JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
Kata Pengantar
Maksud ditulisnya karangan ilmiah ini di samping untuk memenuhi tugas arsitektur
wawasan budaya juga untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang menulis
makalah serta menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai arsitektur tradisional
nusantara.
Penulis menyadari bahwa telah banyak menerima bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak untuk menyelesaikan karangan ilmiah ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari penyusunan
makalah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna
bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karangan tulis ini. Oleh
karena itu, penulis berharap agar pembaca dapat memaklumi kesalahan penulis baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi penulis.
Penulis berharap semoga karangan tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang .....................................................................................................................
Rumusan Masalah.................................................................................................................
Tujuan...................................................................................................................................
Manfaat................................................................................................................................
Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia ini semakin maju seiring semakin berkembang
pesatnya teknologi sehingga jarak dan waktu bukan lagi sebagai penghalang transfer informasi.
Hampir semua kejadian di penjuru dunia dapat diketahui oleh semua orang dalam waktu yang
cepat berkat peran teknologi. Tidak ada lagi yang ditutupi, tidak ada lagi batasan, semua
terbuka, dan saling mempengaruhi. Hal ini lah yang disebut globalisasi akibat derasnya arus
informasi.
Globalisasi membawa pengaruh pada semua aspek kehidupan termasuk aspek
kebudayaan. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang tersebar dari ke Timur, dari
Sabang hingga Merauke. Semua budayanya adalah nilai turun temurun warisan nenek moyang,
akan tetapi sekarang mulai tergeser karena hadirnya budaya baru yang dibawa oleh globalisasi.
Globalisasi seakan menuntut seluruh manusia untuk mengkiblatkan diri pada acuan yang sama,
yaitu gaya hidup masa kini. Kehidupan manusia menjadi homogen dan bercermin pada apa
yang sekarang dianggap modern. Sayangnya, modern yang dimaksud bukan berasal dari
budaya sendiri, tapi justru berasal dari negara luar yang jelas memiliki nilai-nilai budaya yang
berbeda dengan milik sendiri.
Contoh yang paling sederhana adalah masyarakat yang telah melupakan budaya
berpakaian. Jawa terkenal dengan batik dan kebaya, tetapi kenyataan sekarang sudah sulit
menemukan masyarakatnya yang masih mau berpakaian batik atau kebaya. Batik dan kebaya
dianggap sudah tidak mengikuti jaman. Alasan lain karena keduanya dianggap rumit, mulai
dari proses pembuatan hingga penggunaannya. Masyarakat modern menuntut kemudahan,
tetapi batik dan kebaya tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tersebut.
Begitu pula yang terjadi di dunia arsitektur bangsa ini. Modernisasi dan globalisasi
memang membawa dampak baik, yaitu dalam hal pemakaian teknologi dan bahan bangunan,
akan tetapi ada hal lain yang menjadi perhatian. Bangsa Indonesia kini mulai keluar jauh dari
identitas diri miliknya. Bangunan-bangunan yang berdiri atau bahkan yang masih dalam
rancangan, hampir semuanya berkiblat pada gaya arsitektur global. Gedung pencakar langit,
bentuk-bentuk kotak, dinding kaca, atau ornamen-ornamen rumit yang menghias fasade
bangunan khas kerajaan bangsa Eropa adalah fenomena-fenomena kean yang terjadi di
Indonesia. Sedikit dan nyaris tidak ada sama sekali dijumpai bangunan yang masih
memperlihatkan identitas bangsa.
Perumahan sekarang, terutama real estate, banyak menggunakan istilah-istilah untuk
penamaan cluster dan jalannya. Seperti dalam makalah Hariwardono Soeharno yang berjudul
“Globalisasi dan Pemikiran Budaya pada Kompleks Perumahan” (2010), makin banyak
kompleks-kompleks perumahan di Indonesia yang mengambil nama berbau asing. San Diego,
Raffles Garden dan Rich Palace, atau nama lainnya, dianggap prestisius untuk menunjang citra
perumahan kelas menengah ke atas. Nama-nama tersebut seakan memberikan kesan eksklusif
dibanding dengan nama-nama lokal seperti : Sri Kandi, Taman Sari, Majapahit, atau nama lokal
lainnnya yang mencerminkan identitas bangsa Indonesia.
Indonesia memiliki ribuan pulau beserta penghuninya, yang berarti masyarakat di
setiap pulau memiliki nilai-nilai budaya yang berbeda. Hal ini juga berlaku untuk dunia
arsitekturnya yang disebut dengan arsitektur Nusantara, arsitektur yang mencerminkan
keragaman budaya asli milik Indonesia. Keanekaragaman ini menjadi sebuah bukti bahwa
bangsa ini kaya, tapi kenyataannya masyarakatnya sendiri tidak mau mengakuinya. Tidak
bangga dengan apa yang dimiliki, tapi justru menyisihkan dan menggantikannya dengan
keseragaman arsitektur .
Sama halnya dengan fashion, arsitektur pun berkembang mengikuti apa yang sedang
menjadi tren. Arsitektur Nusantara dianggap kuno oleh masyarakat karena tidak ada
perkembangannya. Posisinya pun digantikan oleh arsitektur yang identik dengan
kemasakinian. Maka seperti desainer pakaian, para arsitek Indonesia dituntut untuk memiliki
pola pikir yang dapat menggali pengetahuan dan menerapkannya ke dalam bentuk bangunan
sehingga arsitektur Nusantara tidak hanya lestari, namun juga mengalami perkembangan
(Prijotomo, 2008).
Ciri fisik, makna filosofi, adaptasi terhadap iklim, material lokal, potensi alam, dan
ornamen-ornamen tradisional tercermin dalam arsitektur Nusantara. Semua hal tadi membuat
arsitektur Nusantara menjadi kaya, serta mungkin yang paling kaya di dunia. Di sisi lain, juga
dapat menjadi sumber eksplorasi untuk perkembangan ke depannya. Oleh karena itu, penulis
mengangkat permasalahan ini menjadi topik pembahasan makalah untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat agar menempatkan kembali arsitektur Nusantara sebagai arah arsitektur
bangsa sehingga selanjutnya, arsitektur Nusantara dapat kembali lagi menjadi identitas diri
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap arsitektur Indonesia?
2. Mengapa arsitektur tradisional sulit diterapkan di kehidupan sekarang?
3. Bagaimana arsitektur tradisional dapat kembali dikembangkan sebagai arsitektur
jati diri Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh globalisasi terhadap arsitektur Indonesia.
2. Untuk mengetahui alasan arsitektur tradisional sulit diterapkan di jaman sekarang.
3. Untuk mengetahui bagaimana agar arsitektur tradisional dapat kembali
dikembangkan sebagai arsitektur jati diri Indonesia.
1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk meningkatkan kesadaran atas arsitektur
Nusantara sebagai patokan arah gaya arsitektur bangsa sehingga ke depannya dapat
kembali menjadi identitas diri Indonesia.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Arsitektur memiliki makna Guna dan Citra, yaitu bangunan yang tidak sekedar
fungsi, namun juga mengandung citra, nilai-nilai, status, pesan dan emosi yang
disampaikannya. (Romo Mangun)
Sementara, arsitektur tradisional adalah arsitektur yang berasal dari tradisi atau
adat istiadat yang berlaku di masing-masing wilayah. Penggunaan istilah
arsitektur tradisional memiliki konsekuensi, yaitu penggunaannya harus sesuai
dengan peraturan tradisi yang berlaku di sebuah wilayah atau suku bangsa. Hal
ini mengakibatkan arsitektur tidak memiliki kesempatan untuk berkembang dan
arsitektur hanya menjadi romantisme masa lalu. Arsitektur tradisional adalah
obyek studi bagi domain sejarah maupun antropologi karena mempelajari
bagaimana manusia-manusia di sebuah wilayah atau suku bangsa berinteraksi
dengan lingkungannya. Sementara dalam domain arsitektur sendiri, yang
dipelajari adalah seni bangunan termasuk dengan dasar-dasar pemikiran,
estetika, juga kemungkinan pengembangan ide di masa depan dengan tetap
berakar pada filosofi awal yang terdalam. Hal inilah yang melahirkan Arsitektur
Nusantara. Arsitektur yang bertuan rumah di wilayah Nusantara, dihidupkan
oleh masyarakat Nusantara dan menghidupi mereka dari waktu ke waktu.
arsitekiki.2008.“ Kenalan sama Arsitektur Nusantara”.
http://arsitekiki.blogspot.com/2008/02/kenalan-sama-arsitektur-
Nusantara.html.Diunduh: 17 Maret 2012
BAB III
Pembahasan
4.1 Simpulan
1. Globalisasi memberi pengaruh ke dalam arsitektur Indonesia, mengubah
perwajahan arsitektur di Indonesia menjadi seragam mengikuti model arsitektur
sehingga tidak lagi menampakkan identitas bangsa.
2. Arsitektur Nusantara sulit diterapkan di kehidupan sekarang karena masyarakat
sudah banyak terjejali pengaruh arsitektur global yang dianggap maju sehingga
mereka menganggap arsitektur Nusantara menjadi hal yang kuno. Masyarakat
hidup dalam dunia modern juga menuntut segala sesuatunya mudah dan cepat,
sementara arsitektur Nusantara memiliki makna di setiap bagiannya sehingga
arsitekur Nusantara ini menjadi rumit dan membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk dapat didirikan.
3. Arsitektur Nusantara dapat kembali dikembangkan dengan membentuk formula
baru yang mengombinasikan arsitektur Nusantara dengan pengetahuan
arsitektur masa kini sehingga dapat mengurangi kompleksitas arsitektur
Nusantara ketika diterapkan. Pola pikir para arsitek juga harus diubah menjadi
lebih kreatif agar dapat menghadirkan corak Nusantara ke dalam karya-
karyanya.
4.2 Saran
4.2.1 Saran untuk Pemerintah
1. Mengadakan berbagai acara pameran kebudayaan yang berkaitan dengan
arsitektur untuk mengingatkan kembali masyarakat bagaimana
sebenarnya arsitektur bangsa kita.
2. Memasukkan unsur keNusantaraan di setiap pembangunan fisik daerah
seperti mendirikan kantor pemerintahan, terminal atau bangunan-
bangunan publik lainnya dengan corak arsitektur daerah setempat.
Rahadi,