Anda di halaman 1dari 9

MENCARI KEADILAN

DALAM KASUS PELECEHAN SEKSUAL


DI DUNIA PENDIDIKAN

KELOMPOK V

1. Tio Maria Nadeak J3D118011


2. Aina Yuasta J3D118022
3. Malik Akbar J3D118137
4. Mario Samego Ginting M J3D118049
5. Muhammad Faris Ramdhani J3D118111
6. Alvino Satria Putra J3D118153

TEKNIK KOMPUTER
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peristiwa kejahatan telah merambah di berbagai sektor, seperti


pemerintahan, pendidikan, dan perekonomian. Peristiwa ini bukanlah peristiwa
sederhana terutama di negara yang berkembang seperti di Indonesia, karena
perkembangan dan perubahan norma sangat berdampak pada kehidupan
masyarakat, baik itu norma yang bersifat positif atau negatif, dan tentunya ini
sangat meresahkan banyak orang.

Salah satu kejahatan yang terjadi di dunia pendidikan adalah kejahatan


seksual. Kejahatan seksual seringkali dianggap remeh. Hal ini dapat dilihat dari
setiap kasus yang penyelidikan dan penanggulangannya tidak cepat, sehingga
menimbulkan dampak negatif bagi baik dari segi psikologis maupun fisik. Bahkan,
sebagian besar dari kejahatan seksual berujung kematian korban sehingga kejahatan
ini tidak bisa dibiarkan.

Peristiwa yang terjadi belakangan ini adalah pelecehan seksual yang terjadi
pada mahasiswi UGM bernama Agni. Dalam kasusnya, Agni berjuang selama 18
bulan untuk mencari keadilan. Hal ini membuat kami tertarik untuk mengetahui
bagaimana peristiwa itu terjadi, bagaimana proses penyelesaian kasus ini oleh pihak
kampus dan kepolisian, dan apa saja kendala yang dialami Agni saat menyelesaikan
masalahnya.

1.2 Tujuan

Tujuan makalah ini dibuat yaitu untuk memaparkan permasalahan yang


dialami Agni sebagai korban dalam kasus pelecehan seksual, ketidakadilan yang
diterima saat menyelesaikan masalahnya, dan mengetahui upaya pihak kampus dan
kepolisian dalam menangani kasus ini.
1.3 Definisi

Kejahatan seksual di dunia pendidikan merupakan kejahatan berupa


pelecehan seksual yang terjadi di dunia pendidikan, baik dari tingkat dasar maupun
tingkat tinggi. Kejahatan ini biasanya dialami oleh perempuan. ,dialami oleh
seorang mahasiswi asal Universitas Gadjah Mada bernama Agni. Peristiwa ini
terjadi saat mahasiswi sedang melakukan
BAB 2
PERMASALAHAN

Kejahatann seksual yang terjadi pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada,


Agni, pada awalnya tidak mendapat respon dari pihak kampus. Justru pihak kampus
menganggap pelecehan seksual yang terjadi pada Agni bukan pelanggaran yang
berat, bahkan pada mata kuliah KKN, Agni mendapat nilai C dan pelaku diluluskan
dari perkuliahannya. Hak Agni sebagai terlapor tidak dapat dipenuhi oleh pihak
kampus. Permasalahan ini tentunya membuat Agni merasa trauma dan depresi.
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Fakta mengenai kasus yang menimpa Agni

Kasus kekerasan seksual yang menimpa mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial


dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada yang dikenal dengan nama Agni, terjadi
saat Agni menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pulau Seram, Maluku. Peristiwa
itu terjadi di kamar pelaku yang berinisial HS, teman kampus yang juga mengikuti
KKN. Setelah mengalami kejadian tersebut, Agni menghubungi temannya yang
berada di Yogyakarta kemudian menyarankan melaporkan ke beberapa pihak
terkait. Laporan itu ditanggapi dengan datang beberapa utusan dilanjutkan dengan
sepekan setelah itu HS ditarik dari lokasi kejadian, pada 16 Juli 2017. Pertengahan
Desember 2017, korban memberanikan diri melaporkan ke sejumlah pejabat
dilingkup Fisipol hingga akhirnya laporan masuk rektorat.

3.2 Persoalan yang diterima Agni

Agni mengungkap kejadian yang dialaminya ke pihak kampus. Namun,


pihak kampus tidak memberikan pembelaan kepadanya, dan pihak kampus tidak
menganggap kasus ini sebagai kasus serius. Sang pelaku tidak mendapat sanksi
khusus. Bahkan, Agni mendapatkan nilai C pada mata kuliah KKN yang
dikerjakannya ketika di pulau Seram, Maluku, nama baiknya tercemar, dan
dianggap merusak nama baik UGM. Hal ini tentunya membuat Agni menjadi
trauma dan depresi.

Dari keterangan diatas menandakan bahwa hak asasi yang diinginkan Agni
tidak terwujud, justru menjadi merusak citranya di mata orang-orang. Tanda-tanda
pihak kampus mendukung Agni tidak terlihat, sedangkan pelaku dapat
menyelesaikan akademiknya dengan lancar.
3.3 Respon pihak kampus terkait kasus Agni

Berbagai pihak mengatakan proses penanganan yang dilakukan oleh UGM


dinilai sudah berlarut-larut dan hal ini menunjukkan ketidakseriusan dan lalai dalam
menangani kasus ini.

Suharti selaku Direktur Rifka Annisa, lembaga yang mendampingi Agni


mengkhawatirkan dengan berlarutnya penanganan kasus Agni ini, dapat berdampak
ke masyarakat luas karena dapat "mengarah pada penghakiman perempuan korban
kekerasan". Oleh karena itu, dia menuntut agar UGM dapat berkomitmen,
bertanggungjawab serta dapat memberikan contoh yang baik dalam menangani
kasus pelecehan seksual.

Melalui siaran pers di akun Instagram @ugm.yogyakarta, Selasa


(6/11/2018), pihak UGM mengeluarkan pernyataan resmi terkait kasus Agni.
Merespons pemberitaan terkait laporan tindak pelecehan seksual yang melibatkan
mahasiswa UGM, dengan ini disampaikan bahwa:

1. UGM berempati terhadap penyintas dan telah serta tengah mengupayakan


agar penyintas mendapat keadilan.
2. Sebagai salah satu upaya untuk menyelesaikan persoalan ini, UGM telah
dan terus mengupayakan agar penyintas mendapatkan perlindungan dan
keadilan.
3. Tim investigasi telah memberikan rekomendasi kepada pimpinan
universitas yang kemudian telah dijalankan.
4. Untuk selanjutnya, UGM akan segera mengambil langkah-langkah nyata
yang diperlukan untuk membawa kasus ini ke ranah hukum.

3.4 Tanggapan pihak kampus

Pihak kampus memberikan sanksi kepada pelaku berupa penundaan


kelulusan dan pengulangan mata kuliah KKN. Nilai mata kuliah Agni pada mata
kuliah KKN diperbarui menjadi A/B. Agni diberikan beasiswa berupa uang kuliah
tunggal dan biaya hidup. Tidak hanya itu, keduanya juga diberikan bimbingan
konseling.
BAB 4
KEMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Perkosaan dan penanganannya selama ini menjadi salah satu indikasi dan
bukti lemahnya perlindungan (pengayoman) hak asasi manusia, khususnya
perempuan dari tindakan kekerasan seksual yang tergolong pada kekerasan terberat.
Mengenai kejahatan kekerasan seksual (perkosaan) ini, tidak hanya merenggut
kehormatan seorang perempuan, namun juga merenggut hak-hak asasinya.
Kejahatan kekerasan seksual (perkosaan) jika dikaji berdasarkan pada perspektif
kriminologi, menunjuk pada motif dan perilaku, dimana hal tersebut memiliki motif
pemuasan nafsu seksual.Dalam ketentuan Pasal 285 KUHP dinyatakan bahwa
ancaman pidana maksimum yang diterima oleh pelaku pemerkosa adalah duabelas
tahun penjara.

4.2 Saran

Terjadinya kasus perkosaan di Indonesia yang cenderung mengalami


peningkatan, diharapkan agar pemerintah Indonesia memperbaharui produk
perundangundangan mengenai kejahatan seksual khususnya perkosaan itu dengan
memperhatikan dan mengoptimalkan sanksi pidana yang bersifat lebih
memberatkan agar timbul efek jera. Disamping itu masyarakat diharapkan lebih
meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan jaman dan teknologi. Selain
itu pendidikan moral dan agama tetap menjadi prioritas, dengan memegang teguh
nilai Pancasila. Untuk memaksimalkan upaya penanggulangan diharapkan
partisipasi masyarakat dan konsistensi dari aparat penegak hukum.
HASIL NOTULENSI
DAFTAR PUSTAKA

https://nasional.tempo.co/read/1174647/akar-kekerasan-seksual-belajar-dari-
kasus-agni-ugm

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46837027

http://www.tribunnews.com/section/2018/11/07/fakta-fakta-kasus-pemerkosaan-
mahasiswi-ugm-kronologi-hingga-petisi-online?page=all

https://regional.kompas.com/read/2019/02/06/10300081/6-fakta-kasus-dugaan-
pelecehan-seksual-mahasiswi-ugm-sepakat-damai-hingga

https://geotimes.co.id/opini/keadilan-untuk-agni/

Anda mungkin juga menyukai