Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERAN PERAWAT KOMPLEMENTER DI AMERIKA

Disusun Oleh:
Nimatul Khoiroh (201610300511072)
Jihan Farah (201610300511084)
Mei Masitah Fadhilah H (201610300511091)

DIII-KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran perawat komplementer di Amerika”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan dalam matakuliah Keperawatan
Komplementer di Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kami harapkan kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan
tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Malang, 30 Mei 2018

(Penulis)

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i

BAB I ............................................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................... 1

1.2 Studi kasus peran perawat komplementer di Amerika ........................................................................ 1

1.3 Keperawatan Komplementer di Amerika ........................................................................................... 2

1.4 Peran Perawat dalam terapi komplementer di Amerika ...................................................................... 2

BAB II........................................................................................................................................................... 4

Pembahasan Efek Penggunaan VCO (Virgin Coconut Oil) Pada Teknik Massage Dalam Pencegahan
Serta Proses Penyembuhan Luka Decubitus Berdasarkan Evidence Based Penelitian Terbaru ................... 4

2.1 Definisi Luka Dekubitus ..................................................................................................................... 4

2.2 Jenis-jenis Luka Dekubitus ................................................................................................................. 4

2.3 Cara Perawatan Dekubitus ...................................................................................................................... 5

2.4 Tindakan Pencegahan Dekubitus ............................................................................................................ 6

BAB III ......................................................................................................................................................... 8

Pengaruh tindakan massage untuk penyembuhan luka dekubitus ................................................................ 8

3.1 Perubahan Massage ....................................................................................................................... 8

3.2 Pengaruh pemberian teknik massage dengan VCO (virgin coconut oil) untuk penyembuhan luka
decubitus ................................................................................................................................................... 9

3.3 Kendala penurunan derajat luka dekubitus melalui teknik massage dengan VCO (virgin coconut oil) . 9

BAB IV ....................................................................................................................................................... 11

Kesimpulan ................................................................................................................................................. 11

4.1 SIMPULAN ...................................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terapi komplementer adalah bidang ilmu kesehatan yang bertujuan untuk menangani
berbagai penyakit dengan teknik tradisional, yang juga dikenal sebagai pengobatan alternatif. Terapi
komplementer tidak dilakukan dengan tindakan bedah dan obat komersial yang diproduksi secara
masal, namun biasanya menggunakan berbagai jenis terapi dan obat herbal.

Keberhasilan obat alternatif komplementer telah teruji oleh penelitian yang membuktikan
bahwa terapi ini dapat membantu menghilangkan rasa sakit dan mual. Namun, tidak semua jenis
terapi alternatif telah teruji melalui penelitian yang meliputi : akupuntur , mass age , pijat refleksi
,akupresure ,aroma terapi dan terapi non medis lainnya.

1.2 Studi kasus peran perawat komplementer di Amerika


Perkembangan terapi komplementer akhir akhir ini menjadi sorotan banyak negara. Pengobatan
komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan
negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna
terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain
menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33%
pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).

Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu alasannya
adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi
kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan
keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82%
klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan
memilih terapi komplementer Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat
mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena
klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi

1
akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan
memberikan terapi komplementer.

1.3 Keperawatan Komplementer di Amerika


Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam mengembangkan terapi
komplementer misalnya teori transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi,
patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang telah
menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya terapi seperti
musik dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer meningkatkan kesempatan perawat
dalam menunjukkan caring pada klien.

Hasil penelitian terapi komplementer yang dilakukan belum banyak dan tidak dijelaskan
dilakukan oleh perawat atau bukan. Beberapa yang berhasil dibuktikan secara ilmiah misalnya terapi
sentuhan untuk meningkatkan relaksasi, menurunkan nyeri, mengurangi kecemasan, mempercepat
penyembuhan luka, dan memberi kontribusi positif pada perubahan psikoimunologik , Terapi pijat
(massage) pada bayi yang lahir kurang bulan dapat meningkatkan berat badan, memperpendek hari
rawat, dan meningkatkan respons. Sedangkan terapi pijat pada anak autis meningkatkan perhatian dan
belajar. Terapi pijat juga dapat meningkatkan pola makan, meningkatkan citra tubuh, dan menurunkan
kecemasan pada anak susah makan .

Hasil lainnya yang dilaporkan misalnya penggunaan aromaterapi. Salah satu aromaterapi
berupa penggunaan minyak esensial berkhasiat untuk mengatasi infeksi bakteri dan jamur (Buckle,
2003). Minyak lemon thyme mampu membunuh bakteri streptokokus, stafilokokus dan tuberkulosis
(Smith et al., 2004). Tanaman lavender dapat mengontrol minyak kulit, sedangkan teh dapat
membersihkan jerawat dan membatasi kekambuhan (Key, 2008). Dr. Carl menemukan bahwa penderita
kanker lebih cepat sembuh dan berkurang rasa nyerinya dengan meditasi dan imagery (Smith et al.,
2004). Hasil riset juga menunjukkan hipnoterapi meningkatkan suplai oksigen, perubahan vaskular dan
termal, mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, dan mengurangi kecemasan (Fontaine, 2005).

1.4 Peran Perawat dalam terapi komplementer di Amerika


Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer diantaranya
sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan langsung, koordinator dan sebagai
advokat. Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien
membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan. Sebagai pendidik kesehatan, perawat
dapat menjadi pendidik bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia

2
dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum pendidikan). Peran perawat sebagai peneliti di antaranya
dengan melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan dari hasilhasil evidence-based practice.

Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer diantaranya
sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan langsung, koordinator dan sebagai
advokat. Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien
membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan. Sebagai pendidik kesehatan, perawat
dapat menjadi pendidik bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia
dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum pendidikan (Crips & Taylor, 2001). Peran perawat
sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan dari hasilhasil
evidence-based practice.

pengembangan kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila isu ini berkembang
dan terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang terapi
komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga kepuasan klien dan
perawat secara bersama-sama dapat meningkat (HH, TH). (Widyatuti, 2008)

3
BAB II

Pembahasan Efek Penggunaan VCO (Virgin Coconut Oil) Pada Teknik Massage Dalam
Pencegahan Serta Proses Penyembuhan Luka Decubitus Berdasarkan Evidence Based Penelitian
Terbaru

2.1 Definisi Luka Dekubitus


Ulkus Dekubitus atau istilah lain Bedsores adalah kerusakan/kematian kulit yang terjadi akibat
gangguan aliran darah setempat dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit
tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya
dalam jangka waktu yang lama.
Luka dekubitus, juga disebut ulkus dekubitus atau luka pada tempat tidur, adalah area kemerahan,
luka, atau ulkus pada kulit di atas penonjolan tulang. Ulkus dekubitus atau luka tekan terjadi akibat
tekanan yang sama pada suatu bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi. Pertama jaringan kulit memerah.
Jika sel mati (nekrosis) akibat kurang nutrisi kulit rusak dan pembentukan ulkus. Akibatnya luka baring
menjadi lebih besar dan dalam.
Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian dimana terdapat penonjolan
tulang, yaitu bagian siku, tumit, pinggul, pergelangan kaki, bahu, punggung dan kepala bagian belakang.
Luka dekubitus disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah ke jaringan yang mengakibatkan
iskemia lokal jaringan. Jaringan berada diantara dua permukaan keras, biasanya antara permukaan tempat
tidur dan rangka tulang. Iskemia lokal bararti bahwa sel kekurangan oksigen & nutrient, dan sampah
metabolism terakumulasi dalam sel. Jaringan menjadi mati karena anoksia yang terjadi. Akibat lebih
lanjut, tekanan yang tidak berkurang juga dalam waktu lama menyebabkan kerusakan pembuluh darah
kecil.

2.2 Jenis-jenis Luka Dekubitus


1. Ulkus Varikosum
Adalah ulkus pada tungkai bawah yang disebabkan oleh gangguan aliran darah vena. Tanda khas
dari pederita sering mengeluh bengkak pada kaki yang semakin meningkat saat berdiri dan diam, dan
akan berkurang bila dilakukan elevasi tungkai. Keluhan lain adalah kaki terasa pegal, gatal, rasa terbakar,
tidak nyeri dan berdenyut.
Cara pengobatannya yaitu dengan meninggikan letak tungkai saat berbaring untuk mengurangi
hambatan aliran vena.Bila terdapat pus oleskan GCO- Puregan Oil.

4
2. Ulkus Arteriosum
Adalah ulkus yang terjadi akibat gangguan peredaran darah arteri. Gejalannya perubahan kulit
menjadi menipis kering dan bersisik, sianotik, bulu tungkai berkurang, kuku jari kaki menebal dan
distrofik. Selanjutnya terjadi gangguan pada jari kaki, kaki dan tungkai dan akhirnya timbul ulkus.
Untuk menanggulangi infeksi dapat diberikan antibiotik atau metronidazol (khusus kuman
anerob) dan analgetik untuk mengurangi nyeri. Untuk pengobatan dari luar gunakan GCO-Puregan Oil.
3. Ulkus Neurotropik
Adalah ulkus yang terjadi karena tekanan atau trauma pada kulit yang anestetik ( hilangnya rasa
nyeri ) biasanya diderita oleh pasien penyakit DM ( Diabetes Mellitus). Penyembuhan ulkus ini biasanya
lambat dan sering tidak memuaskan. Upaya yang dilakukan adalah mengurangi tekanan, mengatasi
infeksi, dan konsul ke dokter, jika ada penderita Diabetes Mellitus. Pengobatan luka dapat dianjurkan
Puregan oil untuk pembersihan luka dapat dianjurkan cairan NaCl .
GCO – Puregan Oil ini dapat menumbuhkan jaringan kulit yang sudah hilang ( Bolong
) dan membantu mencegah dekubitus/ulkus datang kembali. Kandungan oil ini juga dapat mencegah
infeksi dan mematikan jamur dan virus yang akan menyerang luka dekubitus sehingga luka dekubitus
tidak dapat terkontaminasi oleh virus ataupun infeksi kulit lainnya.
4. Ulkus Tropikum
Adalah Ulkus yang cepat berkembang dan nyeri, biasanya pada tungkai bawah, dan lebih sering
ditemukan pada anak-anak kurang gizi di daerah tropik, cara pengobatan pada ulkus Tropikum adalah:
a. Perbaikan keadaan gizi dengan cara memberikan makanan yang mengandung kalori dan protein
tinggi, serta vitamin dan mineral.
b. Tetrasiklin Peroral dengan dosis 3 x 500 mg sehari dapat juga dipakai sebagai
pengganti penicillin.Pengobatan luar Kompres dengan NACL & oleskan Puregan Oil tiap 2-3 jam sekali.

2.3 Cara Perawatan Dekubitus


1. Bersihkan luka dekubitus dengan menggunakan kasa bersih yang steril dengan
menggunakan caiaran NaCl(caiaran infus) dan di angin-anginkan selama 5 menit lalu oleskan
betadin kebagian lika yang agak dalam dan biarkan sampai kering (oleskan betadin agar
mencegah infeksi saja), setelah itu baru oleskan lagi dengan puregan oil ke seluruh luka
dekubitusdan usahakan jangan ditutup agar luka cepat kering.
2. Hari berikutnya, jika luka bernanah, bersihkan lagi dengan caiaran NaCl (caiaran infuse) dengan
kasa steril sampai bersih tidak ada nanah sama sekali dan oleskan lagi betadin setelah kering baru
oles lagi puregan oil.Jika daerah yang dibersihkan agak membesar dan membentuk lobang agak
dalam, ambil kain kasa steril larutkan dalam cairan NaCl (cairan inpus) lalu masukkan dalam

5
lobang luka tsb sambil ditekan sedikt agar nanah menempel ke bagian kain kasa lakukan
berulang-ulang sampai benar-benar bersih setelah bersih baru boleh teruskan tahap no 1.
3. Jika dekubitus ada pada daerah punggung sesekali biarkan pasien tiduragak miring atau merubah
posisi tidur pasien.
4. Oleskan puregan oil pada pagi hari dan malam hari, tentunya setelah dibersihkan dan jika luka
masih kemerahan (awal dekubitus) oleskan GCO-puregan oil ini dengan cara di meses secara
perlahan-lahan keseluruh luka dekubitus.
5. Memerlukan waktu beberapa minggu untuk proses penyembuhan jika jaringan kulit sudah mati
(nevkrotik) dan jika sampai ke tulang butuh waktu lebih lama lagi tapi kadang tergantung kondisi
fisik dan kejiwaan pasien jadi pasien harus selalu punya semangat yang kuat dan selalu ceria
(proses penyembuhan biasanya berbea-beda tiap pasien).
6. Atur pola makan pasien yaitu makanan yang memenuhi gizi 4 sehat 5 sempurna.

2.4 Tindakan Pencegahan Dekubitus


1. Meningkatkan status kesehatan klien

Memperbaiki dan menjaga keadaan umum klien, misalnya anemia diatasi, hipoalbuminemia
dikoreksi, nutrisi dan hidrasi yang cukup, vitamin (vitamin C) dan mineral (Zn) ditambahkan.
2. Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran darah
a) Alih posisi/alih baring/tidur selang seling, paling lama tiap dua jam. Keburukan pada cara ini
adalah ketergantungan pada tenaga perawat yang kadang-kadang sudah sangat kurang, dan
kadang-kadang mengganggu istirahat klien bahkan menyakitkan.
b) Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh klien, misalnya; kasur
dengan gelembung tekan udara yang naik turun, kasur air yang temperatur airnya dapat diatur.
(keberatan alat canggih ini adalah harganya mahal, perawatannya sendir harus baik dan dapat
rusak.
c) Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah setempat terganggu, dapat
dikurangi antara lain:
1. Menjaga posisi klien, apakah ditidurkan rata pada tempat tidurnya, atau sudah
memungkinkan untuk duduk dikursi.
2. Bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-bantal kecil untuk menahan tubuh klien,
“kue donat” untuk tumit.

2.5 Terapi Komplementer Dekubitus


 Penggunaan virgin coconut oil

6
 Definisi VCO secara singkat adalah ,minyak yang dibuat dari daging kelapa segar. Proses yang
dilakukan dalam suhu rendah. Cara membuatnya adalah dengan mendapatkan santan dari daging
kelapa, dilanjutkan dengan proses fermentasi atau menggunakan enzim, dan dapat juga diolah secara
mekanik atau centrifuge

VCO (Virgin Coconut Oil) Dalam penyembuhan luka dekubitus derajat II pada lansia. Permasalahan yang
muncul adalah bagaimana pengaruh massage untuk penyembuhan luka dekubitus derajat II, bagaimana
pengaruh pemberian teknik massage dengan VCO (Virgin Coconut Oil) untuk penyembuhan luka
dekubitus derajat II, bagaimana kendala penurunan derajat luka dekubitus melalui teknik massage dengan
VCO (Virgin Coconut Oil). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan VCO (Virgin
Coconut Oil) dengan teknik massage untuk penyembuhan luka dekubitus.

2.6 Bahan dan metode


Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain : handscoon, VCO (virgin coconut oil)
yang dibeli di apotek, spuit 3cc. Bahan yang diperlukan untuk proses pengukuran luka adalah mika,
spidol, kertas dan midline.

Pemberian massage dengan VCO (Virgin Coconut Oil) untuk mengatasi luka dekubitus derajat II
dapat diterapkan apabila hasil patch test negatif atau tidak terdapat alergi pada kulit lansia. Test alergi
menggunakan metode uji tempel (patch test) dilakukan selama 2 hari sebelum pemberian terapi massage
dengan VCO. Pemberian terapi massage dengan VCO dilakukan selama 30 hari dan observasi dilakukan
setiap kali pada waktu pemberian massage dengan VCO. Pengukuran luka dilakukan setiap minggu sekali
untuk mengetahui perkembangan luka. Berdasarkan tindakan massage dengan VCO yang telah dilakukan
diperoleh beberapa data yang dapat dianalisis. Sajian data yang tertulis pada penelitian ini memaparkan
hasil observasi pada pasien lansia dengan dekubitus derajat II. Berikut ini adalah sajian data dari peneliti
mengenai pemanfaatan VCO (virgin coconut oil) dengan teknik massage dalam penyembuhan luka
dekubitus derajat II pada lansia meliputi : (1) Pengaruh tindakan massage untuk penyembuhan luka
dekubitus derajat II, (2) Pengaruh pemberian teknik massage dengan VCO (virgin coconut oil) untuk
penyembuhan luka dekubitus derajat II, (3) Kendala penurunan derajat luka dekubitus melalui teknik
massage dengan VCO (virgin coconut oil).

7
BAB III

Pengaruh tindakan massage untuk penyembuhan luka dekubitus

3.1 Perubahan Massage


 Perubahan arah massage yang dilakukan perawat dikarenakan luka pada kulit lansia telah
menutup sehingga perawat tidak melanjutkan teknik massage sesuai prosedur karena area
kulit yang sudah mengalami peutupan jaringan luka boleh dilakukan massage. Menurut
Trisnowiyoto (2012) adanya perlukaan merupakan kontra indikasi untuk di massage.
Sedangkan Perawat II berpendapat bahwa teknik massage sesuai prosedur membuat massage
yang dilakukan menjadi lebih rumit. Menurut Bintari (2012)
1. Jarak Massage
Jarak saat massage yang dilakukan perawat tidak menyentuh area luka dekubitus.
Perawat melakukan massage pada seluruh bagian punggung termasuk area luka, disaat
kondisi luka pasien sudah membaik atau jaringan luka yang sudah menutup. Jarak massage
tidak disebutkan seberapa jauh pengukuran antara area luka dan area yang dapat dimassage,
tetapi massage boleh diberikan pada organ lain yang sehat. memilih organ yang sehat perlu
diperhatikan dalam memijat, organ yang mengalami luka merupakan kontraindikasi untuk
dimassage. Adanya perlukaan merupakan kontraindikasi dari tindakan massage. Menurut
Trisnowiyoto (2012).
2. Tekanan
Perawat I dan II menggunakan tekanan yang lembut dan pelan. Perawat telah menguasai
teknik penekanan yang sesuai dengan prosedur yang ada. Rangsangan penekanan massage
yang dilakukan oleh perawat I dan II memberikan hasil yang positif bagi pasien. menuliskan
bahwa salah satu variasi massage effleurage adalah gosokan dengan menggunakan telapak
tangan dilakukan dengan tekanan yang lembut dan dangkal (superficial stroking). Menurut
Trisnowiyanto (2012).
3. Respon
Keadaan luka dekubitus yang telah tertutup pada kedua pasien (L1 dan L2) membuat
kedua pasien merasa nyaman. Kenyamanan yang dirasakan oleh kedua pasien adalah
perasaan tenang, rileks, mengantuk dan bahkan tertidur.) efek dan kegunaan massage
effleurage adalah dapat memberikan relaksasi kepada pasien, memberikan sensasi nyaman
dan mengurangi rasa nyeri. Respon nyaman pasien dirasakan dari sembuhnya luka dekubitus

8
yang berada di punggungnya tersebut. Luka yang telah mengalami perkembangan setiap hari
dan pada akhirnya menjadi menutup akan menimbulkan perasaan yang berbeda dari
sebelumnya luka yang masih dalam kondisi lembab dan kemerahan. Menurut
(TrisnoWiyanto, 2012)

3.2 Pengaruh pemberian teknik massage dengan VCO (virgin coconut oil) untuk penyembuhan
luka decubitus
Luka dekubitus yang dialami oleh kedua pasien lansia (L1 dan L2) mengalami perkembangan dan
penyembuhan luka setelah diberikan terapi massage dengan VCO. Sedangkan manfaat dari VCO itu
sendiri adalah sebagai pelumas saat massage, sebagai pelembab kulit agar tidak kering, dan sebagai anti
mikroba.

Menurut Sutarmi dan Rozaline (2005) menuliskan bahwa menurut guru besar ilmu gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. Walujo S.Soejobroto MSc., SpG(K) bahwa minyak kelapa
sebenarnya memiliki banyak kelebihan, 50% asam lemak pada minyak kelapa adalah asam laurat dan
75% asam kapriat. Kedua asam tersebut merupakan asam lemak jenuh , rantai sedang yang mudah
dimetabolisir dan bersifat antimikroba (antivirus, antibakteri dan antijamur) sehingga dapat meningkatkan
imun tubuh (kekebalan tubuh) dan mudah diubah menjadi energi. Dalam tubuh, asam laurat menjadi
monolaurin, sedangkan asam kapriat menjadi monokaprin yang mudah diserap tubuh.

Perkembangan tersebut terbukti dengan keadaan luka yang semakin membaik dengan indikator
luka terjadi jaringan luka mengalami proliferasi (penutupan jaringan), warna luka kecoklatan, tidak terjadi
oedema, dan terjadi penurunan ukuran panjang maupun lebar luka. Menurut (Ekaputra, 2013)Fisiologi
penyembuhan luka adalah adanya jaringan baru, remodelling ekstraselluler dan penutupan jaringan luka.
Kandungan di dalam VCO diantaranya adalah asam laurat, asam miristat, asam kapriat, asam kaprilat dan
antioksidan

3.3 Kendala penurunan derajat luka dekubitus melalui teknik massage dengan VCO (virgin
coconut oil)
1. Pergerakan pasien menolak massage
Pasien lansia I melakukan pergerakan yang mengganggu saat perawat melakukan massage.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk mengatasi pergerakan pasien yang tidak teratur
(menggerakgerakkan bahu dan tangan) yaitu dengan melakukan restrain, yang dilakukan oleh
lansia yang berada di sekeliling pasien. Menurut Kozier (2004) restrain adalah alat atau tindakan

9
pelindung untuk membatasi gerakan atau aktifitas fisik klien atau bagian tubuh klien. Menurut
Riyadi dan Purwanto (2009) Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau
manual untuk membatasi mobilitas fisik klien.
2. Marah-marah (penolakan massage)
Pasien lansia II merasa marah dengan melakukan penolakan dan meminta berhenti saat perawat
memberikan tindakan massage. Adanya penolakan tersebut dikarenakan pasien merasa nyeri saat
perawat melakukan massage. Nyeri tersebut timbul karena bintik-bintik yang sedang diolesi
VCO. Adanya penolakan tersebut perawat memberikan bujukan dan membina hubungan saling
percaya (BHSP) kepada pasien lansia II tersebut dimana perawat menjelaskan tujuan dari
tindakan yang dilakukan.
3. Nyeri
Perawat II mengalami kendala di minggu keempat (hari ke-23) pemijatan yaitu pasien
mengeluhkan nyeri. Timbulnya bintik-bintik kecil di area massage yang menjadi faktor nyeri bagi
pasien. Perawat dalam mengatasi nyeri yang muncul tersebut adalah dengan mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam. Sesuai dengan teori yang dituliskan bahwa teknik relaksasi nafas dalam
merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada
klien atau pasien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara
maksimal). (Dewandono, 2014)

10
BAB IV

Kesimpulan

4.1 SIMPULAN
Simpulan dalam penelitian ini adalah: Massage yang diberikan kepada kedua pasien
lansia adalah massage effleurage yaitu massage dengan teknik mengusap atau menggosok.
Adanya massage effleurage dengan lembut dan pelan dapat memberikan respon positif dan
terapeutik kepada kedua pasien lansia yang menerima terapi tersebut. Respon nyeri dirasakan
pada minggu awal karena adanya luka terbuka di dekat area massage. Nyeri tersebut hilang pada
luka dikarenakan luka sudah mengalami penutupan jaringan. Teknik, tekanan, dan jarak antara
area massage dengan luka merupakan komponen dalam terbentuknya terapi massage yang baik.
Adanya massage yang baik menjadikan terapi berdampak positif bagi pasien lansia dalam
mengatasi nyeri. Efek positif dari massage tersebut adalah sensasi nyaman yang dirasakan oleh
pasien lansia. Kenyamanan yang dirasakan oleh kedua pasien adalah perasaan tenang, rileks,
mengantuk dan bahkan tertidur.
Pemberian teknik massage dengan VCO menghasilkan kesimpulan bahwa kondisi luka
mengering, warna luka menjadi kecoklatan, struktur luka menjadi lebih halus dan adanya
perbaikan jaringan. Perbaikan jaringan tersebut ditandai dengan proses granulasi, proliferasi dan
kontraksi luka dengan indikator adanya penutupan jaringan pada luka terbuka dan dimana ukuran
15 luka akan tampak semakin mengecil atau menyatu. Adanya proses perbaikan luka tersebut
didukung oleh VCO (virgin coconut oil), dengan adanya VCO dapat meminimalisir terjadinya
infeksi pada luka karena VCO mengandung senyawa antimikroba yaitu asam laurat dan asam
miristat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dewandono, D. (2014). Pemanfaatan VCO (VIRGIN COCONUT OIL) dengan teknik massage dalam
penyembuhan luka. 1-17.

Ekaputra, E. (2013). Evolusi Manajemen Luka. Penerbit CV. Trans Info Media. Jakarta.

TrisnoWiyanto, B. (2012). Ketrampilan Massage. Nuha Medika, 1-5.

Widyatuti, W. (2008). Terapi Komplementer dalam keperawatan di negara Amerika. Jurnal


Keperawatan, 1-5.

12

Anda mungkin juga menyukai