Teori Permintaan
1. Hukum Permintaan
Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah
permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan
harga dapat dibuat grafik kurva permintaan. Permintaan adalah kebutuhan
masyarakat / individu terhadap suatu jenis barang tergantung kepada faktor-
faktor sebagai sebagai berikut:
1. Apabila harga suatu barang naik, maka pembeli akan mencari barang
lain yang dapat digunakan sebagai pengganti barang tersebut, dan
sebaliknya apabila barang tersebut turun, konsumen akan menambah
pembelian terhadap barang tersebut.
2. Kenaikan harga menyebabkan pembelian riil konsumen berkurang,
sehingga memaksa konsumen mengurangi pembelian, terutama barang
yang akan naik harganya.
1
2
2. Elastisitas Permintaan
Elastisitas permintaan adalah satu pengukuran kuantitatif yang
menunjukkan sampai di mana besarnya pengaruh perubahan harga terhadap
perubahan permintaan. Elastisitas permintaan dibedakan menjadi tiga konsep
berikut:
a. Elastisitas permintaan harga adalah suatu ukuran yang menggambarkan
samapai di mana kuantitas yang diminta akan mengalami perubahan
sebagai akibat perubahan harga.
b. Elastisitas permintaan pendapatan adalah suatu ukuran yang
menggambarkan sampai di mana kuantitas yang diminta akan
mengalami perubahan sebagai akibat perubahan pendapatan.
c. Elastisitas permintaan silang adalah suatu ukuran yang
menggambarkan sampai di mana kuantitas yang diminta akan
mengalami perubahan sebagai akibat perubahan harga barang lain.
Bila parameter ATP dan WTP yang ditinjau, maka aspek pengguna
dalam hal ini dijadikan subyek yang menentukan tarif yang diberlakukan
dengan prinsip sebagai berikut:
Gambar 2.4. Zone ATP dan WTP terhadap tarif (Tamin, 1999)
C. Karakteristik Jasa
Jasa tidak dapat disimpan dan tidak memiliki daya tahan yang lama karena
sifatnya tergantung dari fluktuasi permintaan.
Apabila jasa yang diterima atau yang dirasakan (perceived service) sesuai
dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan.
Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa
dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih
rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan
demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa
dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. Kualitas total suatu jasa
terdiri dari tiga komponen utama (Gronroos, 1992 dalam Tjiptono, 2004).
Dalam bisnis jasa, sikap dan pelayanan contact personnel merupakan aspek
yang sangat penting dan menentukan kualitas jasa yang dihasilkan. Bila aspek
tersebut dilupakan, maka dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, perusahaan
yang bersangkutan bisa kehilangan banyak pelanggan. Meningkatnya intesitas
persaingan dalam bisnis dan semakin terdidiknya masyarakat juga mendorong
konsumen untuk beralih pada perusahaan lain yang dapat memahami kebutuhan
pelanggan dengan tepat dan memberikan pelayanan yang terbaik.
E. Harapan Pelanggan
2. Personal Need
Kebutuhan yang dirasakan seseorang mendasar bagi kesejahteraannya juga
sangat menentukan harapannya. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik,
sosial, dan psikologi.
3. Transitory Service Intensifier
Faktor ini merupakan faktor individual yang bersifat sementara atau jangka
pendek yang meningkatkan sensitivitas pelanggan terhadap jasa. Faktor ini
meliputi:
a. Pada situasi darurat saat pelanggan sangat membutuhkan jasa dan ingin
penyedia jasa dapat membantunya. Contoh, jasa asuransi mobil pada
saat terjadi kecelakaan lalu lintas dan bencana alam.
b. Jasa terakhir yang diterima atau dikonsumsi oleh pelanggan dapat
menjadi patokan baik buruknya jasa yang akan diterima berikutnya.
4. Perceived Service Alternatives
Merupakan persepsi pelanggan terhadap tingkat atau derajat pelayanan
perusahaan lain yang sejenis. Jika konsumen memiliki beberapa alternatif,
maka harapannya terhadap suatu jasa cenderung akan semakin besar.
5. Self-Perceived Service Role
Faktor ini merupakan persepsi pelanggan terhadap keterlibatannya dalam
mempengaruhi jasa yang diterimanya. Apabila konsumen terlibat dalam
proses penyampaian jasa dan jasa yang terjadi ternyata tidak begitu baik,
maka pelanggan tidak bias melimpahkan kesalahan sepenuhnya kepada pihak
penyedian jasa.
6. Situational Faktor
Faktor ini terdiri atas setiap kemungkinan yang bias mempengaruhi kinerja
jasa, diluar kendali penyedia jasa. Sebagai contoh pelayanan pada bank, pada
saat tertentu bank akan dipenuhi oleh nasabah sehingga pada nasabah akan
antri dan menunggu dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan
mengakibatkan menurunnya tingkat pelayanan minimal yang akan
diterimanya namun ini hanya bersifat sementara waktu karena ini juga bukan
salah dari pemberi jasa yang dalam hal ini adalah bank.
11