Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut teori tahap perkembangan psikoseksual yang

dikemukaan oleh Sigmund freud, masa balita merupakan fase dimana

anak-anak sedang mengalami fase oral dan fase anal pada keadaan

tersebut anak akan memasukan apapun kedalam mulut serta anak akan

lebih suka untuk buang air besar disembarangan tempat. Sikap

tersebutlah yang dapat menyebabkan bakteri atau virus masuk

kedalam tubuh balita, dimana balita sangat rentan sekali terpapar

penyakit salah satunya adalah diare.

Penyakit diare merupakan salah satu infeksi pada balita, sampai

saat ini diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia.

Diperkirakan 1,7 milyar kasus diare terjadi setiap tahun dan

membunuh sekitar 760.000 balita (WHO, 2015). Kejadian Diare dapat

terjadi di seluruh dunia dan menyebabkan 4% dari semua kematian

dan 5% dari kehilangan kesehatan yang menyebabkan kecacatan.

Diare tetap menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak di

bawah usia 5 tahun (Berhe, Mihret, & Yitayih, 2016)

Menurut hasil data publikasi Berita Resmi Statistik (2017)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2017 mencapai

70,81%. Angka ini meningkat sebesar 0,63 poin atau sebesar 0,90

persen dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan Survey

1
2

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) dari tahun ke tahun diketahui bahwa

DIARE masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia.

Hasil riset kesehatan dasar lima tahun terakhir, kejadian diare pada

balita di Indonesia adalah 6,7% dengan karakteristik umur, kejadian

diare tetinggi di Indonesia terjadi pada balita (7,0%). Balita dengan

kejadian diare tertinggi berada pada kelompok umur 12 sampai 23

bulan (9,7%). Jumlah kejadian diare tahun 2018 terdapat 12,3 % atau

93.619 balita di indonesia mengalami diare (RISKESDAS, 2018)

Jumlah kejadian diare berdasarkan data RISKESDAS (2018),

kejadian diare pada balita di Jawa Barat tahun 2018 adalah 14,4 %

atau sebanyak 17.228 penduduk, angka kejadian diare tertinggi terjadi

pada kelompok umur 12-23 bulan dengan prevalensi 16,6%, diikuti

oleh kelompok umur 24-35 bulan 14,3%, 36-47 bulan 11,2%, 0-11

bulan 10,6% dan yang terendah terjadi pada kelompok umur 48-59

bulan dengan prevalensi 9,1%.

Menurut data yang diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan

Kabupaten Cirebon (2017) kunjungan anak sakit ke pelayanan

kesehatan baik rumah sakit atau puskesmas terbanyak di tahun 2017

adalah anak dengan kasus diare. Diare pada tahun 2017 merupakan

penyakit yang menempati urutan pertama pada golongan umur 1-4

tahun, dengan prevalensi kejadian diare di rawat inap rumah sakit

mencapai 22,2% atau sebanyak 1.552 balita.


3

Masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas akibat diare

merupakan salah satu bukti bahwa diare masih membutuhkan

perhatian khusus. Menurut Arimbawa IW (2016) Hasil akhir analisis

multivariat dengan menggunakan regresi logistik metode enter

menunjukkan bahwa Faktor Paling Signifikan terhadap kejadian diare

balita dari variabel kebiasaan memasak air minum, penggunaan filtrasi

air tradisional (topo), kepemilikan jamban keluarga, dan akses sumber

air, variabel kebiasaan memasak air minum memiliki nilai p < 0.05,

yaitu p = 0.029. Hal tersebut berarti kebiasaan memasak air minum

berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian diare pada balita

Dampak dari diare yang tidak ditangani dengan baik dapat

menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit, dan gangguan

keseimbangan asam basa akibat dari kehilangan air dan elektrolit,

pada keadaan tertentu anak akan mengalami asidosis metabolik

dimana tubuh anak akan menjadi lebih asam . Gejala yang paling

berbahaya dari infeksi diare adalah dehidrasi, yang merupakan

penyebab langsung kematian akibat diare, terutama pada bayi dan

anak kecil (Faure, 2013)

Menurut WHO, anak-anak usia di bawah 3 tahun rata-rata

mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya, diare akan

menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh,

sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi, gangguan gizi


4

dapat menyebabkan diare menjadi lebih parah, lebih lama dan lebih

sering terjadi, dan akan berujung pada kematian (Riskesdas, 2013).

Salah satu tujuan SDG’s (Sustainable Development Goals) yaitu

kesehatan yang baik dan kesejahteraan seluruh masyarakat di segala

umur. Pengobatan dengan pemberian oralit dan zinc terbukti efektif dalam

menurunkan tingginya angka kematian akibat diare sampai 40 persen. Oralit

dan zinc sangat dibutuhkan pada pengelolaan diare balita. Oralit dibutuhkan

sebagai rehidrasi yang penting saat anak banyak kehilangan cairan akibat

diare dan kecukupan zinc di dalam tubuh balita akan membantu proses

penyembuhan diare. (Riskesdas, 2013)

Pengetahuan keluarga dalam hal pengobatan diare yang masih

rendah terlihat dari masih adanya sekitar 15%-24% orang tua balita

penderita diare yang memberi cairan lebih sedikit/tidak diberikan dan

pemberian makan yang lebih sedikit/tidak diberi, dan beberapa orang

tua yang melakukan rehidrasi cairan dengan hanya memberikan oralit

tanpa mengganti nutrisi yang hilang (44%-48%). Data-data tersebut

menunjukkan perilaku keluarga tentang perawatan balita diare masih

sangat rendah di Indonesia.

Sangat penting bagi petugas kesehatan yang memberikan

perawatan balita diare perlu menginformasikan dan melibatkan

keluarga dalam tatalaksana diare dan memberitahukan kepada ibu/

pengasuh balita cara melakukan tatalaksana diare dengan tepat.

Menurut Arvero, Degollado, & Alvarez (2013), tatalaksana penderita

diare yang tepat dan efektif merupakan pemberantasan penyakit diare


5

khsususnya dalam upaya menurunkan angka kematian diare dan

mengurangi komplikasi akibat diare

Berdasarkan latar belakang diatas yang menunjukan masih

rendahnya pengetahuan orangtua terhadap tatalaksana diare yang

tepat, penulis perlu untuk melakukan pengelolaan kasus dan

mengambil karya tulis ilmiah tentang bagaimana pengaplikasian

asuhan keperawatan yang efektif pada balita dengan diare.

1.2. Rumusan masalah

Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang

tidak tepat di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan

kematian karena diare atau mengurangi angka kejadian diare dengan

komplikasi maka diperlukan tatalaksana yang cepat dan tepat. Dapat

disimpulkan masalah yang terbentuk dari fenomena-fenomena yang

ada mengenai permasalah balita dengan diare adalah “Bagaimana

asuhan keperawatan pada anak usia toddler dengan diare di ruangan

Ade Irma Suryani RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon?”

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan umum

Mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada anak

usia toddler dengan diare di ruangan Ade Irma Suryani RSUD

Arjawinangun Kabupaten Cirebon


6

1.3.2. Tujuan khusus

Setelah mengaplikasikan asuhan keperawatan penulis dapat:

1.3.2.1. Melaksanakan pengkajian keperawatan pada anak

usia toddler dengan diare di ruangan Ade Irma

Suryani RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon

1.3.2.2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada anak usia

toddler dengan diare di ruangan Ade Irma Suryani

RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon

1.3.2.3. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada

anak usia toddler dengan diare di ruangan Ade Irma

Suryani RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon

1.3.2.4. Melaksanakan implementasi keperawatan pada anak

usia toddler dengan diare di ruangan Ade Irma

Suryani RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon

1.3.2.5. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada anak

usia toddler dengan diare di ruangan Ade Irma

Suryani RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon

1.3.2.6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada

anak usia toddler dengan diare di ruangan Ade Irma

Suryani RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon

1.3.2.7. Menganalisa kesenjangan antara teori dan situasi

nyata dalam melakukan asuhan keperawatan pada


7

anak usia toddler dengan diare di ruangan Ade Irma

Suryani RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat Teoritis :

Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam

pengaplikasian asuhan keperawatan pada anak usia toddler

dengan diare di ruangan Ade Irma Suryani RSUD

Arjawinangun Kabupaten Cirebon.

1.4.2. Manfaat Praktis :

1.4.2.1. Bagi Penulis

Menambah keterampilan dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada anak usia

toddler dengan diare

1.4.2.2. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah referensi terkait pelaksanaan

asuhan keperawatan pada anak usia toddler dengan

diare

1.4.2.3. Bagi Rumah Sakit

Menambah informasi dan masukan dalam

proses peningkatan mutu pada anak usia toddler

dengan diare
8

1.4.2.4. Bagi Keluarga

Memberikan asuhan keperawatan secara

mandiri guna meningkatkan kualitas hidup anak di

usia toddler.
9

DAFTAR PUSTAKA

Saudin D. Tanpa tahun. Pengaruh akupresure terhadap berhentinya diare

pada balita.https:/media.neliti.com. (diakses pada 27 januari 2019).

Agung dewa. 2018. Gambaran riwayat kejadian diare pada balita dan

pelaksanaan PHBS dalam tatanan rumah tangga di Desa Gegelang

Kecamatan Manggis tahun 2013. Intisari Sains Medis 2018, Volume

9, Number 1: 10-18. http://isainsmedis.id/ (diakses pada 23 januari

2019)

Kemenkes RI, 2011. Situasi penyakit diare di Indonesia. www.depkes.go.id

(diakses pada 04 februari 2019)

Depkes RI. 2011. Buku saku petugas kesehatan LINTAS DIARE.

Departemen keshatan RI

Anda mungkin juga menyukai