Anda di halaman 1dari 5

Nama : Aldrino Keenan

NIM : 15.G1.0181
Kel :
BAB III

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat
 Dari segi Etimologis
Kata filsafat dalam bahasa Indonesia mempunyai kesepadanan dengan kata falsafah
dalam bahasa Arab. Menurut Harun Nasution, istilah falsafah berasal dari bahasa
Yunani “philein” yang berarti “cinta” dan “sophos” yang berarti hikmah. Sedangkan
istilah filsafat juga sama berasal dari bahasa Yunani yaitu terdiri dari kata “philos” yang
berarti sahabat dan kata “sophia” yang berarti pengetahuan yang bijaksana.
Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa terdapat anggapan yang berbeda mengenai
pengertian filsafat dari segi etimologis. Anggapan pertama yaitu bahwa filsafat berasal
dari kata “philein” dan “sophos” yang jika diartikan bersamaan yaitu mencintai hal –
hal yang sifatnya bijaksana. Dan anggapan yang kedua yaitu filasafat berasal dari kata
“philos” dan “sophia” yang berarti teman dari kebijaksanaan.
 Lingkup Pengertian Filsafat
Sebelum membahas llingkup pengertian filsafat perlu untuk memahami objek material
dan formal ilmu filsafat.
 Objek material filsafat
Objek pembahasan filsafat yang meliputi segala sesuatu baik yang bersifat material
kongkrit seperti manusia, binatang, dll maupun sesuatu yang bersifat abstrak misal
nilai, ide-ide, moral, dll
 Formal ilmu filsafat
Adalah cara seorang peneliti memandang terhadap objek material tersebut,
contohnya seperti memandang dari sudut pandang pengetahuan (epistemologis),
sudut pandang nilai (aksiologis), dll
Berikut lingkup pengertian filsafat :
Pertama : Filsafat sebagai produk mencakup pengertian
a. Pengertian filsafat mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu,
konsep dari para filsuf pada zaman dahulu.
b. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari
aktivitas berfilsafat. Dalam pengertian ini terdapat proses pemecahan masalah yang
muncul dari kegiatan berfilsafat.
Kedua : Filsafat sebagai suatu proses

Filsafat diartikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan
suatu masalah dengan menggunakan metode dan cara tertentu yang sesuai. Dalam
pengertian ini filsafat sendiri merupakan suatu sistem pengetahuan yang dinamis.

 Cabang – cabang Filsafat dan Aliran – alirannya


Pada awalnya ada 4 cabang tradisional dari filsafat yaitu: logika, metafisika,
epistemologi, dan etika. Namun dalam perkembangannya cabang – cabang tersebut
semakin banyak. Maka dari itu diutarakan cabang cabang filsafat pokok :
a. Metafisika: mengenai hakikat yang ada (segala sesuatu yang ada)
b. Epistemologi: mengenai hakikat pengetahuan
c. Metodologi: mengenai hakikat metode ilmiah
d. Logika: mengenai persoalan penyimpulan
e. Etika: mengenai persoalan moralitas
f. Estetika: mengenai persoalan keindahan
B. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Kesatuan Sila-Sila Pancasila
1. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Bersifat Organis
Kesatuan sila-sila pancasila yang bersifat organis pada hakikatnya bersumber pada
hakikat dasar ontologis manusia yaitu manusia sebagai mahluk monopluralis yang berarti
mahluk yang susunan kodratnya terdiri dari tubuh dan raga, sifat kodratnya yaitu mahluk
individu dan mahluk sosial, serta kedudukan kodratnya sebagai mahluk pribadi dan
mahluk Tuhan. Karena hakikat manusia “monopluralis” merupakan kesatuan organis dan
pancasila merupakan penjelmaan dari hakikat tersebut, maka pancasila juga merupakan
kesatuan yang organis
2. Susunan Kesatuan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal
Susunan pancasila adalah hierarkhis dan mempunyai bentuk piramidal. Kalau dilihat
dari intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan
isi-sifatnya merupakan pengkhususan dari sila-sila yang dimukanya. Dengan demikian,
lima sila memiliki hubungan yang mengikat antara satu dengan lainnya dimana hal
tersebut menunjukan bahwa pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat.
Rumusan Pancasila yang bersifat Hierarki dan Berbentuk Piramidal
1. Sila pertama: meliputi dan menjiwai sila ke 2,3,4,5
2. Sila kedua: diliputi dan dijiwai sila ke 1, meliputi dan menjiwai sila ke 3,4,5
3. Sila ketiga: diliputi dan dijiwai sila ke 1,2 , meliputi dan menjiwai sila ke 4,5
4. Sila keempat: diliputi dan dijiwai sila ke 1,2,3 , meliputi dan menjiwai sila ke 5
5. Sila kelima: diliputi dan dijiwai sila ke 1,2,3,4

Pancasila sebagai suatu sistem bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal secara
ontologis adalah sebagai berikut:

1. Sila pertama: Segala sesuatu yang ada termasuk manusia ada karena diciptakan
Tuhan
2. Sila kedua: Manusia adalah subjek pendukung pokok negara
3. Sila ketiga: Negara adalah sebagai akibat adanya manusia yang bersatu
4. Sila keempat: Rakyat pada hakikatnya adalah unsur negara di samping wilayah dan
pemerintah
5. Sila kelima: Keadilan pada hakikatnya merupakan tujuan suatu kehidupan bersama
3. Hubungan Sila-sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling Mengkualifikasi
Sila-sila pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula dalam hubungannya sebagai
saling mengisi atau mengkualifikasi dalam rangka hubungan piramida tadi.Untuk
kelengkapan dari hubungan kesatuan keseluruhan dari sila-sila pancasila dipersatukan
dengan rumus hierarkis pada penjelasan sebelumnya.
C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat
Kesatuan sila sila pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan kesatuan yang
bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan makna, dasar ontologis, dasar
epistemologis serta dasar aksiologis. Secara filosofis, pancasila sebagai suatu kesatuan sistem
filsafat memiliki dasar ontologi, dasar epistemologis dan dasar aksiologis sendiri yang
berbeda dengan sistem filsafat lainnya misal materialism, liberalisme, pragmatisme, dll
1. Dasar Antropologis Sila-sila Pancasila
Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat
mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar
antropologis. Jika kita memahami bahwa pancasila adalah dasar filsafat negara, adapun
pendukung pokok negara adalah rakyat dan unsur rakyat adalah manusia, maka sangatlah
tepat bahwa dalam filsafat pancasila yang menjadi hakikat dasar antropologis adalah
manusia.
Hubungan kesesuaian antara negara dengan landasan sila-sila pancasila adalah berupa
hubungan sebab akibat yaitu negara sebagai pendukung hubungan dan Tuhan, manusia,
satu, rakyat, dan adil adalah sebagai pokok pangkal hubungan. Landasan sila – sila
Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat, adil berperaan sebagai sebab, sedangkan
akibatnya yaitu negara itu sendiri.
2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila
Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber
pengetahuan pancasila dan susunan pengetahuan pancasila. Sumber berasal dari nilai –
nilai bangsa Indonesia sendiri dan susunan pengetahuannya bersifat formal logis.
3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila
Nilai-nilai dalam pancasila merupakan nilai kerokhanian yang memiliki tingkat tinggi.
Nilai yang terkandung dalam sila satu hingga lima merupakan cita-cita, harapan, dan
dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya. Meskipun
nilai-nilai dalam pancasila memiliki tingkatan dan luas yang berbeda-beda tetapi tetap
merupakan satu kesatuan dan juga tidak bertentangan satu sama lain.
D. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik
Indonesia
1. Dasar Filosofis
Dasar filosofi dari pancasila sendiri yaitu berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan,
berkerakyatan dan berkeadilan dan nilai – nilai yang ada dalam pancasila tersebut
bersifat obejektif dan subjektif.
Nilai – nilai pancasila bersifat objektif maksudnya :
a. Rumusan dari sila – sila pancasila memunjukan adanya sifat – sifat yang umum
universal dan abstrak
b. Inti nilai - nilai pancasila akan selalu ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia
c. Pancasila dalam pembukaan UUD’45 menurut ilmu hukum memenuhi syarat sebagai
pokok kaidah yang fundamental negara sehingga merupakan suatu sumber hukum
yang positif di Indonesia
Sedangkan nilai – nilai subjektif pancasila maksudnya :
a. Nilai-nilai pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri
b. Nilai-nilai pancasila merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia
c. Didalam nilai pancasila terkandung nilai kerokhanian
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Fundamental Negara
Nilai-nilai pancasila sebagai suatu sumber dari segala sumber hukum secara objektif
merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang
luhur yang meliputi suasana kejiwaan serta watak bangsa Indonesia. Nilai-nilai pancasila
sendiri terkandung dalam Pembukaan UUD’45 yang secara yuridis memiliki kedudukan
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental
E. Inti Isi Sila-Sila Pancasila
1. Sila Pertama
Sila pertama mendasari dan menjiwai ke 4 sila lainnya. Hal tersebut berdasarkan pada
hakikat bahwa pendukung pokok negara adalah manusia dan manusia merupakan
mahluk Tuhan Yang Maha Esa yang berati manusia ada karena Tuhan.
2. Sila Kedua
Sila kedua didasari dan dijiwai sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila ke 3,4,
dan 5. Penjelasannya yaitu bahwa negara memiliki hubungan sebab akibat yang
langsung dengan negara. Dan negara sendiri merupakan lembaga kemanusiaan yang
diadakan oleh manusia yang bersatu hingga menjadi rakyat. rakyat adalah sebagai unsur
pokok negara dan rakyat merupakan totalitas individu-individu yang bersatu yang
bertujuan mewujudkan suatu keadilan dalam hidup bersama.
3. Sila Ketiga
Sila ketiga didasari dan dijiwai oleh sila ke 1 dan 2 serta mendasari dan menjiwai sila
ke 4 dan 5. Hakikat dasar sila ke3 yaitu bahwa manusia mesti bersatu sebagai mahluk
Tuhan hingga menjadi rakyat dan dalam persekutuan hidup bersama tersebut manusia
akan mewujudkan suatu tujuan bersama yaitu keadilan dalam kehidupan bersama.
4. Sila Keempat
Sila keempat didasari dan dijiwai oleh sila ke 1,2,dan 3 yang berarti hakikat sila
keempat yaitu bahwa rakyat merupakan hasil dari besatunya manusia sebagai mahluk
Tuhan dalam suatu wilayah tertentu. Dengan begitu adanya rakyat berhubungan dengan
manusia sebagai mahluk Tuhan. Dan sila keempat ini mendasari dan menjiwai sila ke 5
yang berarti negara adalah demi kesejahteraaan rakyatnya. Maka dari itu, tujuan negara
adalah keadilan sosial.
5. Sila Kelima
Sila kelima dijiwai dan didasari oleh keempat sila lainnya serta merupakan tujuan dari
keempat sila lainnya. Hal ini mengandung hakikat makna bahwa keadilan adalah
sebagai akibat adanya negara kebangsaan dari manusia-manusia yang berketuhanan
yang maha esa.

Anda mungkin juga menyukai