb IM,
diulang max 3x, 10-15 menit. Infus rl 20cc/kgbb 30 menit, bronkodilator, antihistamin
(dypen 2mg/kgbb im ), hydrocortisone 6-8 mg/kgbb/6-8jam hanya pada refrakter
b. Kie orang tua: anaknya punya alergi ini, nanti kedepan dihindari.
16. Asma bronkiale
a. Tata laksana: oksigen masker 4-lpm, nebulisasi saba 1-3x selang 20 menit (salbutamol,
0.1mg/kg) jika berat dapat tambah antikolinergi tambah pz
b. Pem penunjang : spirometry, Darah lengkap (eosinophilia), IGe, foto thorax
c. Kie: nanti hindari alergan (hewan peliharaan berbulu, asap rokok, asap bakaran, bau2
menyengat, obat nyamuk), punya riwayat asma, jangan beraktifitas berat, kalau perlu
diberi obat controller,
17. Resusitasi neonates
a. Langkah awal, dkk
18. Tonsilofaringitis difterika
a. Penunjang: isolasi c. diphteriae pada media loeffler, tes toksinogenitas pada marmot,
PCR, swap tenggorok,
b. Tatalaksana: istirahat total 2 minggu, jaga jalan nafas, anti difteri serum , 20.00-100.000
IU im/iv dalam 200ml pz dalam 4-8 jam, PP 50.000-100.000/kgbb/hari selama 7-10 hari
atau eritro 40 mg/kgbb/hari
c. Vaksinasi: imunisasi DPT umur 2,3,4 bulan, booster usia 18 bulan dan 5 tahun
d. Komplikasi : obstruksi jalan nafas akibat pseudomembran atau edema tonsil/faring,
miokardiopati, neuropati, paralisis otot mata, infeksi sekunder

Anda mungkin juga menyukai