net/publication/325386268
CITATIONS READS
0 1,418
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Development of Learning Devices Oriented Problem Based Learning to Increase Student’s Combinatorial Thinking in Mathematical Problem Solving Ability View project
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI MTS AR RIDHA MEDAN View project
All content following this page was uploaded by Wildah Romaito Napitupulu on 02 July 2018.
1
Wildah Romaito Napitupulu, 2Edy Surya
1,2
PPs Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Medan, Indonesia
Email: wildah18npt@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis miskonsepsi dan
mengetahui penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa dalam materi pokok
ruang dimensi tiga yang ditinjau dari kecerdasan visual-spasial dan perbedaan
gender siswa. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif, dengan strategi penelitian yaitu deskriptif kualitatif. Subjek
penelitian menggunakan pemilihan sampel bertujuan (purposive sample), dipilih
5 subjek penelitian, 1 subjek dengan kecerdasan visual-spasial tinggi, 2 subjek
dengan kecerdasan visual spasial sedang dan 2 subjek dengan kecerdasan visual
spasial rendah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah 1) metode
observasi, 2) metode tes yang meliputi tes kecerdasan visual-spasial dan tes
diagnostok yang dilakukan kepada siswa, 3) metode wawancara dilakukan
kepada siswa yang mengalami miskonsepsi disesuaikan dengan kecerdasan
visual-spasial siswa tersebut Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) siswa yang
memiliki kecerdasan visual-spasial tinggi tidak mengalami miskonsepsi, 2) siswa
yang memiliki kecerdasan visual spasial sedang jenis miskonsepsi teoritikal, 3) siswa
yang memiliki kecerdasan visual spasial yang rendah bentuk miskonsepsinya adalah
toeritikal, klasifikasional, dan korelasional. Penyebabnya adalah siswa salah dalam
memahami definisi kedudukan dua bidang, siswa tidak bisa membayangkan gambar
pada soal dengan baik, dan siswa tidak memperhatikan penjelasan guru.
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan subjek penelitian siswa kelas X SMA sebanyak 5
orang. 1 subjek dengan kecerdasan visual-spasial tinggi, 2 subjek dengan
kecerdasan visual spasial sedang dan 2 subjek dengan kecerdasan visual spasial
rendah. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan wawancara. Penentuan subjek
penelitian ini menggunakan sampel bertujuan. Tes yang diberikan pada penelitian
ini adalah tes diagnostik. Selanjutnya, Peneliti melakukan wawancara untuk
memastikan kesalahan atau memperdalam miskonsepsi yang dimiliki siswa pada
materi bangun ruang dimensi tiga dan memverifikasi hasil data tes. Wawancara
dilakukan pada beberapa subjek yang dipilih berdasarkan miskonsepsi yang
paling banyak terjadi pada siswa. Teknik analisis data dalam dilakukan dalam
tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Pemeriksaan keabsahan data dengan triangulasi. Triangulasi dalam penelitian ini
adalah triangulasi metode, yaitu dengan membandingkan data hasil tes yang
diverifikasi dengan wawancara.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tes konsepsi mengenai materi pokok ruang dimensi tiga dikerjakan oleh
10 siswa kelas X SMA. Dari hasil tes tersebut, didapatkan data yaitu berupa
jawaban tes yang telah dikerjakan siswa yang terdiri dari 6 siswa yang
mengalami miskonsepsi, sedangkan 3 siswa yang lain adalah siswa yang telah
memahami konsep dan 1 tidak memahami konsep. Data yang dipakai dalam
penelitian ini adalah jawaban siswa dari tes tersebut yang mengandung
miskonsepsi. Adapun hasil data tes diagnostik sebanyak satu siswa dengan kategori
tinggi teridentifikasi miskonsepsi. Selanjutnya 2 siswa dengan pada kategori sedang
dan 2 siswa dengan kategori rendah lebih banyak teridentifikasi miskonsepsi.
Sehingga kelima siswa tersebut dijadikan subjek penelitian.
Berikut ini akan disajikan analasis miskonsepsi dari subjek penelitian
dalam mengerjakan soal pada materi ruang dimensi tiga kelas X disertai
kemungkinan penyebab miskonsepsinya.
Subjek Penelitian 1
1) Soal nomor 3
Penggalan jawaban siswa :
Dari penggalan jawaban di atas, siswa menjawab benar bahwa besar sudut
antara FH dengan BG yaitu 60o, tetapi alasan yang diberikan tidak tepat.
Siswa menyebutkan bahwa ∆AFH adalah segitiga siku-siku di F. Sehingga
besar sudut antara FH dengan BG adalah 60o. Diduga siswa mengalami
miskonsepsi tentang jenis segitiga yang terbentuk. Kemungkinan penyebab
miskonsepsi tersebut adalah siswa salah dalam membayangkan jenis segitiga
yang terbentuk.
Subjek Penelitian 2
1) Pada soal nomor 1c
Penggalan jawaban siswa :
Subjek Penelitian 2
1) Soal nomor 1c
P: ”Terus selanjutnya?”
S: “Itu tadi K di proyeksikan tegak lurus ke bidang ABL ketemu titik K’
pada segitiga ABL, lha ini jarakya sama mbak antara titik L ke L’
dengan jarak K ke K’, jadi sejajar”
P: “Kok tau kalau sama darimana dik?”
S: “Ya itu mbak, dari gambarnya, soalnya kan sejajar (tertawa)”
P: “Loh, kita kan mau membuktikan kalau bidang nya sejajar dik
(tertawa)”
S: “Bagaimana ya mbak, ya pokoknya itu jaraknya sama, dilihat dari
gambar gitu, makanya sejajar”
P: “Kalau jaraknya sama jadinya sejajar dik?”
S: “Iya mbak, karena jaraknya sama jadinya sejajar”
Dari petikan wawancara di atas, siswa menjawab benar kedudukan dua
bidang adalah sejajar, tetapi alasan yang diberikan kurang tepat. Siswa telah
memproyeksikan titik ke bidang dan menyatakan bahwa jaraknya sama. Siswa
tidak bisa memberi alasan kenapa jaraknya sama sehingga menyatakan bahwa
dua bidang tersebut sejajar.
1) Soal nomor 2b
P: “Oke sekarang lanjut yang nomor 2 b itu yang ditanyakan apa?” S:
”Ini disuruh menghitung jarak bidang PQCD dan bidang ABVW”
P: “Sebelum menghitung jarak, itu kedudukan dua bidangnya bagaimana nak
?”
S: “Sejajar buk” P: “Alasanya?”
S: “Misal titik B diproyeksi ke bidang PQCD dapat titik B’ trus titik C
diproyeksikan ke bidang ABVW dapat titik C’. Jarak BB’ dengan CC’
sama mbak (tertawa)”
P: “Alasan jaraknya sama?”
S: “Karenaaaa dilihat dari gambarnya, dia bidang itu sejajar, jadinya sama”
Dari petikan wawancara di atas, siswa menjawab benar kedudukan dua
bidang adalah sejajar, tetapi alasan yang diberikan kurang tepat. Siswa telah
memproyeksikan titik ke bidang dan menyatakan bahwa jaraknya sama. Siswa
tidak bisa memberi alasan kenapa jaraknya sama sehingga menyatakan bahwa
dua bidang tersebut sejajar.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami miskonsepsi
dalam aspek melasanakan rencana pemecahan masalah yaitu
mengimplementasikan rumus yang tidak tepat dan pemahaman geometri meliputi
garis terhadap bidang dan segitiga yang terbentuk tidak tepat. Miskonsepsi pada
aspek ini disebabkan oleh reasoning (penalaran) tidak lengkap atau salah dan
pemikiran humanistic siswa. Dari ketiga kategori kecerdasan visual-spasial siswa,
siswa dengan kecerdasan visual-spasial tinggi tidak mengalami miskonsepsi,
tetapi siswa dengan kecerdasan visual-spasial sedang dan rendah mengalami
miskonsepsi teoritikal.
Dari ketiga kategori kecerdasan visual-spasial siswa, siswa dengan
kecerdasan visual-spasial tinggi dan sedang tidak mengalami miskonsepsi, tetapi
siswa dengan kecerdasan visual-spasial rendah mengalami miskonsepsi
klasifikasional dengan penyebab siswa tidak bisa membayangkan gambar pada
soal dengan baik.
Dari ketiga kategori kecerdasan visual-spasial siswa, siswa dengan
kecerdasan visual-spasial tinggi tidak mengalami miskonsepsi, tetapi siswa
dengan kecerdasan visual-spasial sedang dan rendah dengan penyebab siswa
kurang aktif bertanya dan kurang memperhatikan penjelasan guru serta karena
aspek praktis yang sering keluar pada soal.
DAFTAR PUSTAKA
Möhring, W., Newcombe, N. S. & Frick, A. (2015). The relation between spatial
thinking and proportional reasoning in preschoolers. Journal of
Experimental Child Psychology, 132, 213-220. doi:
https://doi.org/10.1016/j.jecp.2015.01.005
Sulaiha. 2016. Profil Berpikir Geometri Siswa MTs pada Materi Bangun
Segiempat Ditinjau dari Gaya Kognitif. Tesis tidak dipublikasikan.
Surabaya: Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Surabaya.