Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

I. LANDASAN TEORI MEDIS


Konsep Dasar Coronary Artery Bypass Graft (CABG)
A. Definisi CABG
Merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan dimulai, sejak
ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah
(Medica Hospitalia, 2013).
CABG merupakan prosedur revaskularisasi untuk memperbaiki dan
meningkatkan aliran darah ke jantung yang dilakukan untuk mengurangi angina pada
pasien yang telah gagal terapi medis dengan obat atau angioplasty (PTCI) (Kulick &
Shiel, 2011).

B. Tujuan
Tujuan CABG adalah untuk revaskularisasi aliran arteri koronerakibat adanya
penyempitan atau sumbatan ke otot jantung (Arif Muttaqin, 2010).

C. Indikasi
Menurut Arif Muttaqin (2009), pasien penyakit jantung koroner yang dianjurkan
untukbedah CABG adalah pasien yang hasil kateterisasi jantung ditemukan adanya:
1. Penyempitan >50% dari left main disease atau left main equivelant yaitu
penyempitan menyerupai left main arteri misalnya ada penyempitan bagian
proximal dari arteri anterior desenden dan arteri circumflex.
2. Penderita dengan three vessel disease yaitu tiga arteri koroner semuanya
mengalami penyempitan bermakna yang fungsi jantung mulai menurun (EF<50%).
3. Penderita yang gagal dilakukan balonisasi dan stent.
4. Penyempitan 1 atau 2 pembuluh namun pernah mengalami gagal jantung.
5. Anatomi pembuluh darah yang sesuai untuk CABG.

D. Kontraindikasi
Menurut Arif Muttaqin (2009) kontraindikasi CABG secara mutlak tidak ada,
tetapi secara relatif CABG dikontraindikasikan bila terdapat berbagai faktor yang
akan memperberat atau meningkatkan resiko selama dan sesudah bedah seperti :
1. Faktor usiayang sudah sangat tua.( >75 tahun menurut WHO)
2. Pasien dengan penyakit pembuluh darah koroner kronik akibat diabetes mellitus
dan EF yang sangat rendah <50%. Pada pasien dengan EF yang kurang dari 50%
ini operasi akan dilakukan dengan teknik On Pump.
3. Sklerosis aorta yang berat.
4. Struktur arteri koroner yang tidak mungkin untuk disambung.

E. Teknik bedah CABG


Ada 2 teknik yang digunakan pada bedah CABG yaitu on pump dan off pump.
Masing-masing teknik memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
a. Teknik Bedah On Pump
Teknikbedah on pump prosedur dijalankan menggunakan alat mekanis mesin
jantung paru. Mesin jantung paru memungkinkan lapangan bedah yang bebas
darah sementara perfusi tetap dapat dipertahankan untuk jaringan dan organ lain di
tubuh. Pintasan jantung paru dilakukan dengan memasang kanula di atrium kanan
dan vena kava untuk menampung darah dari tubuh.Kanula kemudian di hubungkan
dengan tabung yang berisi cairan kristaloid isotonik.Darah vena yang diambil dari
tubuh disaring, dioksigenasi, di jaga temperaturnya kemudian dikembalikan
ketubuh.Kanulasi yang mengembalikan darah ke tubuh dimasukkan ke aorta
ascenden.Selanjutnya untuk membuat jantung arrest diberikan cairan cardioplegia
yang formulanya tinggi kalium, mengandung dekstros, buffer pH,
hiperosmolalitas, dananastesilokal. Rute pemberiannya bisa melalui root aorta
(antegrade) dan melalui sinus coronaries (retrograde) serta melalui keduanya.
b. Teknik Bedah Off Pump
Padateknik bedah off pump tidak menggunakan mesin jantung paru sehingga
jantung tetap berdetak secara normal dan paru-paru berfungsi secara biasa saat
bedah dilakukan.
Adapun kriteria pasien Off Pump:
1. Pasien yang direncanakan bedah elektif.
2. Hemodinamik stabil.
3. EF dalam batas normal (lebih dari 60%)
4. Fungsi LV baik.
5. Pembuluh darah distal cukup besar.
6. Usia tua disertai penyakit komorbid seperti penyakit Arteri karotis,
aterosklerosis aorta, disfungsi ginjal atau paru.
7. Mempunyai komplikasi dengan mesin Cardio Pulmonary Bypass (CPB).
8. 1-2 vessel disease di anterior.

Tetapi bedah dengan teknik Off Pump memiliki kontraindikasi absolut


diantaranya:
1. Hemodinamik tidak stabil
2. Buruknya kualitas target pembuluh darah termasuk pembuluh darah intra
myocard
3. Penyakit pembuluh darah yang menyebar/difus
4. Pembuluh darah yang mengalami kalsifikasi/penebalan.
Menurut Arif Muttaqin (2009) kontraindikasi relatif yaitu :
1. LVEF <35%
2. Cardiomegali/CHF
3. LM kritis
4. Recent/Current MCI
5. Cardiogenic syock
Menurut Benetti &Ballester (2011) keuntungan dari teknik Off Pump adalah:
1. Meminimalkan efek trauma bedah.
2. Pemulihan/mobilisasi lebih dini.
3. Drainase darah pascabedah minimal.
4. Tersedia akses sternotomi untuk bedah kembali.
5. Menurunkan morbiditas dirumah sakit (termasuk insiden infeksi dada,
pemakaian inotropik, kejadian SVT, transfusi darah, lama rawat ICU)
6. Penelitian : pelepasan CKMB dan trop I lebih rendah kejadian stroke lebih
rendah.

Pada teknik bedah operasi CABG On Pump dan Off pump ini ada 3 pembuluh
darah yang sering digunakan sebagai bypass, yaitu :
1. Arteri mamaria interna :arteri mamaria interna biasanya berasal dari dinding
bawah arteri subklavia, melewati bagian atas pleura dan tepat lateral terhadap
sternum. Penggunaan arteri mamaria interna dengan ujung proksimal masih
dihubungkan kearteri sub klavia, arteri mamaria interna kiri lebih panjang dan
lebih besar sehingga sering di gunakan sebagai bypass arteri coroner
(Shapiraetal, 2012). Arteri mamaria interna sering digunakan karena memiliki
kepatenan pembuluh darah yang baik. Studi menunjukkan bahwa sekitar 96%
kasus CABG yang menggunakan arteri mamaria interna dapat bertahan lebih
dari 10 tahun. Arteri mamaria interna sering di gunakan untuk bypass arteri Left
anterior ascenden. Hal ini disebabkan karena jarak/lokasi Left Interna Mamaria
Arteri (LIMA) dan LAD berdekatan serta berada pada sisi yang sama
(Woodetal, 2005).
2. Arteri radialis: Arteri ini melengkung melintasi sisi radialis tulang Carpalia
dibawah tendon Musculus Abductor Pollicis Longus dan tendo Musculus
extensor Pollicis Longus dan Brevis. Arteri radialis di insisi lebih kurang 2 cm
dari siku dan berakhir satu inchi dari pergelangan tangan. Biasanya sebelum
dilakukan pemeriksaan Allen Test untuk mengetahui kepatenan arteri ulnaris
jika arteri radialis diambil. Pada pasien yang menggunakan arteri radialis harus
mendapatkan terapi Ca Antagonis selama 6 bulan setelah bedah menjaga agar
arteri radialis tetap terbuka lebar.Dunninget al, (2010) mengatakan bahwa
sebuah studi menunjukkan bahwa arteri radialis memberikan lebih
banyakkemampuan revaskularisasi dalam waktu yang lebih lama dibandingkan
vena savena.
3. Vena Savena : Ada dua vena savena yang terdapat pada tungkai bawah yaitu
vena savena magna dan parva. Namun yang sering dipakai sebagai saluran baru
pada CABG adalah vena savena magna. Arif Muttaqin (2009) mengatakan
bahwa Vena savena sering digunakan pada CABG karena diameter ukurannya
mendekati arteri koroner.

F. Komplikasi
1. Hipertensi
Hipertensi setelah pasca bedah jantung dapat menyebabkan rupture atau kebocoran
jalur jahitan dan meningkatkan pendarahan. Dapat juga disebabkan karena riwayat
hipertensi, peningkatan kadar katekolamin atau rennin, hipotermia atau nyeri,
terkadang ditemukan tanpa penyebab yang jelas. Hipertensi ini umumnya bersifat
sementara dan dapat diturunkan dalam 24 jam.Pada klinik sering digunakan
gabungan inotropik dan vasodilator seperti golongan milrinone.
2. Hipotensi
Pada tandur vena savena dapat kolaps jika tekanan perfusi terlalu rendah, vena
tidak memiliki dinding otot seperti yang dimiliki oleh arteri, sehingga
mengakibatkan iskemia miokard.Hipotensi juga dapat disebabkan oleh penurunan
volume intravaskuler, vasodilatasi sebagai akibat penghangatan kembali
kontraktilitas ventrikel yang buruk atau disritmia.
3. Aritmia
Takiaritmia yang terjadi dapat mempengaruhi curah jantung, dapat menurunkan
waktu pengisian diastolik ventrikel, juga menurunkan perfusi arteri
koroner.Aritmia sering terjadi 24-36 jam pasca bedah.Bradi aritmia dan blok terjadi
karena depresi sel sistem konduksi oleh kardioplegi atau cedera pada nodus dan
jalur konduksi oleh manipulasi pembedahan, jahitan, edema lokal.
4. Hipovolemia
Merupakan penyebab tersering terjadinya penurunan curah jantung setelah operasi
jantung.Prosedur operasi menyebabkan kehilangan darah meski sudah dilakukan
penggantian cairan.Namun, pada saat suhu tubuh dinaikkan yang awalnya
hipotermi mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga dibutuhkan lebih
banyak cairan untuk memenuhi rongga pembuluh darah.
5. Tamponade
Terjadi apabila darah terakumulasi disekitar jantung akibat kompresi jantung
kanan oleh darah atau bekuan darah dan menekan miokard. Hal ini mengancam
aliran balik vena, menurunkan curah jantung dan tekanan darah.Tindakan meliputi
pemberian cairan dan vasopressor untuk mempertahankan curah jantung dan
tekanan darah sampai dekompresi bedah dilakukan.
6. Peri Miokardial Infark (PMI) paska operasi
7. Perdarahan
Ada 2 jenis perdarahan yaitu :
a. Perdarahan arteri
Meskipun jarang, namun hal ini merupakan kedaruratan yang mengancam hidup
yang biasanya diakibatkan oleh ruptur atau kebocoran jalur jahitan.
b. Perdarahan vena
Menurut Arif Muttaqin (2009) perdarahan vena lebih umum terjadi dan
disebabkan oleh masalah pembedahan atau koagulopati, kesalahan hemostasis
dari satu atau lebih pembuluh darah mengakibatkan abnormalitas
pendarahan.Tindakan ditujukan pada penurunan jumlah perdarahan dan
memperbaiki penyebab dasar.
Konsep Dasar Pra Bedah
A. Definisi
Pra bedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai
sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah
(Medica Hospitalia, 2013).

B. Persiapan Pra Bedah


Persiapan sebelum tindakan bedah perlu melibatkan berbagai pihak diantaranya
klien itu sendiri, keluarga klien dan anggota tim kesehatan yang terkait. Rencana
keperawatan pra bedah dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan individu, namun
setiap klien harus menjalani persiapan dasar.Hal ini harus dicapai untuk memastikan
pemulihan atau mempertahankan status pra bedah klien (Potter & Perry, 2005).
Pada umumnya persiapan pra bedah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a. Persiapan jangka panjang
Persiapan yang sebaiknya dilakukan lebih dari sehari sebelumnya.Persiapan yang
lebih efektif dan efesien jika dilakukan pada jauh hari sebelum tindakan
pembedahan.Persiapan ini meliputi persiapan administrasi, pemeriksaan fisik
umum, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan status anestesi, persiapan mental dan
persiapan obat-obatan.
1. Persiapan Administrasi
a) Inform Consent (Surat Ijin Tindakan/SIT)
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap
pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan
tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien
maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil
apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan
menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan
dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi serta produk darah
yang akan digunakan). Bagi pasien yang usianya > 21 tahun atau < 21 tahun
tapi sudah menikah dan sadar, maka yang menandatangani adalah pasien
sendiri. Tapi bagi pasien yang usianya < 21 tahun, maka yang
menandatangani adalah orangtuanya atau keluarga terdekat.
b) SLIP (Formulir Rencana Tindakan).
Formulir ini merupakan salah satu persyaratan kelengkapan administrasi
yang harus diurus oleh pasien atau keluarganya untuk memverifikasi
mengenai tindakan yang akan dilakukan dengan pihak yang akan menjamin
tindakan tersebut disetujui untuk dilaksanakan.

2. Persiapan Fisik
a) Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur
yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya
dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih
awal.
b) Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus
di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup
untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien
menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering
terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada
kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan
kematian. Pada pasien dengan DM, kadar glukosa darah harus distabilkan
terlebih dahulu sebelum dilakukan operasi. Nutrisi yang diberikan berupa DJ
III 25-30 cal/kgBB/hari, makanan biasa 300 cal 6-8 jam sebelum operasi.
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam
rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan pemeriksaan
diantaranya adalah kadar natrium serum (normal : 135-145 mmol/l), kadar
kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (normal :
0,70-1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan
fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan
ekskresi metabolik obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi
dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti
oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus
ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang
mengancam jiwa.
d) Latihan pra bedah
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini
sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca
operasi, seperti: nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada
tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain
:
1) Latihan nafas dalam
Latihan ini sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri
setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih
mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur.
Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik
nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera
mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
 Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk
(semifowler)dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang.
 Letakkan tangan diatas perut.
 Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung
dalamkondisi mulut tertutup rapat.
 Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-
lahan,udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
 Lakukan hal ini berulang kali (15 kali).
 Lakukan latihan dua kali sehari praoperatif
2) Latihan batuk efektif
Latihan ini juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang
mengalami operasi dengan anastesi general. Karena pasien akan
mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranastesi.
Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada
tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan
batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setelah operasi untuk
mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan
teknik batuk efektif dengan cara :
 Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-
jaritangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika
batuk.
 Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali).
 Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka
dantidak hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan
sajakarena bisa terjadi luka pada tenggorokan.
 Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak
berbahayaterhadap incisi.
 Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
 Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien
bisamenambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau
gulunganhanduk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan
hati-hatisehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
3) Latihan gerak sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien
sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai
pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru
tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang tidak
berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut
luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena
justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan
lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih
cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan
lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan
terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk
mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal.
Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of
Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya
dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya
kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.

3. Persiapan mental
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Kecemasan adalah kekhawatiran yang
tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan
dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Cemas
disebabkan oleh hal-hal yang tidak jelas, termasuk di dalamnya pasien yang
akan menjalani operasi karena tidak tahu konsekuensi operasi dan takut
terhadap prosedur operasi itu sendiri.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi
dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi nadi
dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan
yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit
tidur, dan sering berkemih.
Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam
menghadapi pembedahan antara lain:
 Takut nyeri setelah pembedahan.
 Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal
(body image).
 Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti).
 Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lan
yangmempunyai penyakit yang sama.
 Takut menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
 Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
 Takut operasi gagal.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat.
Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental
pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi,
memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati
pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi. Peranan
perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai
cara:
 Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien
sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi,
hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan
tempat kamar operasi, dll. Dengan mengetahui berbagai informasi selama
operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi,
meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien
mengetahuitentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan
dialami pasien.
 Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan
persiapanoperasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang
sederhanadan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan
menjelaskan kapan mulai puasa dan sampai kapan, manfaatnya untuk apa,
dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari
pemeriksaan darah yang dilakukan. Diharapkan dengan pemberian informasi
yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan
dan mempersiapkan mental pasien dengan baik.
 Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan
tentangsegala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan
keluargauntuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar
operasi.
 Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-
hallain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada
pasien.
 Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pra medikasi,
sepertivalium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk
menurunkankecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan
istirahatnya terpenuhi.
 Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien dikamar
operasi,petugas kesehatan disana akan memperkenalkan diri sehingga
membuat pasienmerasa lebih tenang. Untuk memberikan ketenangan pada
pasien, keluargajuga diberikan kesempatan untuk mengantar pasien sampai
ke batas kamaroperasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu
yang terletak didepan kamar operasi.

4. Persiapan penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter
bedah tidak mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan
pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah sebagai berikut:
o Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti: Foto thoraks, CT scan
(computerized Tomography Scan), MRI (Magnetic Resonance Imagine),
EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, dan lain-lain.
o Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah: hemoglobin, angka
leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total
(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT,
ureum kretinin, BUN, masa perdarahan (bleeding time), masa pembekuan
(clothing time) dan lain-lain.
o Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah
pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan
puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan
juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post prandial).
o Pemeriksaan Status Anestesi
Pemeriksaan status fisik untuk dilakukan pembiusan dilakukan untuk
keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi
kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik
yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri
pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist).
Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya
akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
o Mencari infeksi fokal
Sebelum operasi dilakukan pasien harus berkonsultasi dulu dengan bagian
THT, gigi dan mulut. Biasanya dicari gigi berlubang atau tonsillitis kronis
dan ini dikonsultasikan ke bagian THT dan gigi. Kelainan kulit seperti
dermatitis dan furonkolisis atau bisul harus diobati dan juga tidak dalam
masa inklubasi atau infeksi penyakit menular.

5. Persiapan medikal
a) Obat-obatan
- Obat-obatan antikoagulan dihentikan satu (1) minggu sebelum operasi,
misalnya: aspirin, sintrom, simarc.
- Obat-obatan diuretik dihentikan tiga (3) hari sebelum operasi, misalnya
furosemide, spironolactone, kecuali bila ada instruksi lain dari dokter.
- Obat-obatan digitalis dihentikan dua belas (12) jam sebelum operasi,
misalnya digoxin, lanoxin dan lain-lain.
- Obat calcium bloker (adalat, herbesser) atau beta bloker diberikan sampai
hari operasi.
- Antibiotika diberikan untuk profilaksis dan diberi waktu untuk induksi
anestesi di kamar operasi, hanya diperlukan test kulit sebelum alergi,
untuk mengetahui adanya alergi atau tidak.
b) Persiapan darah
Permintaaan darah PMI ada 3 komponen, yaitu:
 Packed cell : 1000 cc (15-20 cc/kgBB)
 Frash Frozen Plasma : 1000 cc (15-20 cc/kgBB)
 Thrombocyte : 5 unit
Permintaan komponen darah tambahan atas instruksi dokter bedah.
b. Persiapan Jangka Pendek
Persiapan yang harus dilakukan maksimal dalam 1 x 24 jam sebelum tindakan
pembedahan. Persiapan ini bersifat akan efektif dan efisien apabila dilakukan
menjelang tindakan bedah (jarak waktunya tidak terlalu jauh dengan jadwal
tindakan bedah). Persiapan ini meliputi kecukupan pasien dalam istirahat,
kebersihan lambung dan usus, personal hygiene, pencukuran daerah operasi,
pengosongan kandung kemih, dan persiapan akhir saat perawat mengantar pasien
ke ruangan bedah.
1. Kecukupan istirahat
Pasien harus istirahat yang cukup sebelum tindakan karena dengan istirahat
dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres yang mempengaruhi
hemodinamik pasien saat pembedahan. Tubuh lebih rileks sangat dibutuhkan
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat
stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pra medikasi, seperti
valium dandiazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan
dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
2. Kebersihan lambung dan kolon
Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien
dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan
pemberian yal. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa
dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan
kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-
paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga
menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Tindakan puasa pada
pasien yang memiliki riwayat diabetes mellitus harus dipantau kadar gula
darahnya untuk mewaspadai terjadinya hipoglikemia. Khusus pada pasien yang
menbutuhkan operasi CITO (segera), pengosongan lambung dapat dilakukan
dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
3. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya
infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak
dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga menghambat proses
penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian, ada beberapa kondisi
tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada
pasien luka insisi pada lengan.Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan
dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur.
Pencukuran dilakukan satu jam sebelum dikirim ke kamar bedah. Daerah yang
dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan
dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran
jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha.Selain terkait
daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan
infus sebelum pembedahan. Pada pasien CABG, pencukuran juga harus
dilakukan di daerah lengan dan kaki, karena akan di ambil pembuluh darahnya
yang akan dipakai sebagai graft untuk arteri koroner. Pencukuran dilakukan 1
jam sebelum operasi.
4. Personal hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena
tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan
infeksi pada daerah yang dioperasi.Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat
diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih
seksama. Sebaliknya, jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal
hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene. Pasien dianjurkan untuk mandi dua kali sehari pagi
dan sore dengan sabun aseptik, menggunakan cairan Chlorhexidine 4%.
5. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan
kateter.Selain untuk pengosongan isi bladder, tindakan kateterisasi juga
diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.
6. Persiapan akhir
Pada saat persiapan di ruangan telah lengkap, maka perawat bertugas
mengantarkan pasien ke ruangan bedah.Setelah berada di ruang serah terima
pasien di kamar bedah, petugas kesehatan di ruang bedah dianjurkan untuk
memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang. Keluarga
juga diberikan kesempatan untuk mengantar pasien sampai ke batas kamar
operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di
depan kamar bedah.
II. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN
A. Pengkajian
 Pengkajian fisik
a. Sistem Pernafasan
Gerakan dada, suara nafas, frekuensi nafas.
b. Sistem kardiovaskuler
Frekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah, denyut nadi
perifer. Inspeksi dan palpasi jantung, menentukan titik impuls maksimal (point
of maximal impuls, PMI), pulsasi abnormal, thrill. Auskultasi jantung, catat
frekuensi nadi, irama, dan kualitasnya, snap, klik, murmur, friction rub.
Tekanan vena jugularis.
c. Sistem persarafan
Tingkat kesadaran, keadaan umum dan perilaku.
d. Sistem pencernaan
Status nutrisi dan cairan, berat dan tinggi badan.
e. Sistem muskuloskeletal
Tingkat aktivitas klien, kekuatan otot.
f. Sistem integumen
Warna kulit, turgor, suhu, keutuhan.
 Ketidaknyamanan
Sifat, jenis, lokasi, durasi (nyeri karena sayatan harus dibedakan dengan nyeri
angina)
 Pengkajian psikologis
Observasi klien, tingkat kecemasan klien.
 Pemeriksaan Penunjang
a. EKG: Untuk mengetahui disaritmia.
b. Sinar X dada.
c. Hasil laboraturium: darah lengkap, koagulasi, elektrolit, ureum,kreatinin,
BUN, HbsAg.
d. Katerisasi.
e. ECHO.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan pra bedah:
1. Asietas berhubungan dengan tidak familiar dengan perawatan pasca bedah
2. Resiko nyeri dada berulang berhubungan dengan
ketidakseimbangansupplydandemandoksigen miokard
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

C. Rencana keperawatan
Tujuan dan
Diagnosa Intervensi
No Kriteria Hasil
Keperawatan (NIC)
(NOC)
1. Cemas yang Setelah dilakukan Anxiety reduction
berhubungan tidakan keperawatan Preparatory Sensory
dengan selama 1x24 jam Information
 Lingkungan ICU koping adekuat Emotional Support
 Tidak familiar dengan kriteria hasil: Tindakan Mandiri
dengan Klien menunjukkan 1. Kenali tingkat takut pasien.
perawatan ketenangan dan Catat tanda dan gejala,
postoperatif percaya pada khususnya komunikasi
 Perubahan perawatan medis. nonverbal.
komunikasi 2. Orientasikan ke lingkungan
sekunder dari perawatan
intubasi 3. Tunjukkan ketenangan, dan

 Ketergantungan percaya diri.

pada peralatan 4. Hindari pembicaraan yang

mekanik tidak penting diantara

 Ancaman nyeri perawat di depan pasien.

berhubungan 5. Untuk pasien dengan

dengan intubasi sediakan alat untuk

pembedahan komunikasi

besar nonverbal(kertas, pensil).

 Ancaman 6. Dorong kunjungan

kematian keluarga
Tindakan Kolaboratif
7. Jelaskan tujuan dari tubes,
alat monitoring, medication
pump dan peralatan yang
lain dan alat-alat yang
menjadi bagian dari
perawatan postoperasi.
8. Jelaskan setiap prosedur
sebelum melakukan
tindakan.
9. Sediakan pengobatan nyeri
pada saat pertama tanda
tidak kenyamanan.
2. Resiko nyeri dada Setelah dilakukan 1. Observasi
berulang tindakan ketidaknyamanan pada
berhubungan keperawatan selama pasien, khususnya bila
dengan 1 x24 jam status disertai perubahan mental,
ketidakseimbangan kekebalan pasien tanda vital, dan kecepatan
supply dan demand meningkat pernapasan
oksigen pada dengan indikator: 2. Berikan posisi nyaman
jantung  Klien tidak pada pasien
menunjukkan nyeri 3. Pantau TTV
dada yang 4. Batasi pasien dalam
berulang melakukan aktivitas dan
 Menunjukkan observasi klinis pasien saat
postur tubuh rileks, beraktivitas
kemampuan 5. Ajarkan teknik relaksasi
istirahat/tidur napas dalam atau teknik
cukup distraksi untuk mengurangi
nyeri
6. Kolaborasi pemberian obat
anti angina sesuai indikasi
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan Kontrol infeksi
Berhubungan tindakan ke 1. Bersihkan lingkungan
dengan: perawatan selama setelah dipakai pasien lain
 prosedur invasif 1x24 jam pasien 2. Pertahankan teknik isolasi
 ketidakcukupan mengetahui cara- 3. Instruksikan pengunjung
pengetahuan cara untuk mencuci tangan saat
untuk mengontrol infeksi berkunjung dan setelah
menghindari dengan indikator: berkunjung
paparan patogen  Mendeskripsikan 4. Gunakan sabun anti
 trauma proses penularan mikroba untuk cuci tangan

 kerusakan penyakit 5. Cuci tangan sebelum dan

jaringan dan  Mendeskripsikan sesudah tindakan

peningkatan faktor yang keperawatan

paparan mempengaruhi 6. Gunakan universal

lingkungan terhadap proses precaution dan gunakan

 ruptur membran penularan sarung tangan selma kontak

amnion penyakit dengan kulit yang tidak

 agen farmasi  Mendeskripsikan utuh


7. Tingkatkan intake nutrisi
 malnutrisi tindakan yang
dapat dialkukan dan cairan
 peningkatan
untuk 8. Berikan terapi antibiotik
paparan
pencegahan bila perlu
lingkungan
proses penularan 9. Observasi dan laporkan
patogen
penyakit tanda dan gejal infeksi
 imunosupresi
 ketidakadekuatan  Mendeskripsikan seperti kemerahan, panas,

tanda dan gejala nyeri, tumor


imun buatan
infeksi 10. Kaji temperatur tiap 4 jam
 tidak adekuat
 Mendeskripsikan 11. Catat dan laporkan hasil
pertahanan
penatalaksanaan laboratorium, WBC
sekunder
yang tepat untuk 12. Gunakan strategi untuk
(penurunan Hb,
infeksi mencegah infeksi
leukopenia,
nosokomial
penekanan respon
13. Istirahat yang adekuat
inflamasi)
14. Kaji warna kulit, turgor
 tidak adekuat
pertahanan tubuh dan tekstur, cuci kulit
primer (kulit dengan hati-hati
tidak utuh, 15. Ganti IV line sesuai aturan
trauma jaringan, yang berlaku
penurunan kerja 16. Pastikan perawatan
silia, cairan aseptik pada IV line
tubuh statis, 17. Pastikan teknik perawatan
perubahan sekresi luka yang tepat
PH, perubahan 18. Berikan antibiotik sesuai
peristaltik) autran
 penyakit kronis 19. Ajari pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
dan kalau terjadi
melaporkan pada perawat
20. Ajarkan klien dan anggota
keluarga bagaimana
mencegah infeksi
Proteksi infeksi
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
PATOFISIOLOGI BEDAH JANTUNG

Resiko nyeri

Anda mungkin juga menyukai