CHRISTOPHER RYALINO
© 2008
TEHNIK INJEKSI
CHRISTOPHER RYALINO
PENDAHULUAN
Melakukan tindakan injeksi merupakan kegiatan yang sering dilakukan
oleh paramedis. Walaupun tindakan injeksi saat ini disarankan untuk
dihindari, tetap saja prosedur ini memiliki kelebihan dalam fungsinya
untuk „memasukkan‟ substansi tertentu (obat) ke dalam tubuh pasien.
Karena itu adalah penting bagi kita untuk mempelajari tehnik injeksi
ini. Namun bagaimana pun juga, menguasai tehnik injeksi tanpa
memahami prosedurnya secara lengkap dapat meningkatkan risiko
timbulnya komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan. Pada tahun
1999 sebagai mahasiswa fakultas kedokteran semester I saya mengikuti
Kersoskes bersama rekan-rekan semester VII (angkatan 1996) di
sebuah desa di Lombok. Dengan profesionalisme dan kegigihan seorang
mahasiswa semester I saya menyuntik pasien di acara Pelayanan G AMB AR P AS I E N AK AN DI I NJE K S I .
Kesehatan.
Malam harinya, seorang bapak datang ke posko kami dan mengeluh badannya panas dan pantatnya sedikit bengkak.
Ketika ditanya apakah ia disuntik hari itu, si bapak menjawab, “Iya pak dokter, saya disuntik sama dokter yang itu.”
Tidak salah lagi, ia berkata dengan mantap sambil menunjuk saya. Walhasil, di acara Yankes keesokan harinya,
tidak ada satu pun kakak kelas yang menawarkan saya untuk mencoba menyuntik pasien lagi. Saya pun cukup tahu
diri untuk tidak memintanya. Sebenarnya sampai sekarang saya tidak tahu apa benar saya yang menyuntiknya.
(NB: pada Yankes hari ke-3, untungnya saya diijinkan lagi. Terima kasih untuk dr. Muliani, sekarang dosen di Bagian
Anatomi, yang sudah mengajari saya tehnik menyuntik yang benar.)
KENAPA MENYUNTIK?
Sudah dijelaskan tadi bahwa terkadang tindakan menyuntik adalah permintaan dari pasien. “Indikasi sosial,” kata kita
TE
H para kaum medis selalu. Dan untuk menyenangkan pasien dan juga membuat dia merasa sudah sembuh, kita dengan
NI gagah berani akan menyuntiknya, walaupun hanya dengan berbekal injeksi vitamin B12.
K
IN Injeksi mulai menjadi sering dilakukan oleh praktisi medis sejak diketemukannya Penicillin pada dekade 1940-an.
JE Sampai saat ini, banyak sekali obat-obat yang sudah tersedia dalam bentuk injeksi, baik diberikan secara
KS intramuscular, intravena, subkutan, dan lain-lain. Obat-obatan tersebut diberikan secara parenteral karena biasanya
I|
6/ dengan demikian komponennya akan diserap oleh tubuh dengan jauh lebih cepat daripada pemberian per
13 oral. Atau, karena makanan akan mengganggu penyerapannya atau merusak strukturnya, maka
/2 solusinya adalah diberikan secara parenteral, misalnya obat insulin.
00
1
TEHNIK PENYUNTIKAN
Dalam kesempatan ini kita akan membahas tiga tehnik penyuntikan yang umum dipakai, yaitu:
1. Injeksi intramuscular
2. Injeksi intravena
3. Injeksi subcutan
Sesuai dengan tujuan pelatihan ini, maka dari ketiga tehnik tersebut di atas, kita akan lebih banyak membahas perihal
injeksi intramuscular. Semua peserta pelatihan diharapkan untuk mampu melakukan injeksi intramuscular dengan baik
sesuai dengan prosedur yang benar, sehingga akan diharapkan berguna pada saat melakukan pelayanan kesehatan nanti.
TEHNIK ASPIRASI
Walaupun aspirasi tidak lagi dilakukan pada metode injeksi subkutan, pada penyuntikan intramuscular dan TE
intravena prosedur ini harus dilakukan. Apabila pada injeksi intramuscular secara tidak sengaja ujung H
NI
jarum menembus pembuluh darah, maka obat yang disuntikkan akhirnya masuk secara intravena. Hal ini dapat K
mengakibatkan terbentuknya emboli sebagai akibat reaksi komponen kimia dari obat tersebut. IN
JE
Aspirasi dilakukan dengan cara berikut: KS
I|
Setelah Anda menusukkan jarum ke lokasi suntikan, pegang bagian bawah syringe dengan tangan non- 6/
dominan Anda, dan tarik bagian tongkat syringe ke atas dengan tangan dominan. Apabila jarum 13
/2
telah menembus pembuluh darah, darah akan masuk tertarik ke dalam syringe.
00
2
Apabila ini terjadi, dan tehnik injeksi yang Anda lakukan adalah injeksi intravena, maka prosedur yang Anda lakukan
sejauh ini benar. Jarum telah memasuki pembuluh darah, dan obat kini siap dimasukkan langsung ke pembuluh darah
balik tersebut.
Apabila darah masuk tertarik, dan tehnik injeksi yang Anda lakukan adalah intramuscular, maka prosedur yang Anda
lakukan salah. Jarum yang semestinya mencapai jaringan otot rupanya bersarang di pembuluh darah.Hal ini biasanya
terjadi karena lokasi injeksi kurang tepat. Cabut jarum dan ulangi prosedur penyuntikan dari awal.
Dann (1969) dan Koivisto & Felig (1978) menemukan bahwa tehnik desinfeksi dengan alkohol tidak selalu
mutlak diperlukan, dan ketika prosedur itu ditiadakan, rupanya angka infeksi post-injeksi yang terjadi tidak lebih
banyak daripada yang dilakukan swab alkohol sebelumnya.
Para ahli berpendapat bahwa apabila pasien tampak bersih secara fisik, dan tenaga medis juga mengikuti standar asepsis
yang benar, desinfeksi kulit sebelum penyuntikan intramuscular adalah tidak perlu. Dan apabila memang
dipandang perlu,maka kulit itu harus diswab dengan kapas alkohol selama 30 detik, dan kemudian
tunggu 30 detik lagi agar kulit menjadi kering lagi.
Jika injeksi dilakukan sebelum kulit kering, masih ada kemungkinan bakteri belum mati, dan malah bersama-sama
dengan alkohol bisa saja ikut menginokulasi lokasi penyuntikan sehingga meningkatkan risiko infeksi.
INJEKSI INTRAMUSCULAR
Adalah tindakan menyuntikkan obat ke dalam otot yang terperfusi baik, sehingga akan
mampu memberikan efek sistemik dalam waktu yang singkat, dan juga biasanya mampu
menyerap dalam dosis yang besar. Lokasi penyuntikan harus dipertimbangkan
dengan mengingat kondisi fisik pasien, usia pasien, dan jumlah obat yang
akan diberikan. Apabila pada lokasi suntikan yang diinginkan terdapat pembengkakan,
peradangan, infeksi, ataupun terdapat lesi dalam bentuk apapun, penyuntikan di lokasi ini
harus dihindari.
G AMB AR I N JE K S I IM
TE LOKASI
H Terdapat lima lokasi penyuntikan intramuscular yang sudah terbukti bahwa
NI obatnya akan diabsorbsi dengan baik oleh tubuh.
K
IN
1. PADA DAERAH LENGAN ATAS (DELTOID)
JE
KS Mudah dan dapat dilakukan pada berbagai posisi, namun
I| kekurangannya area penyuntikan paling kecil, dan jumlah obat
6/ yang ideal paling kecil (antara 0,5-1 ml).
13 Jarum disuntikkan kurang lebih 2,5 cm tepat di bawah
/2 tonjolan acromion.
00
3 G AMB AR L O K A S I D E L TO I D
Organ penting yang mungkin terkena adalah a.brachialis atau n.radialis. Hal ini terjadi apabila
kita menyuntik lebih jauh ke bawah daripada yang seharusnya.
Minta pasien untuk meletakkan tangannya di pinggul (seperti gaya seorang peragawati), dengan
demikian tonus ototnya akan berada kondisi yang mudah untuk disuntik dan dapat mengurangi
nyeri.
TEHNIK INJEKSI
Sudut masuk jarum berperan penting dalam derajat nyeri pasien saat injeksi. Injeksi intramuscular sebaiknya dilakukan
dengan memasukkan jarum tegak lurus dengan kulit (90 derajat) untuk memastikan jarumnya mengenai otot yang
dimaksud. Penelitian oleh Katsma dan Smith (1997) menemukan bahwa perawat-perawat di Inggris tidak selalu
menyuntikkan jarum 90 derajat pada injeksi intramuscular, dan rupanya hal ini berpengaruh pada penilaian derajat
nyeri yang dirasakan pasien.
Tehnik injeksi yang dilakukan hampir di seluruh dunia adalah dengan cara mengencangkan kulit di sekitar lokasi injeksi
dengan tujuan: (Stilwell, 1992)
1. Memudahkan penusukan jarum. Jarum akan lebih mudah menusuk kulit dengan sudut 90 derajat apabila kulit
yang ditusuk berada dalam keadaan teregang.
2. Dengan teregangnya kulit, maka secara mekanis akan membantu mengurangi sensitivitas ujung-ujung serat
saraf di permukaan kulit.
TEHNIK Z-TRACK
Selama dua dekade terakhir, telah berkembang tehnik penyuntikan intramuscular yang disebut tehnik Z-track. Keen
(1986) pertama kali mengemukakan dalam penelitiannya bahwa tehnik ini mampi mengurangi sensasi nyeri dan juga
TE mampu meminimalkan „kebocoran‟ (obat yang disuntikkan masuk ke ruang sub kutis pada saat jarum dicabut ).
H
NI Tehnik ini dilakukan dengan cara menarik kulit di atas lokasi suntikan ke arah lain, kurang lebih sejauh 1-2 cm. Hal ini
K akan menggerakkan jaringan cutan dan subcutan yang ada di atas otot yang akan disuntik. Ingatlah bahwa target
IN suntikan adalah otot, sehingga ketika menarik kulit tersebut kita tidak melepaskan mata kita dari lokasi suntikan yang
JE benar.
KS
I| Kemudian lakukan penyuntikan seperti biasa, dan ketika usai menarik jarum, lepaskan kulit yang sedari tadi Anda
6/ pegang. Hal ini mengakibatkan luka penetrasi jarum di jaringan otot akan ditutupi oleh jaringan kutis dan subkutis
13 yang intak. Menggerakkankan anggota gerak yang disuntik setelahnya juga dipercaya dapat membantu proses
/2 penyerapan obat karena hal itu akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang disuntik.
00
5
INJE KSI SU B KU T AN
Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan
diabsorpsi oleh tubuh dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained
absorption). Biasanya volume obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml per
sekali suntik.
Injeksi subkutan dilakukan dengan menyuntikkan jarum menyudut 45
derajat dari permukaan kulit. Kulit sebaiknya sedikit dicubit untuk
menjauhkan jaringan subkutis dari jaringan otot. Peragallo & Dittko
(1997) menggunakan CT scan dalam penelitian mereka dan menemukan G AMB AR I N JE K S I S UB K U TA N
bahwa injeksi subkutan sering kali masuk ke jaringan otot, terutama bila
dilakukan
pada daerah abdomen atau paha. Hal ini berbahaya karena insulin yang disuntikkan ke otot akan diserap lebih cepat
oleh tubuh dan sebagai akibatnya akan terjadi goncangan kadar glukosa darah yang dapat membawa pasien ke kondisi
hipoglikemia.
Dari studi yang sama juga didapatkan bahwa suntikan subkutan dipercaya tidak
lagi memerlukan aspirasi. Dari gambaran CT scan ditemukan bahwa suntikan
dengan tehnik subkutan hampir tidak pernah menembus pembuluh darah.
Springhouse Corporation (1993) bahkan menyatakan bahwa apabila penyuntikan
subkutan diawalin dengan aspirasi, akan meningkatkan risiko terjadinya
hematom di area subkutan.
NB: Sejak 1994 perkembangan terapi injeksi insulin sangat cepat. Saat ini jarum
alay suntik insulin bermerk sudah dibuat sedemikian rupa sehingga dengan sudut
90 derajat dengan kulit, insulin dapat masuk ke jaringan subkutan. Oleh
karenanya jangan heran melihat orang diabetes menyuntikkan insulin ke pahanya
sendiri dengan sudut masuk jarum tegak lurus dengan kulit.
G AMB AR M E NC UB I T K UL
I T UN TUK ME MU DA HK
AN
TE
H
NI
K
IN
JE
KS
I|
6/
13
/2
00
G AMB AR P I L I HAN L O K AS I I NJE K S I P AD A I NJE K S I S UB K U T AN
6
INJE KSI INT RAVE NA
Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat
yang disuntikkan akan diabsorpsi oleh tubuh
dengan pelan dan berdurasi panjang (slow
and sustained absorption). Biasanya volume
obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml
per sekali suntik.
Injeksi subkutan dilakukan dengan
menyuntikkan jarum menyudut 45 derajat
dari permukaan kulit. Kulit sebaiknya
sedikit dicubit untuk menjauhkan jaringan
subkutis dari jaringan otot. Peragallo &
Dittko (1997) menggunakan CT scan dalam
penelitian mereka dan menemukan bahwa
injeksi subkutan sering kali masuk ke
jaringan otot, terutama bila dilakukan
pada daerah abdomen atau paha. Hal ini G AMB AR P E N YU NTI K A N I NTR AVE NA ME NG G UN AK A N W I NG NE E DL E
berbahaya karena insulin yang disuntikkan ke
otot akan diserap lebih cepat oleh tubuh dan sebagai akibatnya akan terjadi goncangan kadar glukosa darah yang dapat
membawa pasien ke kondisi hipoglikemia.
PROSEDUR TINDAKAN
*
© 2008
TE
H
NI
K
IN
JE
KS
I|
6/
13
/2
00
8
R E FE R E N S I
Beyea SC, Nicholl LH (1995) Administration of medications via the intramuscular route: anintegrative review of
the literature and research-based protocol for the procedure.Applied Nursing Research. 5, 1, 23-33.
Burden M (1994) A practical guide to insulin injections. Nursing Standard. 8, 29, 25-29. Campbell J (1995) Injections.
Professional Nurse.10, 7, 455-458.
Chaplin G et al (1985) How safe is the air bubble technique for IM injections? Not very say these experts. Nursing.
15, 9, 59. Cockshott WP et al (1982) Intramuscular or intralipomatous injections. New England Journal of Medicine.
307, 6, 356-358.
Covington TP, Trattler MR (1997) Learn how to zero in on the safest site for an intramuscular injection. Nursing.
January, 62-63. Dann TC (1969) Routine skin preparation before injection. An unnecessary procedure. Lancet. ii, 96-
98.
Katsma D, Smith G (1997) Analysis of needle path during intramuscular injection. NursingResearch. 46, 5, 288-
292. Keen MF (1986) Comparison of Intramuscular injection techniques to reduce site discomfort and lesions.
Nursing
Research. 35, 4, 207-210.
Koivisto VA, Felig P (1978) Is skin preparation necessary before insulin injection? Lancet. i,
1072-1073.
MacGabhann L (1998) A comparison of two injection techniques. Nursing Standard. 12, 37, 39-41.
Peragallo-Dittko V (1997) Rethinking subcutaneous injection technique. American Journal of Nursing. 97, 5, 71-
72. Polillio AM, Kiley J (1997) Does a needless injection system reduce anxiety in children receiving
intramuscular
injections? Pediatric Nursing. 23, 1, 46-49.
Quartermaine S, Taylor R (1995) A Comparative study of depot injection techniques. NursingTimes. 91, 30, 36-
39. Simmonds BP (1983) CDC guidelines for the prevention and control of nosocomial infections: guidelines for
prevention of intravascular infections. American Journal of Infection Control. 11, 5, 183-189.
Springhouse Corporation (1993) Medication Administration and IV Therapy Manual. Second edition.
Pennsylvania, Springhouse Corporation.
Stilwell B (1992) Skills Update. London, MacMillan Magazines.
Thow J, Home P (1990) Insulin injection technique. British Medical Journal. 301, 7, July 3-
4. Torrance C (1989a) Intramuscular injection Part 2. Surgical Nurse. 2, 6, 24-27.
Torrance C (1989b) Intramuscular injection Part 1. Surgical Nurse. 2, 5, 6-10.
United Kingdom Central Council for Nursing, Midwifery and Health Visiting (1992)Standards for Administration of
Medicine. London, UKCC.
TE
H
NI
K The writer has made every effort to to trace the holders of the copyrighted printed materials. If we
IN have overlooked any, we will be plased to make necessary arrangements in the first opportunity.
JE This .pdf file, as well as hundreds other, will be available soon on www.balihealthworld.com The website
KS is currently under construction. Please stand by for any following news.
I|
Have a medical article, study report, or medical-based review of your own? Convert it into .pdf format and
6/ save it. As soon as www.balihealthworld.com in online, post it, and receive all the benefits from sharing
13 your knowledge to everyone.
/2
00 E-mail to manager@balihealthworld.com for more info.