2. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut Soedarmo dkk, (2008) adalah:
a. Ensefalitis fatal yang biasanya didahului oleh viremia dan perkembang
biakan virus ekstraneural yang hebat
b. Ensefalitis subklinis yang biasanya didahului viremia ringan, infeksi otak
lambat dan kerusakan otak ringan
c. Infeksi asimptomatik yang ditandai oleh hampir tidak adanya viremia,
sangat terbatasnya replikasi ekstraneural
3. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Menurut Setiadi, (2007) sistem syaraf adalah salah satu organ yang berfungsi
untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan
koordinasi kegiatan tubuh. Dengan pertolongan syaraf kita dapat mengisap
suatu rangsangan dari luar pengndalian pekerja otot.
a. Sel sel pada sistem syaraf
1) Neuron
Unit fungsional sistem syaraf yang terdiri dari : Badan Sel, yaitu
bagian yang mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.
Sedangakan Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan
lebih panjang dari dendrit. Bagian ini mengahantarkan impuls
menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain atau ke ke badan sel
neuron yang menjadi asal akson ( arah menuju ke luar sel ). Maka,
Semua akson dalam sistem syaraf perifer di bungkus oleh lapisan
schwann ( neurolema ) yang di hasilkan oleh sel – sel
schwann.Kemudian mielin berfungsi sebagai insulator listrik dan
mempercepat hantaran impuls syaraf. Sedangkan Dendrit
adalah Perpanjang sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek
yang berfungsi sebagai penghantar impuls ke sel tubuh.
2) Neuroglial
Sel penunjang tambahan pada susunan syaraf pusat yang berfungsi
sebagai jaringan ikat yang mensuport sel dan nervous sistem.
3) Sistam komunikasi sel
Rangsangan ini di sebut stimulus, sedangkan yang di hasilkan
dinamakan respon. Alat penghantar stimulus yang berfungsi menerima
rangsangan disebut reseptor,sedangkan yang menjawab stimulus di
sebut efektor seperti otot,sel , kelenjar atau sebagainya.
b. Sistem Syaraf Pusat
1) Perkembangan Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari
sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran
otak awal,yaitu:
a) Otak depan menjadi hamisfer serebri, korpus striatum, talamus,
serta hipotalamus. Fungsinya menerima dan mengintegrasikan
informasi mengenai kesadaran dan emosi.
b) Otak tengah,mengkoordinir otot yang berhubunga
dengan penglihatan dan pendengaran. Otak ini menjadi tegmentum,
krus serebrium, korpus kuadriigeminus.
c) Otak belakang ( pons ), bagian otak yang menonjol kebnyakan
tersusun dari lapisan fiber ( berserat ) dan termasuk sel yang
terlibat dalam pengontrolan pernafasan.
c. Susunan Syaraf Perifer
Sistem syaraf perifer menyampaikan informasi antara jaringan dan saraf
pusat ( CNS ) dengan cara membawa signals dari syaraf pusat ke CNS.
Susunan syaraf terbagi menjadi 2, yaitu :
1) Susunan syaraf somatic
Susunan syaraf yang memiliki peranan yang spesifik untuk mengatur
aktivitas otot sadar atau serat lintang, jadi syraf ini melakuakan sistem
pergerakan otot yang di sengaja atau tanpa sengaja
2) Susunan syaraf otonom
Susunan syaraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi
pekerjaan otot sadar atau serat lntang, dengan membawa informasi ke
otot halus atau otot jantung yang dilakuakan otomatis.Menurut
fungsinya susunan syaraf otonom terdiri dari dua bagian yaitu:
a) Susunan syaraf simpatis
b) Susunan syaraf para simpatis (Setiadi,2007).
4. ETIOLOGI
a. Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus.
Macam-macam Encephalitis virus :
1) Infeksi virus yang bersifat epidermik :
a) Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus
ECHO
b) Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St. louis
encephalitis, Eastern equire encephalitis, Japanese B.
encephalitis, Murray valley encephalitis.
b. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes
zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain
yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
c. Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella,
pasca vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang
mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.
5. PATOFISIOLOGI
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah
masuk kedalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa
cara:
a. Setempat virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan
atau organ tertentu.
b. Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah Kemudian
menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
c. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan
selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf. Masa Prodromal
berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .
Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan
kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa
Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak
6. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala klinis Encephalitis tidak spesifik, tergantung dari penyebab dan luas
dari daerah yang terkena infeksi. Umumnya didapatkan suhu yang
mendadak naik, sebelum kesadaran menurun, sering mengeluh nyeri
kepala, muntah sering ditemukan, lethargi, photofobi, kadang- kadang
desertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
Gejala klinis lainnya adalah :
1) Terjadi peningkatan tekanan intarakraniaum,berupa nyeri kepala,
penurunan kesadaran, dan muntah
2) Terjadi demam akibat infeksi
3) Fotofobia (respon nyeri terhadap sinar) akibat iritasi saraf –
saraf kranial
4) Ensefalitis biasanya memperlihatkan gejala awal yang dramatis berupa
delirium dan penurunan progresif kesadaran. Dapat timbul kejang dan
gerakan- gerakan abnormal (Corwin, 2001).
9.KOMPLIKASI
a. Gangguan system pernafasan.
Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial
menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan
tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan
terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 2004)
b. Gangguan system kardiovaskuler.
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik
pada daerah tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor
menyebabkan meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
c. Gangguan system gastrointestinal.
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan
intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus
sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjd diare
akibat terjadi peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri
Susilanigsih, 2004).
d. Pertumbuhan dan perkembangan.
Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau
mengalami hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada
keadaan sakit fungsi tubuh menurun termasuk fungsi social anak. Tahun-
tahun pertama pada anak merupakan “tahun emas” untuk kehidupannya.
Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini harus diatasi untuk
mencapai tugas –tugas pertumbuhan selanjutnya. Pengkajian pertumbuhna
dan perkembangan anak ini menjadi penting sebagai langkah awal
penanganan dan antisipasi
7.PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan cairan serebrospinal.
Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan
dominasi sel limfosit. Protein agak meningkat sedangkan glucose dalam
batas normal.
b. Pemeriksaan EEG.
Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse “bilateral” dengan aktivitas
rendah.
c. Pemeriksaan virus.
Ditemukan virus pada CNS didapatkan kenaikan titer antibody yang
spesifik terhadap virus penyebab.
8. PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan penyebab :
Diberikan apabila jenis virus diketahui Herpes encephalitis : Adenosine
arabinose 15 mg/Kg BB/hari selama 5 hari.
b. Pengobatan suportif.
Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah : pengobatan nonspesifik
yang bertujuan mempertahankan fungsi organ tubuh.
Pengobatan tersebut antara lain :
1) ABC (Airway breathing, circulation) harus dipertahankan sebaik-baiknya.
2) Pemberian makan secara adequate baik secara internal maupun parenteral
dengan memperhatikan jumlah kalori, protein, keseimbangan cairan
elektrolit dan vitamin.
3) Obat-obatan yang lain apabila diperlukan agar keadaan umum penderita
tidak bertambah jelek.
7. PEMERIKSAAN FISIK
Pada klien ensepalitis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pada pemeriksaan
neurologis. Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum
meliputi :
a. Keadaan umum
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami
peruibahan atau penurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkat kesadaran
dapat disebabkan oleh gangguan metablisme dan difusi serebral yang
berkaitan dengan kegagalan neural akibat proses peradangan otak.
b. Gangguan sistem pernafasan
Perubahanperubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial
menyebabkan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan
tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan
terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 1994).
c. Gangguan sistem kardiovaskuler
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pad
adaerah tersebut. Hal ini akan merangsang vasokonstriktor dan
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor
menyebabkan meningkatnya transmiter rangsang parasimpatis ke jantung.
d. Gangguan sistem gastrointestinal
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan
intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus
sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjadi diare
akibat terjadi peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri
Susilaningsih, 1994).
8. ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)
Pada penderita ensepatilitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari
antara lain : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi karena mual muntah,
hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial.
Pola istirahat pada penderita sering kejang, hal ini sangat mempengaruhi
penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur karena
penderita lemah atau tidka sadar dan cenderung tergantung pada orang lain,
perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui akibat
hospitalisasi fisik.
Eliminasi Pola BAB di rumah, apakah klien Mengkaji kebiasaan eliminasi alvi
menggunakan laksatif, dan uri meliputi jumlah, warna,
karakter feses, apakah mengalami apakah ada gangguan
konstipasi, apakah ada riwayat
hemoroid.
Pola BAK apakah lancar dalam
mengeluarkan urine, apakah ada
masalah dengan perkemihan
Personal Meliputi penampilan, kondisi Mengkaji kebersihan personal
Hygiene kulit kepala klien, kebersihan Hygiene meliputi mandi,
kuku, mulut, frekuensi mandai kebersihan badan, gigi dan mulut,
dalam 1 hari. rambut, kuku, pakaian dan
kemampuan serta kemandirian
dalam melakukan kebersihan diri
Berikan intake makanan TKTP, mineral atau Diet TKTP mineral dan vitamin dapat
vitamin memenuhi kebutuhan gizi bagi klien
Tingkatkan frekuensi makan. Berikan diet Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe
halus, rendah serat. Hindari makan makanan yang dapat ditoleransi klien
pedas/terlalu asam
Berikan anti jamur/pencuci mulut, anestetik Stomatitis biasanya ada pada PEM, untuk
jika diperlukan meningkatkan penyembuhan jaringan mulut
dan memudahkan masukan diet
Berikan suplemen nutrisi, misalnya ensure Meningkatkan masukan protein dan kalori
bila diindikasikan