Anda di halaman 1dari 35

TAKE HOME EXCERCISE

UAS PENGEMBANGAN KURIKULUM SAINS TERINTEGRASI

1. Nama : TEGUH BUDI RAHARJO ES


2. NIM : 147795103
3. Pendidikan S1
 Institusi : UNIVERSITAS AHLAD DAHLAN
(UAD) Yogyakarta
 Program Studi : Pendidikan Fisika
 Tahun Lulus : 2002
4. Instansi Tempat Bekerja : SMP Negeri 1 Kertek, Wonosobo
TMT : 1 Januari 2005

1. Berikan pengertian tentang kurikulum menurut beberapa sumber dan


undang undang yang berlaku di Indonesia. Mengapa pengertian tentang
kurikulum harus dipahami bagi seorang guru? Jelaskan!

Dalam pandangan klasik, kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran di suatu


sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah
kurikulum. George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa :“ A Curriculum is
a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan
for the education of pupils during their enrollment in given school”.
Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu
pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti
dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum
… to be composed of all the experiences children have under the guidance of
teachers. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan
bahwa : “ …the curriculum has changed from content of courses study and list of
subject and courses to all experiences which are offered to learners under the
auspices or direction of school.

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 1


Berikut ini beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli:
 Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha
menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid
memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.
 Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan Evans (1967): kurikulum adalah
semua pengalaman yang dirancang dan dikemukakan oleh pihak sekolah.
 Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp (1968): Kurikulum adalah
dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta
didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
 Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum adalah semua
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara
kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
 Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973): Kurikulum adalah
kumpulan kursus ataupun urutan pelajaran yang sistematik.
 Pengertian Kurikulum Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No 20 Tahun 2003 pasal 1 menyatakan bahwa:
1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman.
3. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang
saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
4. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 2


Menurut BNSP Tahun 2006 tentang panduan penyusunan kurikulum tingkat
satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah mengatakan Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah,
satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan
pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan
kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Dalam penjelasan Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum
2013 SMP/MTs, mengatakan bahwa: Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori
“pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum
berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara
yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis
kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak.
Dalam penjelasan Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang kerangka
dasar dan struktur kurikulum SMP/MTs, mengatakan bahwa:Kurikulum 2013
bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia.

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 3


Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988)
mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
1. Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,
khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum
sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-
alat, dan waktu.
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.
4. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum
sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni
tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Dapat kita simpulkan bahwa kurikulum adalah kumpulan pelajaran yang diberikan
kepada peserta didik secara teoretis maupun praktik selama mengikuti suatu proses
pendidikan. Di sini, kurikulum lebih bersifat pragmatis karena hanya menyediakan
bekal pengetahuan dan keterampilan agar peserta didik dapat melanjutkan ke jenjang
berikutnya
Dari definisi di atas bahwa kurikulum itu mempunyai empat unsur utama, yaitu:
1. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan itu. Dengan lebih tegas lagi
orang yang bagaimana ingin kita bentuk melalui kurikulum.
2. Pengetahuan (knowledge), informasi-informasi, data-data, aktivitas-aktivitas dan
pengalaman-pengalaman sehinggat terbentuk kurikulum tersebut. Bagian inilah
yang biasa disebut mata pelajaran. Bagian ini pulalah yang dimasukkn dalam
silabus.
3. Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh guru-guru untuk mengajar dan
mendorong murid-murid belajar dan membawa mereka ke arah yang dikehendaki
oleh kurikulum.
4. Metode dan cara penilain yang dipergunakan dalam mengukur dan menilai
kurikulum dan hasil proses pendidikan yang direncanakan dalam kurikulum
seperti ulangan dan ujian-ujian yang ada di sekolah.

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 4


Mengapa pengertian tentang kurikulum harus dipahami bagi seorang
guru?
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran
di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik
untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru
malaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola
kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi
tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta
evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Guru wajib memahami kurikulum, karena seorang guru adaah orang yang
paling mengerti dan mengetahui situasi dan kondisi hasil belajar peserta didiknya
serta bertanggung jawab penuh didalamnya. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru berpangkal pada suatu kurikulum, dan dalam proses pembelajaran guru
juga berorientasi pada tujuan kurikulum. Pada sisi lain, guru adalah pembelajar
siswa, yang secara kreatif membelajarkan siswa sesuai dengan kurikulum sekolah.
Hal itu menunjukkan bahwa dalam tugas pembelajaran dipersyaratkan agar guru
memahami kurikulum.
Implementasi kurikulum memerlukan seseorang yang berperan sebagai
pelaksananya. Guru merupakan faktor penting dalam implementasi kurikulum
karena ia merupakan pelaksana kurikulum. Karena itu guru dituntut memiliki
kemampuan untuk mengimplemntasikannya, tanpa itu Kurikulum tidak akan
bermakna sebagai alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tidak akan efektif
tanapa kurikulum sebagai pedoman. Dengan demikian guru menempati posisi kunci
dalam implementasi kurikulum.
Selanjutnya dalam proses pengembangan kurikulum peran guru lebih banyak
dalam tataran kelas. Murray Print (1993) mengemukakan peran guru dalam tingkatan
tersebut sebagai berikut :
1. Sebagai Implementer, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang
sudah ada. Di sini guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum.
Guru tidak memiliki kesempatan baik untuk menentukan isi kurikulum maupun

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 5


menentukan target kurikulum. Peran guru hanya sebatas menjalankan kurikulum
yang telah disusun. Peran ini pernah dilaksanakan di Indonesia yaitu sebelum
reformasi, yaitu guru sebagai implementator kebijakan kurikulum yang disusun
secara terpusat, dituangkan dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran
(GBPP). Dalam GBPP yang berbentuk matrik telah ditentukan dari mulai tujuan
yang harus dicapai, materi pelajaran yang harus disampaikan, cara yang harus
dilakukan, hingga alokasi waktu pelaksanaan. Dalam pengembangan kurikulum
guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam
mengimplementasikan berbagai ketetntuan yang ada. Kurikulum bersifat
seragam, sehingga apa yang dilakukan guru di Indonesia bagian timur sama
dengan apa yang dilakukan guru di Indonesia bagian barat. Dengan terbatasnya
peran guru di sini, maka kreatifitas guru dan inovasi guru dalam merekayasa
pembelajaran tidak berkembang. Guru tidak ada motivasi untuk melakukan
berbagai pembaruan. Mengajar mereka anggap sebagai tugas rutin dan keseharian,
dan bukan sebagai tugas profesional.
2. Pada peran ini guru memiliki peran lebih dari sekedar pelaksana kurikulum, tetapi
sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan dan kebutuhan siswa dan
kebutuhan daerah. Guru diberikan kewenangan untuk mnyesuaikan kurikuum
dengan kebutuhan daerah ataupun karakteristik sekolah. Dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sekarang dikembangkan di Indonesia,
terdapat peran guru dalam fase ini, yaitu bahwa para perancang kurikulum hanya
menentukan standar isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana
implementasinya, kapan waktunya, dan hal-hal teknis lainnya ditentukan oeh
guru. Dengan demikian peran guru sebagai adapter lebih luas dibandingkan
dengan peran sebagai implementer.
3. Dalam tingkat ini guru berperan sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki
kewenangan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru tidak hanya bisa
menentukan tujuan dan isi pelajaran yang akan disampaikan, tetapi bahkan dapat
menentukan strategi apa yang harus dikembangkan dan system evaluasi apa yang
akan digunakannya. Sebagai pengembang kurikulum guru sepenuhnya dapat
menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, misi dan visi sekolah/madrasah,
serta sesuai dengan pengalaman belajar ayang diperlukan anak didik. Dalam

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 6


KTSP peran ini dapat dilihat dalam pengembangan kurikulum muatan lokal.
Dalam pengembangan kurikulum muatan lokal, sepenuhnya diserahkan kepada
masing-masing satuan pendidikan, karena itu kurikulum yang berkembang dapat
berbeda antara lembaga yang satu dengan lembaga yang lainnya.
4. Fase terakhir adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum (curriculum
researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas professional guru
yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru.
Dala mperan ini guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai
komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji
efektivitas program, strategi maupun model pembelajaran, termasuk
mengumpulkan data tenatang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum.
Salah satu metode yang dianjurkan dalam penelitian adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), yakni metode peneitian yang berangkat dari masaah
ayang dihadapi guru dalam implementasi kurikulum. Melalui PTK, guru
berinisiatif melakukan penelitian sekaligus melaksanakan tindakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, PTK merupakan salah
satu metode yang tidak hanya menambah wawasan guru dan menambah
profesionalismenya, tetapi secara terus-menerus dapat meningkatkan kualitas
kinerjanya.

2. Mengapa kurikulum sekolah di Indonesia harus selalu berkembang?


Jelaskan pendapat saudara berdasarkan argumentasi yang diperoleh
dari referensi yang dapat dipertanggungjawabkan!
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu
pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan
dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia
sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang tujuannya
sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan zaman,
guna mencapai hasil yang maksimal.
Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan
perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di
Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 7


pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan secara terus menerus
ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk
penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing
dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
Perubahan kurikulum yang terjadi di indonesia dewasa ini salah satu
diantaranya adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri selalu tidak tetap. Selain itu,
perubahan tersebut juga dinilainya dipengaruhi oleh kebutuhan manusia yang selalu
berubah juga pengaruh dari luar, dimana secara menyeluruh kurikulum itu tidak
berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh ekonomi, politik, dan kebudayaan. Sehingga
dengan adanya perubahan kurikulum itu, pada gilirannya berdampak pada kemajuan
bangsa dan negara.
Kurikulum pendidikan harus berubah tapi diiringi juga dengan perubahan dari
seluruh masyarakat pendidikan di Indonesia yang harus mengikuti perubahan
tersebut, karena kurikulum itu bersifat dinamis bukan stasis, kalau kurikulum bersifat
statis maka itulah yang merupakan kurikulum yang tidak baik.
Menurut Soetopo dan Soemanto (1991), pengertian perubahan kurikulum agak
sukar untuk dirumuskan dalam suatu devinisi. Suatu kurikulum disebut mengalami
perubahan bila terdapat adanya perbedaan dalam satu atau lebih komponen
kurikulum antara dua periode tertentu, yang disebabkan oleh adanya usaha yang
disengaja.
Sedangkan menurut Nasution (2009), perubahan kurikulum mengenai tujuan
maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan itu . Mengubah kurikulum
sering berarti turut mengubah manusia, yaitu guru, pembina pendidikan, dan mereka-
mereka yang mengasuh pendidikan. Itu sebab perubahan kurikulum dianggap
sebagai perubahan sosial, suatu social change. Perubahan kurikulum juga disebut
pembaharuan atau inovasi kurikulum.
Mengenai makna perubahan kurikulum, bila kita bicara tentang perubahan
kurikulum, kita dapat bertanya dalam arti apa kurikulum digunakan. Kurikulum
dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang dijadikan guru sebagai pegangan
dalam proses belajar mengajar. Kurikulum dapat juga dilihat sebagai produk yaitu
apa yang diharapkan dapat dicapai siswa dan sebagai proses untuk mencapainya.
Keduanya saling berkaitan. Kurikulum dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 8


hidup dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan perlu di revisi secara berkala
agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Selanjutnya kurikulum dapat
ditafsirkan sebagai apa yang dalam kenyataan terjadi dengan murid didalam kelas.
Kurikulum dalam arti ini tak mungkin direncanakan sepenuhnya betapapun rincinya
dirrencanakan, karena dalam interaksi dalam kelas selalu timbul hal-hal yang spontan
dan kreatif yang tak dapat diramalkan sebelumnya. Dalam hal ini guru lebih besar
kesempatannya menjadi pengembang kurikulum dalam kelasnya. Akhirnya
kurikulum dapat dipandang sebagai cetusan jiwa pendidik yang berusaha untuk
mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang tertinggi dalam kelakuan anak didiknya.
Kurikulum ini sangat erat hubungannya dengan kepribadian guru.
Kurikulum yang formal mengubah pedoman kurikulum, relatif lebih terbatas
dari pada kurikulum yang riil. Kurikulum yang riil bukan sekedar buku pedoman,
melainkan segala sesuatu yang dialami anak dalam kelas , ruang olahraga, warung
sekolah, tempat bermain, karya wisata , dan banyak kegiatan lainnya, pendek kata
mengenai seluruh kehidupan anak sepanjang bersekolah. Mengubah kurikulum
dalam arti yang luas ini jauh lebih luas dan dengan demikian lebih pelik , sebab
menyangkut banyak variabel. Perubahan kurikulum disini berarti mengubah semua
yang terlibat didalamnya, yaitu guru sendiri, murid , kepala sekolah, penilik sekolah
juga orang tua dan masyarakat umumnya yang berkepentingan dalam pendidikan
sekolah. Dalam hal ini dikatakan, bahwa perubahan kurikulum adalah perubahan
sosial, curriculum change is social change.
Menurut Soetopo dan Soemanto (1991), ada dua jenis perubahan kurikulum
yaitu:
a. Perubahan sebagian-sebagian
Perubahan yang terjadi hanya pada komponen (unsur) tentu saja dari kurikulum
kita sebut perubahan yang sebagian-sebagian. Perubahan dalam metode
mengajar saja, perubahan dalam itu saja, atau perubahan dalam sistem penilaian
saja, adalah merupakan contoh dari perubahan sebagian-sebagian.
Dalam perubahan sebagian-sebagian ini, dapat terjadi bahwa perubahan yang
berlangsung pada komponen tertentu sama sekali tidak berpengaruh terhadap
komponen yang lain. Sebagai contoh, penambahan satu atau lebih bidang studi

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 9


kedalam suatu kurikulum dapat saja terjadi tanpa membawa perubahan dalam
cara mengajar atau sistem penilaian dalam kurikulum tersebut Ubahan.
b. Perubahan menyeluruh
Disamping secara sebagian-sebagian, perubahan suatu kurikulum dapat saja
terjadi secara menyeluruh . artinya keseluruhan sistem dari kurikulum tersebut
mengalami perubahan mana tergambar baik didalam tujuannya, isinya
organisasi dan strategi dan pelaksanaannya.
Perubahan dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan 1976 lebih
merupakan perubahan kurikulum secara menyeluruh. Demikian pula kegiatan
pengembangan kurikulum sekolah pembangunan mencerminkan pula usaha
perubahan kurikulum yang bersifat menyeluruh. Kurikulum 1975 dan 1976
misalnya , pengembangan , tujuan, isi, organisasi dan strategi pelaksanaan yang
baru dan dalam banyak hal berbeda dari kurikulum sebelumnya.
Sebab-Sebab Kurikulum Itu Diubah
Kurikulum itu selalu dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan dalam faktor-faktor yang mendasarinya. Tujuan pendidikan dapat
berubah secara fundamental, bila suatu negara beralih dari negara yang dijajah
menjadi Negara yang merdeka. Dengan sendirinya kurikulum pun harus mengalami
perubahan yang menyeluruh.
Kurikulum juga diubah bila tekanan dalam tujuan mengalami pergeseran.
Misalnya pada tahun 30-an sebagai pengaruh golongan progresif di USA tekanan
kurikulum adalah pada anak, sehingga kurikulum mengarah kepada child-centered
curriculum sebagai reaksi terhadap subject-centered curriculum yang dianggap
terlalu bersifat adult dan society-centered. Pada tahun 40-an , sebagai akibat perang,
asas masyarakatlah yang diutamakan dan kurikulum menjadi lebih society-centered.
Pada tahun 50-an dan 60-an, sebagai akibat sputnik yang menyadarkan Amerika
Serikat akan ketinggalan dalam ilmu pengetahuan, para pendidik lebih cenderung
kepada kurikulum yang discipline-centered, yang mirip kepada subject-centered
curriculum. Tampaknya seakan-akan orang kembali lagi kepada titik semula. Akan
tetapi, lebih tepat, bila kita katakan, bahwa perkembangan kurikulum seperti spiral,
tidak sebagai lingkaran, jadi kita tidak kembali kepada yang lama, tetapi pada suatu
titik di atas yang lama.

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 10


Kurikulum dapat pula mengalami perubahan bila terdapat pendirian baru
mengenai proses belajar, sehingga timbul bentuk-bentuk kurikulum seperti activity
atau experience curriculum, programmed instruction, pengajaran modul, dan
sebagainya.
Perubahan dalam masyarakat, eksplosi ilmu pengetahuan dan lain-lain
mengharuskan adanya perubahan kurikulum. Perubahan-perubahan itu
menyebabkan kurikulum yang berlaku tidak lagi relevan, dan ancaman serupa ini
akan senantiasa dihadapi oleh setiap kurikulum , betapapun relevannya pada suatu
saat.
Maka karena itu perubahan kurikulum merupakan hal biasa. Malahan
mempertahankan kurikulum yang ada akan merugikan anak-anak dan demikian
fungsi kurikulum itu sendiri. Biasanya perubahan satu asas akan memerlukan
perubahan keseluruhan kurikulum itu.

3. a. Mengapa SKL merupakan acuan utama dalam mengembangkan


standar-standar yang lain?
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL
merupakan acuan utama didalam mengembangkan standar-standar lainnya.
Menurut Permendikbud no 54 tahun 2013 tentang SKL pendidikan dasar dan
menengah pasal 1 yang menyatakan:
(1) Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan
sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar
penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.
(2) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A;
b. Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B; dan
c. Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C
(3) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 11


Menurut BNSP Tahun 2006 tentang panduan penyusunan kurikulum
tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah mengatakan
bahwa standar ISI dan standar SKL merupakan acuan utama bagi satuan
pendidikan dalam mengambangkan kurikulum.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil
kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi
lulusan. Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa standar kompetensi
lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau
dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.

b. Bagaimana perubahan-perubahan tentang standar proses dan


standar penilaian yang berlaku dalam kurikulum 2013?
1. Standar Proses
Menurut Penjelasan Permendikbud 65 Tahun 2013 Tentang Standar
Proses, mengatakan bahwa: Standar Proses adalah kriteria mengenai
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap
satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran
mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut
memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh
melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 12


mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta.
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“ mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan
lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses.
Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik
antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu
diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan
karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah(project based learning).

Perubahan standar proses dalam kurikulum 2013 diantaranya:


a) Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah,
Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.
b) Pendekatan pembelajaran berdasarkan pengamatan, pertanyaan,
pengumpulan data, penalaran, dan penyajian hasilnya melalui
pemanfaatan berbagai sumber-sumber belajar (siswa mencari tahu).
c) Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan
sekolah dan masyarakat.
d) Guru bukan satu-satunya sumber belajar, artinya sumber belajar bisa juga
dari siswa dengan cara saling sharing antara siswa.
e) Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan.
f) SD : Tematik terpadu
g) SMP: IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu
h) SMA: Adanya mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan bakat dan
minatnya
i) SMK: Kompetensi keterampilan yang sesuai dengan standar industri

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 13


j) TIK menjadi media semua mata pelajaran, TIK merupakan sarana
pembelajaran, dipergunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran
lain.
k) Pengembangan diri terintegrasi pada setiap mata pelajaran dan
ekstrakurikuler

2. Standar Penilaian
Menurut Permendikbud No 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar
oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, mengatakan
bahwa:
a. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan
informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam
kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis,
selama dan setelah proses pembelajaran;
b. Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta
didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi
yang sesungguhnya;
c. Ketuntasan Belajar merupakan tingkat minimal pencapaian kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan
substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar;

Perubahan standar penilaian dalam kurikulum 2013 diantaranya:


a) Kurikulum 2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik
(authentic assesment). Secara paradigmatik penilaian autentik
memerlukan perwujudan pembelajaran autentik (authentic instruction)
dan belajar autentik (authentic learning). Hal ini diyakini bahwa penilaian
autentik lebih mampu memberikan informasi kemampuan peserta didik
secara holistik dan valid.

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 14


b) Pada kurikulum KTSP 2006 penilaian yang dilakukan cenderung
menggunakan penilaian akhir tanpa ada penilaian pada proses
pembelajaran. Pada kurikulum 2013, penilaian akan di proses belajar turut
dimasukan. Nantinya akan ada penilaian forfolio terhadap forfolio
terhadap pribadi siswa.
c) Penilaian berbasis kompetensi
d) Pergeseran dari penilaian melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan
berdasarkan hasil saja], menuju penilaian otentik [mengukur semua
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan
hasil]
e) Penilaian menggunakan Acuan Kriteria yang merupakan penilaian
kemajuan peserta didik dibandingkan dengan kriteria capaian kompetensi
yang ditetapkan. Skor yang diperoleh dari hasil suatu penilaian baik yang
formatif maupun sumatif seorang peserta didik tidak dibandingkan dengan
skor peserta didik lainnya namun dibandingkan dengan penguasaan
kompetensi yang dipersyaratkan.
f) Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL
g) Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen
utama penilaian, pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal,
h) Memberi nilai bagi jawaban nyeleneh, menilai proses pengerjaannya
bukan hanya hasilnya, penilaian spontanitas/ekspresif.

c. Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib. Jelaskan


Pada Kurikulum 2013 Praja Muda Karana, atau biasa akrab disebut
Pramuka, menjadi kegiatan ekstrakurikuler wajib bagi peserta didik di Sekolah
Dasar dan Menengah. Pramuka bukan menjadi mata pelajaran wajib, melainkan
tetap menjadi kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat wajib. Pendidikan
Kepramukaan berisi perpaduan proses pengembangan nilai sikap dan keterampilan.
Menurut Permendikbud nomor 63 tahun 2014 Tentang Pendidikan
kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib pasal 1 yang menyatakan:

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 15


1. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan
hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai
nilai kepramukaan;
2. Satuan Pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
3. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk
menyelenggarakan pendidikan kepramukaan;
4. Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan
kepramukaan serta mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka;
5. Kepramukaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan pramuka;
Menurut Permendikbud nomor 63 tahun 2014 Tentang Pendidikan
kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib pasal 2 yang menyatakan:
1. Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler
wajib pada pendidikan dasar dan menengah.
2. Kegiatan Ekstrakurikuler wajib merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang harus
diikuti oleh seluruh peserta didik.
Pengelolaan Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib
pada satuan pendidikan dasar dan menengah merupakan tanggung jawab kepala
sekolah dengan pelaksana pembina pramuka. Menurut POS penyelenggaraan
pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib Permendikbud nomor 63 tahun
2014 Tentang Pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib yang
menyatakan:
1. Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengem-bangkan
potensi diri melalui proses Pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu.
2. Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan Peserta Didik di
luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar
Peserta Didik dapat mengembangkan kepribadian, minat, dan kemampuannya
di berbagai bidang di luar bidang akademik.

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 16


3. Ekstrakurikuler Wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti
oleh seluruh peserta didik, terkecuali bagi Peserta Didik dengan kondisi tertentu
yang tidak memungkinkan untuk mengikuti kegiatan Ekstrakurikuler tersebut.
4. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk
menyelenggarakan pendidikan kepramukaan.
5. Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan
kepramukaan serta mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka.
6. Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar
lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat,
teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar
Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan
watak, akhlak, dan budi pekerti luhur (SK. Kwarnas No. 231 Thn 2007).
7. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan
hidup, dan akhlak mulia Pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-
nilai kepramukaan.
8. Gugus Depan (Gudep) adalah satuan pendidikan dan satuan organisasi terdepan
penyelenggara pendidikan kepramukaan.
9. Kwartir adalah satuan organisasi pengelola Gerakan Pramuka yang dipimpin
secara kolektif pada setiap tingkatan wilayah.
10. Majelis Pembimbing adalah dewan yang memberikan bimbingan kepada satuan
organisasi Gerakan Pramuka.
11. Pembina Pramuka adalah anggota dewasa Gerakan Pramuka. Pembina bertugas
merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan
kepramukaan di tingkat Gudep.
Gerakan Pramuka adalah nama organisasi yang menjadi wadah
berlangsungnya proses kepramukaan yang ada di Indonesia. Gerakan Pramuka
bertujuan membentuk setiap pramuka untuk memiliki kepribadian yang beriman,
bertaqwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa
dalam menjaga dan membangun NKRI, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan
lingkungan hidup.

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 17


Dalam penjelasan Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang kerangka
dasar dan struktur kurikulum SMP/MTs, mengatakan bahwa Kegiatan ekstra
kurikuler seperti Pramuka (terutama), Unit Kesehatan Sekolah, Palang Merah
Remaja, dan yang lainnya adalah dalam rangka mendukung pembentukan
kompetensi sikap sosial peserta didik, terutamanya adalah sikap peduli. Disamping
itu juga dapat dipergunakan sebagai wadah dalam penguatan pembelajaran berbasis
pengamatan maupun dalam usaha memperkuat kompetensi keterampilannya dalam
ranah konkrit. Dengan demikian kegiatan ekstra kurikuler ini dapat dirancang
sebagai pendukung kegiatan kurikuler.

4. Jelaskan evaluasi kurikulum menurut Stake dan CIPP !


Menurut Permendikbud nomor 159 tahun 2014 Tentang Evaluasi Kurikulum
pasal 1 yang menyatakan:
a. Evaluasi Kurikulum adalah serangkaian kegiatan terencana, sistematis, dan
sistemik dalam mengumpulkan dan mengolah informasi, memberikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menyempurnakan
kurikulum.
b. Pendekatan evaluasi kurikulum adalah cara pandang dalam mengevaluasi
kurikulum.
c. Strategi evaluasi kurikulum adalah langkah-langkah sistematik dan sistemik
yang digunakan untuk mengevaluasi kurikulum secara efektif dan efisien.
d. Model evaluasi kurikulum adalah kerangka konseptual dan operasional yang
digunakan untuk mengevaluasi perangkat dokumen, buku, pelatihan,
pendampingan, dan monitoring untuk kelancaran pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Permendikbud nomor 159 tahun 2014 Tentang Evaluasi
Kurikulum pasal 2 yang menyatakan:
a. Evaluasi Kurikulum berfungsi sebagai upaya penyempurnaan kurikulum
secara berkelanjutan pada tingkat nasional, daerah, dan satuan pendidikan.
b. Evaluasi Kurikulum bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai:
1. kesesuaian antara Ide Kurikulum dan Desain Kurikulum;
2. kesesuaian antara Desain Kurikulum dan Dokumen Kurikulum;
3. kesesuaian antara Dokumen Kurikulum dan Implementasi Kurikulum;

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 18


4. kesesuaian antara Ide Kurikulum, Hasil Kurikulum, dan Dampak
Kurikulum.

a. Evaluasi Kurikulum Menurut Stake


Model countenence adalah model pertama evaluasi kurikulum yang
dikembangkan Stake. Nama countenance digunakan disini disesuaikan dengan
judul artikel yang ditulis Stake. Dalam suatu pengertian yang diterjemahkan Stake
pertama, countenance adalah keseluruhan, sedangkan dalam pengertian lain kata
itu bermakna sesuatu yang disegani (favourable). Stake mendasarkan modelnya
pada evaluasi yang sangat bergantung pada pemakaian “checklist, structured
visitation by peers, controlled comparisons, and standardized testing of students”
(Stake, 1972 dalam Hasan, 2008). Evaluasi formal adalah evaluasi yang
dilakukan pihak luar yang tidak terlibat dengan evaluan. Lebih lanjut, model ini
dikembangkan atas keyakinan bahwa suatu evaluasi haruslah memberikan
deskripsi dan pertimbangan sepenuhnya mengenai evaluan. Dasar ini yang
menjadikan keyakinan Stake untuk memberikan tekanan pada pendekatan
kualitatif. Dalam model ini stake sangat menekankan peran evaluator dalam
mengembangkan tujuan kurikulum menjadi tujuan khusus yang terukur.
Model Countenance Stake terdiri atas dua matrik, yaitu :
a. Matrik Deskripsi
Kategori pertama dari matriks deskripsi adalah sesuatu yang
direncanakan (intent) pengembangan kurikulum atau program. Seorang guru
sebagai pengembang RPP, merencanakan keadaan persyaratan yang
diinginkan untuk suatu kegiatan kelas tertentu. Apakah persyaratan tersebut
berhubungan dengan peserta didiknya seperti minat, kemampuannya,
pengalamannya, dan lain sebagainya yang biasa diistilahkan dengan entry
behaviors.
Kategori kedua, dinamakan observasi, berhubungan dengan apa yang
sesungguhnya sebagai implementasi dari apa yang diinginkan, pada kategori
ini evaluator harus melakukan observasi (pengumpulan data) mengenai
antecedents, transaksi, dan hasil yang ada di satuan pendidikan.

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 19


b. Matrik Pertimbangan
Matrik pertimbangan terdiri atas kategori standart dan kategori
pertimbangan, dan fokus antecedents, transaksi, dan outcomes (hasil yang
diperoleh). Standar adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu kurikulum
atau program yang dijadikan evaluan. Standart tersebut dapat dikembangkan
dari karakteristik yang dimiliki kurikulum (fidelity) tetapi dapat juga
dikembangkan dari yang lain (pre-ordinate, mutually adaptive, proses).
Kategori kedua adalah kategori pertimbangan. Katagori ini menghendaki
evaluator melakukan pertimbangan dari apa yang telah dilakukan dari
kategori pertama dan kedua matrik deskripsi sampai ke kategori pertama
matrik pertimbangan.
Keseluruhan Model dasar Countenance Stake terdiri atas 4 kotak antecendents
(intent, observasi, standar dan pertimbangan), 4 kotak transaksi, dan 4 kotak hasil. Untuk
menggunakan model Countenance Stake maka perlu diketahui juga dua konsep lagi yaitu
contingency dan congruence. Kedua konsep ini memperlihatkan keterkaitan dan
keterhubungan 12 kotak tersebut.
Contingency terdiri atas contingency logis dan contingency empirik.
Contingency logis adalah hasil pertimbangan evaluator terhadap keterkaitan atau
keselarasan logis antara kotak antecedents dengan transaksi dan hasil. Evaluator
juga memberikan pertimbangan keterkaitan empirik, berdasarkan data lapangan,
antara antecedent, transaksi, dan hasil mengenai congruence atau perbedaan yang
terjadi antara apa yang dikerjakan dengan apa yang terjadi di lapangan.
Cara kerja model evaluasi Stake ini adalah sebagai berikut : evaluator
mengumpulkan data mengenai apa yang diinginkan pengembangan program baik
yang berhubungan dengan kondisi awal (antecedents), transaksi. dan juga hasil
data dapat dikumpulkan melaluai studi dokumen tetapi dapat pula dilakukan
dengan jalan wawancara.

b. Evaluasi Kurikulum Menurut CIPP


Model evaluasi CIPP ini merupakan salah satu dari beberapa teknik
evaluasi suatu program yang ada. Model ini dikembangkan oleh salah satu pakar
evaluasi, Stufflebeam yang dikembangkan pada tahun 1971 dengan berlandaskan
pada keempat dimensi yaitu dimensi context, dimensi input, dimensi process, dan

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 20


dimensi product. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja dari
berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya
sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program
yang dievaluasi
Stufflebeam melihat tujuan evaluasi sebagai:
a. Penetapan dan penyediaan informasi yang bermanfaat untuk menilai
keputusan alternatif;
b. Membantu audience untuk menilai dan mengembangkan manfaat program
pendidikan atau obyek;
c. Membantu pengembangan kebijakan dan program.
Model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan-kawan
(1967) di Ohio State University. CIPP yang merupakan sebuah singkatan dari
huruf awal empat buah kata, yaitu:
 Context evaluation : evaluasi terhadap konteks
 Input evaluation : evaluasi terhadap masukan
 Process evaluation : evaluasi terhadap proses
 Product evaluation : evaluasi terhadap hasil
Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan
sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program
kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang memandang
program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.
Secara garis besar evaluasi model CIPP mencakup empat macam keputusan:
1. Perencanaan keputusan yang mempengaruhi pemilihan tujuan umum dan
tujuan khusus.
2. Keputusan pembentukan atau structuring.
3. Keputusan implementasi.
4. Keputusan yang telah disusun ulang yang menentukan suatu program perlu
diteruskan, diteruskan dengan modifikasi, dan atau diberhentikan secara total
atas dasar kriteria yang ada
Empat aspek Model Evaluasi CIPP (context, input, process and output) membantu
pengambil keputusan untuk menjawab empat pertanyaan dasar mengenai:

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 21


1. Apa yang harus dilakukan (What should we do?); mengumpulkan dan
menganalisa needs assessment data untuk menentukan tujuan, prioritas dan
sasaran.
2. Bagaimana kita melaksanakannya (How should we do it?); sumber daya dan
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan dan
mungkin meliputi identifikasi program eksternal dan material dalam
mengumpulkan informasi.
3. Apakah dikerjakan sesuai rencana (Are we doing it as planned?); Ini
menyediakan pengambil-keputusan informasi tentang seberapa baik program
diterapkan. Dengan secara terus-menerus monitoring program, pengambil-
keputusan mempelajari seberapa baik pelaksanaan telah sesuai petunjuk dan
rencana, konflik yang timbul, dukungan staff dan moral, kekuatan dan
kelemahan material, dan permasalahan penganggaran.
4. Apakah berhasil (Did it work?); Dengan mengukur outcome dan
membandingkannya pada hasil yang diharapkan, pengambil-keputusan
menjadi lebih mampu memutuskan jika program harus dilanjutkan,
dimodifikasi, atau dihentikan sama sekali.
Beberapa pertanyaan terkait dimensi tersebut diantaranya untuk
mengumpulkan dan menganalisa needs assessment data untuk menentukan
tujuan, prioritas dan sasaran. Pertanyaan tersebut merupakan jenis pertanyaan
yang terdapat pada dimensi context evaluation. Sedangkan untuk mendapatkan
sumber daya dan langkah – langkah yang diperlukan untuk mencapai identifikasi
program eksternal dan material dalam pengumpulan informasi terdapat pada
dimensi input evaluation. Pertanyaan lainnya yang terdapat pada dimensi process
evaluation ialah pada penyediaan pengambilan keputusan informasi tentang
seberapa baik program diterapkan. Dengan terus menerus memonitoring program,
pengambilan keputusan mempelajari seberapa baik pelaksanaan telah sesuai
petunjuk dan rencana, konflik timbul, dukungan staf dan moral, kekuatan dan
kelemahan material, dan permasalahan penganggaran. Sedangkan pada dimensi
product evaluation ialah untuk mengukur outcome dan membandingkannya pada
hasil yang diharapkan, pengambilan keputusan menjadi lebih mampu

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 22


memutuskan jika program harus dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan sama
sekali.
Penjelasan masing-masing dimensi dapat dijabarkan lebih jelas lagi seperti
di bawah ini.
a. Context Evaluation
Context Evaluation (evaluasi konteks) diartikan sebagai situasi atau
latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi yang
dilakukan dalam suatu program yang bersangkutan. penilaian dari dimensi
konteks evaluasi ini seperti kebijakan atau unit kerja terkait, sasaran yang
ingin dicapai unit kerja dalam waktu tertentu, masalah ketenagaan yang
dihadapi dalam unit kerja terkait dan sebagainya.
Stufflebeam dalam Hamid Hasan menyebutkan, tujuan dari evaluasi
konteks yang utama ialah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki evaluan, sehingga dapat diberikan arahan perbaikan yang
dibutuhkan.Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan,
menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan
tujuan program. Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan
merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel
yang dilayani, dan tujuan proyek.
b. Input Evaluation
Input Evaluation pada dasarnya mempunyai tujuan untuk mengaitkan
tujuan, konteks, input, dan proses dengan hasil program. Evaluasi ini juga
untuk menentukan kesesuaian lingkungan dalam membantu pencapaian
tujuan dan objektif program. Menurut Eko Putro Widyoko, evaluasi masukan
(Input Evaluation) ini ialah untuk membantu mengatur keputusan,
menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa
rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja
untuk mencapainya.
Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-
sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk
mencapai kebutuhan, bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Menurut
Stufflebeam pertanyaan yang berkenaan dengan masukan mengaral pada

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 23


“pemecahan masalah” yang mendorong diselenggarakannya progran yang
bersangkutan.
c. Process Evaluation
Process evaluation ini ialah merupakan model CIPP yang diarahkan
untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan, apakah program
terlaksana sesuai dengan rencana atau tidak. Evaluasi proses juga digunakan
untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan
implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk
keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah
terjadi.
Oleh Stufflebeam (dalam Arikunto, 2004), mengusulkan pertanyaan
untuk proses antara lain sebagai berikut:
 Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal.
 Apakah yang terlibat dalam pelaksanaan program akan sanggup
menangani kegiatan selama program berlangsung?
 Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara
maksimal?
 Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan
program?
d. Product Evaluation
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa evaluasi produk
ialah untuk melayani daur ulang suatu keputusan dalam program. Dari
evaluasi produk diharapkan dapat membantu pimpinan proyek dalam
mengambil suatu keputusan terkait program yang sedang terlaksana, apakah
program tersebut dilanjutkan, berakhir, ataukah ada keputusan lainnya.
Keputusan ini juga dapat membantu untuk membuat keputusan selanjutnya,
baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah
program itu berjalan.
Evaluasi produk diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan
yang terjadi pada masukan mentah. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa
diajukan antara lain:
 Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 24


 Apakah kebutuhan peserta didik sudah dapat dipenuhi selama proses
belajar mengajar?
Tujuan dan fungsi Evaluasi CIPP
Tujuan evaluasi program model CIPP adalah untuk keperluan
pertimbangan dalam pengambilan sebuah keputusan/kebijakan.
Fungsi dari evaluasi model CIPP adalah sebagai berikut:
 Membantu penanggung jawab program tersebut (pembuat kebijakan) dalam
mengambil keputusan apakah meneruskan, modifikasi, atau menghentikan
program.
 Apabila tujuan yang ditetapkan program telah mencapai keberhasilannya,
maka ukuran yang digunakan tergantung pada kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Langkah-langkah Pelaksanaan Evaluasi CIPP
a. Menetapkan keputusan yang akan diambil
b. Menetapkan jenis data yang diperlukan
c. Pengumpulan data
d. Menetapkan kriteria mengenai kualitas
e. Menganalisis dan menginterpretasi data berdasarkan kriteria
f. Memberikan informasi kepada pihak penanggungjawab program atau
pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan

5. Berikan contoh evaluasi kurikulum tentang laboratorium IPA SMP


menggunakan Stake atau CIPP. Uraikan secara bertahap sesuai
dengan langkah melakukan evaluasi kurikulum.
Menurut Permendiknas nomor 24 tahun 2007 Tentang Standar Sarana
Prasarana Sekolah yang menyatakan:
a. Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah.
b. Prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah.
c. Perabot adalah sarana pengisi ruang.
d. Peralatan pendidikan adalah sarana yang secara langsung digunakan untuk
pembelajaran.

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 25


e. Media pendidikan adalah peralatan pendidikan yang digunakan untuk membantu
komunikasi dalam pembelajaran.
f. Ruang laboratorium adalah ruang untuk pembelajaran secara praktek yang
memerlukan peralatan khusus.

Ruang Laboratorium IPA


Menurut Standar Sarana Prasarana SMP/MTs Permendiknas nomor 24 tahun
2007 Tentang Standar Sarana Prasarana Sekolah yang menyatakan:
a. Ruang laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran IPA secara praktek yang memerlukan peralatan khusus.
b. Ruang laboratorium IPA dapat menampung minimum satu rombongan belajar.
c. Rasio minimum luas ruang laboratorium IPA 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan
belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium
48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar minimum ruang
laboratorium IPA 5 m.
d. Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan fasilitas untuk memberi pencahayaan
yang memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan.
e. Tersedia air bersih.
f. Ruang laboratorium IPA dilengkapi sarana.
Tabel Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Laboratorium IPA

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi 1 buah/peserta Kuat, stabil, aman, dan
didik, ditambah mudah dipindahkan.
1 buah/guru
1.2 Meja peserta 1 buah/7 peserta Kuat, stabil, dan aman.
didik didik Ukuran memadai untuk
menampung kegiatan peserta
didik secara berkelompok
maksimum 7 orang.
1.3 Meja 1 buah/lab Kuat, stabil, dan aman. Luas
demonstrasi meja memungkinkan untuk
melakukan demonstrasi dan
menampung peralatan dan
bahan yang diperlukan. Tinggi
meja memungkinkan seluruh
peserta didik dapat mengamati
percobaan yang
didemonstrasikan.
1.4 Meja persiapan 1 buah/lab Kuat, stabil, dan aman.
Ukuran memadai untuk
menyiapkan

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 26


No Jenis Rasio Deskripsi
materi percobaan.
1.5 Lemari alat 1 buah/lab Kuat, stabil, dan aman.
Ukuran memadai untuk
menampung semua alat.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.6 Lemari bahan 1 buah/lab Kuat, stabil, dan aman.
Ukuran memadai untuk
menampung semua bahan
dan tidak mudah berkarat.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.7 Bak cuci 1 buah/ 2 Tersedia air bersih dalam
kelompok, jumlah memadai.
ditambah 1 buah
di ruang
persiapan.

2 Peralatan
Pendidikan
2.1 Mistar 6 buah/lab Panjang minimum 50 cm,
ketelitian 1 mm.
2.2 Jangka sorong 6 buah/lab Ketelitian 0,1 mm.
2.3 Timbangan 3 buah/lab Memiliki ketelitian berbeda.
2.4 Stopwatch 6 buah/lab Ketelitian 0,2 detik.
2.5 Rol meter 1 buah/lab Panjang minimum 5 m,
ketelitian 1 mm.
2.6 Termometer 100 6 buah/lab Ketelitian 0,5 derajat.
C
2.7 Gelas ukur 6 buah/lab Ketelitian 1 ml.
2.8 Massa logam 3 buah/lab Dari jenis yang berbeda,
minimum massa 20 g.

2.9 Multimeter 6 buah/lab Dapat mengukur tegangan,


AC/DC, 10 kilo arus, dan hambatan. Batas
ohm/volt minimum ukur arus 100 mA-5
A. Batas minimum ukur
tegangan untuk DC 100 mV-
50 V. Batas minimum ukur
tegangan untuk AC 0-250 V.

2.10 Batang magnet 6 buah/lab Dilengkapi dengan potongan


berbagai jenis logam.
2.11 Globe 1 buah/lab Memiliki penyangga dan dapat
diputar. Diameter minimum
50 cm. Dapat memanfaatkan
globe yang terdapat di ruang
perpustakaan.
2.12 Model tata 1 buah/lab Dapat menunjukkan
surya terjadinya gerhana. Masing-
masing planet dapat diputar
mengelilingi matahari.
Bahan baja, memiliki
2.13 Garpu tala 6 buah/lab
frekuensi

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 27


No Jenis Rasio Deskripsi
berbeda dalam rentang audio.
2.14 Bidang miring 1 buah/lab Kemiringan dan kekasaran
permukaan dapat diubah-
ubah.
2.15 Dinamometer 6 buah/lab Ketelitian 0,1 N/cm.
2.16 Katrol tetap 2 buah/lab
2.17 Katrol bergerak 2 buah/lab
2.18 Balok kayu 3 macam/lab Memiliki massa, luas
permukaan, dan koefisien
gesek berbeda.
2.19 Percobaan 1 set/lab Mampu menunjukkan
muai panjang fenomena dan memberikan
data pemuaian minimum
untuk tiga jenis bahan.
2.20 Percobaan optik 1 set/lab Mampu menunjukkan
fenomena sifat bayangan dan
memberikan data tentang
keteraturan hubungan antara
jarak benda, jarak bayangan,
dan jarak fokus cermin
cekung, cermin cembung,
lensa cekung, dan lensa
cembung. Masing-masing
minimum dengan tiga nilai
jarak fokus.
2.21 Percobaan 1 set/lab Mampu memberikan data
rangkaian listrik hubungan antara tegangan,
arus, dan hambatan.
2.22 Gelas kimia 30 buah/lab Berskala, volume 100 ml.
2.23 Model molekul 6 set/lab Minimum dapat menunjukkan
sederhana atom hidrogen, oksigen,
karbon, belerang, nitrogen,
dan dapat dirangkai menjadi
molekul.
Pembakar Kaca, dengan sumbu dan
2.24 6 buah/lab
spiritus tutup.
2.25 Cawan 6 buah/lab Bahan keramik, permukaan
penguapan dalam diglasir.

2.26 Kaki tiga 6 buah/lab Dilengkapi kawat kasa dan


tingginya sesuai tinggi
pembakar spiritus.
2.27 Plat tetes 6 buah/lab Minimum ada 6 lubang.
Pipet tetes +
2.28 100 buah/lab Ujung pendek.
karet
2.29 Mikroskop 6 buah/lab Minimum tiga nilai perbesaran
monokuler obyek dan dua nilai
perbesaran okuler.
Minimum tiga nilai jarak
2.30 Kaca pembesar 6 buah/lab
fokus.
2.31 Poster genetika 1 buah/lab Isi poster jelas terbaca dan
berwarna, ukuran minimum
A1.
2.32 Model kerangka 1 buah/lab Tinggi minimum 150 cm.
manusia
2.33 Model tubuh 1 buah/lab Tinggi minimum 150 cm.
manusia Organ tubuh terlihat dan
dapat dilepaskan dari model.
Dapat diamati dengan mudah
oleh seluruh peserta didik.
*Teguh 2.34
Budi Raharjo ES*. Tugas
Gambar/model Pengembangan
1 buah/lab Kurikulum
Jika Sains
berupaTerintegrasi
gambar, maka 28
pencernaan isinya jelas terbaca dan
berwarna dengan
No Jenis Rasio Deskripsi
manusia ukuran minimum A1. Jika
berupa model, maka dapat
dibongkar pasang.
2.35 Gambar/model 1 buah/lab Jika berupa gambar, maka
sistem isinya jelas terbaca dan
peredaran darah berwarna dengan ukuran
manusia minimum A1. Jika berupa
model, maka dapat dibongkar
pasang.
2.36 Gambar/model 1 buah/lab Jika berupa gambar, maka
sistem isinya jelas terbaca dan
pernafasan berwarna dengan ukuran
manusia minimum A1. Jika berupa
model, maka dapat dibongkar
pasang.
2.37 Gambar/model 1 buah/lab Jika berupa gambar, maka
jantung isinya jelas terbaca dan
manusia berwarna dengan ukuran
minimum A1. Jika berupa
model, maka dapat dibongkar
pasang.
2.38 Gambar/model 1 buah/lab Jika berupa gambar, maka
mata manusia isinya jelas terbaca dan
berwarna dengan ukuran
minimum A1. Jika berupa
model, maka dapat dibongkar
pasang.
2.39 Gambar/model 1 buah/lab Jika berupa gambar, maka
telinga manusia isinya jelas terbaca dan
berwarna dengan ukuran
minimum A1. Jika berupa
model, maka dapat dibongkar
pasang.
2.40 Gambar/model 1 buah/lab Jika berupa gambar, maka
tenggorokan isinya jelas terbaca dan
manusia berwarna dengan ukuran
minimum A1. Jika berupa
model, maka dapat dibongkar
pasang.
Petunjuk 6 buah/
2.41
percobaan percobaan
Media
3
Pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/lab Ukuran minimum 90 cm x
200 cm. Ditempatkan pada
posisi yang memungkinkan
seluruh peserta didik
melihatnya dengan jelas.
4 Perlengkapan
Lain
4.1 Kotak kontak 9 buah/lab 1 buah untuk tiap meja
peserta didik, 2 buah untuk
meja demo, 2 buah untuk di
ruang persiapan.
4.2 Alat pemadam 1 buah/lab Mudah dioperasikan.
kebakaran

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 29


No Jenis Rasio Deskripsi
4.3 Peraatan P3K 1 buah/lab Terdiri dari kotak P3K dan
isinya tidak kadaluarsa
termasuk obat P3K untuk
luka bakar dan luka terbuka.
4.4 Tempat sampah 1 buah/lab
4.5 Jam dinding 1 buah/lab

Menurut Permendiknas nomor 26 tahun 2008 Tentang Standar Tenaga


Laboratorium Sekolah yang menyatakan:
a. Standar tenaga laboratorium sekolah/madrasah mencakup kepala laboratorium
sekolah/madrasah, teknisi laboratorium sekolah/madrasah, dan laboran
sekolah/madrasah.
b. Untuk dapat diangkat sebagai tenaga laboratorium sekolah/madrasah, seseorang
wajib memenuhi standar tenaga laboratorium sekolah/madrasah yang berlaku
secara nasional.

 Instrumen Evaluasi Laboratorium IPA Menurut Model CIPP

Teknik Pengumpulan
Variabel Aspek
Data
Obsevasi
1. Dukungan/ Partisipasi unsur
Wawancara
terkait
Dokumentasi
Obsevasi
2. Perencanaan Program
Wawancara
laboratorium IPA
Dokumentasi
Context
Obsevasi
3. Keterlaksanaan Program
Wawancara
Laboratorium IPA
Dokumentasi
Obsevasi
4. Pengembangan Potensi
Wawancara
Ketenagaan Laboratorium IPA
Dokumentasi
1. Tenaga Pengelola Laboratorium Obsevasi
Input IPA (Kepala Laboratorium, Wawancara
Teknisi, dan Laboran) Dokumentasi

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 30


2. Ruang dan Sarana Laboratorium Obsevasi
IPA Wawancara
Dokumentasi
Dokumentasi
3. Peserta didik
Observasi
1. Pengorganisasian guru, teknisi, Obsevasi
dan laboran Wawancara
Dokumentasi
2. Penataan ruang Laboratorium Obsevasi
IPA Wawancara
Dokumentasi
Obsevasi
3. Penataan Alat dan Bahan
Wawancara
Laboratorium IPA
Dokumentasi
Obsevasi
4. Pengadministrasian Alat dan
Wawancara
Bahan
Dokumentasi
Obsevasi
Process 5. Pengadaan Alat dan Bahan Wawancara
Dokumentasi
Obsevasi
6. Penyusunan program
Wawancara
pengelolaan laboratorium
Dokumentasi
Obsevasi
7. Penyusunan jadwal kegiatan
Wawancara
laboratorium
Dokumentasi
Obsevasi
8. Penyusunan rencana
Wawancara
pengembangan laboratorium
Dokumentasi
9. Penyusunan Prosedur Operasi Obsevasi
Standar (POS) kerja Wawancara
laboratorium Dokumentasi

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 31


10. Pemantauan kondisi dan Obsevasi
keamanan bahan serta alat Wawancara
laboratorium Dokumentasi
11. Pemantauan kondisi dan Obsevasi
keamanan bangunan Wawancara
laboratorium Dokumentasi
Obsevasi
12. Pengelolaan sumber dana Wawancara

1. Pencapaian Hasil belajar


Obsevasi
melalui pemanfaatan
Wawancara
Laboratorium IPA
Dokumentasi

2. Pemanfaatan kegiatan Obsevasi


laboratorium sebagai wahana Wawancara
pendidikan Dokumentasi
3. Pelaksanaan kegiatan Obsevasi
Product
laboratorium untuk kepentingan Wawancara
pendidikan dan penelitian Dokumentasi
4. Publikasi karya tulis ilmiah Obsevasi
hasil kajian/ inovasi Wawancara
laboratorium Dokumentasi
Dokumentasi
5. Penerapan hasil inovasi atau
Wawancara
kajian laboratorium
Observasi

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 32


RUANG LINGKUP PENILAIAN KINERJA GURU DENGAN TUGAS
TAMBAHAN KEPALA LABORATORIUM/BENGKEL
SEKOLAH/MADRASAH
Kinerja kepala laboratorium/bengkel sekolah/madrasah dinilai mengacu pada Buku
Pedoman Penilaian Kinerja Guru, dimana terdapat ada 7 (tujuh) kompetensi atau
komponen yang dinilai, yaitu:

Tabel Komponen Penilaian Kinerja

Skor Penilaian
No. Komponen Kode Kriteria
Maksimal

1 Kepribadian PKKLB.1 11 44

2 Sosial PKKLB.2 5 20

Pengorganisasian guru, PKKLB.3 24


3 6
laboran/teknisi

Pengelolaan program dan PKKLB.4 28


4 7
administrasi

Pengelolaan pemantauan dan PKKLB.5 28


5 7
evaluasi

6 Pengembangan dan Inovasi PKKLB.6 5 20

Pengelolaan Lingkungan dan PKKLB.7 20


7 5
K3

Jumlah 46 184

Dari 7 (tujuh) komponen kinerja kepala laboratorium/bengkel diatas,


dijabarkan menjadi 46 kriteria. Skor perolehan maksimal yang dapat diperoleh
adalah 46 x 4 = 184.

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 33


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. (2004). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.


Bandung: Rineka Cipta

BNSP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang


Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: BNSP

Menurut BNSP Tahun 2006 tentang panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah

Chelimsky, Elanor. (1989). Program Evaluation: Pattern and Directions, 2nd Edition.
Washington, DC; American Society for Public Administration

Djaali, Mulyono Pudji dan Ramly. 200. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan.
Jakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta

http://israyanibeta.blogspot.com/2012/11/peran-guru-dalam-pengembangan-
kurikulum_9719.html

http://yherpansi.wordpress.com/2010/05/08/70/

http://lunnablog-luna.blogspot.com/2010/10/mengapa-kurikulum-berubah.html

http://hakekatpendidikan.blogspot.com/2011/10/evaluasi-kurikulum-model-
countenance.html

https://www.academia.edu/5532391/Perjalanan_kurikulum_di_indonesia

http://bhaktiprima.blogspot.com/2012/10/model-evaluasi-countenance-stake.html

http://edukasi.kompasiana.com/2013/06/14/teknik-evaluasi-program-model-cipp-
context-input-process-product-568611.html

Nasution. (2009). Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Permendikbud. (2013). Permendikbud No 54 Tahun 2013 Tentang Standar


Kompetensi Lulusan. Jakarta: Kemdikbud.

Permendikbud. (2013). Permendikbud No 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses


Jakarta: Kemdikbud.

Permendikbud. (2013). Permendikbud No 68 Tahun 2013 Tentang Standar Kerangka


Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs. Jakarta: Kemdikbud.

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 34


Permendikbud. (2014). Permendiknas No 58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013
SMP/MTs. Jakarta: Depdikbud.

Permendikbud. (2014). Permendikbud No 63 Tahun 2014 Tentang Pendidikan


Kepramukaan Sebagai Ektrakurikuler Wajib. Jakarta: Kemdikbud.

Permendikbud. (2014). Permendikbud No 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil


Belajar oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Jakarta: Kemdikbud.

Permendikbud. (2014). Permendikbud No 159 Tahun 2014 Tentang Evaluasi


Kurikulum. Jakarta: Kemdikbud.

Permendiknas. (2007). Permendiknas No 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana


Prasarana Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Permendiknas. (2008). Permendiknas No 26 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga


Laboratorium Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana.

Sisdiknas. (2003). Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional. Jakarta: Presiden RI.

Soemantri, Hermana. 1993. Perekayasaan Kurikulum. Bandung: Angkasa.

Soetopo dan Soemanto. 1991. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Sebagai


Substansi Problem Administrasi Pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara.

*Teguh Budi Raharjo ES*. Tugas Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi 35

Anda mungkin juga menyukai