Sejak Wright Bersaudara menorehkan sejarah “12 detik yang mengubah dunia” pada 17
Desember 1903 dengan menerbangkan pesawat terbang bermesin pertama, dunia
penerbangan mulai menggeliat.
Awalnya, sampai dengan akhir Perang Dunia I, pesawat tempurlah yang mulai berkembang.
Setelah itu, pada dekade 1920-an, pesawat terbang sipil mulai berkembang, di antaranya
dipelopori oleh William Boeing yang mendirikan industri pesawat terbang Boeing di Seattle,
Amerika Serikat pada 1916, dan Anthony Fokker –orang Belanda kelahiran Madiun,
Indonesia– yang mendirikan industri pesawat terbang Fokker di Belanda pada tahun 1919.
Untuk dapat mengalihkan penumpang kereta api menjadi penumpang pesawat terbang,
tentunya maskapai penerbangan harus dapat meyakinkan bahwa transportasi udara adalah
moda transportasi yang aman. Salah seorang yang berjasa mengubah citra transportasi udara
adalah Ellen Church.
Dilahirkan di Cresco, Iowa, Amerika Serikat pada 22 September 1904, Ellen Church adalah
seorang perawat (registered nurse) yang karena ketertarikannya yang tinggi terhadap dunia
penerbangan, juga menjadi seorang penerbang (pilot).
Sebenarnya, ketika Church melamar bekerja di Boeing Air Transport (BAT) –yang kemudian
menjadi United Airlines– awalnya dia melamar sebagai pilot. Akan tetapi, alih-alih
mengontrak Church sebagai pilot, Steve Stimpson, seorang pejabat BAT, justru melihat hal
yang lebih menjanjikan dari ide Ellen Church yang lain, yaitu menempatkan perawat sebagai
pramugari (stewardess/flight attendant) di dalam pesawat terbang, yang bertugas untuk
menenangkan penumpang yang takut terbang.
Meramalkan publisitas yang hebat yang akan terjadi dengan menempatkan perawat sebagai
pramugari, Stimpson menjual ide tersebut kepada atasannya.
Pada tahun 1930, Boeing Air Transport memulai sesuatu yang pada waktu itu dianggap
sebagai percobaan yang berani dengan mengontrak delapan orang perawat –dikenal dengan
istilah The Original Eight– sebagai pramugari dengan masa percobaan terbang selama tiga
bulan. Ellen Church menjadi kepala pramugari.
Pada tanggal 15 Mei 1930, Ellen Church menjadi pramugari pertama di dunia yang
menerbangi rute Oakland ke Chicago. Adanya pramugari merupakan sukses yang tak
terbantahkan bagi BAT. Dalam waktu tiga tahun, berbagai maskapai penerbangan mengikuti
jejak BAT dengan menempatkan pramugari pada pesawat terbangnya.
Persyaratan menjadi pramugari pada tahun 1930-an sangat ketat. Selain harus seorang
perawat, pramugari juga haruslah wanita yang masih lajang, usia lebih muda dari 25 tahun,
berat kurang dari 115 pon (sekitar 52 kg) dan tinggi kurang dari 5 kaki 4 inci (sekitar 162, 56
cm). Pramugari pada masa itu jauh dari kesan glamor. Selain bertugas melayani penumpang,
pramugari sering kali harus mengangkat koper-koper penumpang ke dalam pesawat,
mengencangkan baut-baut kursi yang kendur, mengisi bahan bakar pesawat, bahkan
membantu mendorong pesawat masuk ke hanggar ! Untuk pelayanan tersebut, pramugari
digaji 125 dolar AS per bulan.
Meski Ellen Church berjasa membuka jalan bagi wanita untuk bergelut di dunia penerbangan,
dia menjadi pramugari selama delapan belas bulan. Sesudah kecelakaan mobil yang
mengakhiri kariernya sebagai pramugari, Church meraih gelar bachelor degree dari
University of Minnesota dan meneruskan kariernya sebagai perawat.
Pada tahun 1942, selama Perang Dunia ke II, Ellen Church kembali ke angkasa sebagai flight
nurse pada Army Nurse Corps dan dianugerahi Air Medal atas kepatriotannya selama perang.
Setelah PD II usia, Church pindah ke Terre Haute, Indiana, menjadi Direktur di Union
Hospital dan menikah dengan Leonard Briggs Marshall, Direktur Utama Terre Haute First
National Bank pada 1964.
Ellen Church meninggal pada 22 Agustus 1965 karena kecelakaan jatuh dari kuda. Sebagai
penghormatan atas jasa-jasanya, bandar udara di kota kelahirannya Cresco, Iowa, diberi nama
Ellen Church Field
BIOGRAFI POLWAN PERTAMA BINTANG
BASARIA PANJAITAN
Desember 2015 kemaren bisa jadi hari terindah buat Irjen. Pol. (Purn) Basaria Panjaitan,
S.H., M.H. Ia menjadi perempuan pertama yang menjadi komisioner Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) Republik Indonesia. Ini mungkin jadi kado terindah buatnya, karena di bulan
yang sama ia genap berusia 58 tahun. Ia terpilih berdasarkan hasil voting di Komisi III DPR
tanggal 17 Desember 2015 Bersama dengan Agus Rahardjo, Alexander Marwata, Saut
Situmorang dan LaodeMuhamad Syarif resmi menjadi pimpinan KPK periode 2015-2019.
Selain menjadi komisioner perempuan pertama, Basaria juga menjadi Polwan pertama
dengan pangkat Irjen. Karir yang cemerlang ini diperoleh berkat kerja keras dan tentunya
juga hasil dari doa yang dia panjatkan.
Basaria lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara tanggal 20 Desember 1958. Bungsu dari
delapan bersaudara ini adalah puteri dari pasangan Iskandar Panjaitan / br. Siagian. Ayahnya
adalah bekas kepala kampung di daerah Sitorang, Toba Samosir.
Basaria Panjaitan merupakan jebolan Sekolah Calon Perwira (Secapa) Polri di Sukabumi.
Setelah lulus, ia langsung ditugaskan di Reserse Narkoba Polda Bali dengan pangkat Ipda.
Berbagai posisi di kepolisian pernah diembannya seperti pernah menjadi Kepala Biro
Logistik Polri, Kasatnarkoba di Polda NTT dan menjadi Direktur Reserse Kriminal Polda
Kepulauan Riau. Dari Batam, Basaria ditarik ke Mabes Polri, menjadi penyidik utama
Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim.
Basaria pernah memeriksa mantan Kabareskrim, Komjen Susno Duadji, soal pelanggaran
kode etik. Basaria Panjaitan juga pernah mengemban amanat sebagai Widyaiswara Madya
Sespimti Polri Lemdikpol, yaitu dari tahun 2010 hingga 2015.
Berdasarkan catatan, diantara lima komisioner KPK periode 2015-2019, Basaria adalah
pimpinan terkaya. Total kekayaannya mencapai Rp 9.896.000.000 berdasarkan laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).
Kekayaan tersebut berupa harta tidak bergerak berupa tanah dan bangunan sejumlah Rp8,896
miliar di kota Medan, kota Tangerang, 2 lokasi di kota Batam, kota Batam, 2 lokasi di
kabupaten Lombok Barat serta 2 lokasi di kota Bekasi.
Harta bergerak lain berupa logam mulia dan benda bergeraklain senilai total Rp550 juta, serta
giro dan setara kas lain sejumlah Rp460 juta.
Riwayat Jabatan
Paur Subdisbuk Disku Mabes Polri (1984)
Panit Sat. Idik Baya Ditserse Mabes Polri (1990)
Kasat Narkoba Polda NTB (1997)
Kabag Narkoba Polda Jabar (2000)
Dir Reskrim Polda Kepri (2007)
Penyidik Utama Dit V/Tipiter Bareskrim Polri (2008)
Kapusprovos Divpropam Polri (2009)
Karobekum Sdelog Polri
Widyaiswara Madya Sespim Polri (2010)
Sahlisospol Kapolri (2015)
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia (2015–2019)
BIOGRAFI AMELIA EARHART
Amelia Mary Earhart yang lahir di Atchison, Kansas Amerika Serikat, merupakan pilot
pertama perempuan di dunia. Amelia Earhart merupakan putri dari pasangan Edwin Earhart
dan Amy Earhart yang dilahirkan di rumah kakeknya. Sang kakek, Alfred Otis merupakan
mantan hakim federal yang sebenarnya tidak merestui pernikahan putrinya, Amy dengan
Edwin Earhart yang menyebabkan hubungan rumah tangga keduanya berantakan.
Sebelum bersekolah di sekolah formal, Amelia sempat belajar secara informal bersama
ibunya, Amy yang berprofesi sebagai guru. Baru pada tahun 1909 saat seluruh keluarganya
bisa kembali berkumpul, Amelia mulai masuk sekolah umum dan duduk di kelas tujuh. Ayah
Amelia memiliki masalah sering mabuk-mabukan, yang membuatnya terpaksa untuk pensiun
pada tahun 1914. Pada tahun 1915, ayah Amelia mendapatkan pekerjaan di Great Notrthern
Railway sebagai juru tulis. Kemudian Amy Earhat membawa Amelia ke Chicago dan tinggal
di rumah temannya. Amelia melanjutkan sekolah SMUnya di SMU Hyde Park dan lulus pada
tahun 1916. Ia sempat kuliah di Ogontz, Rydal, Pennsylvania, akan tetapi akhirnya ia tidak
menyelesaikan kuliahnya.
Amelia sempat menjadi seorang asisten perawat dan bekerja di Rumah Sakit Militer Spadina
di Toronto, Ontario. Ia terus melanjutkan pekerjaannya sebagai asisten perawat sampai
terjadinya gencatan senjata yang menjadi tanda berakhirna masa Perang Dunia I yang
ditandatangani pada tanun 1918 tepatnya di bulan November.
Karir dan penerbangan yang pernah dilakukan oleh Amelia Earhart di antaranya
sebagai berikut.
Tahun 1924 mengantarkan ibunya yang telah bercerai dari sang ayah ke Boston,
Massachusetts dengan melintasi Amerika Serikat.
Menjadi anggota Perhimpunan Aeronotik Nasional cabang Boston.
Amelia pernah menerbangkan pesawat milik Lady mary Heathyang bernama Avro Avian
594 Avian III, SN: R3/AV/101 yang kemudian dibelinya dan dikirim ke Amerika.
Pada tahun 1928 pernah terbang sendiri melintasi Amerika Utara dan berhasil kembali.
Pada tahun 1923 mengikuti Balapan Udara Wanita Santa Monika-ke-Cleveland dan
berhasil menjaga juara ketiga.
Pada tahun 1930 menjadi anggota dari Asosiasi Aeronatik Nasional dan aktif dalam
promosi untuk didirikannya rekor wanita yang terpisah.
Pada tahun 1931, Amelia menerbangkan Pitcairn PCA-2 Otogiro. Penerbangan ini
menciptakan rekor dunia karena ia mampu mencapai ketinggian 18.415 kaki.
Melakukan penerbangan transatlantik pada tahun 1932 dari pelabuhan Grace,
Newfounland menuju Paris dengan menggunakan Lockheed Vega selama 14 jam 56
menit dan mendarat di padang rumput Culmore, Irlandia Utara karena masalah teknis dan
cuaca yang tidak bersahabat.
Pada 11 Januari 1935 melakukan penerbangan dari Honolulu ke Oakland.
Pada 19 April 1935 melakukan penerbangan dari Los Angeles ke Meksiko.
Penerbangan keliling dunia yang dimulai pada tahun 1937, mengalami masalah dan
dinyatakan hilang pada tanggal 2 Juli 1937 di pertengahan Samudera Pasifik dan di dekat
pulau Howland. Amelia dinyatakan meninggal pada tanggal 5 Januari 1939.
Masih banyak pengalaman penerbangan serta rekor terbang yang diraih oleh seorang Amelia
Earhart. Masalah menghilangnya Amelia juga masih menjadi sebuah perbincangan.
BIOGRAFI DOKTER PERTAMA DI INDONESIA
MARIE THOMAS
Marie Thomas, kelahiran Likupang, Manado, tahun 1896. Dia lulusan Stovia (School tot
Opleiding van Indische Artsen atau Sekolah untuk Pendidikan Dokter Bumiputera). Stovia
diterimanya perempuan tak lepas dari pengaruh Aletta Jacobs, dokter perempuan pertama di
Belanda.
Ketika melakukan tur keliling dunia, pada 18 April 1912, Aletta singgah di Batavia dan
bertemu dengan Gubernur Jenderal AWF Idenburg. Pada pertemuan itu, dia menyampaikan
keinginanya agar perempuan bumiputera memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan
Dengan beasiswa dari Studiefonds voor Opleiding van Vrouwelijke Inlandsche Artsen
(SOVIA), yayasan dana pendidikan dokter perempuan, Marie Thomas mendaftarkan diri dan
masuk Stovia tahun 1912. Lulus tahun 1922, dia bekerja di Centraal Burger Ziekenhuis
(CBZ, kini Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) di Batavia. Marie Thomas kemudian jadi
Kisah suksesnya bisa jadi bermula dari darah wirausaha yang mengalir dari kedua orang
tuanya yang berjualan kelontong. Hanya saja, ketika ia masih duduk di bangku SMP, toko
kelontong sumber penghidupan keluarganya habis terlalap api. Keluarganya pun harus
memulai segalanya dari nol lagi. Ia masih ingat, waktu itu ia menyerahkan seluruh
tabungannya sekitar Rp. 500 ribu kepada sang ibu untuk membayar aneka tagihan.
Bisa jadi masa-masa itu merupakan saat terberat dalam kehidupannya. Namun, berada di titik
terendah kehidupan membuatnya termotivasi untuk bangkit dengan cita-cita hidup mandiri
dan membahagiakan kedua orang tuanya.
Setamat SMU, ia dengan saran sang kakak mencoba peruntungan dengan berbagai usaha.
“Kakak saya bilang, untuk dunia kerja lima tahun ke depan itu susah, tapi untuk buka usaha
peluangnya masih besar,” katanya.
Ia memulai usahanya dengan berjualan pisang coklat dengan menggunakan gerobak. Sambil
mengikuti pendaftaran kuliah di Universitas Gunadharma, Depok. Namun usahanya hanya
sempat berjalan delapan bulan, karena tidak adanya tenaga yang dapat membantunya.
Kesibukan kuliah juga ikut menyita perhatiannya.
Namun semangat wirausahanya tetap membara. Ia bertekad untuk bisa membiayai kuliahnya
sendiri. Aneka pekerjaanpun disambar, termasuk menjajakan madu sampai deterjen dari
rumah ke rumah.
Bepergian kadang bida membuka peluang. Waktu itu Adi berkunjung ke kenalannya di
Jonggol, Jawa Barat, yang kebetulan bisnis pertanian. Di sana ia melihat lahan yang luas tapi
terlantar, tidak dimanfaatkan. Ide bisnisnya meletup. Adi ingin menggarap lahan kosong
tersebut. Tahun 2011 ia meminjam dana Rp. 2,5 juta kepada kakaknya untuk menyewa lahan
1 hektare. Dari situ ia bertekad untuk menekuni usaha agribisnis. Ia mulai dengan menanam
singkong. Singkong dapat dibuat menjadi berbagai produk lain untuk dijual. Menurutnya,
pemasaran singkong relatif mudah. Ternyata perhitungannya meleset. Harga jual hasil panen
singkong tidak sebaik yang diperkirakan.
Adi tak lantas patah semangat. Tahun berikutnya, 2012, ia menanam lengkuas di lahan seluas
2 hektare. Ia juga menanam ragam rempah lainnya seperti lengkuas, kunyit, dan kencur.
Ternyata usaha rempah cukup menjanjikan. Setiap kali panen, ia bisa mendapatkan Rp. 70
juta per hektare. Labarnya pun sekitar 40-50 persen. Jauh lebih tinggi dari laba bertani
singkong. Di tahun berikutnya ia sudah mulai bisa memperluas lahan kebun rempahnya
menjadi 5 hektare. Dari lahan seluas itu, sekitar 4 hektare digunakan menanam lengkuas dan
sisanya untuk menanam kunyit.
Permintaan pun mulai berdatangan dari pasar-pasar sekitar Bogor. Padahal kemampuan
produksi terbatas. Belum lagi jarak panen yang bisa mencapai 8 bulan. Untuk mengatasi
masalah tersebut, Adi kemudian membentuk kelompok tani yang bisa mensuplai pasokan
rempah. Dukungan para petani pun membantunya bisa mengekspor rempah ke luar negeri
seperti Belanda dan Jerman melalui perusahaannya, CV Anugrah Adi Jaya.
Keteguhan menjalani usahanya semakin membuahkan hasil. Tahun 2014 lahannya makin
luas, mencapai 11,5 hektare. 30 persen lahan merupakan miliknya sendiri. Sisanya masih
berstatus sewa. Pertengahan tahun ini ia mentarget omzet Rp. 750 juta.
Menghadapi tahun 2015, pria ini telah menyusun rencana-rencana strategis. Hanya saja ia
memerlukan modal lebih besar. Menurutnya, jahe membutuhkan setidaknya Rp. 70 juta – Rp.
80 juta untuk setiap hektarenya.
Sadar bahwa usahanya bisa jatuh bangun, ia membangun rencana-rencana baru untuk
menghadapi fluktuasi harga, perubahan cuaca, maupun potensi kerugian lainnya. Ia cukup
hati-hati mengelola biaya usahanya. Selain itu ia merencanakan untuk membuat koperasi,
membuat produk rempah kering, dan minuman berkhasiat, serta mengubah kebunnya menjadi
kawasan agrowisata.
Tetapi ia masih menyimpan ambisi besarnya. Ia ingin menjadi eksportir rempah yang
menguasai pasar-pasar Eropa. Harapannya, rempah-rempah Indonesia akan menguasai pasar
rempah dunia.
BIOGRAFI DOSEN MOHAMMAD NOR ICHWAN
Lahir di Ngawi, 21 Januari 1970. Pendidikan formalnya dimulai dari Madrasah Ibtidaiyah
(MI) al-Falah Beran-Ngawi (1984), diteruskan di MTsN Ngawi (1987), dan sekolah
menengahnya diselesaikan pada 1990 di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Jember.
Pendidikan tinggi diselesaikan tahun 1994 pada Jurusan Tafsir dan Hadis Fakultas
Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang dengan judul skripsi: “Ilmu Pengetahuan Modern dan
Teknologi Dalam Perspektif al-Qur’an: Studi Analisis Tafsir al-Qur’an Surat Fushshilat ayat
53” yang kemudian dikukuhkan oleh BAPPEDA Jawa Tengah sebagai Skripsi terbaik. Pada
tahun 1997, ia kembali ke almamaternya sebagai dosen untuk mata kuliah Tafsir dan Ilmu
Laki-laki yang mempersunting wanita shalihah asal Nganjuk ini, Chuliyatur Rafi’ah
al-Hafidhah, sedang menyelesaikan Program Pascasarjana (S.2) pada alamamater yang sama,
IAIN Walisongo Semarang. Sekarang ia dikaruniai dua orang putra, Muhammad Imala Bima
Selain sebagai dosen tetap di Fakultas Ushuluddin, ia juga sebagai: (1) Anggota
Dewan Redaksi Jurnal Teologia sejak 2000 sampai sekarang; (2) Sekretaris Labolatorium
Agama dan Kemasyarakatan sejak 2002 hingga sekarang; dan (3) Anggota Lembaga
Pengembangan Keagamaan dan Kemasyarakatan (LPK2) di Semarang. Selain itu ia juga aktif
(IAIN Walisongo 1998), Pelatihan Penelitian Agama (PUSLIT 1999), Pelatihan Metodologi
Pengajaran Bahasa Arab/Inggris (UBINSA 2001), dan Pelatihan Penelitian Tenaga Edukatif
Karya ilmiah yang pernah ditulisnya adalah: Memasuki Dunia al-Qur’an (Semarang:
Lubuk Raya, 2001); Memahami bahasa al-Qur’an: Refleksi atas Persoalan Linguistik
Menebar Ukhuwah, yang edisi kedua diterbitkan oleh Syiar Media Publish-ing dengan judul
Misteri Shalat Tarawih (Semarang:Syiar Media Publishing, 2007), dan masih banyak yang
lainnya.
Selain menulis buku, ia juga aktif menulis di beberapa Jurnal, di antaranya: Urgensi
Tafsir Ilmi Dalam Memahami Kalam Ilahi (Jurnal IDEA), Konsep Islam Menurut al-Qur’an;
Islam dan Pluralitas Agama; Re-Interpretasi Fungsi Agam: Perspektif al-Qur’an; Islam
Agama Masa Depan; Memahami Kembali Konsep Hadits dan Sunnah, Konsep Pencipta
Manusia: Tafsir Muqaran antara Al-Azhar dan Al-Maraghi, yang kesemuanya di muat pada
Muhammad Arfan dilahirkan di desa Bagendang Hilir Kecamatan Mentaya Hilir Utara
tepatnya pada bulan Jumadil Awal tanggal 17 September 1937. Dari seorang ibu yang
bernama Maspiah binti Adul dan seorang ayah yang bernama Matsaid bin Arsyad.
Saudara kandung ayah dari Muhammad Arfan adalah Jahrah, Juminah, dan Aluh. Sedangkan
ibu Muhammad Arfan tidak mempunyai saudara kandung (seibu-sebapak), melainkan
mempunyai saudara tiri (sebapa lain ibu) sebanyak tujuh orang, dan saudara tiri dari (seibu
lain bapak) dua orang yaitu Muhammad dan Ah. Kusasi bin Rohani bin Ali.
Pada tahun 1967 Muhammad Arfan melamar menjadi tenaga pengajar di MI Sabilal
Muhtadin, dimana waktu itu MI Sabilal Muhtadin masih berbentuk kepengurusan di bawah
panitia yang di ketuai oleh H.Kardi. Bagian pendidikan (sekretaris) H.Jubaidi/H.Juju.
M.Arfan diterima mengajar di MI Sabilal Muhtadin. Pada waktu itu gedung sekolah MI
Sabilal Muhtadin masih sangat sederhana dan masih dalam tahap pembangunan yang di
prakarsai oleh panitia dan dibantu oleh masyarakat sekitar madrasah. Rekan mengajar pada
waktu itu adalah Ustadz H.Hasan, Muhammad Arfan dan guru Arsyad. Murid di MI Sabilal
Muhtadin pada waktu itu 50 orang siswa, dengan sistem pengajaran dengan menggunakan
buku-buku arab dari Darussalam Martapura kelas I – II – III.
BIOGRAFI HOEGENG - POLISI PALING JUJUR DI INDONESIA
Hoegeng Imam Santoso merupakan putra sulung dari pasangan Soekario Kario Hatmodjo dan
Oemi Kalsoem. Beliau lahir pada 14 Oktober 1921 di Kota Pekalongan. Meskipun berasal
dari keluarga Priyayi (ayahnya merupakan pegawai atau amtenaar Pemerintah Hindia
Belanda), namun perilaku Hoegeng kecil sama sekali tidak menunjukkan kesombongan,
bahkan ia banyak bergaul dengan anak-anak dari lingkungan biasa. Hoegeng sama sekali
tidak pernah mempermasalahkan ningrat atau tidaknya seseorang dalam bergaul. Masa kecil
Hoegeng diwarnai dengan kehidupan yang sederhana karena ayah Hoegeng tidak memiliki
rumah dan tanah pribadi, karena itu ia seringkali berpindah-pindah rumah kontrakan.
Hoegeng kecil juga dididik dalam keluarga yang menekankan kedisiplinan dalam segala hal.
Hoegeng mengenyam pendidikan dasarnya pada usia enam tahun pada tahun 1927 di
Hollandsch Inlandsche School (HIS). Tamat dari HIS pada tahun 1934, ia memasuki Meer
Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), yaitu pendidikan menengah setingkat SMP di
Pekalongan. Pada tahun 1937 setelah lulus MULO, ia melanjutkan pendidikan ke Algemeene
Middlebare School (AMS) pendidikan setingkat SMA di Yogyakarta. Pada saat bersekolah di
AMS, bakatnya dalam bidang bahasa sangatlah menonjol. Ia juga dikenal sebagai pribadi
yang suka bicara dan bergaul dengan siapa saja tanpa sungkan-sungkan dengan tidak
mempedulikan ras atau bangsa apa.
Kemudian pada tahun 1940, saat usianya menginjak 19 tahun, ia memilih melanjutkan
kuliahnya di Recht Hoge School (RHS) di Batavia. Tahun 1950, Hoegeng mengikuti Kursus
Orientasi di Provost Marshal General School pada Military Police School Port Gordon,
George, Amerika Serikat. Dari situ, dia menjabat Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di
Surabaya (1952). Lalu menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatera
Utara (1956) di Medan. Tahun 1959, mengikuti pendidikan Pendidikan Brimob dan menjadi
seorang Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960), Kepala Jawatan Imigrasi (1960),
Menteri luran Negara (1965), dan menjadi Menteri Sekretaris Kabinet Inti tahun 1966.
Setelah Hoegeng pindah ke markas Kepolisian Negara kariernya terus menanjak. Di situ, dia
menjabat Deputi Operasi Pangak (1966), dan Deputi Men/Pangak Urusan Operasi juga masih
dalam 1966. Terakhir, pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian
Negara (tahun 1969, namanya kemudian berubah menjadi Kapolri), menggantikan Soetjipto
Joedodihardjo.
Banyak hal terjadi selama kepemimpinan Kapolri Hoegeng Iman Santoso. Pertama, Hoegeng
melakukan pembenahan beberapa bidang yang menyangkut Struktur Organisasi di tingkat
Mabes Polri. Hasilnya, struktur yang baru lebih terkesan lebih dinamis dan komunikatif.
Kedua, adalah soal perubahan nama pimpinan polisi dan markas besarnya. Berdasarkan
Keppres No.52 Tahun 1969, sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI (Pangak) diubah
menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri). Dengan begitu, nama Markas Besar Angkatan
Kepolisian pun berubah menjadi Markas Besar Kepolisian (Mabak).
Perubahan itu membawa sejumlah konsekuensi untuk beberapa instansi yang berada di
Kapolri. Misalnya, sebutan Panglima Daerah Kepolisian (Pangdak) menjadi Kepala Daerah
Kepolisian RI atau Kadapol. Demikian pula sebutan Seskoak menjadi Seskopol. Di bawah
kepemimpinan Hoegeng peran serta Polri dalam peta organisasi Polisi Internasional,
International Criminal Police Organization (ICPO), semakin aktif. Hal itu ditandai dengan
dibukanya Sekretariat National Central Bureau (NCB) Interpol di Jakarta.
Selama ia menjabat sebagai kapolri ada dua kasus menggemparkan masyarakat. Pertama
kasus Sum Kuning, yaitu pemerkosaan terhadap penjual telur, Sumarijem, yg diduga
pelakunya anak-anak petinggi teras di Yogyakarta. Ironisnya, korban perkosaan malah
dipenjara oleh polisi dengan tuduhan memberi keterangan palsu. Lalu merembet dianggap
terlibat kegiatan ilegal PKI. Nuansa rekayasa semakin terang ketika persidangan digelar
tertutup. Wartawan yg menulis kasus Sum harus berurusan dengan Dandim 096. Hoegeng
bertindak. Kita tidak gentar menghadapi orangorang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada
Tuhan Yang Mahaesa. Jadi, walaupun keluarga sendiri, kalau salah tetap kita tindak.
Geraklah the sooner the better, tegas Hoegeng di halaman 95.
Jendral Sudirman adalah tokoh pahlawan Nasional yang dikenal sebagai Jendral TNI Pertama
di Indonesia. Juga dikenal sebagai perwira tinggi pada masa Revolusi Nasional Indonesia.
Berikut biodata Jendral Besar Sudirman dan keluarganya:
Nama: Raden Soedirman
Dikenal : Jendral Besar Sudirman
Tempat Kelahiran: Purbalingga, Jawa Tengah
Tanggal Lahir: 24 Januari 1916
Wafat: Magelang, 29 Januari 1950
Orang Tua: Karsid Kartawiraji (ayah) dan Siyem (ibu)
Saudara: Muhammad Samingan
Istri: Alfiah
Anak: Didid Sutjiati, Didi Pudjiati, Taufik Effendi, Titi Wahyuti Satyaningrum, Didi
Praptiastuti, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, Ahmad Tidarwono.
1. Masa Kecil Dan Masa Muda Sudirman
Sebagai anak angkat dari seorang camat, Sudirman kecil mendapatkan pendidikan yang
layak sedari dini. Di usia tujuh tahun, Sudirman kecil dimasukkan di HIS (Hollandsch
Indlandsche School) atau sekolah pribumi, dan pindah ke Taman Siswa pada tahun ke
tujuh.
Tahun berikutnya di pindah ke Sekolah Wirotomo, karena Taman Siswa dianggap illegal
oleh pemerintah Belanda. Sudirman diketahui sebagai anak yang taat beribadah,
mempelajari keislaman dari Raden Muhammad Kholil. Bahkan dia mendapatkan julukan
Haji karena sering berceramah.
Pada tahun 1934 pamannya wafat, menjadi pukulan berat baginya karena keluarganya
jatuh miskin. Dia bahkan mendapatkan untuk tetap bersekolah tanpa membayar di
Wirotomo. Sudirman remaja ikut mendirikan organisasi islam bernama Hizbul Wathan
milik Muhammadiyah, dan dia menjadi pemimpin cabang Cilacap setelah lulus.
Jenderal TNI (Purn.) Dr. Moeldoko, S.IP. (lahir di Kediri, Jawa Timur, 8 Juli 1957; umur 61
tahun) adalah tokoh militer Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Kepala Staf
Kepresidenan Indonesia sejak 17 Januari 2018. Ia menjabat sebagai Panglima TNI sejak 30
Agustus 2013 hingga 8 Juli 2015. Ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan
Darat sejak 20 Mei 2013 hingga 30 Agustus 2013.
Sidang Paripurna DPR-RI pada tanggal 27 Agustus 2013 menyetujui jenderal asal Kediri
tersebut sebagai Panglima TNI baru pengganti Laksamana Agus Suhartono.[1] Ia adalah
KSAD terpendek dalam sejarah militer di Indonesia seiring pengangkatan dirinya sebagai
panglima.
Moeldoko merupakan alumnus Akabri tahun 1981 dengan predikat terbaik dan berhak meraih
penghargaan bergengsi Bintang Adhi Makayasa.[3] Selama karier militernya, Moeldoko juga
banyak memperoleh tanda jasa yaitu Bintang Dharma, Bintang Bhayangkara Utama, Bintang
Yudha Dharma Pratama, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Bintang Yudha Dharma
Nararya, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Satya Lencana Dharma Santala, Satya Lencana
Kesetiaan XXIV tahun, Satya Lencana Kesetiaan XIV tahun, Satya Lencana Kesetiaan VIII
tahun, Satya Lencana Seroja, Satya Lencana Wira Dharma, dan Satya Widya Sista.
Operasi militer yang pernah diikuti antara lain Operasi Seroja Timor-Timur tahun 1984 dan
Konga Garuda XI/A tahun 1995. Ia juga pernah mendapat penugasan di Selandia Baru (1983
dan 1987), Singapura dan Jepang (1991), Irak-Kuwait (1992), Amerika Serikat, dan Kanada.
Pada 15 Januari 2014, Moeldoko meraih gelar doktor Program Pascasarjana Ilmu
Administrasi FISIP Universitas Indonesia, dengan desertasinya berjudul "Kebijakan dan
Scenario Planning Pengelolaan Kawasan Perbatasan di Indonesia (Studi Kasus Perbatasan
Darat di Kalimantan)".[4] Ia lulus dan mendapatkan gelar tersebut dengan predikat sangat
memuaskan.[5]
Kehidupan pribadi
Moeldoko yang dilahirkan di Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri, Kediri ini merupakan putra
bungsu dari 12 bersaudara pasangan Moestaman dan Masfu'ah. Saudara-saudaranya adalah
Moesadi, Muhammad Sujak, Poerwono, Suyono, Sugeng Hariyono, Supiyani, dan Siti
Rahayu. Ia menikah dengan Koesni Harningsih dan memiliki 2 anak, yaitu: Randy Bimantara
dan Joanina Rachmaa.
Semasa masih aktif menjabat Panglima TNI, Moeldoko mendirikan masjid megah, Masjid
Dr. H. Moeldoko. Masjid yang berada dalam kompleks Islamic Center itu berlokasi di
perbatasan kota Jombang dan Kediri. Masjid ini diresmikan pada 1 Juni 2016, lebih cepat dari
peresmian Islamic Centre Dr. H. Moeldoko yang baru diresmikan pada 6 Juni 2016. Masjid
ini dilengkapi fasilitas pendidikan dan sosial seperti panti asuhan, madrasah, gedung TKA
Dharma Wanita, Taman Pendidikan Al Qur'an.
Moeldoko juga mendirikan M Foundation, sebuah yayasan sosial yang memiliki fokus
kegiatan sosial dalam hal memberikan bantuan pendidikan kepada anak-anak yatim hingga
jenjang perguruan tinggi. Bantuan pendidikan M Foundation diberikan dengan persyaratan
siswa akan diseleksi dan dievaluasi prestasi belajarnya secara berkala. Moeldoko ingin agar
anak-anak yang dibantu M Foundation ini menjadi manusia Indonesia yang lengkap
seutuhnya, hablum minan-nas pun juga hablum minallah.
Pendidikan militer
1. Akabri (1981) (Lulusan Terbaik - Adhi Makayasa & Tri Sakti Wiratama)
2. Kursus Dasar Kecabangan Infanteri
3. Kursus Dasar Para
4. Susjurpa Jumpmaster
5. Sus Bahasa Inggris
6. Sus Kasi Ops
7. Suslapa-1 Inf
8. Suslapa Inf
9. Seskoad (1995) (Lulusan Terbaik)
10. Sesko TNI (2001)
11. Susdanrem
12. Susstrat Perang Semesta
13. PPRA XLII Lemhannas (2008)
14. Riwayat jabatan
15. Danton Yonif Linud 700/BS Kodam VII/Wirabuana (1981)
16. Danki A Yonif Linud 700/BS Kodam VII/Wirabuana (1983)
17. Kasi Operasi Yonif Linud 700/BS Kodam VII/Wirabuana
18. Perwira Operasi Kodim 1408/BS Makassar
19. Wakil Komandan Yonif 202/Tajimalela
20. Kasi Teritorial Brigif-1 PAM IK/JS
21. Komandan Yonif 201/Jaya Yudha (1995)
22. Komandan Kodim 0501 Jakarta Pusat (1996)
23. Sespri Wakasad (1998)
24. Pabandya-3 Ops PB-IV/Sopsad
25. Komandan Brigif-1/Jaya Sakti (1999)
26. Asops Kasdam VI/Tanjung Pura
27. Dirbindiklat Pussenif
28. Komandan Rindam VI/Tanjung Pura (2005)
29. Komandan Korem 141/Toddopuli Bone (2006)
30. Pa Ahli Kasad Bidang Ekonomi (2007)
31. Direktur Doktrin Kodiklat TNI AD (2008)
32. Kasdam Jaya (2008)
33. Panglima Divisi Infanteri 1/Kostrad (2010)
34. Panglima Kodam XII/Tanjungpura (2010)
35. Panglima Kodam III/Siliwangi (2010)
36. Wakil Gubernur Lemhannas (2011)
37. Wakasad (2013)
38. KSAD (2013)
39. Panglima TNI (2013-2015)
Riwayat Organisasi
1. Anggota Dewan Pembina DPP Partai Hanura (2016-2017)
2. Wakil Ketua Umum DPP Partai Hanura (2017-sekarang)
3. Ketua Umum HKTI (2017-2020)
Penghargaan
1. Bintang Dharma
2. Eka Paksi Pratama
3. Eka Paksi Nararya
4. Satya Lancana Wiradharma
5. Bintang Dharma.(Bintang Dharma)
6. Penghargaan Singapura (Pingat Jasa Gemilang (Tentera)).
7. Penghargaan Polri. (Bintang Bhayangkara)
8. (Bintang Yudha Dharma)
9. Bintang Kartika Eka Paksi Pratama
10. Bintang Yudha Dharma
11. Bintang Kartika Eka Paksi
12. Medali Dharma Santala.
13. Medali Kesetiaan 24 tahun, 16 tahun, dan 8 tahun.
14. Medali operasi Timor Timur
15. Satyalancana Wira Dharma
16. Satya Widya Sista.