Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFARK MIOKARDIUM AKUT

A. Pengkajian keperawatan
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan:
 Keluhan utama:

Pasien Infark Miokard Akut mengeluh nyeri pada dada substernal,


yang rasanya tajam dan menekan sangat nyeri, terus menerus dan dangkal.
Nyeri dapat menyebar ke belakang sternum sampai dada kiri, lengan kiri,
leher, rahang, atau bahu kiri. Nyeri miokard kadang-kadang sulit dilokalisasi
dan nyeri mungkin dirasakan sampai 30 menit tidak hilang dengan istirahat
atau pemberian nitrogliserin (Ni Luh Gede Y, 2011 : 94)
 Riwayat penyakit keluarga:

Riwayat penyakit jantung keluarga, diabetes mellitus, peningkatan


kolesterol darah, kegemukan, hipertensi, yang beresiko diturunkan secara
genetik berdasarkan kebiasaan keluarganya. (Ni Luh Gede Y, 2011 : 94)
 Riwayat penyakit sekarang:

Pada pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian dada
yang dirasakan lebih dari 30 menit, nyeri dapat menyebar samapi lengan kiri,
rahang dan bahu yang disertai rasa mual, muntah, badan lemah dan pusing.
(Ni Luh Gede Y, 2011 : 94)
 Riwayat penyakit dahulu:

Pada klien infark miokard akut perlu dikaji mungkin pernah


mempunyai riwayat diabetes mellitus, karena diabetes mellitus terjadi
hilangnya sel endotel vaskuler berakibat berkurangnya produksi nitri oksida
sehingga terjadi spasme otot polos dinding pembuluh darah.
Hipersenti yang sebagian diakibatkan dengan adanya penyempitan
pada arteri renalis dan hipo perfusi ginjal dan kedua hal ini disebabkan lesi
arteri oleh arteroma dan memberikan komplikasi trombo emboli (J.C.E
Underwood, 2012 : 130)
 Riwayat psikososial:

Rasa takut, gelisah dan cemas merupakan psikologis yang sering


muncul pada klien dan keluarga. Hal ini terjadi karena rasa sakit, yang
dirasakan oelh klien. Perubahan psikologis tersebut juga muncul akibat
kurangnya pengetahuan terhadap penyebab, proses dan penanganan penyakit
infark miokard akut. Hal ini terjadi dikarenakan klien kurang kooperatif
dengan perawat. (Ni Luh Gede Y, 2011 : 94)
3. Pemeriksaaan fisik
a. Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik
atau compos mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkatan gangguan yang
melibatkan perfusi sistem saraf pusat. (Muttaqin, 2010:78)
b. Tanda-Tanda Vital
Didapatkan tanda-tanda vital, suhu tubuh meningkat dan menurun,
nadi meningkat lebih dari 20 x/menit. (Huda Nurarif, Kusuma, 2015 : 25)
c. Pemeriksaan Fisik Persistem
 Sistem Persyarafan
Kesadaran pasien kompos mentis, pusing, berdenyut, sakit kepala,
disorientasi, bingung, letargi. (Bararah dan Jauhar, 2013 : 123)
 Sistem Penglihatan
Pada pasien infark miokard akut penglihatan terganggu dan terjadi
perubahan pupil. (Bararah dan Jauhar, 2013 : 123)
 Sistem Pernafasan
Biasanya pasien infark miokard akut mengalami penyakit paru
kronis, napas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman
pernapasan, bunyi napas tambahan (krekels, ronki, mengi), mungkin
menunjukkan komplikasi pernapasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena romboembolitik pulmonal, hemoptysis.
(Bararah dan Jauhar, 2013 : 123)
 Sistem Pencernaan
Pasien biasanya hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan, mual muntah, perubahan berat badan, perubahan
kelembaban kulit. (Bararah dan Jauhar, 2013 : 123)
 Sistem Perkemihan
Pasien biasanya oliguria, haluaran urine menurun bila curah
jantung menurun berat. (Bararah dan Jauhar, 2013 : 123)
 Sistem Kardiovaskuler
Biasanya bunyi jantung irama tidak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun. (Bararah dan Jauhar, 2013 : 123)
 Sistem Endokrin
Pasien infark miokard akut biasanya tidak terdapat gangguan pada
sistem endokrin. (Bararah dan Jauhar, 2013 : 123)
 Sistem Muskuluskeletal
Biasanya pada pasien infark miokard akut terjadi nyeri,
pergerakan ekstremitas menurun dan tonus otot menurun. (Huda Nurarif
dan Kusuma,2015: 25)
 Sistem Integumen
Pada pasien infark miokard akut turgor kulit menurun, kulit pucat,
sianosis. (Bararah dan Jauhar, 2013 : 123)

4. Pada pemeriksaan EKG


a. Fase hiperakut (beberapa jam permulaan serangan)
Elevasi yang curam dari segmen ST Gelombang T yang tinggi dan lebar
VAT memanjang Gelombang Q tampak
b. Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian)
Gelombang Q patologis Elevasi segmen ST yang cembung ke atas
Gelombang T yang terbalik (arrowhead)
c. Fase resolusi (beberapa minggu / bulan kemudian)
Gelombang Q patologis tetap ada Segmen ST mungkin sudah kembali
iseolektris Gelombang T mungkin sudah menjadi normal. Pada pemeriksaan
darah (enzim jantung CK & LDH)

B. Analisa data
1. Data objektif
Pasien Infark Miokard Akut mengeluh nyeri pada dada substernal, yang rasanya
tajam dan menekan sangat nyeri, terus menerus dan dangkal.
2. Data subjektif
Didapatkan tanda-tanda vital, suhu tubuh meningkat dan menurun, nadi meningkat
lebih dari 20 x/menit, bunyi jantung irama tidak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun
dan bunyi napas tambahan (krekels, ronki, mengi).

C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berbuhungan dengan iskemia miokard
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli
atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar-kapiler (atelektasis,
kolaps jalan napas/alveolara edema paru/efusi, sekresi berlebihan/perdarahan
aktif)
3. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan spasme arteri
koroner
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan iskemia/nekrotik jaringan miokard
D. Intervensi keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan kriteria intervensi rasional


hasil
1. Nyeri akut 1. Menyatakan 1. Pantau atau catat 1. Pasien
berbuhungan nyeri dada hilang karakteristik nyeri merasakan
dengan / terkontrol 2. Ambil gambaran nyeri tajam
iskemia 2. mendemonstrasi lengkap terhadap dan
miokard kan penggunaan nyeri dari pasien menekan
tekhnik relaksasi. termaksud lokasi dibagian
3. Menunjukan intensitas lama dada
menurunnya kualitas dan 2. Pasien
tegangan, dan penyebaran merasakan
mudah bergerak 3. Kaji ulang riwayat nyeri
angina sebelumnya dibagian
4. Anjurkan pasien dada,
untuk melaporkan dengan
nyeri dengan segera intensitas
5. Berikan lingkungan sering, nyeri
yang tenang tajam dan
aktivitas perlahan tertekan
dan tindakan serta
nyaman menjalar ke
6. Bantu melakukan area lainnya.
tekhnik relaksasi lainnya.
7. berikan obat sesuai 3. Pasien
indikasi melaporkan
kepada
peraat ketika
nyeri mulai
terasa
4. Pasien
merasa
nyaman
dengan
lingkungan
yang tenang
5. Pasien dapat
melakukan
teknik
relaksasi
6. Memberikan
obat dengan
kolaborasi
dokter
2. Kerusakan Oksigenasi dengan 1. Catat frekuensi dan 1. Frekuensi
pertukaran GDA dalam rentang kedalaman nafas pasien
gas normal (pa O2 < 80 pernapasan, menjadi
berhubungan mmHg, paCo2 > 45 penggunaan otot cepat
dengan mmHg dan saturasi < bantu pernapasan pendek,
gangguan 80 mmHg ) setelah 2. Auskultasi paru perubahan
aliran darah dilakukan tindakan untuk mengetahui kecepatan/ke
ke alveoli keperawatan selama penurunan/tidak dalaman
atau dirumah sakit adanya bunyi napas pernapasan.
kegagalan 1. Tidak sesak napas dan adanya bunyi 2. bunyi napas
utama paru, 2. Tidak gelisah tambahan misal tambahan
perubahan 3. GDA dalam batas krakles, ronchi dan (krekels,
membra normal (paO2 < 80 lain-lain ronki,
alveolar- mmHg, paCo2 > 3. Lakukan tindakan mengi),
kapiler 45 mmHg dan untuk 3. pasien dapat
(atelektasis, saturasi < 80 memperbaiki/memp melakukan
kolaps jalan mmHg ) ertahankan jalan tehnik nafas
napas/alveolar napas misalnya, dalam
a edema batuk, penghisapan 4. pasien
paru/efusi, lender dan lain-lain nyaman
sekresi 4. Tinggikan dengan
berlebihan/per kepala/tempat tidur posisi
darahan aktif) sesuai semifowler
kebutuhan/toleransi
pasien
5. Kaji toleransi
aktivitas misalnya
keluhan,
kelemahan/kelelaha
n selama kerja atau
tanda vital berubah
3. Risiko Perfusi adekuat 1. Lihat pucat, 1. Terdapat
penurunan secara individual, sianosis, kulit sianosis
perfusi contoh kulit hangat dingin/lembab. 2. Tidak
jaringan dan kering, ada nadi Catat kekuatan nadi terdapat
jantung perifer/kuat, tanda perifer. nyeri Homan
berhubungan vital dalam batas 2. Kaji tanda Homan 3. Pasien dapat
dengan normal, pasien (nyeri pada betis menggerakk
spasme arteri sadar/berorientasi, dengan posisi an
koroner keseimbangan dorsofleksi), ekstremitas
pemasukan/pengeluar eritema, edema bagian baah
an, tak ada edema, 3. Dorong latihan kaki 4. Frekuensi
bebas aktif/pasif nafas pasien
nyeri/ketidaknyaman 4. Pantau pernapasan cepat pendek
an dan catat kerja
pernapasan
4. Intoleransi 1. Peningkatan 1. Catat frekuensi 1. Ada
aktivitas toleransi aktivitas jantung, irama dan perbedaan
berhubungan yang dapat diukur perubahan tekanan frekuensi
dengan /maju dengan darah sebelum, jantung,
iskemia/nekro frekuensi selama, sesudah irama dan
tik jaringan 2. jantung / irama aktivitas sesuai tekanan
miokard dan tekanan darah indikasi . darah pada
dalam batas 2. Tingkatkan saat
normal pasien dan istirahat, batasi sebelum,
kulit hangat,merah aktivitas , selama dan
mudah dan kering memberikan sesudah
3. Tidak adanya aktivitas senggang aktivitas
angina dan yang tidak berat 2. Pasien dapat
terkontrol dalam 3. Batasi pengunjung beristirahat
rentang rentang atau kunjungan oleh ketika
waku selama pasien waktunya
pemberian obat 4. Anjurkan pasien 3. Keluarga
menghindari bergantian
peningkatan menjaga dan
tekanan abdomen mengunjung
(contoh:mengejan i pasien
saat defekasi) 4. Pasien telah
diberitahuka
n untuk
mengurangi
peningkatan
tekanan
abdomen
seperti
menggejan
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai