Laporan Kasus Gangguan Panik
Laporan Kasus Gangguan Panik
DISUSUN OLEH:
Prayudi Arief Wicaksono
C11115543
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Sri Purwatiningsih
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Indrawaty Suhuyanli, M.kes, Sp.KJ
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Tempat/ tanggal Lahir : Binuang, 01 Juli 1967
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Petani
Diagnosis Sementara : Gangguan Somatisasi (F45.0)
A. Keluhan Utama
Sulit Menelan
B. Riwayat Gangguan Sekarang
a. Keluhan dan Gejala
Seorang pasien laki laki datang ke UGD RS Wahidin
Sudirohusodo untuk yang pertama kalinya diantar oleh Istri pasien dan
di Rawat Inap di Perawatan Pakis 06 Februari 2019 dengan keluhan
pasien mengaku sulit menelan sejak 3 hari yang lalu dan
memberat 1 hari terakhir. Pasien mengaku telah memakan timun
3 hari yang lalu dan sudah dikeluarkan namun pasien masih
merasa tidak enak dan merasa ada yang mengganjal sehingga
pasien sering mengorek-ngorek kerongkongannya. Pasien
akhirnya merasa cemas dan sangat ketakutan dan merasa ingin
meninggal. Setelah di observasi pasien diperbolehkan pulang
tetapi akhirnya kembali lagi dan merasa tidak enak dan ingin
meninggal dan merasa hidupnya tidak sampai pagi hari. Pasien
sulit tidur. Pasien diberikan infus 1 botol di UGD RSWS namun
minta dicabut.
Pasien diarahkan ke dokter THT, tetapi tidak didapatkan
kelainan selain luka lecet akibat garukan kuku pada
kerongkongan dan diperbolehkan pulang. Pasien merasa tidak
sanggup untuk pulang dan merasa lemas pada kedua tungkai dan
merasa stress dan tertekan dan adanya stressor pada rumah tangga
pasien dimana pasien merasa pekerjaan rumah hanya dikerjakan
sendiri tanpa bantuan istri dan istri sering marah-marah. Pasien
makan sangat sedikit tiga hari yang lalu sehingga pasien merasa
nyeri ulu hati.
Pasien pernah mengalami kejadian yang sama sekitar 25
tahun yang lalu merasa perutnya membatu secara tiba-tiba
sehingga pasien pingsan. Pasien dibawa ke Puskesmas dan
diberikan obat maag dan kondisi pasien membaik.
Menurut istri, pasien adalah orang yang pendiam dan
tertutup akan masalah kepada istri dan anak-anak.
b. Hendaya dan disfungsi
Hendaya sosial (+)
Hendaya pekerjaan (+)
Hendaya gangguan waktu senggang (+)
c. Faktor stress psikososial
Ditemukan stressor psikososial yaitu istri sering memarahi pasien
dan sering ada pertengkaran dan pasien merasa istri tidak
membantu dalam melakukan pekerjaan rumah
d. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat fisik dan psikis
sebelumnya :
Riwayat infeksi (-)
Riwayat trauma (-)
Riwayat kejang (-)
Riwayat merokok (-)
Riwayat alkohol (-)
Riwayat NAPZA (-)
Pasien
G. Situasi Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama istri dan anaknya. Pasien sudah menikah
dan memiliki enam orang anak.
H. Persepsi Pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien merasa lingkungan keluarga kurang baik terhadap dirinnya. Pasien
khawatir terhadap keluhan yang dialaminya.
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki laki, wajah tampak sesuai umur (51 tahun), kulit coklat,
berkumis dan berjenggot serta rambut beruban acak-acakan,
mengenakan baju kaos berkerah abu-abu, memakai peci dan sarung.
perawakan kurus, pasien nampak tidak rapi dan perawatan diri kurang.
2. Kesadaran
Baik, secara kualitas maupun kuantitas
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Saat wawancara, pasien nampak cemas, tidak ada gerakan stereotipik,
gerakan abrnormal, gerakan involunter maupun gerakan tidak
bertujuan.
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi normal, tidak ada hendaya.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati, dan Perhatian
1. Mood : Cemas
2. Afek : Cemas
3. Empati : Dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan :
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan taraf
pendidikan.
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
4. Daya ingat
Jangka panjang : Baik
Jangka pendek : Baik
Jangka segera : Baik
5. Pikiran Abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
Produktivitas : Cukup
Kontinuitas : Relevan, koheren
Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
2. Isi Pikiran
Preokupasi : Ada
Gangguan isi pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls
Tidak terganggu (pada saat dilakukan wawancara)
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : Tidak terganggu
2. Uji daya nilai : Tidak terganggu
3. Penilaian realitas : Tidak terganggu
H. Tilikan (Insight)
Derajat 3 (Pasien menyalahkan faktor lain sebagai penyebab dari
penyakitnya).
I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI
A. Status Internus
Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20
x/menit, suhu 36,50C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus,
jantung, paru, abdomen dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah
tidak ada kelainan.
B. Status Neurologis
Kesadaran saat datang berada pada GCS 15 (E4M6V5). Gejala
rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), pupil bulat dan isokor, refleks
cahaya langsung dan tidak langsung (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik
keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks
patologis.
XI. PEMBAHASAN
Gangguan panik ditandai dengan banyaknya keluhan gehala somatic yang
tidak dapat dijelaskan berdasarkan ( mengapa ke gangguan panik??) kan
diagnosis somatisasi... pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Gangguan ini
bersifat kronis berkaitan dengan stressor psikologis yang bermakna,
menimbulkan hendaya dibidang sosial dan okupasi, serta adanya perilaku
mencari pertolongan medis yang berlebihan. Pasien dengan gangguan
somatisasi memiliki banyak keluhan somatic dan riwayat medic yang panjang
dan rumit.1, 2
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III). Gangguan panik baru ditegakkan sebagai
diagnosis utama bila terdapat banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-
macam yang tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik yang
sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun, tidak mau menerima nasihat atau
penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat
menjelaskan keluhan-keluhannya, dan terdapat disabilitas dalam fungsinya di
masyarakat dan keluarga yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhanya dan
dampak dari perilakunya.3
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder V
(DSM V), kriteria diagnosis gangguan panik adalah :