Anda di halaman 1dari 4

TITRASI IODIMETRI VITAMIN C

TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kadar asam askorbat dalam sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

 HASIL PERCOBAAN
 Standarisasi Larutan Na₂S₂O₃.5H₂O 0,07 M

Titrasi ke- Volume larutan Na₂S₂O₃ yang diperlukan


1 10 ml
2 10,3 ml
V rata-rata 10,15 ml

Kondisi Perubahan warna


Sebelum ditetesi amilum Coklat menjadi kekuningan
Setelah ditetesi amilum Biru kehitaman menjadi bening

 Analisis Vitamin C

Titrasi ke- Volume larutan Na₂S₂O₃ yang


Perubahan warna
diperlukan
1 15,9 ml coklat kehitaman
2 12,1 ml menjadi kuning
V rata-rata 14 ml kehjauan

 PEMBAHASAN
Standarisasi Larutan Na₂S₂O₃.5H₂O 0,07 M
Pada percobaan ini menggunakan metode tidak langsung yang artinya titrasi ini
menggunakan larutan iodin, di mana iodin yang digunakan berasal dari sisa iodin yang
dihasilkan dari reaksi sebelumnya. Larutan standar yang digunakan yaitu Na₂S₂O₃.5H₂O.
Larutan tersebut perlu distandarisasi terlebih dahulu karena larutan ini merupakan tipe
larutan standar sekunder, di mana larutan ini bersifat mudah bereaksi dengan senyawa
lain di udara. Sehingga larutan ini tidak dapat dibuat dan ditentukan konsentrasinya
hanya dengan melarutkan padatannya dalam sebuah pelarut karena bersifat higrokopis,
menyerap uap air, dan menyerap CO₂ pada waktu proses penimbangannya, sehingga
konsentrasinya dapat berubah degan cepat. Oleh sebab itu, setiap kali ingin digunakan
dalam titrasi maka harus distandarisasi terlebih dahulu.
Dalam percobaan ini larutan Na₂S₂O₃ distandarisasi menggunakan larutan kalium
iodat (KIO₃). Sebelumnya ke dalam larutan KIO₃ ditambahkan padatan KI. Fungsi
penambahan padatan KI ini untuk memperbesar kelarutan iodium yang sukar larut
dalam air dan juga untuk mereduksi analit sehingga bisa dijadikan larutan standar.
Selain itu, penambahan larutan H₂SO₄ bertujuan untuk membentuk suasana asam
karena titrasi ini dilakukan di suasana asam (pH < 8,0). Pada proses standarisasi larutan
KIO₃ akan bereaksi dengan I⁻ berlebih dari KI yang ditambahkan ke larutan tersebut yang
menghasilkan warna coklat.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

Dikarenakan larutan KI yang digunakan berlebih, sehingga di akhir reaksi akan


menghasilkan I₃. I₃ yang terbentuk kemudian dititrasi dengan larutan Na₂S₂O₃ hingga
berwana kekuningan (kuning pucat) yang menandakan kandungan I₃ tersebut hampir
habis bereaksi dan mendekati titik ekivalen.
Saat warna larutan menjadi kekuningan, maka ditambahkan indicator amilum.
Indicator amilum digunakan karena sensitivitas warna biru tua yang mempermudah
pengamatan perubahan pada saat tercapainya ekivalen. Selain itu dalam larutan pada
kondisi asam iodida mudah untuk dioksidasikan menjadi iod bebas, sehingga iod bebas
ini akan mudah diidentifikasi dengan adanya indikator amilum dari warna biru
kehitaman yang dihasilkan. Secara teori, warna biru kehitaman ini terbentuk dari adanya
kompleks antara iodine dan amilum. Sehingga, jika warna larutan yang biru kehitaman
tersebut menandakan adanya kandungan iodine dalam larutan.
Penambahan indicator amilum pada percobaan ini dilakukan saat mendekati titik
akhir titrasi, yakni saat larutan berwarna kuning kecoklatan. Hal ini bertujuan agar
amilum tidak membungkus iodin karena akan menyebabkan iodin sukar dititrasi. Selain
itu, senyawa kompleks yang terbentuk antara iodin-amilum memiliki kelarutan yang
kecil dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada titik akhir titrasi.
Larutan sebelum dititrasi berwarna biru/ungu kehitaman, saat mencapai
ekivalen akan berubah menjadi bening. Pada titrasi ini, I₃ akan direduksi oleh Na₂S₂O₃
membentuk I⁻ kembali, sedangkan S₂O₃²⁻ akan teroksidasi membentuk S₄O₆²⁻. Warna
biru kehitaman yang berubah menjadi bening menandakan kandungan iodine dalam
larutan telah habis bereaksi dan terjadi kelebihan ion S₂O₃²⁻.
Reaksi yang terjadi saat I₃ dititrasi dengan Na₂S₂O₃ adalah sebagai berikut.
Oksidasi:
Reduksi:
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh volume rata-rata Na₂S₂O₃ yang
dibutuhkan untuk mencapai ekivalen yaitu 10,15 ml. Sehingga, dapat ditentukan
molaritas Na₂S₂O₃ yakni 0,06 M. Hasil ini tidak sama dengan yang tertulis yaitu 0,07 M
karena Na₂S₂O₃ merupakan jenis larutan standar sekunder yang tidak dapat ditentukan
konsentrasinya hanya dengan melarutkan padatannya dalam pelarut karena bersifat
higrokopis, di mana konsentrainya dapat berubah dengan cepat.

Analisis Vitamin C
Pada analisis vitamin C akan ditentukan kadar asam askorbat dalam sampel
vitamin C. Pada proses analisis ini digunakan metode titrasi iodimeti (titrasi iodine
langsung). Pada metode ini, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi yang
langsung ditambahkan ke dalam larutan, sehingga bahan pereduksi langsung dioksidasi
dengan larutan baku Iodium. Metode ini sangat efektif sebab vitamin C mudah
teroksidasi dan iodium mudah berkurang. Hal ini berdasarkan bahwa sifat vitamin C
dapat bereaksi dengan iodine mengingat asam askorbat merupakan agen pereduksi
yang tidak terlalu kuat dan tidak terlalu lemah. Larutan standar yang digunakan pada
analisis ini yaitu larutan Na₂S₂O₃ 0,07 M yang sebelumnya telah distandarisasi terlebih
dahulu.
Sampel vitamin C perlu dilarutkan ke dalam larutan asam sulfat (H₂SO₄). hal ini
dikarenakan untuk membentuk suasana asam dalam larutan karena reaksi antara asam
askorbat dan larutan Na₂S₂O₃ akan berlangsung dalam keadaan asam (pH,8,0). Selain
itu, adanya H₂SO₄ juga sebagai katalisator yang dapat mempercepat reaksi.
Panambahan larutan H2SO4 dilakukan di awal sebelum adanya penambahan larutan Iod
yang bertujuan agar larutan Iod tidak mengalami oksidasi.
Penambahan kalium iodide (KI) ke dalam larutan sampel bertujuan untuk
membentuk ion kompleks triiodida dengan iodine. Oleh sebab itu, KI ditambahkan
berlebih untuk meningkatkan kelarutan dan untuk menurunkan keatsirian iodine.
Reaksinya adalah sebagai berikut.

Adanya pembahan kalium iodat (KIO₃) akan menyebabkan adanya reaksi antara
ion IO₃⁻ dengan I⁻ dari hasil reaksi sebelumnya. Reaksi antara keduanya akan
menghasilkan I₃⁻ (triiodida), di mana I₃⁻ ini yang akan bereaksi dengan Na₂S₂O₃ saat
proses titrasi berlangsung.
Reaksinya adalah sebagai berikut.
Penambahan indicator amilum digunakan karena sensitivitas warna biru tua yang
mempermudah pengamatan perbuahan pada saat tercapainya ekivalen. Larutan
sebelum ditambahkan indicator amilum berwarna kuning kehijauan, namun saat telah
ditambahkan indicator amilum berubah menjadi coklat kehitaman yang disebabkan
amilum membentuk kompleks terhadap ion I₃⁻. Sehingga, jika warna larutan yang coklat
kehitaman tersebut menandakan adanya kandungan iodine dalam larutan.
Saat dititrasi dengan larutan Na₂S₂O₃ 0,07 M dan mencapai ekivalen iodium
yang terikat akan habis bereaksi dengan Na₂S₂O₃, sehingga warnanya akan berubah
kembali menjadi kuning kehijauan. Pada titrasi ini, I₃ akan direduksi oleh Na₂S₂O₃
membentuk I⁻ kembali, sedangkan S₂O₃²⁻ akan teroksidasi membentuk S₄O₆²⁻.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Oksidasi:
Reduksi:

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh volume rata-rata Na₂S₂O₃ yang


diperlukan untuk mencapat ekivalen yakni 14 ml. Sehingga, dapat diperoleh kadar asam
askorbat dalam sampel tablet vitamin C yakni 61,6%.

KESIMPULAN
Kadar asam askorbat dalam sampel tablet vitamin C yakni 61,6%.

Anda mungkin juga menyukai