Anda di halaman 1dari 14

2.3.2.

3 Astigmatisma

 Definisi
Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis
pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu
titik. Astigmatisme mencegah berkas cahaya jatuh sebagai suatu fokus titik di retina
karena perbedaan derajat refraksi di berbagai meridian kornea atau lensa kristalina.

Gambar : Perbedaan mata normal dan astigmatisme

 Epidemiologi
Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai 2,3
milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada
penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan refraksi di Indonesia hampir 25%
populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa.

 Etiologi

Etiologi kelainan astigmatisme adalah sebagai berikut:


 Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur. Media
refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea,
yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus, sedangkan media lainnya
adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena
perubahan lengkung kornea dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan
diameter anterior posterior bolamata. Perubahan lengkung permukaan kornea
ini terjadi karena kelainan kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea,
peradangan kornea serta akibat pembedahan kornea.
 Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakin
bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga
semakin berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami
kekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus.

 Klasifikasi

Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai berikut:

1) Astigmatisme Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang yang
saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang memiliki daya
bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat
koreksi lensa cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal.
Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain.

Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu:
i. Astigmatisme With the Rule
Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang
horizontal.sering ditemukan pada anak-anak dan orang muda.
ii. Astigmatisme Against the Rule
Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang
vertikal. Serinng ditemukan pada orang tua.

2) Astigmatisme Irreguler
Dimana titik bias didapatkan tidak teratur.

Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi sebagai
berikut:
1. Astigmatisme Miopia Simpleks
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat
pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias terkuat sedangkan titik B
adalah titik fokus dari daya bias terlemah). Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis
ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang
sama.

Gambar : Astigmatisme Miopia Simpleks

2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks


Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada di
belakang retina.

Astigmatisme Hiperopia Simpleks

3. Astigmatisme Miopia Kompositus


Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di antara
titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph -X Cyl
-Y.
Gambar : Astigmatisme Miopia Kompositus

4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus


Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada di
antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph
+X Cyl +Y.
Gambar : Astigmatisme Hiperopia Kompositus

5. Astigmatisme Mixtus
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di
belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -
Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai
X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.
Gambar : Astigmatisme Mixtus

Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :


1. Astigmatismus Rendah
Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatismus rendah tidak
perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul keluhan pada penderita maka
koreksi kacamata sangat perlu diberikan.
2. Astigmatismus Sedang
Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75 Dioptri. Pada
astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.
3. Astigmatismus Tinggi
Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini sangat mutlak
diberikan kacamata koreksi.

 Patofisisologi

Astigmatisma adalah kondisi pada mata dimana berkas cahaya dari sebuah benda
tidak terfokus pada satu titik, karena adanya perbedaan pada kelengkungan kornea
ataupun lensa pada meridian yang berbeda. Namun penyebab umum astigmatisma
adalah kelainan bentuk kornea, meskipun lensa kristalina juga dapat berperan.
Kornea pada mata normal melengkung seperti bola basket, dengan sudut dan
kebulatan ang sama di semua areanya. Namun mata dengan astigmatisma memiliki
kornea yang lebih melengkung lagi seperti bola football Amerika, engan beberapa
area lebih curan atau lebih bulat dibandingkan yang lainnya. Hal ini dapat
menyebabkan bayangan yang muncul menjadi kabur dan melebar.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pembiasan mata dengan


astigmatisma memiliki dua titik fokus yang berbeda pada setiap meridian,
baik horizontal maupun vertikal.

o (Gambar 2. Perbedaan titik fokus pada meridian lensa astigmatisma)


(MIT)
a. Astigmatisma Reguler

Pada astigmatisma reguler, setiap meridian membiaskan cahaya


secara teratur dan equally, akan tetapi pembiasan meridian yang satu
berbeda dengan meridian yang lain. Satu meridian membiaskan cahaya
berlebihan dan yang lainnya kurang. Dua jenis meridian ini disebut dengan
meridian utama, keduanya saling tegak lurus.
Pada kebanyakan kasus, satu meridian utama terletak secara vertikal
dan satunya lagi terletak horizontal, namun bisa terjadi oblik, namun
sudutnya masih saling tegak lurus/ 90° satu sama lain.
Meridian vetikal, dalam banyak kasus, membiaskan cahaya lebih
kuat daripada yang horizontal, hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh
tekanan palpebra ke kornea. Tipe astigmatisma ini disebut with-the-rule dan
lebih sering pada anak-anak. Sementara itu, apabila meridian horizontal
membiaskan cahaya lebih kuat, ini disebut dengan astigmatisma against-
the-rule dan lebih sering pada orang dewasa. Perbedaan refraksi antara
kedua meridian utama ini menggambarkan besarnya astigmatisma dan
direpresentasikan dalam dioptri (D).
Ketika perbedaannya tidak lebih dari ½ sampai ¾ dioptri, maka
disebut dengan astigmatisma fisiologis dan biasanya tidak perlu dikoreksi,
karena masih bisa dikompensasi dan tidak menimbulkan keluhan subjektif
pada seseorang. Namun jika lebih dari ¾ D, ia dapat mengganggu
penglihatan dan menimbulkan gejala subjektif. Akan tetapi, astigmatisma
tipe reguler ini jarang yang melebihi 6-7 D.
Berdasarkan teori fisika, berbeda dengan lensa sferis, permukaan
lensa silindris tidak memiliki kelengkungan dan kekuatan refraksi yang
sama di semua meridian. Kelengkungan lensa silindris berbeda-beda dari
yang kecil hingga yang besar, dengan nilai yang ekstrim berada di meridian
90°. Oleh sebab itu, kekuatan refraksinya berbeda-beda dari satu meridian
ke meridian lainnya, dan permukaan lensa silindris tidak memiliki satu titik
fokus, namun ada dua garis fokus yang terbentuk. Bentuk umum dari
permukaan astigmatisma adalah sferosilinder, atau torus, yang mirip dengan
bentuk bola football Amerika, dengan kata lain dapat dikatakan sebagai
gabungan lensa sferis dan lensa silindris. Bentuk geometris yang rumit dari
seberkas cahaya yang berasal dari satu sumber titik dan dibiaskan oleh lensa
sferosilinder ini disebut dengan istilah conoid of Sturm.


Conoid of Sturm memiliki dua garis fokus yang sejajar satu sama
lain pada meridian-meridian utama pada lensa sferosilinder. Semua berkas
cahaya akan melewati setiap garis-garis fokus ini. Perpotongan melintang
conoid of Sturm pada titik-titik yang berbeda sejauh panjangnya, sebagian
besar berbentuk elips, termasuk bagian luar dari dua garis fokus ini. Pada
setiap dioptriknya, dua garis fokus ini memiliki potongan sirkuler. Potongan
sirkuler dari berkas sinar ini disebut circle of least confusion, dan
merepresentasikan fokus terbaik dari lensa sferosilinder, yakni posisi
dimana semua sinar akan terfokus jika lensa memiliki kekuatan sferis yang
sama dengan kekuatan sferis rata-rata pada semua meridian lensa
sferosilinder. Rata-rata kekuatan sferis lensa sferosilinder
merepresentasikan ekuivalen sferis dari lensa, dan dapat dihitung dengan
rumus: Ekuivalen sferis = sferis + silinder / 2

b. Astigmatisma Irreguler

Astigmatisma ireguler muncul ketika pembiasan cahaya tidak teratur


dan unequal pada meridian-meridian yang sama pada mata. Biasanya
merupakan konsekuensi dari perubahan patologis terutama pada kornea
(makula sentral kornea, ulkus, pannus, keratokonus, dan lain-lain) atau lensa
(katarak, opasifikasi kapsul posterior, subluksasi lensa, dan lain-lain).
Ketajaman visus pada mata dengan astigmatisma ireguler
mengalami penurunan dan kadang-kadang muncul diplopia monokuler atau
poliopia. Semua mata memiliki setidaknya sejumlah kecil astigmatisma
ireguler, tapi terminologi astigmatisma ireguler dalam hal ini digunakan
secara klinis hanya untuk iregularitas yang lebih kuat.
Astigmatisma ireguler merupakan astigmatisma yang tidak memiliki 2 meridian
yang saling tegak lurus. Astigmatisma ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan
kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler.
Astigmatisma ireguler terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi atau akibat
kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda.

 Tanda dan Gejala

Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan gejala-


gejala sebagai berikut :
- Memiringkan kepala atau disebut dengan “titling his head”, pada umunya keluhan ini
sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.
- Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.
- Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus juga
menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.
- Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati mata,
seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayangan,
meskipun bayangan di retina tampak buram.

Sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai dengan gejala-gejala


sebagai berikut :
- Sakit kepala pada bagian frontal.
Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya penderita akan
mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek mata.
2.4 Penatalaksanaan

Kacamata merupakan koreksi kelainan refraksi yang paling aman


dan sederhana. Jenis lensa dan besar koreksi yang diberikan akan
disesuaikan dengan hasil pemeriksaan., oleh karena itu kacamata harus
dipertimbangkan sebelum penggunaan lensa kontak atau pembedahan
refraktif. Koreksi miopia dapat dilakukan dengan menggunakan lensa
konkaf.

(cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa


cekung akan menyebar sedangkan pada hipermetropia dikoreksi dengan
lensa koveks (cembung/positif) dan pada astigmatisma menggunakan lensa
silinder. Pada pasien presbiopia diperlukan kacamata baca atau adisi untuk
membaca dekat yang berkekuatan tertentu.

Lensa Kontak

Indikasi

a. Indikasi optik, termasuk untuk anisometropia, aphakia unilateral,


myopia yang berminus tinggi, keratokonus dan astigmatisma
irregular.
b. Kontraindikasi
Penggunaan lensa kontak dikontraindikasikan pada orang yang
memiliki blepharitis kronik dan styes rekuren, konjungtivitis kronis,
dry-eye syndrome, distrofi dan degenarasi kornea mata, penyakit
yang rekuren seperti episkleritis, skleritis, dan iridocyclitis.

Laser Assisted in situ Keratomileusis


(LASIK) o Indikasi
• Hipermetropia hingga 4 D, silindris hingga 5 D dan miopia hingga
12 D
• Mengurangi risiko ectasia

o Kontra Indikasi : Sindrom mata kering, Ukuran pupil besar,


Keratokonus, Kornea tipis.
o Cara Kerja

Prosedur LASIK umumnya membutuhkan waktu 10 menit. Pasien akan


tetap tersadar selama prosedur berlangsung.

• Mata ditetesi dengan obat bius mata yang akan memastikan pasien
tidak merasakan sakit selama operasi
• Pasien ditempatkan di bawah mesin laser dan kepala berada tepat di
bawah Laser Excimer
• Seluruh wajah ditutup dengan duk steril, dan terbuka hanya pada
bagian mata saja yang dibiarkan
• Untuk menahan bulu mata, akan ditempatkan sehelai plastic jernih di
atasnya. Dokter akan menempatkan alat ‘spekulum’ di antara kelopak
mata, sebagai penahan agar mata terus terbuka dan memastikan agar
mata tidak berkedip.
• Kornea mata akan dilingkari pelekap yang melingkarinya sebagai
penahan.
• Anda akan diminta untuk tetap fokus pada lampu berkedip di atas
kepala. Lampu ini disebut sebagai lampu fiksasi.
• Ketika dokter sudah memastikan fiksasi, maka flap LASIK akan
segera dibuat
• Setelah flap terbentuk, dokter akan mengangkatnya untuk
menyiapkan pembentukan kornea dengan Laser Excimer. Pasien
harus fokus pada pusat fiksasi cahaya untuk memastikan pemusatan
laser yang baik.
• Saat laser mengarah pada mata, pasien akan melihat cahaya kebiruan
saat kornea mata dibentuk kembali. Meskipun kemungkinan pasien
tidak melihat cahaya fiksasi selama operasi berlangsung, tetapkanlah
fokus pasien pada posisi semula
• Ketika pembentukan semula kornea selesai, dokter akan membasahi
mata pasien, mengembalikan flap pada posisinya dan dengan lembut
menekan ujung kelopak dengan spons kecil. Selama proses
berlangsung, pasien harus fokus pada fiksasi cahaya.
• Setelah semua alat – alat operasi diangkat dari mata pasien, dokter
akan menempelkan pelindung plastic di atasnya.
• Setelah itu, pasien akan dibawa ke ruang tunggu istirahat. Tutuplah
mata terus mata pasien untuk mempercepat proses penyembuhan.
Setelah 1 jam mata pasien akan diperiksa, untuk memastiakn kelopak
telah direposisi dengan tepat.
• Penyembuhan penglihatan pasca-LASIK sangat cepat dan pasien
dapat segera melihat setelah hari pertama. Alasan kenapa
penyembuhannya begitu cepat dan rasa sakit yang hanya sedikit
setelah operasi karena LASIK tidak menyentuh lapisan luar kornea.
Satu – satunya lapisan yang diambil terletak di tengah kornea
(stroma).
Automated Lamellar Keratoplasty

Menggunakan alat yang disebut microkeratome untuk memisahkan


lapisan tipis kornea dan membuat flap. Flap ini kemudian dilipat ke
belakang, dan microkeratome menghilangkan lapisan tipis stroma
kornea di bawah. Konsep Lamellar Keratoplasty bukanlah hal yang
baru, namun bentuk-bentuk teknik baru LK seperti telah muncul dalam
beberapa dekade terakhir dengan penggantian yang lebih terpusat pada
lapisan kornea yang sakit.
Daftar pustaka
1. Riordan P. Whitcher P John Eva. Optik dan refraksi dalam : Vaugan dan Asbury
Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : EGC.2009.
2. Astuti V. Astigmatisma (serial online). Diakses (tanggal 10 September 2014). Diunduh
dari : URL : https://www.scribd.com/doc/62090097/Astigmatism
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi ke tiga.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2006.
4.

Anda mungkin juga menyukai