Anda di halaman 1dari 10

TEHNIK INJEKSI

CHRISTOPHER RYALINO

PELATIHAN PRA-PJP UNTUK KOMEDIK


June 13, 2008

© 2008
TEHNIK INJEKSI
CHRISTOPHER RYALINO

PENDAHULUAN
Melakukan tindakan injeksi merupakan kegiatan yang sering dilakukan
oleh paramedis. Walaupun tindakan injeksi saat ini disarankan untuk
dihindari, tetap saja prosedur ini memiliki kelebihan dalam fungsinya
untuk „memasukkan‟ substansi tertentu (obat) ke dalam tubuh pasien.

Masyarakat di perifer, misalnya di desa-desa yang kebanyakan tingkat


pendidikannya menengah ke bawah, tindakan “menyuntik” ini bahkan
menjadi favorit. Banyak orang demikian merasa bahwa kalau dia
belum disuntik, artinya dia belum ke dokter, dan dia belum sembuh.

Karena itu adalah penting bagi kita untuk mempelajari tehnik injeksi
ini. Namun bagaimana pun juga, menguasai tehnik injeksi tanpa
memahami prosedurnya secara lengkap dapat meningkatkan risiko
timbulnya komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan. Pada tahun
1999 sebagai mahasiswa fakultas kedokteran semester I saya mengikuti
Kersoskes bersama rekan-rekan semester VII (angkatan 1996) di
sebuah desa di Lombok. Dengan profesionalisme dan kegigihan seorang
mahasiswa semester I saya menyuntik pasien di acara Pelayanan G AMB AR P AS I E N AK AN DI I NJE K S I .
Kesehatan.
Malam harinya, seorang bapak datang ke posko kami dan mengeluh badannya panas dan pantatnya sedikit bengkak.
Ketika ditanya apakah ia disuntik hari itu, si bapak menjawab, “Iya pak dokter, saya disuntik sama dokter yang itu.”
Tidak salah lagi, ia berkata dengan mantap sambil menunjuk saya. Walhasil, di acara Yankes keesokan harinya,
tidak ada satu pun kakak kelas yang menawarkan saya untuk mencoba menyuntik pasien lagi. Saya pun cukup tahu
diri untuk tidak memintanya. Sebenarnya sampai sekarang saya tidak tahu apa benar saya yang menyuntiknya.

(NB: pada Yankes hari ke-3, untungnya saya diijinkan lagi. Terima kasih untuk dr. Muliani, sekarang dosen di Bagian
Anatomi, yang sudah mengajari saya tehnik menyuntik yang benar.)

KENAPA MENYUNTIK?
Sudah dijelaskan tadi bahwa terkadang tindakan menyuntik adalah permintaan dari pasien. “Indikasi sosial,” kata kita
TE
H para kaum medis selalu. Dan untuk menyenangkan pasien dan juga membuat dia merasa sudah sembuh, kita dengan
NI gagah berani akan menyuntiknya, walaupun hanya dengan berbekal injeksi vitamin B12.
K
IN Injeksi mulai menjadi sering dilakukan oleh praktisi medis sejak diketemukannya Penicillin pada dekade 1940-an.
JE Sampai saat ini, banyak sekali obat-obat yang sudah tersedia dalam bentuk injeksi, baik diberikan secara
KS intramuscular, intravena, subkutan, dan lain-lain. Obat-obatan tersebut diberikan secara parenteral karena biasanya
I|
6/ dengan demikian komponennya akan diserap oleh tubuh dengan jauh lebih cepat daripada pemberian per
13 oral. Atau, karena makanan akan mengganggu penyerapannya atau merusak strukturnya, maka
/2 solusinya adalah diberikan secara parenteral, misalnya obat insulin.
00

1
TEHNIK PENYUNTIKAN
Dalam kesempatan ini kita akan membahas tiga tehnik penyuntikan yang umum dipakai, yaitu:

1. Injeksi intramuscular
2. Injeksi intravena
3. Injeksi subcutan

Sesuai dengan tujuan pelatihan ini, maka dari ketiga tehnik tersebut di atas, kita akan lebih banyak membahas perihal
injeksi intramuscular. Semua peserta pelatihan diharapkan untuk mampu melakukan injeksi intramuscular dengan baik
sesuai dengan prosedur yang benar, sehingga akan diharapkan berguna pada saat melakukan pelayanan kesehatan nanti.

G AMB AR P E RB E DA AN S UD UT MAS UK JA RU M P AD A I NJE K S I I NT RA DE R MAL , S UB K UT AN , DA N I N TRA MU S C UL A R .

TEHNIK ASPIRASI
Walaupun aspirasi tidak lagi dilakukan pada metode injeksi subkutan, pada penyuntikan intramuscular dan TE
intravena prosedur ini harus dilakukan. Apabila pada injeksi intramuscular secara tidak sengaja ujung H
NI
jarum menembus pembuluh darah, maka obat yang disuntikkan akhirnya masuk secara intravena. Hal ini dapat K
mengakibatkan terbentuknya emboli sebagai akibat reaksi komponen kimia dari obat tersebut. IN
JE
Aspirasi dilakukan dengan cara berikut: KS
I|
Setelah Anda menusukkan jarum ke lokasi suntikan, pegang bagian bawah syringe dengan tangan non- 6/
dominan Anda, dan tarik bagian tongkat syringe ke atas dengan tangan dominan. Apabila jarum 13
/2
telah menembus pembuluh darah, darah akan masuk tertarik ke dalam syringe.
00

2
Apabila ini terjadi, dan tehnik injeksi yang Anda lakukan adalah injeksi intravena, maka prosedur yang Anda lakukan
sejauh ini benar. Jarum telah memasuki pembuluh darah, dan obat kini siap dimasukkan langsung ke pembuluh darah
balik tersebut.

Apabila darah masuk tertarik, dan tehnik injeksi yang Anda lakukan adalah intramuscular, maka prosedur yang Anda
lakukan salah. Jarum yang semestinya mencapai jaringan otot rupanya bersarang di pembuluh darah.Hal ini biasanya
terjadi karena lokasi injeksi kurang tepat. Cabut jarum dan ulangi prosedur penyuntikan dari awal.

TEHNIK DESINFEKSI KULIT DI LOKASI SUNTIKAN


Walaupun tehnik desinfeksi kulit dengan kapas alkohol sebelum prosedur penyuntikan sudah dikenal luas, pada
kenyataannya ada perbedaan temuan. Misalnya menggunakan kapas alkohol sebelum menyuntikkan insulin secara
subkutan seringkali membuat kulit menjadi mengeras karena efek alkohol.

Dann (1969) dan Koivisto & Felig (1978) menemukan bahwa tehnik desinfeksi dengan alkohol tidak selalu
mutlak diperlukan, dan ketika prosedur itu ditiadakan, rupanya angka infeksi post-injeksi yang terjadi tidak lebih
banyak daripada yang dilakukan swab alkohol sebelumnya.

Para ahli berpendapat bahwa apabila pasien tampak bersih secara fisik, dan tenaga medis juga mengikuti standar asepsis
yang benar, desinfeksi kulit sebelum penyuntikan intramuscular adalah tidak perlu. Dan apabila memang
dipandang perlu,maka kulit itu harus diswab dengan kapas alkohol selama 30 detik, dan kemudian
tunggu 30 detik lagi agar kulit menjadi kering lagi.

Jika injeksi dilakukan sebelum kulit kering, masih ada kemungkinan bakteri belum mati, dan malah bersama-sama
dengan alkohol bisa saja ikut menginokulasi lokasi penyuntikan sehingga meningkatkan risiko infeksi.

INJEKSI INTRAMUSCULAR
Adalah tindakan menyuntikkan obat ke dalam otot yang terperfusi baik, sehingga akan
mampu memberikan efek sistemik dalam waktu yang singkat, dan juga biasanya mampu
menyerap dalam dosis yang besar. Lokasi penyuntikan harus dipertimbangkan
dengan mengingat kondisi fisik pasien, usia pasien, dan jumlah obat yang
akan diberikan. Apabila pada lokasi suntikan yang diinginkan terdapat pembengkakan,
peradangan, infeksi, ataupun terdapat lesi dalam bentuk apapun, penyuntikan di lokasi ini
harus dihindari.
G AMB AR I N JE K S I IM

TE LOKASI
H Terdapat lima lokasi penyuntikan intramuscular yang sudah terbukti bahwa
NI obatnya akan diabsorbsi dengan baik oleh tubuh.
K
IN
1. PADA DAERAH LENGAN ATAS (DELTOID)
JE
KS  Mudah dan dapat dilakukan pada berbagai posisi, namun
I| kekurangannya area penyuntikan paling kecil, dan jumlah obat
6/ yang ideal paling kecil (antara 0,5-1 ml).
13  Jarum disuntikkan kurang lebih 2,5 cm tepat di bawah
/2 tonjolan acromion.
00

3 G AMB AR L O K A S I D E L TO I D
 Organ penting yang mungkin terkena adalah a.brachialis atau n.radialis. Hal ini terjadi apabila
kita menyuntik lebih jauh ke bawah daripada yang seharusnya.
 Minta pasien untuk meletakkan tangannya di pinggul (seperti gaya seorang peragawati), dengan
demikian tonus ototnya akan berada kondisi yang mudah untuk disuntik dan dapat mengurangi
nyeri.

2. PADA DAERAH DORSOGLUTEAL (GLUTEUS MAXIMUS)


 Paling mudah dilakukan, namun angka terjadi
komplikasi paling tinggi.
 Hati-hati terhadap n.sciatus dan a.glutea superior
 Gambarlah garis imajiner horizontal setinggi
pertengahan glutea, kemudian buat dua garis imajiner
vertical yang memotong garis horizontal tadi pada
pertengahan pantat pada masing-masing sisi. Suntiklah
di regio glutea pada kuadran lateral atas.
 Volume suntikan ideal antara 2-4 ml.Minta pasien
G AMB AR L O K A S I G L UTE US M AX I M US
berbaring ke samping dengan lutut sedikit fleksi.

3. PADA DAERAH VENTROGLUTEAL (GLUTEUS MEDIUS)


 Letakkan tangan kanan Anda di pinggul kiri pasien pada trochanter major (atau sebaliknya).
Posisikan jari telunjuk sehingga menyentuh SIAS. Kemudian gerakkan jari tengah Anda sejauh
mungkin menjauhi jari telunjuk sepanjang crista iliaca. Maka jari telunjuk dan jari tengah Anda akan
membentuk huruf V.
 Suntikkan jarum di tengah-tengah huruf V itu, maka jarum akan menembus m. gluteus medius.
 Volume ideal antara 1-4 ml.

4. PADA DAERAH PAHA BAGIAN LUAR (VASTUS LATERALIS)


 Pada orang dewasa, m. vastus lateralis terletak pada sepertiga
tengah paha bagian luar.
 Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya
perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum
mencapai kedalaman yang tepat.
 Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml).

G AMB AR V AS T US L ATE RAL I S

5. PADA DAERAH PAHA BAGIAN DEPAN (RECTUS FEMORIS)


 Pada orang dewasa, m. rectus femoris terletak pada sepertiga
tengah paha bagian depan.
 Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya 8
perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum 0
0
mencapai kedalaman yang tepat. /2
3
 Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml). 1/
 Lokasi ini jarang digunakan, namun biasanya sangat penting 6
|
untuk melakukan auto-injection, misalnya pasien dengan SI
riwayat alergi berat biasanya menggunakan tempat ini untuk EKJ
menyuntikkan steroid injeksi yang mereka bawa kemana-mana.
NI
KI
G AMB AR R E C TUS FE MO RI S
EH
N
T
4
PROSEDUR TINDAKAN
 Siapkan obat yang akan disuntikkan, masukkan ke dalam syringe.
 Pertama-tama, pastikan identitas pasien. Anda tidak mau menyuntikkan obat ke pasien yang salah.
 Posisikan pasien dalam posisi yang nyaman, dan juga mudah serta ideal bagi Anda untuk melakukan injeksi
yang diinginkan.
 Tentukan lokasi penyuntikan yang benar sesuai dengan petunjuk di atas. Bersihkan kulit di atasnya dengan
alkohol atau cairan desinfektan lain.
 Pegang syringe dengan tangan dominan Anda (gunakan ibu jari dan jari telunjuk).
 Gunakan tangan non-dominan untuk mengencangkan kulit di sekitar lokasi suntikan.
 Masukkan jarum sehingga menembus otot yang dicari. Gunakan pengetahuan anatomi Anda
untuk memperkirakan kedalaman jarum.
 Lakukan aspirasi.Bila tidak ada darah, lanjutkan. Bila ada darah, cabut jarum, ulangi prosedur.
 Masukkan obat dengan perlahan (1 ml per 10 detik) sampai dosis yang diinginkan tercapai.
 Setelah usai, tarik jarum syringe. Tergantung jenis obat yang dimasukkan, ada beberapa obat yang
memerlukan pemijatan ringan untuk membantu penyerapan, namun ada pula yang tidak. Pahami secara
menyeluruh obat yang Anda suntikkan, atau silahkan baca rekomendasi dari pabrik pembuat obat.
 Pisahkan jarum dari syringe. Buang keduanya di tempat sampah khusus sampah medis.
 Periksa lokasi suntikan sekali lagi untuk memastikan bahwa tidak ada perdarahan, pembengkakan, atau
reaksi-reaksi lain yang terjadi.
 Catat dalam rekam medis pasien jenis obat yang dimasukkan, jumlahnya, dan waktu pemberian.

TEHNIK INJEKSI
Sudut masuk jarum berperan penting dalam derajat nyeri pasien saat injeksi. Injeksi intramuscular sebaiknya dilakukan
dengan memasukkan jarum tegak lurus dengan kulit (90 derajat) untuk memastikan jarumnya mengenai otot yang
dimaksud. Penelitian oleh Katsma dan Smith (1997) menemukan bahwa perawat-perawat di Inggris tidak selalu
menyuntikkan jarum 90 derajat pada injeksi intramuscular, dan rupanya hal ini berpengaruh pada penilaian derajat
nyeri yang dirasakan pasien.
Tehnik injeksi yang dilakukan hampir di seluruh dunia adalah dengan cara mengencangkan kulit di sekitar lokasi injeksi
dengan tujuan: (Stilwell, 1992)
1. Memudahkan penusukan jarum. Jarum akan lebih mudah menusuk kulit dengan sudut 90 derajat apabila kulit
yang ditusuk berada dalam keadaan teregang.
2. Dengan teregangnya kulit, maka secara mekanis akan membantu mengurangi sensitivitas ujung-ujung serat
saraf di permukaan kulit.

TEHNIK Z-TRACK
Selama dua dekade terakhir, telah berkembang tehnik penyuntikan intramuscular yang disebut tehnik Z-track. Keen
(1986) pertama kali mengemukakan dalam penelitiannya bahwa tehnik ini mampi mengurangi sensasi nyeri dan juga
TE mampu meminimalkan „kebocoran‟ (obat yang disuntikkan masuk ke ruang sub kutis pada saat jarum dicabut ).
H
NI Tehnik ini dilakukan dengan cara menarik kulit di atas lokasi suntikan ke arah lain, kurang lebih sejauh 1-2 cm. Hal ini
K akan menggerakkan jaringan cutan dan subcutan yang ada di atas otot yang akan disuntik. Ingatlah bahwa target
IN suntikan adalah otot, sehingga ketika menarik kulit tersebut kita tidak melepaskan mata kita dari lokasi suntikan yang
JE benar.
KS
I| Kemudian lakukan penyuntikan seperti biasa, dan ketika usai menarik jarum, lepaskan kulit yang sedari tadi Anda
6/ pegang. Hal ini mengakibatkan luka penetrasi jarum di jaringan otot akan ditutupi oleh jaringan kutis dan subkutis
13 yang intak. Menggerakkankan anggota gerak yang disuntik setelahnya juga dipercaya dapat membantu proses
/2 penyerapan obat karena hal itu akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang disuntik.
00

5
INJE KSI SU B KU T AN
Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan
diabsorpsi oleh tubuh dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained
absorption). Biasanya volume obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml per
sekali suntik.
Injeksi subkutan dilakukan dengan menyuntikkan jarum menyudut 45
derajat dari permukaan kulit. Kulit sebaiknya sedikit dicubit untuk
menjauhkan jaringan subkutis dari jaringan otot. Peragallo & Dittko
(1997) menggunakan CT scan dalam penelitian mereka dan menemukan G AMB AR I N JE K S I S UB K U TA N
bahwa injeksi subkutan sering kali masuk ke jaringan otot, terutama bila
dilakukan
pada daerah abdomen atau paha. Hal ini berbahaya karena insulin yang disuntikkan ke otot akan diserap lebih cepat
oleh tubuh dan sebagai akibatnya akan terjadi goncangan kadar glukosa darah yang dapat membawa pasien ke kondisi
hipoglikemia.
Dari studi yang sama juga didapatkan bahwa suntikan subkutan dipercaya tidak
lagi memerlukan aspirasi. Dari gambaran CT scan ditemukan bahwa suntikan
dengan tehnik subkutan hampir tidak pernah menembus pembuluh darah.
Springhouse Corporation (1993) bahkan menyatakan bahwa apabila penyuntikan
subkutan diawalin dengan aspirasi, akan meningkatkan risiko terjadinya
hematom di area subkutan.
NB: Sejak 1994 perkembangan terapi injeksi insulin sangat cepat. Saat ini jarum
alay suntik insulin bermerk sudah dibuat sedemikian rupa sehingga dengan sudut
90 derajat dengan kulit, insulin dapat masuk ke jaringan subkutan. Oleh
karenanya jangan heran melihat orang diabetes menyuntikkan insulin ke pahanya
sendiri dengan sudut masuk jarum tegak lurus dengan kulit.
G AMB AR M E NC UB I T K UL
I T UN TUK ME MU DA HK
AN

TE
H
NI
K
IN
JE
KS
I|
6/
13
/2
00
G AMB AR P I L I HAN L O K AS I I NJE K S I P AD A I NJE K S I S UB K U T AN
6
INJE KSI INT RAVE NA
Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat
yang disuntikkan akan diabsorpsi oleh tubuh
dengan pelan dan berdurasi panjang (slow
and sustained absorption). Biasanya volume
obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml
per sekali suntik.
Injeksi subkutan dilakukan dengan
menyuntikkan jarum menyudut 45 derajat
dari permukaan kulit. Kulit sebaiknya
sedikit dicubit untuk menjauhkan jaringan
subkutis dari jaringan otot. Peragallo &
Dittko (1997) menggunakan CT scan dalam
penelitian mereka dan menemukan bahwa
injeksi subkutan sering kali masuk ke
jaringan otot, terutama bila dilakukan
pada daerah abdomen atau paha. Hal ini G AMB AR P E N YU NTI K A N I NTR AVE NA ME NG G UN AK A N W I NG NE E DL E
berbahaya karena insulin yang disuntikkan ke
otot akan diserap lebih cepat oleh tubuh dan sebagai akibatnya akan terjadi goncangan kadar glukosa darah yang dapat
membawa pasien ke kondisi hipoglikemia.

MEMPERKIRAKAN TEMPAT KATUP VENA, DAN MENGHINDARINYA


Karena kita akan menyuntikkan obat dengan jarum ke dalam vena, adalah penting bagi kita untuk menghindari katup
vena. Apabila katup vena ini tidak sengaja tertusuk, maka dapat menyebabkan kerusakan permanen pada katup
tersebut, dan bahkan dapat menyebabkan kolaps pada vena yang bersangkutan.
Katup-katup ini ada dengan tujuan untuk mencegah alirah darah balik pada vena (mencegah aliran darah menjauhi
jantung). Untuk mengetahui dimana saja terdapat katup ini, lakukan tekanan ke arah distal pada vena yang
bersangkutan. Hal ini bertujuan mendorong darah yang ada di vena balik ke arah distal, mendekati katup terakhir yang
dilewatinya.
Ikuti tekanan itu dan akan Anda temukan nantinya ada tempat tertentu dimana darah yang Anda dorong itu tidak
dapat “lewat” lagi. Di tempat itulah terdapat katup vena. Sekarang Anda tahu di tampat itu Anda tidak boleh
melakukan suntikan. Terkesan sederhana, namun terkadang melokalisir posisi katup itu dapat menjadi sesuatu yang
sulit untuk dilakukan.

PROSEDUR TINDAKAN

TE  Cuci tangan terlebih dahulu, Bila perlu gunakan


H sarung tangan untuk melindungi Anda.
NI  Tentukan lokasi injeksi. Carilah vena perifer yang
K tampak atau yang cukup besar sehingga akan
IN memudahkan Anda untuk melakukan injeksi nantinya.
JE Ada kalanya vena yang ideal tidak ada, dan kemudian
KS
akan tergantung kepada keahlian dan pengalaman
I|
6/ Anda untuk berhasil melakukan injeksi.
13  Bersihkan lokasi injeksi dengan kapas alkohol.
/2  Pasang torniquet di bagian proximal dari lokasi
00 injeksi.
G AMB AR I N JE K S I I NT RA VE NA
7
 Suntikkan jarum dengan sudut sekitar 45 derajat atau kurang ke dalam vena yang telah Anda tentukan. Jarum
mengarah ke arah proximal sehingga obat yang nanti disuntikkan tidak akan menyebabkan turbulensi ataupun
pengkristalan di lokasi suntikan.
 Lakukan aspirasi:
o Bila tidak ada darah, berarti perkiraan Anda salah. Beberapa organisasi keperawatan
mengajarkan untuk terus berusahan melakukan probing dan mencari venanya,selama tidak
terjadi hematom. Beberapa lagi menganjurkan untuk langsung dicabut dan prosedur diulangi
lagi.
o Bila ada darah yang masuk, berwarna merah terang, sedikit berbuih, dan memiliki tekanan, segera
tarik jarum dan langsung lakukan penekanan di bekas lokasi injeksi tadi. Itu berarti Anda
mengenai arteri. Walaupun ini jarang terjadi, karena kecuali Anda menusuk dan melakukan
probing terlalu dalam, Anda tetap harus tahu mengenai resiko ini.
o Bila ada darah yang masuk, berwarna merah gelap, dan tidak memiliki tekanan, itu adalah vena.
Lanjutkan dengan langkah berikut.
 Lepaskan tirniquet dengan hati-hati, jangan sampai menggerakkan jarum yang sudah masuk dengan benar.
 Suntikkan obat secara perlahan-lahan. Terkadang mengusap-usap vena di bagian proximal dari lokasi injeksi
dengan kapas alkohol dapat mengurangi nyeri selama memasukkan obat.
 Setelah selesai, cabut jarum dan langsung lakukan penekanan di bekas lokasi injeksi dengan kapas alkohol.
Penekanan dilakukan kurang lebih 2-5 menit. Atau bisa juga Anda gunakan band-aid untuk menutupi luka
suntikan itu.
 Buanglah syringe dan jarum ke dalam tempat sampah medis.
 Cuci tangan, lepaskan sarung tangan, dan cuci tangan lagi.

*
© 2008

TE
H
NI
K
IN
JE
KS
I|
6/
13
/2
00

8
R E FE R E N S I
Beyea SC, Nicholl LH (1995) Administration of medications via the intramuscular route: anintegrative review of
the literature and research-based protocol for the procedure.Applied Nursing Research. 5, 1, 23-33.
Burden M (1994) A practical guide to insulin injections. Nursing Standard. 8, 29, 25-29. Campbell J (1995) Injections.
Professional Nurse.10, 7, 455-458.
Chaplin G et al (1985) How safe is the air bubble technique for IM injections? Not very say these experts. Nursing.
15, 9, 59. Cockshott WP et al (1982) Intramuscular or intralipomatous injections. New England Journal of Medicine.
307, 6, 356-358.
Covington TP, Trattler MR (1997) Learn how to zero in on the safest site for an intramuscular injection. Nursing.
January, 62-63. Dann TC (1969) Routine skin preparation before injection. An unnecessary procedure. Lancet. ii, 96-
98.
Katsma D, Smith G (1997) Analysis of needle path during intramuscular injection. NursingResearch. 46, 5, 288-
292. Keen MF (1986) Comparison of Intramuscular injection techniques to reduce site discomfort and lesions.
Nursing
Research. 35, 4, 207-210.
Koivisto VA, Felig P (1978) Is skin preparation necessary before insulin injection? Lancet. i,
1072-1073.
MacGabhann L (1998) A comparison of two injection techniques. Nursing Standard. 12, 37, 39-41.
Peragallo-Dittko V (1997) Rethinking subcutaneous injection technique. American Journal of Nursing. 97, 5, 71-
72. Polillio AM, Kiley J (1997) Does a needless injection system reduce anxiety in children receiving
intramuscular
injections? Pediatric Nursing. 23, 1, 46-49.
Quartermaine S, Taylor R (1995) A Comparative study of depot injection techniques. NursingTimes. 91, 30, 36-
39. Simmonds BP (1983) CDC guidelines for the prevention and control of nosocomial infections: guidelines for
prevention of intravascular infections. American Journal of Infection Control. 11, 5, 183-189.
Springhouse Corporation (1993) Medication Administration and IV Therapy Manual. Second edition.
Pennsylvania, Springhouse Corporation.
Stilwell B (1992) Skills Update. London, MacMillan Magazines.
Thow J, Home P (1990) Insulin injection technique. British Medical Journal. 301, 7, July 3-
4. Torrance C (1989a) Intramuscular injection Part 2. Surgical Nurse. 2, 6, 24-27.
Torrance C (1989b) Intramuscular injection Part 1. Surgical Nurse. 2, 5, 6-10.
United Kingdom Central Council for Nursing, Midwifery and Health Visiting (1992)Standards for Administration of
Medicine. London, UKCC.

TE
H
NI
K The writer has made every effort to to trace the holders of the copyrighted printed materials. If we
IN have overlooked any, we will be plased to make necessary arrangements in the first opportunity.
JE This .pdf file, as well as hundreds other, will be available soon on www.balihealthworld.com The website
KS is currently under construction. Please stand by for any following news.
I|
Have a medical article, study report, or medical-based review of your own? Convert it into .pdf format and
6/ save it. As soon as www.balihealthworld.com in online, post it, and receive all the benefits from sharing
13 your knowledge to everyone.
/2
00 E-mail to manager@balihealthworld.com for more info.

Anda mungkin juga menyukai