Anda di halaman 1dari 5

44

BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Teori dan Asuhan Keperawatan BBLR


Dalam asuhan keperawatan yang dilakukan, penulis menggunakan
pendekatan keperawatan yaitu pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Adapun hasil pembahasan asuhan keperawatan By Ny. E dengan BBLR yaitu
sebagai berikut:

4.1.1 Pengkajian Keperawatan


Suprajitno (2012:29). Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang
perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang
dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai
dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu
(bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana.
Berdasarkan data dari teori semua pembahasan mulai dari pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang dan
penatalaksanaan medis dapat disimpulkan asfiksia adalah keadaan dimana bayi
tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat
gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. . Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat,
atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan (Depkes RI, 2009).
Dari hasil pengkajian pada By Ny. E
didapatkan keluhan utama secara objektif, Pada hari Kamis tanggal 24 Januari
2018 Ny. E dan suaminya membawa bayi dari sampit ke palangka raya atas
rujukan dokter RS dr.Murjani sampit.ke RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka
Raya, karena kurangnya alat di RS dr.Murjani sampit, dengan keluhan bayi
berat lahir rendah (BBLR) tampak lemah, untuk perawatan lebih bayi dirawat
di ruang mawar (perinatalogi) RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
.

44
45

Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada By Ny. E ditemukan


beberapa masalah. Pada fase ini dilakukan pemeriksaan keadaan umum, status
mental, tanda tanda vital (nadi, suhu dan pernapasan), pola fungsi kesehatan,
sosial-spiritual, data penunjang (radiologi, laboratorium dan penunjang
lainnya) serta penatalaksanaan medis.
Pada keadaan umum di dapat kan keadaan umum tampak lemah dan
kesadaran bayi compos menthis, bayi tidak menangis, BBLR: 2300gram, BB
sekarang: 2300 gram, PB: 47 cm, LK: 31 cm, LD: 32 cm, HR: 135 x/m, RR: 55
x/m, S: 36,80 C.
Dengan demikian penulis berpendapat bahwa antara pengkajian yang
dilakukan pada By Ny. E dan teori saling berkaitan dan dianggap akurat dalam
penegakkan diagnosa dan intervensi yang akan dilakukan.

4.1.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
actual atau potensial.
Berdasarkan teorinya terdapat beberapa diagnosa:
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 berhubungan dengan ekspansi
yang kurang adekuat.
2. Hipertermi berhubungan dengan transisi lingkungan ekstra uterin
neonatus.
3. Penurunan kardiak out put berhubungan dengan odema paru, kontriksi
arteri pulmonal
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek
menghisap lemah.
5. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi yang dialami dan
proses pengobatan.
Sedangkan berdasarkan asuhan keperawatan by. Ny E diruang mawar, yaitu:
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan bayi lahir premature
2) Gangguan Pemenuhan Nutrisi berhubungan dengan reflek isap yang masih
imature
46

Faktor penghambat dalam perumusan diagnosa keperawatan adalah


keterbatasan pengetahuan dari penulis dalam merumuskan diagnosa keperawatan
sesuai dengan kebutuhan pasien. Namun antara diagnosa teori dan diagnosa yang
di dapatkan pada By Ny. E ada kesamaan.

4.1.3 Intervensi Keperawatan


Tahap selanjutnya setelah diagnose adalah merencanakan tindakan
keperawatan dimulai dari memprioritaskan diagnose keperawatan, menetapkan
tujuan dan criteria hasil serta tindakan/intervensi.
Pada kasus By Ny. E perencanaan yang dilakukan berdasarkan teori
berkordinasi dengan perawat ruangan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Perencanaan yang dilakukan perawat pada diagnose keperawatan Pola nafas
tidak efektif, yaitu : Observasi TTV, frekuensi, kedalaman pernafasan dan
ekspansi dada., Auskulatasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti
mengi, krekels, dll, Posisi kan bayi pada abdomen atau posisi terlentang
dengan ganjal bahu ±5cm untuk menghasilkan sedikit hiperektensi.
Berikan rangsang taktil yang segera ( misalnya, gosok kan punggung bayi )
bila terjadi apnoe, Kolaborasi pemberian oksigen tambahan. Perencanaan yang
dilakukan perawat pada diagnose keperawatan Gangguan Pemenuhuan Nutrisi,
yaitu : Observasi turgor dan mukosa mulut, Lakukan control berat badan setiap
hari, Berikan asi/sufor ±10cc/2 jam dan anjurkan pada ibu untuk membawa asi
yang sudah diperas dari rumah menggunakan toples yang diisi dengan batu es.,
Kolaborasi dengan tim medis dan ahli gizi dalam pemberian susu.
Perencanaan yang dilakukan sesuai dengan prioritas pada By Ny. E yang
merupakan prioritas masalah adalah Pola nafas tidak efektif. Secara teori,
tindakan keperawatan pada Pola nafas tidak efektif yaitu: Beri penjelasan pada
keluarga tentang penyebab sesak yang dialami oleh pasien, Atur kepala bayi
dengan posisi ekstensi, Batasi intake per oral, bila perlu dipuasakan,
Longgarkan jalan nafas, Observasi tanda-tanda kekurangan O2, Hangatkan bayi
dalam incubator atau dengan menggunakan blanket, Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian O2. Sedangkan untuk diagnosa Gangguan pemenuhan
47

Nutrisi yaitu: Monitor turgor dan mukosa mulut, Beri ASI/SuFor sesuai
kebutuhan, Lakukan control berat badan setiap hari.
Faktor pendukung dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah
kebijakan yang memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk melakukan
tindakan keperawatan dan kerjasama antara perawat dengan orang tua bayi
serta keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan.

4.1.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Dalam tahap ini perawat mengetahui berbagai hal,
diantaranya bahaya fisik dan perlindungan kepada pasien, teknik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tahap pelaksanaan, terdapat dua tindakan yaitu
tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
Adapun implementasi yang dilakukan pada By Ny. E dengan diagnosa
Pola nafas tidak efektif, yaitu: Mengobservasi frekuensi, kedalaman pernafasan
dan ekspansi dada, Mengauskulatasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas
seperti mengi, krekels,dll, Memposisikan bayi pada abdomen atau posisi
telentang dengan mengganjal dibawah bahu ±5cm untuk menghasilkan sedikit
hiperektensi, Memberikan rangsang taktil yang segera ( menggosokkan
punggung bayi ) bila terjadi apnea, Melakukan kolaborasi pemberian oksigen
tambahan nasal kanus ½ lpm. Perencanaan yang dilakukan perawat pada
diagnosa keperawatan Gangguan pemenuhan Nutrisi, yaitu: Mengobservasi
turgor dan mukosa mulut, Menimbang berat badan bayi, Menganjurkan pada
keluarga saat membawa asi yang sudah diperas dari rumah menggunakan
topless yang diisi dengan batu es, Melakukan Kolaborasi diet ASI sesuai
kebutuhan (Diet ASI 10cc/2 Jam, 12x/24 Jam)
Secara teori, implementasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan
pada diagnosaPola nafas tidak efektif, yaitu: memberi penjelasan pada keluarga
tentang penyebab sesak yang dialami oleh pasien, mengatur kepala bayi
dengan posisi ekstensi, membatasi intake per oral, bila perlu dipuasakan,
48

melonggarkan jalan nafas, mengobservasi tanda-tanda kekurangan O2,


mengangatkan bayi dalam incubator, malakukan kolaborasi dengan tim medis
untuk pemberian O2. Sedangakan untuk diagnosa Gangguan Kebutuhan Nutrisi
yaitu: Mengobservasi, turgor dan mukosa mulut, memberi ASI/SuFor sesuai
kebutuhan, melakukan control berat badan setiap hari.

4.1.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap
evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah
belum teratasi atau timbul masalah baru.
Pada kasus By Ny. E didapatkan evaluasi dengan diagnose Pola nafas
tidak efektif yaitu: KU. Lemah, Kes. CM, , RR : 55 x/menit, N : 150 x/menit, S
: 36,80C, Bayi tampak tenang dan tidak rewel, terpasang O2 nasal kanul ½ lpm
(+), Whezing(-),ronchi(-). Pada diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi yaitu:
KU. Lemah, Kes. CM, Bayi menghabiskan susu formula untuk bayi BBLR
yang diberikan ± 10cc, tugor baik, mukosa lembab, BB =2300gr, tidak ada
penurunan BB.
Secara teori hasil yang diharapkan pada diagnose pola nafas tidak efektif
adala tidak ada sesak nafas dispnea, tidak terjadi peningkatan RR dan HR, serta
tidak ada bunyi nafas tambahan. Sedangakan untuk diagnosa gangguan
kebutuhan nutrisi yaitu: terjadi peningkatan BB, dan tidak ada muntah.
Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi adalah orang tua bayi dan
keluarga yang dapat bekerjasama serta kerja sama dengan tim kesehatan lain
serta ada kesamaan antara teori dan fakta yang didapatkan pada By Ny. E

Anda mungkin juga menyukai