Anda di halaman 1dari 4

TUGAS BAHASA INDONESIA

MEMBUAT CERITA PENDEK

Di susun oleh :
1. Annurul Atiyatun T (07)
2. Fella Syahara K (16)
3. Fiya Nur Ishmatul A (17)
4. Khowash Syarfah I (20)
5. M. Aufa Hanif (22)
6. M. Khairul Rizal (25)
7. Rahmatika Rohadatul A (28)
8. Zahra Julia T (35)

DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA


SMA NEGERI 1 SLAWI

Jl. KH. Wahid Hasyim 1 Slawi, Kotak Pos 6


Telp (0283) 3317173, Fax (0283) 491164, Kode Pos 52415
Website : www.sman1slawi.sch.id, Email : sman1slawi.official@gmail.com
RENUNG HAMPA

PRANGG……

“ Kamu itu gimana! Sibuk kerja terus tanpa memperdulikan Alan! Mana tanggung
jawabmu sebagai seorang ibu!”.

“ kamu juga! Kamu selalu pulang larut malam! Anakmu butuh didikanmu sebagai
seorang laki-laki!”.

“Beraninya kamu!”

PLAAKK…..

Saat itu umurku 14 tahun, ayah dan ibuku bertengkar hebat dan aku melihat semuanya,
setelah itu, mereka memutuskan berpisah dan tidak memperdulikan aku. Kala itu aku bingung
harus kemana aku pergi, karena saat itu aku dihadapkan dengan 2 pilihan, ayahku atau ibuku.
Akupun memutuskan untuk hidup sendiri dan berjalan dengan cara hidupku sendiri.

Namaku Rizal Alandra.kini aku duduk di bangku kelas 2 SMA. Aku adalah anak tunggal.
Kedua orang tuaku sibuk bekerja sampai-sampai tidak pernah memperhatikan aku lagi. Namun
hidupku tak sehampa itu. Masih ada seseorang yang peduli denganku.

“Pagi Lan”.

“Pagi juga”.

Dia, dia adalah orang yang masih peduli denganku. Namanya Naura Faraddila.Dia yang
mau mendengar seluruh keluh kesalku, mau berada disampingku, tanpa memandang latar
belakang kehidupan keluargaku.

Umurku sekarang 17 tahun. Kini aku duduk dibangku kelas 2 SMA. Hidupku memang
sendiri, tapi ada 1 teman yang selalu bersamaku, Alex Aldebaran namanya. Biasa kupanggil
Baran. Dia temanku dari kelas 1 SMA dan sekarang kami berada di kelas yang sama juga.
Mungkin itu cara tuhan agar dia bisa menemaniku yang selalu dalam kesendirian.

Bel sekolahpun berbunyi, aku langsung terburu-buru pulang kerumah untuk berganti
pakaian dan pergi untuk kerja part time menjadi barista di sebuah cafe, tidak ada seorangpun
yang mengatahui hal ini, termasuk kedua temanku. Aku harus kerja part time untuk memenuhi
semua kebutuhan hidupku, aku tidak bisa terus-menerus mengandalkan uang transferan yang
dikirimkan oleh orang tuaku.

Tepat jam 11 malam aku pulang ke rumah. Rumah yang terlihat tidak berpenghuni,
kosong dan hampa, aku menginginkan kehidupanku yang dulu. Hidup yang penuh dengan
keceriaan,gurauan,candaan dan kasih saying dari kedua orang tuaku. Tidak seperti hidupku yang
sekarang, yang sudah berubah 180 derajat setelah orang tuaku bercerai.

Hidup sendiri itu menyulitkan. Mungkin bagi kebanyakan remaja laki-laki itu
mengasikkan, bebas, tak ada aturan. Tapi untukku, hidup sendiri itu hampa, yasudahlah masih
banyak yang harus kucapai walau sendiri.

“Kak Alan, kak Alan!”. Suara itu menyadarkanku dari lamunan.

“Ayo kak kesana, acaranya sudah mau mulai”. Katanya sambil menarikku dengan tangan
mungilnya. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya. Inilah Alan yang sekarang. Yang bahagia
bersama anak-anak yang bernasib sama sepertiku dahulu.

Anda mungkin juga menyukai