KMB 2 Pak Nasrul Thypoid

Anda mungkin juga menyukai

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 41

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TYPHOID”

Oleh :

Atik Mardhiyyah 0117039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2018/2019

1
Lampiran 1.Lembar Pernyataan (dilampirkan dalam makalah)

Dengan ini kami menyatakan bahwa:

Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bias kami reproduksi jika
makalah yang dikumpulkan hilang atau rusak

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorang pun
yang membuatkan makalah ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Mojokerto, 27 Februari 2019

Nama Nim Tanda Tangan Mahasiswa

Atik Mardhiyyah 0117039

2
DAFTAR ISI

Lampiran I …………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………... ii
DAFTAR ISI …………………………………………….. 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………….. 5
B. Rumusan Masalah …………………………………………….. 5
C. Tujuan …………………………………………….. 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medis ……………………………………………. 6
B. Konsep keperawatan ……………………………………………. 20
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ……………………………………………… 26
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………… 40
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 41

3
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Typoid”. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas 2 di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih


kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Bapak H.Nasrul Hadi Purwanto,S.Kep.Ns.,M.Kes sebagai
dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2 yang telah memberikan tugas
dan arahan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.

Kami mohon maaf dalam penulisan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan dan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingatakan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Mojokerto, 27 Februari 2019

Penulis

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia demam thypoid jarang dijumpai secara epidemic ,
tetapi lebih sering bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan
jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah.
Pasien anak yang ditemukan berumur diatas 1 tahun. Demam tifoid adalah
penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia,
perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan
mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto,
2002)
Masa inkubasi demam thypoid berlangsung selama 7-14 hari
(bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang
tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan
asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002.
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit
infeksi akut pada umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah, diare, konstipasi, serta suhu badan yang meningkat.
Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas,
berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut
kembung, bisa disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat.
Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di
bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk.
2001)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien typhoid ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien typhoid

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis
1. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan
infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang
yang terinfeksi kuman salmonella.
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh kuman salmonella Thypi
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C.
sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid
abdominalis, Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid
disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus
abdominalis
2. Anatomi Fisiologi

a. Mulut

Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari


dua bagian yaitu:

1) Bagian atas: gusi, gigi, bibir, dan pipi.

2) Bagian dalam/rongga mulut.

b. Faring

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut


dengan kerongkongan (esofagus).

6
c. Esofagus

Terletak di mediastrium rongga torakal, anterior terhadap


tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang
yang dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10
inci), menjadi distensi bila maknan melewatinya.

d. Lambung

Ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis


tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu
kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas sekitar 1500 ml.
Intlet ke lambung disebut pertemuan esofagogastirk. Bagian ini
dikelilingi oleh cincin otot halus , disebut sfringter esofagus bawah
atau springter kardia. Yang pada saat kontraksi, menutup lambung
dari esofagus. Lambung dapat dibagi kedalam empat bagian
anatomi: kardia (jalan masuk), fundus, korpus dan pilarus ( outtlet).

e. Springter piloris

Otot halus serkuler di diding pilorus yang berfungsi


mengontol lubang diantara lambung dan usus halus.

f. Usus halus

Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan


yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, dengan
panjangnya kurang lebih 2 m.

Lapisan usus halus terdiri dari:

1) Lapisan mukosa

2) Lapisan otot

3) Lapisan serosa (luar)

7
Usus halus terdiri dari 2 bagian yaitu:

1) Duodenum (usus duabelas jari)

Dengan panjang kurang lebih 25 cm, pada duo denim terdapat


muara saluran empedu dan saluran pankreas.

2) Yeyunum dan ileum

Dengan panjang kurang lebih 6 m, ujung bawah illeum


berhubungan dengan perantaraan lubang yang bernama
orifisim illeoseikal.

Fungsi usus halus:

1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap


melalui kapiler oleh darah dan saluran limpa.

2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.

3) Menyerap karbohidrat dalam bentuk monosakarida.

Dalam usus halus teradapat kelenjar yang menghasilkan getah usus


antara lain :

1) Entero kinase, mengaktifkan enzim proteolitik.

2) Eripsin, menerima protein menjadi asam amino.

g. Usus besar

Usus besar panjangnya kurang lebih 1,5 m, lebarnya 5-6 cm.


Lapisan usus besar terdiri dari (dari dalam keluar):

1) Selaput lendir

2) Lapisan otot

3) Lapisan ikat

8
4) Jaringan ikat

Fungsi usus besar:

1) Menyerap air dari makanan

2) Tempat tinggal bakteri coli

3) Tempat feses

Usus besar terdiri dari 7 bagian:

1) Sekum

2) Kolon asenden

Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur


keatas dari illeum sampai ke hati, panjangnya kurang
lebih 13 cm.

3) Apendik (usus buntu)

Sering disebut umbai cacing dengan panjang


kurang lebih 6 cm

4) Kolon tranversum

Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon


desenden dengan panjang kurang lebih 38 cm.

5) Kolon desenden

Terletak dalam rongga abdomen sebelah kiri


membujur dari atas ke bawah dengan panjangnya
kurang lebih 25 cm.

9
6) Kolon sigmoid

Terletak di dalam rongga pelvis sebelah kiri


yang membentuk huruf ‘S’, ujung bawah berhubungan
dengan rektum.

7) Rektum

Terletak di bawah kolon sigmoid yang


menghubungkan intestinum mayor dengan anus.

3. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A.
B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien
dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang
yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
4. Patway

10
5. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari
tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman


salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan
melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang
akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan
makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang
yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung,
sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian
lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke
aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi
darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa,
usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid
disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian
eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan
penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada
usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang.

11
6. Manifestasi Klinik
Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
a. Minggu I
pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari
dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot,
nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi /
diare, perasaan tidak enak di perut.

b. Minggu II
pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam,
bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi),
hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.

7. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan
sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan
syndroma uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis,
kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan
perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis,
spondilitis dan arthritis.

12
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus,
meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan
sidroma katatonia.

8. Penatalaksanaan
a. Perawatan.
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari
untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan
pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet.
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu
nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari
demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan.
1) Klorampenikol
2) Tiampenikol
3) Kotrimoxazol
4) Amoxilin dan ampicillin

9. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci
tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau
mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum
dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih
dan hindari makanan pedas.
10. Pemeriksaan penunjang

13
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah
pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam
typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi
kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan
kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan
jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali
meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya
typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam
typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup
kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan
laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh
perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat
demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif
pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-
minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah
dapat positif kembali.

14
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau
dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien,
antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan
darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah
mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman
dalam media biakan terhambat dan hasil biakan
mungkin negatif.

d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap
salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid
juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen
yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang
sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam
serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi
oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin
yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O
(berasal dari tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H
(berasal dari flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi
(berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin
besar klien menderita typhoid.

15
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
a. Faktor yang berhubungan dengan klien :
1. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat
pembentukan antibodi.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin
baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu
dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
3. Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit
yang dapat menyertai demam typhoid yang tidak dapat
menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia,
leukemia dan karsinoma lanjut.
4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini
dengan obat anti mikroba dapat menghambat
pembentukan antibodi.
5. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-
obat tersebut dapat menghambat terjadinya
pembentukan antibodi karena supresi sistem
retikuloendotelial.
6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang
divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O
dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya
menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan
titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau
2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang
yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai
diagnostik.
7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella
sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji
widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang
rendah.

16
8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan
titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena
penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid
pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa
lalu.
b. Faktor-faktor Teknis
1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat
mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga
reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan
reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan
mempengaruhi hasil uji widal.
3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi
antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya
aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella
setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.

9. Tumbuh kembang pada anak usia 6 – 12 tahun

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran


berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam
jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat
badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai
mengembangkan cirri sex sekundernya.

Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi


bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.

a. Motorik kasar
1) Loncat tali
2) Badminton
3) Memukul

17
4) Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan
secara bertahap meningkatkan irama dan keleluasaan.
b. Motorik halus
1) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model
dan bermain alat musik.

c. Kognitif
1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam
pemecahan masalah
3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian
kembali sejak awal
4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan
datang
d. Bahasa
1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata
keterangan, kata penghubung dan kata depan
3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan.

10. Dampak hospitalisasi

Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan


keluarga akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan
efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap
kerusakan penyakit dan pengobatan.

Penyebab anak stress meliputi :

18
a. Psikososial

Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain,


teman dan perubahan peran.

b. Fisiologis

Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak


mengontrol diri

c. Lingkungan asing

Kebiasaan sehari-hari berubah.

d. Pemberian obat kimia

Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12


tahun)

a) Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan


teman sebayanya
b) Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu
bertoleransi terhadap rasa nyeri
c) Selalu ingin tahu alasan tindaka.
d) Berusaha independen dan produktif

Reaksi orang tua

a) Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit,


prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa
depan anak
b) Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan
pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah
sakit

19
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Faktor Presipitasi dan Predisposisi
Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh
makanan yang tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella
paratyphoid A, B dan C yang ditularkan melalui makanan, jari tangan,
lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan tidak teratur.
Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan
yang tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, dari wc dan menyiapkan makanan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien typhoid adalah :
a. Resti ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b.d
hipertermi dan muntah.
b. Resti gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
c. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi.
d. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari
berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan
dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.

3. Perencanaan
Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan
perencanaan keperawatan pada klien dengan typhoid, adalah sebagai
berikut :

1) Kasus 1

20
- Diagnosa
Resti gangguan ketidak seimbangan volume cairan
dan elektrolit, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
hipertermia dan muntah.
- Tujuan
Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi.
- Kriteria hasil
Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital
(TD, S, N dan RR) dalam batas normal, tanda-tanda
dehidrasi tidak ada
- Intervensi
Kaji tanda - tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering,
turgor kulit tidak elastis dan peningkatan suhu tubuh,
pantau intake dan output cairan dalam 24 jam, ukur BB tiap
hari pada waktu dan jam yang sama, catat laporan atau hal-
hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung.
Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per
hari, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht,
K, Na, Cl) dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
cairan tambahan melalui parenteral sesuai indikasi.

2) Kasus II
- Diagnosa
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
- Tujuan
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
- Kriteria hasil
Nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan
stabil/ideal, nilai bising usus/peristaltik usus normal (6-12

21
kali per menit) nilai laboratorium normal, konjungtiva dan
membran mukosa bibir tidak pucat.
- Intervensi
Kaji pola nutrisi klien, kaji makan yang di sukai dan
tidak disukai klien, anjurkan tirah baring/pembatasan
aktivitas selama fase akut, timbang berat badan tiap hari.
Anjurkan klien makan sedikit tapi sering, catat laporan atau
hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi lambung,
kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet,
kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht
dan Albumin dan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat antiemetik seperti (ranitidine).

3) Kasus III
- Diagnosa
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
salmonella thypi
- Tujuan
Hipertermi teratasi
- Kriteria hasil
Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal
bebas dari kedinginan dan tidak terjadi komplikasi yang
berhubungan dengan masalah typhoid.
- Intervensi
Observasi suhu tubuh klien, anjurkan keluarga
untuk membatasi aktivitas klien, beri kompres dengan air
dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal
bila terjadi panas, anjurkan keluarga untuk memakaikan
pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti

22
piretik.

4) Kasus IV
- Diagnosa
Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari
berhubungan dengan kelemahan fisik
- Tujuan
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
- Kriteria hasil
Mampu melakukan aktivitas, bergerak dan
menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
- Intervensi
Berikan lingkungan tenang dengan membatasi
pengunjung, bantu kebutuhan sehari-hari klien seperti
mandi, BAB dan BAK, bantu klien mobilisasi secara
bertahap, dekatkan barang-barang yang selalu di butuhkan
ke meja klien, dan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian vitamin sesuai indikasi.

5) Kasus V
- Diagnosa
Resti infeksi sekunder berhubungan dengan
tindakan invasive
- Tujuan
Infeksi tidak terjadi
- Kriteria hasil
Bebas dari eritema, bengkak, tanda-tanda infeksi
dan bebas dari sekresi purulen/drainase serta febris.

- Intervensi

23
Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR dan RR).
Observasi kelancaran tetesan infus, monitor tanda-tanda
infeksi dan antiseptik sesuai dengan kondisi balutan infus,
dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti
biotik sesuai indikasi.

6) Kasus VI
- Diagnosa 6
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan
dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat
- Tujuan
Pengetahuan keluarga meningkat
- Kriteria hasil
Menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya,
melalui perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam
pengobatan.
- Intervensinya
Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga
klien tentang penyakit anaknya, Beri pendidikan kesehatan
tentang penyakit dan perawatan klien, beri kesempatan
keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti,
beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan
tepat, pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah,
tanya jawab dan demonstrasi dan tanyakan apa yang tidak
di ketahui klien, libatkan keluarga dalam setiap tindakan
yang dilakukan pada klien.

4. Evaluasi
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di
harapkan untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid
adalah : tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan

24
nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga
klien mengerti tentang penyakitnya.

25
BAB III
PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN THYPOID
DI RUANG INAYAH KAMAR 11
PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG

PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS : 10-05-2011
Jam masuk RS : 19.45 WIB
Tanggal pengkajian : 15-05-2011
Jam pengkajian : 20.30 WIB
Pengkaji : Ira Indra Imawati

1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : An.T
Tempat/tgl lahir : Kebumen,06-11-2006
Umur : 4,6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Bahasa yang dimengerti : Jawa/Indonesia
Dx Medis : Thypoid
No Rekam Medis : 0198092

Orang tua/wali :
Nama ayah/ibu/wali : Tn.K

26
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Buruh
Alamat ayah/ibu/wali : Wonorejo,1/2 karanganyar

2. KELUHAN UTAMA
Pasien panas .

3. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI


Pada tanggal 10 mei 20011 pukul 19.45 WIB klien di bawa ke IGD
PKU Muhammadiyah Gombong dengan keluhan panas sejak 5 hari yang
lalu,pusing,mual,lemes,.Pada saat di IGD pasien mendapatkan terapy
Aminopilin 2x300 g/l, amoxilin g/l, Infus RL 12tpm, puyer (Paracetamol
250mg 3x1).Tanda tanda vital Nadi di IGD; 110 x/mnt, suhu; 40º C, RR ;
16x/mnt. BB: 12Kg
Pasien dibawa ke bangsal inayah sekitar jam 20.00 WIB. Pada saat
di ruangan Kondisi klien tampak lemas,akral hangat,pusing,pasien
mual,tidak mau makan, tanda tanda vital; S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m.

4. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


1. Prenatal : Selama kehamilan ibu klien melakukan ANC ke bidan
secara teratur sesuai dengan anjuran dari bidan,
selama hamil tidak ada keluhan dan penyakit yang
diderita ibu klien
2. Perinatal dan post natal : An. N lahir spontan ditolong bidan,
BBL 3,2kg, langsung menangis.
3. Penyakit yang pernah diderita :Ibu klien mengatakan anaknya
tidak pernah sakit yang mengharuskan dirawat di RS,
baru kali ini.
4. Hospitalisasi/tindakan operasi : Klien belum pernah mengalami
hospitalisasi sebelum sakit yang sekarang.
5. Injuri/kecelakaan : Ibu klien mengatakan anaknya belum pernah
mengalami kecelakaan.

27
6. Alergi : Ibu klien mengatakan anaknya tidak mempunyai
riwayat alergi demikian juga dengan keluarga, tidak
ada yang mempunyai riwayat alergi.
7. Imunisasi dan tes laboratorium : Ibu klien mengatakan anaknya
sudah mendapatkan imunisasi lengkap.
8. Pengobatan : Apabila klien sakit ibu klien membawa ke
bidan atau dokter.

5. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh : Yang mengasuh klien adalah ibunya
sendiri
2. Hubungan dengan anggota keluarga : Hubungan dengan keluarga
dan orang lain baik, komunikasi masih belum lancar karena masih
dalam taraf perkembangan.
3. Hubungan dengan teman sebaya :Hubungan dengan teman sebaya
baik
4. Pembawaan secara umum : Klien nampak pendiam, kooperatif,
tidak takut dengan petugas

6. RIWAYAT KELUARGA
1. Sosial ekonomi :
Ibu klien sebagai seorang ibu rumah tangga dan bapak klien
sebagai buruh.
2. Lingkungan rumah :
Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih dan
ventilasi udara cukup, lantai rumah dari semen, jumlah jendela 6 buah,
tidak ada sumber polusi yang dekat dengan rumahnya.
3. Penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga, saudara yang mempunyai penyakit
menular ataupun menurun.

28
7. PENGKAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI
1. Personal sosial
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa memakai
baju, gosok gigi dengan bantuan ibunya, cuci dan mengeringkan
tangan, menyebutkan nama temanya.
2. Motorik halus
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa membuat
menara dari 6 kubus,meniru garis vertikal.
3. Bahasa
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa bicara
cukup mengerti, menyebut 4 gambar, mengatakan 2 nama kegiatan
4. Motorik kasar
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa
melompat dan melempar bola lengan ke atas
5. Interpretasi
Pertumbuhan dan perkembangan normal

8. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN KLIEN


1. Pemeliharaan kesehatan :
Selama ini apabila anaknya sakit atau ada anggota keluarga
yang sakit maka akan priksa ke bidan kalau tidak sembuh dibawa
ke dokter ataupun di bawa ke rumahsakit
2. Nutrisi :
Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar ,ibu klien
mengatakan klien susah makan sejak sebelum sakit biasanya hanya
makan pagi dan sore saja dan paling hanya 8- 10 sendok makan,
pada saat dikaji ibu klien mengatakan klien makan hanya 1-3
sendok. Ibu klien mengatakan anaknya muntah.
3. Cairan :

29
Sebelum sakit klien minum susu 1-3 gelas perhari, selama
sakit klien minum susu 1 gelas dan kadang minum air putih serta
mendapatkan terapi cairan IV RL.
4. Aktivitas :
Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya,
dapat bermain dengan teman-teman sebayanya di rumah, sekarang
klien hanya tiduran, tidak bisa beraktifitas seperti biasanya, ADL
dibantu oleh ibunya dan perawat.
5. Tidur dan istirahat :
Sebelum sakit klien tidur sekitar pukul 19.30 s.d 05.00,
tidur siang 2x dengan konsistensi 1 jam , pada saat sakit klien tidur
sekitar jam 20.00 sampai jam 05.00, tidur siang sekitar 3 jam
dengan konsistensi 1 jam.
6. Eliminasi :
Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari BAK: 4-6x/hari
7. Pada saat dikaji klien BAB 1x konsistensi padat dan BAK 3-
4x/hari
8. Pola hubungan :
Hubungan dengan orang tua baik, dengan orang lain dan
perawat baik.
9. Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan :
Orang tua klien memberikan kebebasan kepada anaknya
untuk bermain bersama teman-temannya asalkan tidak melebihi
waktunya beristirahat.
10. Kognitif dan persepsi :
Tidak ada keluhan tentang penglihatan, penciuman,
pendengaran dan perabaan, klien berumur 4,6 tahun kemampuan
kognitifnya baik,
11. Konsep diri :
Ibu klien mengatakan pingin anaknya cepat sembuh karena
tidak tega melihat anaknya sakit.

30
12. Seksual dan menstruasi :
Klien berjenis kelamin perempuan usia 4,6 tahun, belum
mengalami menstruasi.
13. Nilai :
Tidak ada nilai-nilai keluarga yang bertentangan dengan
kesehatan.

9. PEMERIKSAAN FISIK :
1) Keadaaan umum :
2) Tingkat kesadaran : composmentis.
3) S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m.
4) BB; 11 kg ,TB; 105 cm , LLA ; 18 cm , LK; 49 cm,LD; 60cm
5) Kulit : Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan
bersih, turgor kulit menurun,
6) Kepala : Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir rapi
dan bersih.
7) Mata : Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
8) Telinga : Simetris, discharge (-) bersih, bentuk normal.
9) Hidung : Simetris, discharge (-), bentuk normal,
10) Mulut : Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-),
Lidah kotor/ putih
11) Leher : JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran limponodi.
12) Dada :
- Paru-paru
I : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P : tidak ada nyeri tekan
P : sonor
A : vesikuler
- Jantung
S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-).

31
- Payudara :
Tak ada keluhan, simetris.
13) Abdomen :
I : Terlihat membesar
A : Bunyi bising usus 10x/m
P : Perut kembung, agak keras
P : Bunyi thimpany
14) Genetalia : Tak ada keluhan.
15) Muskuleskeletal : Tak ada keluhan, pergerakan sendi sesuai jenis,
ROM baik.
16) Neurologi : Normal, tak ada keluhan.

10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG


a. Lab darah
Tanggl :15-05-2011
Pukul :10.44 WIB
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Bilirubin total 0,90 mg/dl 0.00-1.00
Bilirubin direk 0.30 mg/dl < 0,20
SGOT 22.0 u/l 40.0 u/l
SGPT 23.0 u/l 41.0 u/l
Leokosit 12.61 4.80-10.80
Eritrosit 4.52 4.20- 5.40
Hemoglobin 11,9 g/dl 12-16 g/dl
Hematokrit 34.9 % 37-47 g/dl
MCV 77.2 79-99
MCH 34.1 g/dl 33.0-47.0
Trombosit 178x 10 /ul 82.0-95.0
HbSag Negative negatif
Gol. Darah O -
Widal (+)

32
b. Terapi
Tanggal Per-oral Per-interal
1. Ceftriaxon 2x 3 mg
Paracetamol 250 mg
2. Dexa 3 x2 mg
Ctm 3x1
3. Sotatic 2x 1 ½
Curliv 2x1
4. N. 500 /drip
5. Inffus RL 20 tpm
6. D5 15 tpm

1) ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1 DS : ibu Klien mengatakan Proses infekksi Hipertermi
anaknya badan nya panas salmonella thypi
DO : klien tampak lemas,
2. akral teraba hangat
3. Suhu: 3880C
4. Nadi: 100x/ menit
5. RR: 20x/ menit
2 DS: Proses inflamasi Nyeri
P: ibu pasien mengatakan anak
nya nyeri bila untuk
beraktifitas/bergerak hilang
apabila saat beristirahat.
Q : ibu pasien mengatakan nyeri
anak nya seperti ditusuk-tusuk
R: ibu Pasien mengatakan nyeri
anak nya pada perut bagian
kanan atas.

33
S: Skala nyeri 4
T: nyeri timbul hingga 5 menit
DO:
Wajah pasien tampak menahan
nyeri
N :100x/mnt
S : 38 C
RR: 20x/mnt
Ps lemah, ps tampak gelisah, ps
merintih kesakitan
Nafsu makan menurun, mual (+)
Konjungtiva anemis
Akral hangat
Pasien menangis
3 DS : ibu klien mengatakan klien Anoreksia ( mual dan Resiko nutrisi
makan susah hanya 1-3 sendok. muntah) kurang dari
6. Ibu klien mengatakan kebutuhan
anaknya muntah ± 2-3x setiap
makan
7. ibu Klien mengatakan
anaknya badan nya panas
DO :
8. klien muntah
9. BB : 11 kg
10. Porsi makan dari RS hanya
dimakan 1-3 sendok

34
2) PRIORITAS MASALAH
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
2. Nyeri b.d proses inflamasi
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual & muntah)

3) RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnoses Tujuan Intervensi
1 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan1. Mengobserfasi tanda – tanda
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jam vital
dengan diharapkan suhu tubuh normal
2. Pantau aktifitas kejang
proses ifeksi engan KH: 3. Pantau hidrasi
salmonella 1. Mempertahaankan suhu4.
tubuh Berikan kompres air biasa
thypi dalam batas normal 5. Pemberian terapi 0bat anti
piretik sesuai program
2 Nyeri b.d Setelah dilakukan tindakan a.monitor KU
proses keperawatan selama 2x24 jam b.kaji tingkat nyeri intensitas
inflamasi diharapkan nyeri dan skala nyeri
berkurang,dengan KH: c.jelaskan penyebab nyeri
1. Skala nyeri menjadi 3 d.ajarkan teknik distraksi
2. Pasien nampak lebih relaksasi(nafas dalam)
rileks e.posisikan pasien senyaman
3. Pasien mampu mungkin
mengontrol nyeri f.kolaborasi dengan tim medis
pemberian obat analgesik
3 Resiko Setelah dilakukan tindakan1. Kaji pola dan kebiasaan
nutrisi keperawatan selama 2 x 24 jam makan
kurang dari kebutuhan nutrisi adekuat dengan
2. Observasi adanya muntah
kebutuhan kriteria hasil : 3. Menganjurkan keluarga untuk
b.d anoreksia 1. Klien tidak muntah memberi makanan dalam porsi
( mual, 2. Porsi makan yang kecil tapi sering dan tidak

35
muntah) disediakan habis merangsang produksi asam
(biskuit)
4. Memberikan terapi pemberian
cairan dan nutrisi sesuai
program
5. Memberikan terapi pemberian
anti emetik sesuai program

4) IMPLEMENTASI
1. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi
Tgl Implementasi Respon pasien Ttd
15-05-
1. Mengukur tanda – S: 37,80 C, N: 100x/m,
2011 tanda vital R:20x/m.
Memantau aktifitas Pasien tidak mengalami kejang
kejang
Menganjurkan keluarga Klien sedikit-sedikit mau
untuk memberikan sedikit minum
minum tapi sering
4. Memberikan kompres Pasien dikompres pake air
hangat hangat
5. Memberikan terapi Terapi diberikan
sesuai program
16-05-
1. Mengukur kembali S: 36,8C, N: 100x/m, R:20x/m.
2011 tanda – tanda vital
2. Memantau kembali Pasien tidak mengalami kejang
aktifitas kejang
3. Menganjurkan Klien sedikit-sedikit mau
kembali keluarga untuk minum
memberikan sedikit minum

36
tapi sering
4. Memberikan kompres Pasien sudah tidak dikompres
hangat
5. Memberikan kembali Terapi diberikan
terapi sesuai program

2. Nyeri b.d proses inflamasi

Tgl Implementasi Respon pasien Ttd


15-05- Monitor KU / TTV Keadaan pasien lemah
2011 Mengkaji skala nyeri N : 100 x/mnt
Memberikan posisi yang R : 20 x/mnt
nyaman. S : 37 C
Mengajarkan teknik relaksasi Skala nyeri 4
Memberikan motivasi untuk
kompres air hangat pada bagian
yang sakit
Memberikan terapi obat terapi masuk
analgesik

3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual, muntah)


Tgl Implementasi Respon pasien Ttd
15-05- Mengkaji pola dan Klien makan hanya 1-3sdm
2011 kebiasaan makan
Mengobservasi adanya Klien sudah muntah 1x
muntah
Menganjurkan keluarga Ibu klien mengatakan anaknya
untuk memberi makanan masih susah makan
dalam porsi kecil tapi sering

37
dan tidak merangsang
produksi asam (biskuit)
Memberikan terapi Infus RL terpasang 20tpm
pemberian cairan dan
nutrisi sesuai program
Memberikan terapi Terapi diberikan
pemberian anti emetik
sesuai program
16-05- Mengkaji kembali pola 1.
dan Klien menghabiskan ¼ porsi
2011 kebiasaan makan dari RS
Mengobservasi kembali Klien sudah tidak muntah terus
adanya muntah
Menganjurkan kembali Klien terlihat makan
pada keluarga untuk biskuit,pisang
memberi makanan dalam
porsi kecil tapi sering dan
tidak merangsang produksi
asam
Memberikan kembali terapi Infus RL terpasang 20 tpm
pemberian cairan dan
nutrisi sesuai program
Memberikan kembali terapi Terapi diberikan
pemberian obat anti emetik
sesuai program

38
5) EVALUASI
Hari / SOAP Ttd
tanggal
Rabu S: ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak panas
18-05- O: klien masih tampak lemas,
2011
1. klien sudah tdak muntah
2. Suhu: 36 C
3. Nadi: 90x/ menit
4. RR: 20x/ menit
A: masalah teratasi sebagian
P: pertahankan intervensi

Rabu S: ibu Pasien mengatakan ,anak nya sudah tidak


18-05- nyeri perut
2011 O: pasien nampak rileks
A: Masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
Motivasi pasien untuk tetap melakukan teknik
relaksasi distraksi (nafas dalam) bila nyeri timbul
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgesik

Rabu S: : ibu klien mengatakan ,klien setiap habis makan


18-5- sudah berkurang muntah nya.
2011 O: klien masih muntah 1x
5. BB : 11kg
6. Porsi makan dari RS hanya dimakan ¼ porsi
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi

39
BAB IV

PENUTUP

A. Kesismpsulan

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, Typhoid adalah
penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever,
enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis

40
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2007), Defenisi Typhoid Abdominalis, (online)


http://www.laboratoriumklinikprodia.com di akses 21 februari 2019

https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/fakta-makanan-minuman-saat-tifus-
tipes/ ( di akses 21 februari 2019 )

Saifudin, (2006), Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperwatan, Edisi 3


Jakarta : EGC

41

Anda mungkin juga menyukai