Rinitis Infeksi
• “Common cold”
• Etiologi : adenovirus, echovirus, rhinovirus
• Akut: mukosa hidung menebal, edem, kemerahan. Rongga hidung
menyempit, menyebar (faringotonsilitis)
• Sembuh sendiri, 7 hari
• Infeksi sekunder bakteri inflamasi bertambah, eksudat
mukopurulen/supuratif
Sinusitis
• Didahului rinitis akut/kronik, penyebaran infeksi dasar sinus (sinusitis
maksilaris).
• Gangguan drainas
• e sinus: sinusitis akut kronis
• Edema mukosa: gangguan drainase sinus, jika tertutup rapat MATA
eksudat supuratif (empyema sinus)
• Etiologi: umumnya flora normal rongga mulut
• Penyebaran: mata, menembus tulang (osteomielitis, thrombophlebitis
sinus vensosus dura)
Endophthalmitis, Panophthalmitis
• Infeksi vitreous
• Panophthalmitis : semua selubung mata (sklera, orbita)
• Akut, supuratif
Etiologi: Bakteri, jamur
• Eksogen: Streptococci, batang Gram (-), fungi
• Endogen: hematogen, septikemia, bacterial endocarditis,
meningococcemia, jamur, cytomegalovirus, varicella-zoster virus,
herpes simplex virus, Toxoplasma gondii Gejala : penurunan penglihatan, mata merah, nyeri ocular dalam
Endoftalmitis bacterial diklasifikasikan berdasarkan port de entry nya:
Endoftalmitis adalah keadaan inflamasi pada rongga intraocular (humor • Acute postoperative (< 6 mgg); biasanya 2-10 hari setelah
Penyebab non infeksi dapat berupa penggunaan lensa maupun agen toksik • Delayed onset/ chronic pseudophakic postoperative (> 6 mgg)
Terdapat dua tipe endoftalmitis : • Filtering bleb associated akibat bleb filtrasi yang bocor
• Eksogen inokulasi langsung dari organisme luar Pada pemfis akan ditemukan :
Endoftalmitis dapat terjadi dalam satu sampai beberapa hari setelah 1. Penurunan visus
Keratitis
A. Polip nasal
• Dapat karena rinitis berulang (biasanya pada orang-orang yang memiliki
riwayat rhinitis alergi, sehingga memicu perbesaran mukosa)
• Panjang 3- 4 cm in length.
• Polip : mukosa edema, stroma longgar, sering ada kelenjar mukus
hiperplastik atau kista, infiltrasi sel radang (netrofil, eosinofil, sel plasma
dan terkadang limfosit).
• Mukosanya intak jika tidak ada infeksi bakteri, dapat ulserasi atau
terinfeksi.
• Dapat menyumbat jalan napas dan mengganggu drainase sinus.
Keterangan gambar :
A. Polip multipel diidentifikasi dalam rongga hidung dan di kedua sinus
maksilaris. Ada juga penebalan mukosa yang luas dari sinusitis kronis. , B.
Endoskopi menunjukkan multiple(beberapa), mengkilap dalam rongga
hidung.
Edema stroma yang terdiri dari kapiler dan infiltrasi sel-sel inflamasi dengan
eosinofil yang menonjol/dominan.
Popip Sinonasal. Polip ini memiliki infiltrat sel-sel radang dan stroma B. RETINOBLASTOMA
jaringan ikat longgar. Keganasan intra okular anak (sering terjadi pada anak)
Berasal dari sel neuronal (berasal dari sel saraf)
Akibat adanya Mutasi gen RB (sekitar 40% mutasi germline). RB
adalah protein retinoblastoma yang berfungsi sebagai penghambat
pertumbuhan sel tumor. Apabila terjadi mutasi gen RB, menyebabkan
tidak ada lagi yang menghambat pertumbuhan sel tumor, jadi selnya
membelah terus.
Manusia punya dua pasang gen ini, satunya dari ayah dan satu lagi
dari ibu. Kalau satunya rusak, satunya lagi masih ada, tapi bisa rusak
juga karena faktor-faktor dari luar seperti sinar UV, karsinogenik dll.
Kalau semuanya rusak, terjadilah keganasan.
Mutasi germline berhubungan dengan bilateral juga dengan
pinealoblastoma (“trilateral” retinoblastoma)
Gambar di atas namanya Leukoria. Seperti mata kucing, akan tampak (A). Retinoblastoma, gross .(B). Panah putih: roset; panah hitam: kalsifikasi
berkilau (seperti di atas) ketika disoroti lampu karena ada pantulan dari retina distrofik
yang ada massanya.
Morfologi:
• Elemen tidak berdiferensiasi: kumpulan sel kecil, bulat, nukleus
hiperkromatik
• Elemen berdiferensiasi: Flexner-Wintersteiner rosettes dan fleurettes
(diferensiasi fotoreseptor)
• Sel tumor hidup di dekat pembuluh darah, zona nekrosis di daerah
avaskuler, zona kalsifikasi distrofik fokal .
Karsinoma Nasofaring
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang paling
banyak dijumpai di antara tumor ganas THT di Indonesia. Sedangkan di US
sekitar 78-90% menderita karsinoma nasofaring tipe karsinoma nonglandular.
Asia, lebih dari 98% menderita tumor ganas nasofaring. Angka kejadian pria
lebih besar dibandingkan dengan wanita (3:1). Ras asia lebih berpotensi
menderita karsinoma nasofaring daripada ras afrika, disusul oleh orang arktik
(kutub utama). Umur rata rata penderita ca nasofaring tertinggi adalah 40-60
tahun
Tipe tipe ca nasofaring berdasarkan penampakan secara histologis (WHO)
a. Karsinoma nonkeratin
Poorly differentiated retinoblastoma b. Karsinoma sel skuamosa berkeratin
c. Karsinoma sel skuamosa basaloid
Lokasi ca Nasofaring
a. Mukosa nasofaring, memperlihatkan adanya perbedaan epitel
skuamosa (squamous differentiation)
b. Timbul dekat pembukaan tuba eustachius di fossa dari Rosenmuller
Manifestasi Klinis
a. Adanya massa di leher, obstruksi nasal, epistaxis (hidung berdarah),
hilangnya pendengaran, tinnitus (telinga berdengung), postnasal drip
(akumulasi lendir di belakang hidung dan tenggorokan menyebabkan
atau memberikan sensasi lendir menetes ke bawah dari belakang
hidung), melibatkan saraf kranial (akibatnya menyebabkan diplopia-
Roset (Roset ini ditengahnya ada akson)
melihat double)
b. Saat melihat melalui endoskopi, mungkin akan terlihat massa penuh
A. Sebuah syncytium sel
atau sama sekali tanpa lesi. neoplastik dengan rasio
ukuran intisel lebih besar
c. Perpindahan suatu populasi dari daerah berisiko tinggi ke daerah yang daripada sitoplasma.
Perhatikan penonjolan
beresiko rendah tidak menghilangkan ca nasofaring pada popilasi nukleolus dalam inti
vesikuler.
tersebut, namun dapat menurunkan resiko untuk keturunannya.
d. Memiliki keterkaitan kuat dengan virus Epstein-Barr (virus RNA dari
B. Sel-sel epitel berbentuk
HBV) dan volatile nitrosamine pada makanan (makanan panggang poligonal hingga spindel,
biasanya berhubungan
atau kering). dengan sel-sel inflamasi
d. Morfologi
Keterangan: SCC dapat berdiferensiasi baik (berkeratin), anaplastik, terkadang
A. Karsinoma nasofaring biasanya bereaksi dengan berbagai studi imunohistokimia yang sarkomatoid.
berbeda, termasuk pan-keratin. B. CK5 / 6, yang menunjukkan reaksi membran yang kuat. C.
e. Penyebaran: infiltrasi lokal, metastasis kelenjar getah bening servikal,
Pewarnaan nuclear p63 di komponen epitel. D. Reaksi nuclear Epstein - Barr encoded RNA
(EBER) yang kuat dan diffuse.
mediastinum, paru, hati dan tulang.