PALU
2016
PENDAHULUAN
1
KASUS
Nama : By.Ny. M
Tanggal Lahir : 19 September 2016
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
1. ANAMNESIS
Bayi baru lahir laki-laki tanggal 19 September 2016 pukul 20.33
WITA dengan section cesaria atas indikasi kala 2 lama dan suspek bayi besar.
Skor apgar 1/3/5/7, bayi tidak langsung menangis, ketuban hijau kental. Berat
badan lahir 3400 gram, panjang badan lahir 50 cm. Trauma lahir ditemukan
caput succedaneum, tidak ditemukan kelainan kongenital.
Riwayat maternal : Ibu berusia 35 tahun saat melahirkan, G2P1A0.
Pemeriksaan antenatal care rutin dilakukan di puskesmas. Riwayat demam (+)
pernah dialami ibu selama kehamilan. Ibu tidak memiliki riwayat hipertensi
atau diabetes sebelum dan saat hamil.
2. PEMERIKSAAN FISIK
- Tanda Vital
Denyut Jantung : 135 x/menit
Respirasi : 62 x/menit
Suhu Tubuh : 370C
CRT : < 2 detik
- Data Antropometrik
Berat Badan : 3400 gram
Panjang Badan : 50 cm
Lingkar Kepala : 33 cm
Lingkar Lengan Atas : 11 cm
2
Lingkar Dada : 34 cm
Lingkar Perut : 30 cm
- Sistem pernapasan
Sianosis : (+)
Merintih : (+)
Apnea : (-)
Retraksi dinding dada : (+)
Gerakan dinding dada : Simetris
Cuping Hidung : (+)
Stridor : (-)
Bunyi Napas : Bronkovesikular +/+
Bunyi Tambahan : Ronkhi +/+, Wheezing -/-
DOWNE SCORE
Frekuensi Napas :1
Retraksi :2
Sianosis :1
Udara masuk :1
Merintih :1
Total Skor :6
Kesimpulan : Gawat napas
Kriteria gangguan napas WHO: Gangguan napas berat
- Sistem Kardiovaskular
Bunyi Jantung : murni reguler
Murmur : (-)
- Sistem Hematologi
Pucat : (-)
Ikterus : (-)
- Sistem Gastrointesinal
Kelainan dinding abdomen : (-)
Muntah : (-)
3
Diare : (-)
Residu lambung : (-)
Organomegali : (-)
Bising Usus : (+) Kesan normal
Umbilikus
Keluaran : (-)
Warna kemerahan : (-)
Edema : (-)
- Sistem Neurologi
Aktivitas : Lemah
Kesadaran : Letargi
Fontanela : Datar
Sutura : Terbuka
Refleks Cahaya : +/+
Kejang : (-)
Tonus otot : baik
- Sistem Reproduksi
Anus Imperforata : (-)
Hipospadia : (-)
Hernia : (-)
Hidrokel : (-)
Testis : (+) Sudah turun, guratan pada scrotum banyak dan
jelas.
- Pemeriksaan Lain
Ekstremitas : lengkap
Turgor : baik
Kelainan kongenital: (-)
Trauma lahir : terdapat edema pada kulit kepala, lunak, batas
tidak tegas dan menyeberangi sutura.
4
Refleks Primitive :
o Refleks moro : (+)
o Refleks sacking : (+)
o Refleks rooting : (+)
o Refleks babinski : (+)
o Refleks palmar grasping : (+)
BALLARD SCORE
Maturitas Neuromuskular Maturitas Fisik
Sikap tubuh :4 Kulit :1
Persegi jendela :3 Lanugo :2
Recoil Lengan :4 Permukaan Plantar :4
Sudut Poplitea :3 Payudara :3
Tanda Selempang :3 Mata/Telinga :3
Tumit Ke kuping :3 Genitalia :3
Total Skor : 35
Estimasi Umur Kehamilan : 38 Minggu
KB : Kurang Bulan
CB : Cukup Bulan
LB : Lebih Bulan
Kesimpulan :
5
3. PEMERIKSAAN LAB
a. Darah Rutin
- WBC : 18,35 x 103/mm3 (3,8 – 10,6 x 103/mm3 )
- RBC : 5,73 x 106/mm3 ( 4,4 – 5,9 x 103/mm3 )
- Hb : 19,6 g/dL (13,2 – 17,3 g/dL)
- Hmt : 55,1 % (40 – 52 %)
- PLT : 201 x 103/mm3 (150 – 440 x 103/mm3 )
b. Gula darah Sewaktu
- 91 mg/dL (70 – 140 mg/dL)
4. RESUME
Bayi baru lahir laki-laki melalui section cesaria atas indikasi kala 2
lama dan bayi besar. Bayi lahir tidak segera menangis, ketuban hijau kental,
APGAR Score 1/3/5/7. Pada pemeriksaan didapatkan terlihat aktivitas bayi
lemah, merintih, terdapat retraksi intercostals dan pernafasan cuping hidung.
Bayi juga mengalami sianosis (+) dan menghilang dengan pemberian O2. Juga
ditemukan trauma lahir berupa caput succedaneum, tidak ada kelainan
kongenital. Berat badan lahir 3400 gram, Panjang badan lahir 50 cm. Dari
pemeriksaan tanda vital ditemukan frekuensi napas 62 x/menit, denyut jantung
135 x/menit, suhu tubuh 37 C. Skor DOWNE 6 (gawat napas; WHO=
gangguan napas berat), skor Ballard 35 (estimasi umur kehamilan 38 minggu).
5. DIAGNOSIS
Bayi aterm + Asfiksia berat + gangguan nafas berat ec sindrom aspirasi
mekonium + caput succedaneum
6
6. TERAPI
Menjaga kehangatan bayi
Pencegahan Infeksi
O2 2-3 Liter/menit
IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit
Injeksi ampicilin 3 x 100 mg IV
Injeksi gentamisin 2 x 6 mg IV
Injeksi dexametason 3 x 0,3 mg IV
Puasakan sementara waktu
7. PEMERIKSAAN ANJURAN
Foto Thoraks
Analisa Gas darah
FOLLOW UP
7
- Peristaltik : (+) Kesan Normal
- Umbilikus : Baik
Pemeriksaan Lain
- Ekstremitas : Akral hangat
- Trauma : caput succedaneum
-
Pemeriksaan Laboratorium
Gula Darah Sewaktu 94 mg/dL (70 – 140 mg/dL)
A Bayi aterm + post asfiksia berat + gangguan nafas sedang
(suspek sindrom aspirasi mekonium) + caput succedaneum
P - Menjaga kehangatan bayi
- O2 1-2 liter (intermiten)
IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit
Injeksi ampicilin 3 x 100 mg IV
Injeksi gentamisin 2 x 6 mg IV
Injeksi dexametason 3 x 0,3 mg IV
- Puasakan
- Observasi tanda-tanda vital
8
- Muntah : (-)
- Diare : (-)
- Peristaltik : (+) Kesan Normal
- Umbilikus : Baik
Pemeriksaan Lain
- Ektremitas : Akral hangat
- Trauma : caput succedaneum
9
- Peristaltik : (+) Kesan Normal
- Umbilikus : Baik
Pemeriksaan Lain
- Ektremitas : Akral hangat
- Trauma : caput succedaneum (-)
10
- Anus Imperforata : (-)
- Keluaran : (-)
Pemeriksaan Lain
- Ektremitas : Akral hangat
- Trauma : caput succedaneum
DISKUSI
11
antara lain umur kehamilan, adanya gawat janin, pertumbuhan janin terhambat;
dan faktor persalinan antara lain persalinan yang berlangsung lama.7 Faktor risiko
terjadinya sindrom aspirasi mekonium antara lain persalinan dengan air ketuban
keruh yang kental, hipoksia intrauterine yang lama, adanya skor APGAR yang
rendah, pH darah yang rendah dan faktor penolong baik keterampilan maupun
ketersediaan alat-alat yang memadai.5
Efek mekonium yang ada di air ketuban telah diketahui secara baik yaitu
akan menyebabkan gangguan langsung terhadap air ketuban yaitu mengurangi
aktivitas antibakteri, menyebabkan peningkatan risiko infeksi bakterial perinatal,
mekonium secara langsung dapat menyebabkan iritasi kulit janin sehingga terjadi
peningkatan kejadian eritema toksikum. Komplikasi yang paling serius adalah
terjadinya sindrom aspirasi mekonium sebelum, selama dan setelah kelahiran.
Aspirasi yang terjadi akan memperberat hipoksia melalui 3 efek pulmonari mayor
yaitu obstruksi jalan napas, disfungsi surfaktan dan pneumonitis kimiawi. 6
12
kental. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya obstruksi jalan napas besar yang
ditandai dengan apneu, gasping, sianosis dan didapatkan staining di kuku, kulit
maupun umbilikal. Selain itu didapatkan adanya tanda-tanda distress respirasi
sekunder karena peningkatan resistensi jalan napas, penurunan komplians paru
dan adanya air trapping yaitu takipnea, napas cuping hidung, retraksi interkostal,
sianosis maupun peningkatan diameter anteroposterior dada. 5
Pada pasien ini, didapatkan pasien bayi baru lahir secara section cesaria
atas indikasi kala 2 lama dan bayi besar dari ibu G2P1A0 berusia 35 tahun.
Diketahui dari riwayat maternal didapatkan ibu pasien sering melakukan
perawatan antenatal, namun terdapat riwayat ibu mengalami demam selama
kehamilan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan air
ketuban keruh bercampur mekonium yaitu adanya riwayat infeksi pada saat
kehamilan ibu. Adapun faktor lain yang juga mempengaruhi air ketuban
bercampur mekonium adalah proses persalinan.
Pada saat lahir, bayi tidak langsung menangis, didapatkan ketuban hijau
kental dengan APGAR score 1/3/5/7. Hal ini menunjukkan kemungkinan
penyebab terjadinya asfiksia pada kasus ini adalah dari faktor bayi yaitu air
ketuban bercampur meconium, yang menyebabkan adanya benda asing yaitu
meconium sehingga menghambat udara masuk alveoli, akibatnya paru tidak terisi
udara dan oksigen tidak dapat diserap oleh aliran darah/ memungkinkan risiko
aspirasi pulmoner sehingga ventilasi dan perfusi O2 terhambat.
13
Diagnosis sindrom aspirasi mekonium pada kasus ini ditegakkan
berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan
adanya air ketuban yang bercamour mekonium dengan viskositas kental. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya obstruksi jalan nafas yang ditandai dengan
sianosis serta tanda-tanda adanya distres pernafasan seperti frekuensi pernafasan
yang meningkat, retraksi dinding dada serta pernafasan cuping hidung.
Gangguan napas pada bayi baru lahir adalah keadaan bayi yang
sebelumnya normal atau bayi dengan asfiksia yang sudah berhasil diresusitasi
tetapi beberapa saat kemudian mengalami gangguan napas. Gangguna napas dapat
disebabkan oleh adanya kelainan paru (pneumonia), kelainan jantung (penyakit
jantung bawaan, disfungsi miokardium), kelainan SSP, hipoglikemia, asidosis,
kelainan anatomi dan kelainan lain seperti sindrom aspirasi meconium, transient
tacipneu of the newborn, dan penyakit membrane hyaline. Gangguan napas terdiri
dari kumpulan gejala: frekuensi napas lebih dari 60 kali/menit, atau kurang dari 30
kali/menit, tampak sianosis, terdapat retraksi dinding dada, merintih dan apneu.
Pada kasus ini bayi mengalami gangguan napas berat, hal ini disebabkan oleh
frekuensi napas >60 kali/menit, terdapat retraksi, terdapat sianosis dan merintih,
dimana gejala ini merupakan klasifikasi komponen dalam gangguan nafas berat
menurut WHO. Penyebab terjadinya gangguan napas pada kasus ini adalah
disebabkan oleh terjadinya sindrom aspirasi meconium, dimana pada pemeriksaan
warna air ketuban yaitu hijau kental. Adanya aspirasi meconium intrauterine dapat
disebabkan karena terjadinya asfiksia intranatal sebelumnya, asfiksia dapat terjadi
akibat faktor risiko yang telah dijelaskan diatas. Asfiksia dan berbagai bentuk
stress intrauterine dapat meningkatkan peristaltic usus janin disertai relaksasi
sfingter ani eksterna sehingga terjadi pengeluaran meconium ke cairan amnion.
Saat bayi dengan asfiksia menarik napas (gasping) baik in utero atau selama
persalinan, terjadi aspirasi cairan amnion yang bercampur meconium kedalam
saluran napas. Meconium yang tebal menyebabkan obstruksi jalan napas sehingga
terjadi gangguan napas.
14
Adapun penanganan untuk gangguan napas berat pada kasus ini adalah
dilanjutkan pemberian oksigen 2-3 liter/menit, bayi dipuasakan dan memberikan
antibiotik gentamisin dan ampicilin, karena bayi kemungkinan besar mengalami
sepsis, yaitu air ketuban bercampur meconium serta hasil pemeriksaan darah yang
menunjukkan adanya leukositosis (WBC : 18,35 x 103/mm3). Karena bayi
menunjukkan tanda-tanda perbaikan (frekuensi napas menurun dan tidak kurang
dari 30 kali/menit, tarikan dinding dada berkurang dan suara merintih berkurang),
disertai perbaikan tanda klinis, maka O2 dikurangi secara bertahap dan mulai
melakukan pemberian minum per oral sedikit demi sedikit.
Trauma lahir merupakan trauma pada bayi yang diterima selama proses
kelainan, dan merupakan salah satu penyebab utama dari morbiditas dan
mortalitas neonates dan dapat dicegah. Trauma lahir dapat mengenai kepala,
tulang dan intraabdomen. Salah satu trauma lahir yang mengenai kepala yang
palingsering terjadi adalah caput suksedaneum. Caput suksedaneum merupakan
kelainan akibat tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi. Caput
suksedaneum terjadi karena adanya tekanan kuat pada kepala saat memasuki jalan
lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan
pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Menurut kepustakaan, faktor
predisposisi terjadinya trauma lahir antara lain: makrosomia, prematuritas,
disposisi sefalopelvik (CPD), distosia, oligohidramnion, persalinan lama,
persalinan dengan alat (ekstraksi vakum dan forceps), persalinan dengan section
sesaria, presentasi muka dan kelainan letak lintang. Pada kasus ini, bayi
mengalami trauma lahir berupa caput suksedaneum. Caput succedaneum pada
kasus ini kemungkinan dapat terjadi akibat adanya persalinan lama. Udem yang
terdapat pada caput suksedaneum merupakan penumpukan darah, cairan
serosanguineus, subkutan dan ekstra periosteal dengan batas yang tidak jelas.
Caput suksedaneum timbul akibat tekanan keras pada kepala ketika memasuki
jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai
pengeluraran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler, melintasi garis sutura dan
menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir sehingga tidak memerlukan terapi.
15
DAFTAR PUSTAKA
16