Anda di halaman 1dari 13

TERAPI KOMPLEMENTER PENGGUNAAN AROMATERAPI

PADA PENGURANGAN NYERI

DI SUSUN OLEH
1. Aruji (1620011)
2. Dini Agus Wahyuningtyas (1620023)
3. Ika Agustin Wulandari (1620035)
4. Kusnul Setyowati (1620047)
5. Navira Al Maskati (1620061)
6. Rizkiana Cholilul Chaiyyu (1620073)
7. Yusuf Prastya (1620085)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2018-2019

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah kami dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pemikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

03 Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
Cover ..................................................................................................................
Kata Pengantar .................................................................................................
Daftar Isi ............................................................................................................
Bab 1 Pendahuluan
1.1.Latar Belakang ...................................................................................
1.2.Rumusan Masalah ................................................................................
1.3.Tujuan .................................................................................................

Bab 2 Tinjauan Pustaka


2.1.Pengertian Aromaterapi ....................................................................
2.2.Sejarah Aromaterapi ...........................................................................
2.3.Defini Nyeri Persalinan ......................................................................
2.4.Klasifikasi Nyeri .................................................................................
2.5.Efek yang Ditimbulkan Akibat Nyeri ................................................

Bab III Asuhan Keperawatan


3.1.Pengertian Persalinan .........................................................................
3.2.Nyeri Menurut Kala Persalinan ..........................................................
3.3.Metode Pengendalian Nyeri Nonfarmakologis ....................................
3.4 Minyak Esensial .................................................................................
3.5.Aplikasi Minyak Esensial agar Diserap Oleh Tubuh .........................
3.6.Sifat Analgesik Pada Minyak Esensial ................................................

Bab IV Penutupan
4.1.Kesimpulan .........................................................................................
4.2 Saran ...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang sangat subyektif dan hanya orang
yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut
(Mubarok, 2007). Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya
kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa
sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Nyeri persalinan
disebabkan adanya regangan segmen bawah rahim dan servik serta adanya
ischemia otot rahim. Tingkat nyeri persalinan digambarkan dengan intensitas
nyeri yang dipersepsikan oleh ibu saat proses persalinan. Intensitas nyeri
tergantung dari sensasi keparahan nyeri itu sendiri. Intensitas rasa nyeri
persalinan bisa ditentukan dengan cara menanyakan intensitas atau merujuk pada
skala nyeri. Contohnya, skala 0-10 (skala numerik), skala deskriptif yang
menggambarkan intensitas tidak nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan, skala
dengan gambar kartun profil wajah dan sebagainya. Intensitas nyeri rata-rata ibu
bersalin kala I fase aktif digambarkan dengan skala VAS sebesar 6-7 sejajar
dengan intensitas berat pada skala deskriptif (Judha, dkk, 2012).
Aromaterapi merupakan salah satu metode nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri persalinan, sebuah terapi komplementer yang melibatkan
penggunaan wewangian berasal dari minyak esensial. Aromaterapi juga dapat
digunakan untuk mengurangi rasa nyeri persalinan saat persalinan, sebab
aromaterapi mampu memberikan sensasi yang menenangkan diri dan otak, serta
stress yang dirasakan (Lailiyana, dkk, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian Persalinan ?
1.2.2 Bagaimana Nyeri Menurut Kala Persalinan ?
1.2.3 Bagaimana Metode Pengendalian Nyeri Nonfarmakologis ?
1.2.4 Apa Minyak Esensial ?
1.2.5 Bagaimana Aplikasi Minyak Esensial Agar Diserap Oleh Tubuh ?
1.2.6 Bagaimana Sifat Analgesik Pada Minyak Esensial ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui pengertian Persalinan
1.3.2 Untuk Mengetahui Nyeri Menurut Kala Persalinan
1.3.3 Untuk Mengetahui Metode Pengendalian Nyeri Nonfarmakologis

4
1.3.4 Untuk Mengetahui Minyak Esensial
1.3.5 Untuk Mengetahui Aplikasi Minyak Esensial Agar Diserap Oleh Tubuh
1.3.6 Untuk Mengetahui Sifat Analgesik Pada Minyak Esensial

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi Kata aromaterapi berarti terapi dengan memakai minyak
esensial yang ekstrak dan unsur kimianya diambil dengan utuh. Aromaterapi
adalah bagian dari ilmu herbal (herbalism) (Poerwadi, 2006, hlm. 1). Sedangkan
menurut Sharma (2009, hlm. 7) aromaterapi berarti ‘pengobatan menggunakan
wangiwangian’. Istilah ini merujuk pada penggunaan minyak esensial dalam
penyembuhan holistik untuk memperbaiki kesehatan dan kenyamanan emosional
dan dalam mengembalikan keseimbangan badan. Terapi komplementer
(pelengkap), seperti homoeopati, aromaterapi dan akupuntur harus dilakukan
seiring dengan pengobatan konvensional (Jones, 2006, hlm. 190) Tumbuhan
aromatik menghasilkan minyak aromatik. Apabila disuling, senyawa yang manjur
ini perlu ditangani secara hati-hati. Sebagian besar senyawa ini akan
menimbulkan reaksi kulit, tetapi jika digunakan secara tepat, senyawa ini
memilki nilai teraupetik. Senyawa ini dapat dihirup, digunakan dalam kompres,
dalam air mandi, atau dalam minyak pijat (Jones, 2006, hlm. 191).

2.2. Sejarah Aromaterapi


Aromaterapi telah digunakan sejak zaman Mesir kuno yang memang terkenal
dengan ilmu pengetahuan yang tinggi. Merekalah yang menciptakan dan
meramaikan dunia pengobatan, farmasi, parfum serta kosmetik. Dari Mesir,
aromaterapi dibawa ke Yunani, Cina, India serta Timur Tengah sebelum masuk
ke Eropa di abad pertengahan. Universitas Sumatera Utara Pada abad ke 19
dimana ilmu kedokteran mulai terkenal, beberapa dokter pada zaman itu tetap
memakai minyak esensial dalam praktek sehari-hari mereka. Pada zaman
aromaterapi modern, aromaterapi digali oleh Robert Tisserand yang meniulis
buku The Art of aromatherapy (Poerwadi, 2006, hlm.1). Dewasa ini, riset
membuktikan aneka penggunaan minyak aroma. Riset kedokteran pada
tahun-tahun belakangan ini mengungkapkan fakta bahwa bau yang kita cium
memiliki dampak penting pada perasaan kita. Menurut hasil penelitian ilmiah,
bau berpengaruh secara langsung terhadap otak seperti obat. Misalnya, mencium
lavender meningkatkan frekuensi gelombang alfa terhadap kepala bagian
belakang dan keadaan ini dikaitkan dengan relaksasi (Sharma, 2009, hlm. 13).

2.3. Definisi Nyeri Persalinan


Bobak (2004 dalam Maryunani 2010, hlm. 6) rasa nyeri pada persalinan
dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan
peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut
jantung, pernafasan dengan warna kulit dan apabila tidak segera diatasi maka
akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress. Reeder (1987 dalam
Maryunani 2010, hlm. 6) mengatakan bahwa intensitas nyeri merupakan beratnya
sensasi nyeri.

6
2.4. Klasifikasi Nyeri

Menurut Maryunani (2010, hlm. 9) klasifikasi nyeri umumnya dibagi 2,


yaitu nyeri akut dan nyeri kronis :
a. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan
tegangan otot

b. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan


biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama yaitu lebih dari 6 bulan.
Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal,
sindrom nyeri kronis dan psikosomatik.

2.5. Efek yang Ditimbulkan Akibat Nyeri

Menurut Maryunani (2010, hlm. 24) terdapat beberapa aspek yang berkaitan
dengan nyeri pada persalinan dapat mempengaruhi proses kelahiran itu sendiri.
Nyeri yang diakibatkan oleh persalinan dapat disimpulkan menjadi beberapa hal
di bawah ini :

a. Psikologis : Penderitaan, ketakutan dan kecemasan.

b. Kardiovaskuler : Peningkatan kardiak output, tekanan darah, frekuensi


nadi, dan resisten perifer sistemik.

c. Neuroendokrin : Stimulasi sistem simpato-adrenal, peningkatan kadar


plasma katekolamin, Adrenocorticotropic Hormone
(ACTH), kortisol, Antideuretic Hormone (ADH),
B-endorfin, B-lipoprotein, renin, angiotensin.

d. Metabolik : Peningkatan kebutuhan O2, asidosis laktat, hiperglikemia,


lipolisis.

e. Gastrointestinal : Penurunan pengosongan lambung.

f. Rahim/uterus : Inkoordinasi kontraksi uterus/rahim.

g. Uteroplasental : Penurunan aliran darah uteroplasental.

h. Fetus/janin : Asidosis akibat hipoksia pada janin.

7
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18-24 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Sumarah, Widyastuti & Wiyati, 2009, hlm. 2).
Beberapa jam terakhir pada kehamilan manusia ditandai dengan kontraksi
uterus yang menyebabkan dilatasi serviks dan mendorong janin melalui jalan
lahir. Banyak energi dikeluarkan pada waktu ini, oleh karena itu penggunaan
istilah labor (kerja keras) dimaksudkan untuk menggambarkan proses ini.
Kontraksi miometrium pada persalinan terasa nyeri, sehingga istilah nyeri
persalinan digunakan untuk mendeskripsikan proses ini (Williams, 2006, hlm.
274).

3.2. Nyeri Menurut kala persalinan


Nyeri berkaitan dengan kala I persalinan adalah unik dimana nyeri ini
menyertai proses fisiologis normal. Nyeri selama kala I persalinan berasal dari :
1) Dilatasi serviks, dimana merupakan sumber nyeri yang utama.
2) Peregangan segmen uterus bawah.
3) Tekanan pada struktur-struktur yang berdekatan.
4) Hipoksia pada sel-sel otot uterus selama kontraksi (Wesson, 2000)
5) Area nyeri meliputi dinding abdomen bawah dan area-area pada bagian
lumbal bawah dan sakrum atas.
3.3. Metode Pengendalian Nyeri Nonfarmakologis

Metode pengendalian nyeri tidak menggunakan medikasi atau obat-obatan


menjadi lebih diinginkan karena kita mulai menyadari betapa rentannya janin
terhadap ancaman lingkungan, terutama pada substansi yang tidak alami atau
buatan (Jones, 2006, hlm. 336).

Menurut Jones (2006, hlm. 332) meskipun sudah dialami oleh sebagian besar
wanita, rasa nyeri saat melahirkan bersifat unik dan berbeda setiap individu.
Rasa nyeri tersebut juga memiliki karakteristik tertentu yang sama atau
bersifat umum.

Pemahaman dan respons kami terhadap nyeri telah terbukti dipengaruhi oleh
sejumlah faktor seperti budaya (Zborowski, 1952), pengalaman terdahulu
(Beecher, 1956) dan perkiraan dari nyeri tersebut (Jhonson dan Rice, 1974).

8
Pengendalian, yang dalam sensasi tempat kendali dianggap sebagai
karakteristik pribadi, juga telah terbukti mempengaruhi toleransi nyeri dan
tingkah laku yang dihasilkan (Johnson et al. 1971).

3.4. Minyak Esensial


Poerwadi (2006, hlm. 8) mengatakan bahwa tanaman teraupetik yang
beraroma mengandung minyak esensial di tubuhnya. Struktur minyak esensial
sangatlah rumit, terdiri dari berbagai unsure senyawa kimia yang masing-masing
mempunyai khasiat teraupetik serta unsure aroma tersendiri dari setiap tanaman.
Berdasarkan pengalamanlah, para ahli aromaterapi menentukan secara tepat
bagian tanaman yang terbaik. Cara aman menggunakan aromaterapi sepertinya
tidak berbahaya, massage dengan minyak esensial atau menghirup wanginya.
Tapi minyak esensial memiliki efek yang kuat pada tubuh, sehingga harus
digunakan dengan hati-hati karena bersifat pekat.

3.5. Aplikasi Minyak Esensial Agar Diserap Oleh Tubuh


Menurut Poerwadi (2006, hlm. 15) aroma dan kelembutan minyak esensial
dapat mengatasi keluhan fisik dan psikis. Minyak esensial diserap oleh tubuh
melalui 2 cara yaitu :
a. Melalui indra penciuman
Yang paling sederhana adalah melalui indra penciuman, dengan mencium
aroma dari minyak esensial. Oleh sebab itu terapi ini disebut aroma-terapi. Indra
penciuman yang merangsang daya ingat kita yang bersifat emosional dengan
memberikan reaksi fisik berupa tingkah laku. Aroma yang sangat lembut dan
menyenangkan dapat membangkitkan semangat maupun perasaan tenang dan
santai. Menurut Price Shirley dan Price Len (1997, hlm. 105) akses lewat jalur
nasal jelas merupakan cara yang paling cepat dan efektif untuk pengobatan
permasalan emosional seperti stres serta depresi (dan juga beberapa tipe nyeri
kepala). Hal ini terjadi karena hidung mempunyai hubungan langsung dengan
otak yang bertanggung jawab dalam memicu efek minyak esensial tanpa
mempedulikan jalur yang dipakai untuk mencapai otak. Hidung sendiri bukan
organ pembau tetapi mengubah suhu serta kelembaban udara yang dihirup dan
mengumpulkan setiap benda asing yang terhirup masuk bersama udara
pernapasan. Kalau minyak esensial dihirup, molekul-molekul atsiri dalam
minyak tersebut akan terbawa oleh arus turbulen ke langit-langit hidung. Pada
langitlangit hidung terdapat bulu-bulu halus (silia) yang menjulur dari sel-sel
reseptor ke dalam saluran hidung. Kalau molekul minyak terkunci pada bulubuli
ini, suatu pesan elektromagnetik (implus) akan ditransmisikan lewat bulbus
olfaktorius dan traktus olfaktorius ke dalam sistem limbik. Proses ini akan
memicu respons memori dan emosional yang lewat hipotalamus yang bekerja
sebagai pemancar serta regulator menyebabkan pesan tersebut dikirim ke bagian
otak yang lain badan bagian tubuh lainnya. Pesan yang diterima akan diubah
menjadi kerja sehingga terjadi pelepasan zat-zat neurokimia yang bersifat
euforik, relaksan, sedatif atau stimulan menurut keperluannya.
b. Penyerapan melalui kulit

9
Pada saat kita membalurkan minyak esensial yang telah dicampur dengan
minyak dasar pada kulit kita, minyak tersebut akan diserap oleh poripori dan
diedarkan oleh pembuluh darah ke seluruh tubuh. Proses penyerapan ini terjadi
sekitar 20 menit (Poerwadi, 2006, hlm.18). 5. Manfaat Aromaterapi dalam
Persalinan Tidak ada yang dapat mengalahkan kecamuk perasaan seorang wanita
yang hendak melahirkan bayinya. Semua persaan cemas, senang, takut, sendu
menjadi satu. Kontraksi dimulai dari yang paling halus sampai paling keras. Pada
saat ini rasa sakit karena kontraksi bayi yang akan keluar, kadang tak
tertahankan. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membantu mengurangi rasa
sakit, seperti epidural, inhalasi oksigen, memberikan getaran pada pinggang
bagian bawah dengan alat khusus yang tersedia di rumah sakit (mesin TENS:
Transcutaneous nerve stimulation) (Poerwadi, 2006, hlm. 47). Cara lainnya yang
dapat dipakai adalah dengan minyak esensial. Minyak esensial yang biasa dipakai
di ruang persalinan di rumah sakit di luar negeri adalah Lavender, Clary Sage,
Peppermint, Eucalyptus, Chamomile Frankincense, Jasmine, Rose, Lemon dan
Mandarin (Poerwadi, 2006, hlm. 48). Penggunaan minyak esensial yang benar
dalam persalinan dapat mengurangi kebutuhan seorang ibu akan obat-obatan
seperti pethidin. Minyak esensial yang mengandung senyawa keton dan fenol
berkhasiat bila digunakan pada saat ini karena sifat-sifat analgesiknya (Price,
1997, hlm. 161). Penggunaan minyak esensial untuk membantu persalinan sudah
dikenal dengan baik. Pada sebuah rumah sakit di New South Wales, Australia,
misalnya minyak cengkih dan lavender digunakan untuk memperkuat kontraksi
rahim. Umpan balik menunjukkan bahwa kedua jenis minyak ini (campuran
minyak cengkih dengan lavender) terutama berkhasiat untuk memperkuat serta
meningkatkan kontraksi dan sekaligus meredakan nyeri serta gangguan
kenyamanan pada persalinan (Cutter, 1992 dalam Price 1997, hlm. 177).
Memurut Price (1997, hlm. 176) lavendula (atau Salvia sclarea) memberikan
khasiat yang mendukung karena memudahkan ibu untuk mencapai relaksasi
merupakan tujuan yang sangat penting dan hasilnya bukan hanya mengurangi
nyeri yang dirasakan oleh ibu selama proses persalinan (Reed & Norfolk 1993)
tetapi juga memungkinkan ibu agar tetap sadar dan menikmati saat-saat terakhir
kelahiran anaknya yang unik serta sangat berharga.

3.6. Sifat Analgesik Pada Minyak Esensial


Menurut Price (1997, hlm. 77) banyak minyak esensial yang memiliki sifat
ini hingga derajat tertentu dan mengapa terjadi hal demikian tampaknya tidak ada
keterangan yang dapat menjelaskan, mengingat rasa nyeri itu sendiri merupakan
masalah yang rumit. Sifat analgesik ini diperkirakan terjadi sebagian akibat efek
antiinflamasi, sirkulasi serta detoksifikasi yang ditimbulkan oleh beberapa jenis
minyak esensial lainnya. Senyawa fenol eugenol yang ditemukan dalam minyak
cangkih sudah kita kenal dengan baik sebagai obat sakit gigi, minyak winter
green (yang mengandung metil salisilat, yaitu suatu senyawa ester) secara
tradisional sudah dipakai sebagai obat gosok untuk menghilangkan pegal-pegal
pada otot, dan menthol secara khusus sudah digunakan untuk nyeri kepala.
Beberapa jenis minyak esensial mempunyai sifat sedatif universal atau kerja
soporifik sehingga meredakan rasa nyeri, misalnya minyak Chamaemelum
nobile, Canaga odorata, Citrus reticulata (Rossi et al 1988), Citrus bergamia
(per.) (Franchomme & peonel 1990, dalam Price 1997, hlm. 77). Menurut
Roulier (1990 dalam Price 1997, hlm. 80) minyak esensial yang bersifat

10
analgesik dan antalgik adalah minyak white birch, chamomile, frankincense,
wintergreen, cengkih, lavender, mint. Menurut Franchomme dan Penoel (1990
dalam Price 1997, hlm. 181) menggunakan jenis-jenis minyak esensial analgesik
(yang banyak mengandung senyawa terpena, keton atau fenol dan mungkin pula
eter fenolat) untuk menentukan manfaat pereda nyeri serta relaksasi bagi para
wanita yang berada dalam proses persalinan karena perasaan nyeri secara
otomatis akan menimbulkan relaksasi.

11
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Aromaterapi lavender berpengaruh dalam penurunan intensitas nyeri pada pasien
pasca operasi bedah mayor ditandai dengan penurunan nilai rata-rata intensitas nyeri
sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender. Perawat perlu
mengaplikasikan hal ini sebagai salah satu intervensi dalam asuhan keperawatan pada
pasien pasca operasi. Perawat juga perlu mensosialisasikan penggunaan aromaterapi
lavender kepada pasien,keluarga, dan masyarakat melalui pemberian pendidikan
kesehatan.

4.2 Saran
Di harapkan pembaca mencari referensi lain agar menambah pengetahuan mengenai
terapi komplementer penggunaan aromaterapi pada pengurangan nyeri secara lebih
detail.

12
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidayat, R & Jong, W. (2005). Buku ajar ilmu bedah. (Ed 2). Jakarta: EGC.
Smeltzer et al. (2010).Textbook of medical surgical nursing. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins
Hidayat. A. (2007). Riset keperawatan & teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika.
Hidayat,A. (2009). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta. Salemba Medika.
Ignatavicus, D. D., & Workman, M. L. (2006). Medical surgical nursing: critical
thinking for collaborative care. Missouri: Elsevier Saunders

13

Anda mungkin juga menyukai