Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

MATERI
KESETIMBANGAN FASA

Disusun Oleh :
Kelompok : VII / SELASA SIANG
1. ANDHIKA PUDJI UTAMA NIM : 21030115130122
2. RATNA JUWITA SARI NIM : 21030115140162

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
KESETIMBANGAN FASA

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia II yang berjudul Kesetimbangan Fasa
yang disusun oleh :

Kelompok : VII / Selasa Siang


Anggota : 1. Andhika Pudji Utama NIM :21030115130122
2. Ratna Juwita Sari NIM :21030115140162

Telah disahkan pada


Hari :
Tanggal :

Semarang, 18 Mei 2016

Asisten Pengampu

Ricky Kurniawan

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II i


KESETIMBANGAN FASA
21030113130147

RINGKASAN

Larutan adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu
komponen. Jika larutan diuapkan sebagian, maka mol fraksi dari masing-masing
penyusun tidak sama. Kesetimbangan fasa mempelajari kesetimbangan antara fasa
uap dan fasa cair larutan. Biasanya diaplikasikan dalam pemurnian etanol.
Praktikum kesetimbangan fasa bertujuan untuk memahami kesetimbangan antara
dua fase (uap-cair) larutan dan mampu membuat diagram komposisi versus suhu
untuk etanol dan air.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah etanol dan aquadest,
sedangkan alat yang digunakan adalah labu destilasi, thermometer, pendingin leibig,
thermostat,Erlenmeyer, pipet dan refraktometer. Cara kerja praktikum ini pertama-
tama membuat kurva standar hubungan komposisi etanol vs indeks bias. Kemudian
mengukur titik didih air. Etanol 125 ml dimasukkan dalam labu destilasi kosong dan
dipanaskan dengan minyak.
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan diperoleh bahwa hubungan
indeks bias campuran dengan komposisi etanol adalah berbanding lurus. Begitupun
dengan hubungan komposisi etanol dengan titik didih pada residu dan destilat
berbanding lurus. Lalu pengaruh penambahan aquadest menyebabkan kenaikan titik
didih karena terjadi penurunan fraksi mol yang jumlah molnya tetap. Saran untuk
praktikum ini adalah lebih teliti dalam membaca titik didih pada proses destilasi,
pastikan refraktometer berada di posisi yang tetap agar intensitas cahaya yang
didapat dari awal pembacaan indeks bias tetap sama, bersihkan alatyang sudah
digunakan dan jaga kebersihan laboratorium.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II ii


KESETIMBANGAN FASA

SUMMARY

The solution is a homogeneous phase containing more than one component. If


the solution is evaporated partly, the mole fraction of each constituent is not the
same. Phase equilibrium studied the equilibrium between vapor phase and liquid
phase solution. Usually applied in the purification of the ethanol. Practicum phase
equilibrium aims to understand the equilibrium between the two phases (vapor-
liquid) solution and capable of making the composition versus temperature diagram
for ethanol and water.
The materials used in this lab is ethanol and distilled water, while the tool
used is a distillation flask, thermometer, cooling Leibig, thermostat, Erlenmeyer,
pipettes and refractometer. The workings of this lab is first create a standard curve
relationship ethanol vs. refractive index composition. Then measure the boiling point
of water. 125 ml of ethanol included in the empty distillation flask and heated with
oil.
Based on the experiments we did found that the relationship of refractive
index with a mixture of ethanol is directly proportional composition. Likewise with
the composition relationships with boiling ethanol to the residue and destilat
proportional. Then the effect of the addition of distilled water causes the increase in
boiling point for a decline in the number of mole fraction that fixed mole. Suggestions
for this practicum is more careful in reading the boiling point in the distillation
process, make sure the refractometer is in a fixed position so that the light intensity
obtained from the initial reading of the refractive index remains the same, clean
materials that been used and keep the cleanliness of the laboratory.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II iii


KESETIMBANGAN FASA

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas segala


limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia II dengan materi Kesetimbangan
Fasa.
Dalam laporan ini penulis meyakini sepenuhnya bahwa tidaklah
mungkin menyelesaikan makalah ini tanpa doa, bantuan dan dukungan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ingin
memberikan rasa terima kasih kepada :
1. Ir.C.Sri Budiyati, MT selaku Koordinator Dosen Praktikum Dasar Teknik
Kimia II
2. Asisten Laboratorium Dasar II Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
3. Kedua orang tua atas doa, kesabaran, limpahan kasih sayang, dukungan,
dan pengorbanan yang telah diberikan.
4. Teman-teman angkatan 2015 Teknik Kimia Univeritas Diponegoro
Penulis meyakini bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Mohon maaf
apabila terdapat kekurangan bahkan kesalahan. Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak berkaitan dengan laporan ini. Akhir
kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat berguna
sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan.

Semarang, 18 Mei 2016

Penulis

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II iv


KESETIMBANGAN FASA
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................I

RINGKASAN..............................................................................................................II

SUMMARY................................................................................................................III

PRAKATA..................................................................................................................IV

DAFTAR ISI................................................................................................................V

DAFTAR TABEL.....................................................................................................VII

DAFTAR GAMBAR................................................................................................VII

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG.................................................................................1

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM............................................................................1

1.3. MANFAAT PRAKTIKUM........................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................2

BAB III METODE PRAKTIKUM............................................................................4

3.1. BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN............................................4

3.2 GAMBAR ALAT.........................................................................................4

3.3 CARA KERJA.............................................................................................5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................6

4.1 HUBUNGAN INDEKS BIAS VS KOMPOSISI (% W ETANOL).........6

4.2 HUBUNGAN ANTARA KOMPOSISI DENGAN TITIK DIDIH...........7

4.3 PENGARUH PENAMBAHAN AQUADEST...........................................8

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II v


KESETIMBANGAN FASA
BAB V PENUTUP.....................................................................................................10

5.1 KESIMPULAN.........................................................................................10

5.2 SARAN.....................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11

LAPORAN SEMENTARA.....................................................................................A-1

LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN.................................................................B-1

LEMBAR KUANTITAS REAGEN.......................................................................C-1

REFERENSI

DAFTAR TABEL

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II vi


KESETIMBANGAN FASA

TABEL 4.1. HUBUNGAN ANTARA KOMPOSISI ETANOL (LARUTAN


ETANOL-AIR) DENGAN INDEKS BIAS................................................................6

Tabel 4.2 Pengaruh Komposisi Umpan Destilat............................................................9

DAFTAR GAMBAR

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II vii


KESETIMBANGAN FASA
GAMBAR 2.1. DIAGRAM SUHU-KOMPOSISI ASAM FORMIAT-AIR ..........3
GAMBAR 2.2. DIAGRAM SUHU KOMPOSISI ETHANOL-AIR.....................3
GAMBAR 3.1 RANGKAIAN ALAT DESTILASI...................................................4
GAMBAR 4. 1 GRAFIK HUBUNGAN %W VS INDEKS BIAS...........................8
Gambar 4. 2 Grafik Hubungan Komposisi Etanol Vs Titik Didih................................9

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II viii


KESETIMBANGAN FASA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Larutan adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu
komponen. Bila sistem hanya terdiri dari dua zat maka disebut larutan biner,
misalnya alkohol dalam air. Jika larutan diuapkan sebagian, maka mol fraksi dari
masing-masing penyusun larutan tidak sama karena ”volatilitas” ( mudahnya
menguap ) dari masing-masing penyusunnya berbeda. Uap relatif mengandung lebih
banyak zat yang lebih volatil dari pada cairannya. Pada praktikum kesetimbangan
fasa mempelajari kesetimbangan antara fase uap dan fase cair dari suatu larutan. Dari
praktikum ini mahasiswa dapat membuat diagram suhu versus komposisi dengan
pengukuran nilai indeks bias. Prinsip kesetimbangan fasa dalam industri kimia dapat
digunakan pada proses destilasi, pemisahan yang menggunakan perbedaan titik didih,
contohnya untuk pemurnian etanol, dan pemisahan solven.

1.2. Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami kesetimbangan antara dua fase
(uap-cair) dari sistem campuran (larutan) yang terdiri dari dua komponen.
2. Mahasiswa diharapkan mampu membuat diagram komposisi versus suhu
untuk larutan etanol-air.

1.3. Manfaat Praktikum


Setelah praktikum mahasiswa dapat memahami konsep kesetimbangan fase (uap-
cair) dari suatu sistem larutan yang terdiri dari dua komponen serta membuat dan
memahami diagram komposisi versus suhu .

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO 1
KESETIMBANGAN FASA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Larutan adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu
komponen. Bila sistem hanya terdiri dari dua zat maka disebut larutan biner,
misalnya alkohol dalam air. Menurut sifatnya dikenal larutan ideal dan non ideal.
Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik antara molekul yang sejenis dan
tidak sejenis sama. Sedangkan larutan non ideal gaya tarik menarik antara molekul
yang sejenis maupun yang tidak sejenis berbeda.
Jika larutan diuapkan sebagian, maka mol fraksi dari masing-masing
penyusun larutan tidak sama karena ”volatilitas” ( mudahnya menguap ) dari masing-
masing penyusunnya berbeda. Uap relatif mengandung lebih banyak zat yang lebih
volatil dari pada cairannya. Hal ini dapat dilihat dari diagram kesetimbangan uap dan
cairan pada tekanan tetap dan suhu tetap.
Pada percobaan kesetimbangan fase dipelajari diagram komposisi suhu pada
tekanan tetap. Komposisi etanol dan air di fase uap yang dinyatakan dalam yi dan di
fase cair yang dinyatakan dalam xi pada berbagai suhu. Komposisi ini kemudian
dipakai untuk membuat diagram Komposisi versus Suhu pada sistem larutan biner.
Proses distilasi satu stage digunakan untuk membuat diagram kesetimbangan
fase antara uap dengan cairan untuk sistem larutan biner ini.
Tekanan uap komponen air (A) dan etanol (B) dari larutan ideal mengikuti Hukum
Raoult :
PA = P0A XA .................................... (1)
PB = P0B XB .....................................(2)
Dengan :
PA = tekanan parsial Air
PB = tekanan parsial Etanol
P0A = tekanan uap murni Air pada suhu tertentu
P0B = tekanan uap murni Etanol pada suhu tertentu
XA = mol fraksi Air di dalam larutan
XB = mol fraksi Etanol di dalam larutan

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO 2
KESETIMBANGAN FASA
Jika persamaan (1) dan (2) dimasukan ke persamaan Dalton, P = PA0 XA + PB0 XB,
maka diperoleh persamaan :
P = PA0 XA + PB0 XB ....................(3)
Dengan P adalah tekanan uap total dari sistem. Dalam larutan berlaku :
XA + XB = 1 ...................................(4)
Jika persamaan (4) dimasukan ke persamaan (3) diperoleh :
P = PB0 - ( PA0 – PB0 ) XA .............(5)
Hukum Raoult hanya dapat digunakan untuk larutan ideal atau larutan yang
sangat encer, karena pada larutan encer, hubungan antara jumlah zat terlarut dengan
tekanan uapnya merupakan fungsi linier (semakin banyak solute, maka tekanan uap
akan semakin kecil), sedangkan pada larutan yang tidak encer, hubungannya tidak
linier (pengaruh jumlah solute terhadap tekanan uap tidak tetap).
Dalam larutan yang mempunyai tekanan uap sistem yang lebih besar jika
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan hukum Raoult
dikatakan sistem mempunyai deviasi positif (larutan non ideal), seperti ditunjukkan
pada gambar 1. Dikatakan deviasi negatif, jika tekanan uap larutan lebih rendah jika
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan Hukum Raoult
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 1. Diagram Suhu-Komposisi Gambar 2. Diagram SuhuKomposisi

Asam Formiat-Air Ethanol-Air

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO 3
KESETIMBANGAN FASA

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Bahan dan Alat yang digunakan


3.1.1 Bahan :
1. Etanol 100 ml
2. Air/Aquadest/Air demin 100 ml (5x20 ml)
3.1.2 Alat :
1. Labu destilasi
2. Thermometer 8. Adaptor
3. Pendingin Leibig 9. Statif-klem
4. Thermostat 10. Waterbath
5. Erlenmeyer 11. Kaki tiga
6. Pipet 12. Heater
7. Refraktometer 13. Thermocouple

Keterangan :
3.2 Gambar Alat
1. Statif
2. Klem
3. Labu Destilasi
4. Thermostat
5. Termometer
6. Pendingin Leibig
7. Erlenmeyer
8. Adaptor
9. Waterbath
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Destilasi 10. Kaki Tiga
11. Heater
12. Thermocouple
13. Aliran air pendingin
masuk
14. Aliran air pendingin
keluar

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO 4
KESETIMBANGAN FASA
3.3 Cara Kerja
1. Membuat kurva standart hubungan komposisi etanol (larutan etanol-air)
versus indeks bias
a. Menentukan densitas etanol dan air dengan menggunakan piknometer.
b. Menentukan kadar etanol menggunakan tabel hubungan densitas dengan
kadar etanol.
c. Membuat larutan etanol-air pada berbagai komposisi.
d. Masing- masing larutan pada langkah c dilihat indeks biasnya dengan
refraktometer.
e. Dibuat kurva hubungan antara komposisi versus indeks bias
2. 100 ml air dimasukkan ke dalam beaker glass pirex 250 ml , dipanaskan
sampai mendidih dan dicatat titik didihnya.
3. Etanol dengan volume 100 ml dimasukkan ke dalam labu destilasi kosong,
dipanaskan menggunakan minyak yang dilengkapi dengan thermostat sampai
mendidih, kemudian dicatat suhu didihnya.
4. Labu destilasi tersebut didinginkan , lalu ditambahkan air sebanyak 20 ml ke
dalam labu destilasi, selanjutnya dipanaskan sampai mencapai suhu konstan
dan catat titik didihnya , ambil cuplikan residu dan destilat untuk diperiksa
indeks biasnya masing-masing. Destilat yang telah diambil sedikit untuk
sampel dikembalikan lagi kedalam labu destilasi.
5. Prosedur 4 dilakukan berulang untuk berbagai komposisi.
6. Dibuat kurva hubungan suhu dengan komposisi etanol atau kurva hubungan
suhu dengan komposisi aquadest/air.
Catatan : Komposisi etanol-air dapat dinyatakan dalam fraksi berat atau fraksi
mol.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO 5
KESETIMBANGAN FASA

4.1 Hubungan Indeks Bias vs Komposisi (% W Etanol)


Tabel 1.1. Hubungan Antara Komposisi Etanol (Larutan etanol-Air) dengan
Indeks Bias
No. Komposisi Etanol Volume air Volume Indeks
(%Berat) (ml) Etanol (ml) Bias

1 0 10 0 1.310
2 9 8.8 1.2 1.311
3 18 7.66 2.39 1.312
4 27 6.57 3.43 1.32
5 36 5.53 4.87 1.322
6 45 4.54 5.46 1.324
7 54 3.59 6.41 1.325
8 63 2.68 7.32 1.326
9 72 1.8 8.2 1.328
10 81 0.97 9.03 1.330
11 90 0.16 9.84 1.332

Gambar 4. 1 Grafik Hubungan %W vs Indeks Bias

Berdasarkan grafik di atas, semakin besar komposisi maka semakin besar


pula indeks biasnya, sesuai dengan rumus:

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO 6
KESETIMBANGAN FASA

Dimana n : indeks bias


C: kecepatan cahaya pada ruang hampa
Vp :Cepat rambat cahaya pada suatu medium
Indeks bias berhubungan erat dengan cepat rambat cahaya, ketika melewati
larutan etanol-air. (Siagian, 2004). Percobaan indeks bias ini disebabkan oleh adanya
perbedaan konsentrasi dari masing-masing zat, jika zat cair memiliki konsentrasi
lebih besar dan mempunyai kerapatan antar molekul yang lebih kecil, sehingga
indeks biasnya semakinbesar dan begitu juga sebaliknya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perbedaan indeks bias yaitu konsentrasi, kerapatan, dan sudut. (regi,
2014). Jika ditinjaudari BM etanol dan BM air, BM etanol lebih besar dari BM air.
Semakin besar BM maka semakin besar molekulnya. Penamabhan % W akan
menambah jumlah etanol dalam campuran sehingga kerapatan medium etanol-air
bertambah. Sehingga cepat rambat cahaya semakin kecil yang menyebabkan indeks
bias semakin besar, sesuai dnegan hasil percobaan:

Vp etanol = C/n etanol=

Vp aquades= c/n air=

4.2 Hubungan Antara Komposisi dengan Titik Didih


Tabel 4.2 Pengaruh Komposisi Umpan Destilat
NO Volume Etanol Volume Air Suhu Didih Indeks Indeks
(ml) (ml) (°C) Bias Bias
Residu Residu

1 100 0 65 °C 1.310 1.313


2 100 21 68 °C 1.312 1.315
3 100 42 70 °C 1.314 1.318

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO 7
KESETIMBANGAN FASA

4 100 63 72 °C 1.320 1.320


5 100 84 75 °C 1.324 1.326
6 100 105 79 °C 1.326 1.330

Gambar 4. 2 Grafik Hubungan Komposisi Etanol Vs Titik Didih

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin besar % W etanol


maka makin besar titik didih pada residu dan destilat. Hal ini disebabkan dari sifat
yang dimiliki campuran etanol dan aquadest yang merupakan campuran hampir
ideal. Besarnya densitas dipengaruhi titik didih campuran. Namun, densitasnya yang
dipengaruhi oleh komponen-komponen penyusunnya. Pada campuran etanol-
aquadest, jika komposisi etanol semakin kecil, maka titik didihnya semakin besar
begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan percobaan, perbandingan komposisi etanol dengan titik didih
menunjukan semakin banyak komposisi etanol yang didapat, semakin tinggi titik
didihnya. Disebabkan oleh titik didih etanol (78,5°C) lebihrendah daripada aquadest.
Hal ini dibuktikan dengan rumus(Sari,2012):
Td= Td°A. XA + Td°B. XB

4.3 Pengaruh penambahan Aquadest


Titik didih etanol semakin besar setelah terjadinya penambahan aquadest. Hal
ini dikarenakan penambahan aquadest sama artinya dengan fraksi mol aquadest pada

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO 8
KESETIMBANGAN FASA
larutan menyebabkan penurunan fraksi mol yang jumlah mol nya tetap. Hal ini dapat
dibuktikan dengan rumus:
Td campuran = Td etanol. X etanol + Td aquadest. Xaquadest
Sehingga apabila aquadest ditambahkan akan menaikkan titik didih campuran
(Anonim. 2012)

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO 9
KESETIMBANGAN FASA
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Semakin besar %W maka kerapatannya semakin besar sehingga indeks bias
yang didapatkan makin besar.
2. Semakin besar %W maka reaksi mol etanol semakin besar dan titik didihnya
makin tinggi. Karena titik didih etanollebih kecil dari titik didih aquadest
(pelarut).
3. Pengaruh penambahan aquadest menyebabkan kenaikan titik didih karena
terjadi penurunan fraksi mol yang jumlah molnya tetap.

5.2 Saran
1. Apabila alat rusak segera diganti.
2. Laboran harus siap ditempat, apabila praktikan membutuhkan reagen khusus.
3. Alat yang sudah digunakan dibersihkan.
4. Sesudah praktikum, jangan lupa bersihkan praktikum.
5. Setelah menggunakan reagen kembalikan ke tempat semula.

DAFTAR PUSTAKA

Flaschka, H.A. (1959).EDTA Titration. New York: Pergamon Press, Inc.

Huber,W. (1967).Titration in Nonaqueous Solvents. NewYork: Academic Press, Inc..

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO 10
KESETIMBANGAN FASA
John, H. P.(1960).Chemical Engineers Handbook(5th ed).InternationalEdition.
New York:Mc Graw Hill Book Company Inc.

Kolthoff, I.M. & U.A.Stenge. (1957).Volumetrik Analysis(2nd ed).New York: John


Wiley andSons, Inc.

Miller, M. (1957).Separation Methods in Chemical Analysis, New York: John Wiley


and Sons, Inc.

Underwood, A.I. &Day R.A. (1981)Analisa Kimia Kuantitatif (ed.


4).Diterjemahkan oleh Drs. R. Soendoro, Ny. Widaningsih W., BA, Dra. Ny.
Sri Rahadjeng S. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wagner, W. & C, J. Hull.(1971).Inorganic Titrimetric Analysis, New York: Marcel


Dekker, Inc

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO 11
KESETIMBANGAN FASA

LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

Materi :

Kesetimbangan Fasa

Anggota : 1. Andhika Pudji Utama NIM :21030115140133


2. Ratna Juwita Sari NIM: 21030115140162

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami kesetimbangan antara dua
fase (uap-cair) dari sistem campuran (larutan) yang terdiri dari dua
komponen.

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO A-1
KESETIMBANGAN FASA
2. Mahasiswa diharapkan mampu membuat diagram komposisi versus
suhu untuk larutan etanol-air.

II. METODE PERCOBAAN


II.1 Bahan Yang Digunakan
1. Etanol 100 ml
2. Air/Aquadest/Air demin 100 ml (5x20 ml)

II.2 Alat Yang Digunakan

1. Labu destilasi
2. Thermometer
3. Pendingin Leibig
4. Thermostat
5. Erlenmeyer
6. Pipet
7. Refraktometer
II.3 Cara Kerja
1. Membuat kurva standart hubungan komposisi etanol (larutan
etanol-air) versus indeks bias
a. Menentukan densitas etanol dan air dengan menggunakan
piknometer.
b. Menentukan kadar etanol menggunakan tabel hubungan densitas
dengan kadar etanol.
c. Membuat larutan etanol-air pada berbagai komposisi.
d. Masing- masing larutan pada langkah c dilihat indeks biasnya
dengan refraktometer.
e. Dibuat kurva hubungan antara komposisi versus indeks bias
2. 100 ml air dimasukkan ke dalam beaker glass pirex 250 ml,
dipanaskan sampai mendidih dan dicatat titik didihnya.
3. Etanol dengan volume 100 ml dimasukkan ke dalam labu destilasi kosong,
dipanaskan menggunakan minyak yang dilengkapi dengan thermostat sampai
mendidih, kemudian dicatat suhu didihnya.
4. Labu destilasi tersebut didinginkan , lalu ditambahkan air sebanyak 20 ml
ke dalam labu destilasi, selanjutnya dipanaskan sampai mencapai suhu
konstan dan catat titik didihnya , ambil cuplikan residu dan destilat untuk
diperiksa indeks biasnya masing-masing. Destilat yang telah diambil sedikit
untuk sampel dikembalikan lagi kedalam labu destilasi.
Prosedur 4 dilakukan berulang untuk berbagai komposisi.

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO A-2
KESETIMBANGAN FASA
5.Dibuat kurva hubungan suhu dengan komposisi etanol atau kurva hubungan
suhu dengan komposisi aquadest/air.
Catatan : Komposisi etanol-air dapat dinyatakan dalam fraksi berat atau fraksi
mol
II.4 Hasil Percobaan
a. Tabel 1.1. Hubungan Antara Komposisi Etanol (Larutan etanol-Air)
dengan Indeks Bias.

No. Komposisi Etanol Volume air Volume Indeks


(%Berat) (ml) Etanol (ml) Bias

1 0 10 0 1.310
2 9 8.8 1.2 1.311
3 18 7.66 2.39 1.312
4 27 6.57 3.43 1.32
5 36 5.53 4.87 1.322
6 45 4.54 5.46 1.324
7 54 3.59 6.41 1.325
8 63 2.68 7.32 1.326
9 72 1.8 8.2 1.328
10 81 0.97 9.03 1.330
11 90 0.16 9.84 1.332

b. Tabel Pengaruh Komposisi Umpan Destilat

NO Volume Etanol Volume Air Suhu Didih Indeks Indeks


(ml) (ml) (°C) Bias Bias
Residu Residu

1 100 0 65 °C 1.310 1.313


2 100 21 68 °C 1.312 1.315
3 100 42 70 °C 1.314 1.318
4 100 63 72 °C 1.320 1.320

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO A-3
KESETIMBANGAN FASA
5 100 84 75 °C 1.324 1.326
6 100 105 79 °C 1.326 1.330

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO A-4
KESETIMBANGAN FASA

LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

Berat Picno sebelum diisi aquadest = 16,489 gr


Berat Picno sebelum diisi aquadest = 41,808 gr
Berat Picno setelah diisi etanol = 36,662 gr

Kadar Etanol (x) = 0,9181

2.

▪0=

Vet = 0

▪ 0.09 =

Vet = 0,012

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO B-1
KESETIMBANGAN FASA

▪ 0.18 =

Vet = 2,34

▪ 0.27 =

Vet = 3,43

▪ 0.36 =

Vet = 4,47

▪ 0.45 =

Vet = 5,46

▪ 0.54 =

Vet = 6,41

▪ 0.63 =

Vet = 7,32

▪ 0.72 =

Vet = 8,2

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO B-2
KESETIMBANGAN FASA

▪ 0.81 =

Vet = 9,03

▪ 0.9 =

Vet = 9,03

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO B-3
KESETIMBANGAN FASA

LEMBAR KUANTITAS REAGEN


MATERI : Kesetimbangan Fasa

HARI/TANGGAL : Kamis, 17 Maret 2016

KELOMPOK : VII/Selasa Siang

NAMA : Andhika Pudji Utama

Ratna Juwita Sari

ASISTEN : Ricky Kurniawan

KUANTITAS REAGEN

NO JENIS REAGEN KUANTITAS


1 Kurva standar Etanol-Air (%W) Basis 10 ml
2 Distilasi -
3 Etanol 100 ml
4 Air 105 ml (21x5)

TUGAS TAMBAHAN
Cari pengertian tentang distilasi

Sifat fisik dan kimia bahan

Semarang, 17 Maret 2016


CATATAN: Asisten
Bawa millimeterblok dan
kapas
Ricky Kurniawan

NIM. 21030113130147

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO C-1
LAMPIRAN
KESETIMBANGAN FASA

DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL

1 ini isinya asistensi buat


lapres, jgn diisi yg ada
dilaporan.
Ini diperbaiki dulu
marginnya, spacingnya,
jenis font nya, footernya,
nomer halamannya
Spacing nya 1.5
2
Fontnya times new
roman
Lembar perhitungan
reagennya mana ya ?
Ga usah buru”
dikumpulin, dibuat dulu
yang rapi

Cek tiap bab ya.

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO
KESETIMBANGAN FASA

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


UNIVERSITAS DIPONEGORO

Anda mungkin juga menyukai