Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Audit terhadap sektor publik menjadi fokus perhatian karena dinilai instansi
pemerintah tidak terbuka terhadap masyarakat mengenai kondisi keuangan
sebenarnya dan instansi sektor publik rawan akan penyalahgunaan dana sehingga
dibutuhkan aturan yang ketat dan audit yang independen terhadap pemeriksaan
laporan keuangan instansi pemerintahan.
Audit terhadap sektor publik sangat penting dilakukan hal ini merupakan
bentuk tanggung jawab sektor publik (pemerintah pusat dan daerah) untuk
mempertanggungjawabkan dana yang telah digunakan oleh instansi sehingga
dapat diketahui pemanfaatan dana tersebut dilaksanakan sesuai prosedur dan
standar atau tidak.
Di tengah berbagai kritik bahwa keberadaan sektor publik tak efisien dan jauh
tertinggal dengan kemajuan dan perkembangan yang terjadi di sektor swasta
lembaga sektor publik masih memiliki kesempatan yang luas untuk memperbaiki
kinerja dan memanfaatkan sumber daya secara ekonomis efisien dan efektif.
Istilah “akuntabilitas publik value for money reformasi sektor publik
privatisasi good public governance” telah begitu cepat masuk kedalam kamus
sektor publik (Mardiasmo 2004:17). Bahkan istilah pemeriksaan khusus terhadap
kasus-kasus yang diperkirakan mengandung unsur penyimpangan yang merugikan
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Badan Usaha Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah sudah dikenal luas di lingkungan pemerintahan dan
BUMN/BUMD (Karni 2000:117).
Pemerintah (Pusat dan Daerah) saat ini sedang melakukan perubahan tata
pembukuan dari sistem pembukuan menjadi sistem akuntansi dalam menyusun
laporan keuangannya. Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah merupakan pijakan awal
kewajiban Pemerintah Daerah menerapkan akuntansi yang menghasilkan laporan
pertanggungjawaban berupa Laporan perhitungan APBD, Laporan Aliran Kas,
dan Neraca Daerah. Unsur laporan tersebut berbeda dari laporan
pertanggungjawaban yang lama, terutama adanya Laporan Aliran Kas dan Neraca
Daerah. Neraca Daerah merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan
pemerintah mengenai aktiva, hutang dan ekuitas dana pada suatu tanggal tertentu.
Perubahan tata usaha keuangan daerah tersebut tentunya tidak dapat
dipisahkan dengan penyiapan proses auditing (pemeriksaan). Audit atas tata usaha
keuangan Pemda (audit sektor publik) juga harus mengalami perubahan dimana
tujuannya adalah menunjukkan, dengan dasar yang cukup dan tepat dari bukti-
bukti audit, apakah laporan keuangan disajikan secara wajar posisi keuangan
Pemerintah Daerah, hasil operasi, dan perubahan ekuitas sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum.

1.2. Rumusan Masalah


a) Apa pengertian audit sektor publik
b) Apa saja karakteristik audit sektor publik
c) Apa saja jenis-jenis audit sektor publik

1.3. Tujuan
a) Memahami apa itu audit sektor publik
b) Memahami karakteristik audit sektor publik
c) Memahami jenis-jenis audit sektor pub
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Ruang Lingkup Audit Sektor Publik

A. Pengertian audit Sektor Publik


Audit sektor publik adalah audit yang dilakukan terhadap pemerintah baik
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat serta BUMN, dan BUMD lainnya
yang seluruh sumber pembiayaannya berasal dari pajak masyarakat. Audit sektor
publik ini dilakukan untuk memeriksa kebenaran pelaporan yang dibuat dengan
kondisi real yang terjadi apakah instansi pemerintah telah melaksanakan tugasnya
secara bertanggung jawab dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pengertian audit sektor publik menurut Indra Bastian adalah sebagai
berikut:
“Audit sektor publik adalah jasa penyelidikan bagi masyarakat atas organisasi
publik dan politikus yang sudah mereka danai.”
Sedangkan pengertian audit sektor publik menurut I Gusti Agung
Rai adalah sebagai berikut:
“Audit sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang
menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal
dari penerimaan pajak dan penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk
membandingkan antara kondisi yang ditemukan dengan kriteria yang
ditetapkan.”
Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara.
Audit keuangan negara ini diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Undang-
undang ini merupakan pengganti ketentuan warisan Belanda, yaitu Indische
Comptabiliteitswet (ICW) dan Instructie en verdere bepalingen voor de Algemene
Rekenkamer (IAR), yang mengatur prosedur audit atas akuntabilitas pengelolaan
keuangan oleh pemerintah.
Audit sektor publik dimaksud untuk memberikan keyakinan yang
memadai bahwa laporan keuangan yang diperiksa telah mematuhi prinsip
akuntansi berterima umum, peraturan perundang-undang dan pengendalian intern
serta kegiatan oprasi entitas sektor publik dilaksanakan secara efisien, ekonomi,
dan efektif. Dalam keterbatasan yang ada, audit tetap perlu dilakukan agar tercipta
akuntabilitas publik yang lebih transparan dan akuntabel.

B. Karakteristik Audit sektor Publik


Karakteristik manajemen sektor publik yang berkaitan erat dengan
kebijakan dan pertimbangan politik serta ketentuan peraturan perundang-
undangan, auditor sektor publik harus memberikan perhatian yang memadai pada
hal-hal tersebut. Perbedaan antara audit sektor privat dan audit sektor publik
adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2
Perbedaan Antara Audit Sektor Privat dan Audit Sektor Publik di Indonesia

Uraian Audit Sektor Privat Audit Sektor Publik

Pelaksanaan audit Kantor Akuntan Publik Lembaga audit pemerintah dan


(KAP) juga KAP yang ditunjuk oleh
lembaga audit pemerintah
Objek Audit Perusahaan/ entitas Entitas, program, kegiatan, dan
swasta fungsi yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan
negara, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
Standar audit Standar Profesional Standar Pemeriksaan
yang digunakan Akuntan Publik (SPAP) Keuangan Negara (SPKN)
yang dikeluarkan oleh yang dikeluarkan oleh BPK
IAI
Kepatuhan Tidak terlalu dominan Merupakan faktor dominan
terhadap dalam audit karena kegiatan di sektor
peraturan publik sangat dipengaruhi oleh
perundang- peraturan dan perundang-
undangan undangan

C. Jenis-jenis Audit Sektor Publik

Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis audit
keuangan negara, yaitu:

a) Audit keuangan, merupakan audita atas laporan keuangan yang bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai, apakah hal yang material sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b) Audit kinerja, meliputi audit ekonomi, efisien dan efektivitas pada dasarnya
merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya.
Audit kinerja ngambarkan kinerja enritas dan fungsi audit. Perbandingan antara
audit kinerja dengan audit keuangan adalah sebagai berikut : (tabel 2.2)
c) Audit dengan tujuan tertentu, merupakan audit khusus di luar audit keuangan
dan audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang di
audit. Audit dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi (examination),
reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agrees-upon procedures). Audit
dengan tujuan tertentu mencakup audit atas hal-hal lain di bidang keuangan, audit
investigasi, dan audit atas sistem pengendalian internal
Tabel 2.2
Perbandingan Audit Keuangan dengan Audit Kinerja

Audit Keuangan Audit Kinerja

Objek audit: laporan keuangan Objek audit: organisasi, program,


aktivitas/ kegiatan, atau fungsi
Menguji kewajaran laporan keuangan Menguji tingkat ekonomi, efisiensi,
dari salah saji yang material dan dan efektivitas dalam penggunaan
kesesuaiannya dengan prinsip sumber daya untuk mencapai tujuan
akuntansi yang diterima umum
Lebih bersifat kuantitatif – keuangan Lebih bersifat kualitatif
Tidak terlalu analitis Sangat analitis
Tidak menggunakan indikator kinerja, Membutuhkan indikator, standar, dan
standar, dan target kinerja target kinerja untuk mengukur kinerja
Biasanya tidak mempertimbangkan Biasanya mempertimbangkan analisis
analisis biaya manfaat biaya-manfaat (cost-benefit analysis)
Waktu pelaksanaan audit tertentu Audit bisa dilakukan sewaktu-waktu
(biasanya pada akhir periode
akuntansi)
Audit dilakukan untuk peristiwa Mempertimbangkan kinerja masa lalu,
keuangan masa lalu (post event) sekarang, dan yang akan datang
Tidak dimaksudkan untuk membantu Dimaksudkan untuk memperbaiki
melakukan alokasi sumber daya secara alokasi sumber daya secara optimal
optimal dan memperbaiki kinerja
Tidak terdapat rekomendasi audit Terdapat rekomendasi audit
dan follow-up audit danfollow-up audit
D. Akuntabilitas Publik

1. Pengertian Akuntabilitas Publik


Menurut Ihyaul Ulum. MD pengertian akuntabilitas publik adalah sebagai
berikut:
“Suatu pertanggungjawaban oleh pihak-pihak yang diberi kepercayaan oleh
masyarakat atau individu dimana nantinya terdapat keberhasilan atau kegagalan
di dalam pelaksanaan tugasnya tersebut dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.”

Sedangkan menurut Mahmudi pengertian akuntabilitas publik dalam


konteks organisasi pemerintah adalah sebagai berikut:
“Akuntabilitas publik adalah pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja
pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”

2. Jenis-jenis Akuntabilitas Publik


Menurut Mardiasmo akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
1. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability)
2. Akuntabilitas horisontal (horizontal accountability).

Lebih lanjut jenis-jenis akuntabilitas publik tersebut dapat dijelaskan


sebagai berikut:
1. Akuntabilitas vertikal adalah penaggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
otoritas yang lebih tinggi. Misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas)
kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR. Berlaku bagi setiap
tingkatan dalam organisasi internal penyelenggaraan negara termasuk
pemerintah. Dimana setiap pejabat atau petugas publik baik individu atau
kelompok secara hirarki berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan kepada
atasan langsungnya mengenai perkembangan kinerja atau hasil pelaksanaan
kegiatannya secara periodik maupun sewaktu-waktu bila dipandang perlu.
2. Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Melekat pada setiap lembaga negara sebagai satu organisasi
untuk mempertanggungjawabkan semua amanat yang telah diterima dan
dilaksanakan ataupun perkembangannya untuk dikomunikasikan kepada pihak
eksternal dan lingkungannya.

3. Dimensi Akuntabilitas Publik


Menurut Mahmudi dimensi akuntabilitas publik yang harus dipenuhi oleh
organisasi sektor publik antara lain:
1. Akuntabilitas hukum dan kejujuran (accountability for probity and legality),
2. Akuntabilitas manajerial (manajerial accountability),
3. Akuntabilitas program (programe accountability),
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability), dan
5. Akuntabilitas finansial (financial accountability).

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa akuntabilitas publik hendaknya


dipahami bukan sekedar akuntabilitas finansial saja, akan tetapi akuntabilitas
lainnya yaitu akuntabilitas kejujuran dan hukum, akuntabilitas manajerial,
akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan.

Lebih lanjut dimensi akuntabilitas publik tersebut dapat dijelaskan sebagai


berikut:
1. Akuntabilitas hukum dan kejujuran
Akuntabilitas hukum dan kejujuran adalah akuntabilitas lembaga-lembaga
publik untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan mentaati ketentuan hukum yang
berlaku. Akuntabilitas hukum berkaitan dengan kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan lain yang disyaratkan dalam menjalankan organisasi, sedangkan
akuntabilitas kejujuran berkaitan dengan penghindaran penyalahgunaan
jabatan (abuse of power), korupsi, dan kolusi.
2. Akuntabilitas manajerial
Akuntabilitas manajerial adalah pertanggungjawaban lembaga publik untuk
melakukan pengelolaan organisasi secara efisien dan efektif. Akuntabilitas
manajerial juga dapat diartikan sebagai akuntabilitas kinerja (performance
accountability) dan berkaitan pula dengan akuntabilitas proses (process
accountability).
3. Akuntabilitas program
Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah
mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal
dengan biaya yang minimal. Lembaga-lembaga publik harus
mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada pelaksanaan
program.
4. Akuntabilitas kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban lembaga publik
atas kebijakan-kebijakan yang diambil. Dalam membuat kebijakan harus
dipertimbangkan apa tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu diambil,
siapa sasarannya, pemangku kepentingan (stakeholder) mana yang akan
terpengaruh dan memperoleh manfaat dan dampak (negatif) atas kebijakan
tersebut.
5. Akuntabilitas finansial
Akuntabilitas finansial adalah pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik
untuk menggunakan uang publik (public money) secara ekonomi, efisien, dan
efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana serta korupsi. Akuntabilitas
finansial mengharuskan lembaga-lembaga publik untuk membuat laporan
keuangan untuk menggambarkan kinerja finansial organisasi kepada pihak luar.

2.2 Audit Sektor Publik Berdasarkan Standar Pemerikaan Keuangan Negara


Dalam pelaksananaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab
keuangan negara diperlukan suatu standar. Standar pemeriksaan keuangan negara
adalah amanat dari UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan. Standar Pemeriksaan diperlukan untuk menjaga
kredibilitas serta profesionalitas dalam pelaksanaan maupun pelaporan
pemeriksaan baik pemeriksaan keuangan, kinerja, serta pemeriksaan dengan
tujuan tertentu. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ditetapkan dengan
Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 yang berlaku sejak 7 Maret 2007.
SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap
entitas, program,kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. SPKN berlaku bagi BPK atau akuntan publik serta pihak
lain yang diberi amanat untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK. SPKN juga dapat menjadi
acuan bagi aparat pengawasan internal pemerintah maupun pihak lain dalam
penyusunan standar pengawasan sesuai kedudukan, tugas, dan fungsinya.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara memuat persyaratan profesional
pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan
yang profesional. Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada Standar
Pemeriksaan akan meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau
diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti
secara obyektif. Apabila pemeriksa melaksanakan pemeriksaan dengan cara ini
dan melaporkan hasilnya sesuai dengan Standar Pemeriksaan maka hasil
pemeriksaan tersebut akan dapat mendukung peningkatan mutu pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara serta pengambilan keputusan Penyelenggara
Negara. Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara juga
merupakan salah satu unsur penting dalam rangka terciptanya akuntabilitas
publik.

Tujuan SPKN adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan
organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.Pemeriksaan Pengeloaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik adalah bagian
dari reformasi bidang keuangan negara yang dimulai sejak tahun 2003. Pengertian
pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara mencakup akuntabilitas yang
harus diterapkan semua entitas oleh pihak yang melakukan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Akuntabilitas diperlukan untuk dapat
mengetahui pelaksanaan program yang dibiayai dengan keuangan negara, tingkat
kepatuhannya terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
serta untuk mengetahui tingkat kehematan, efisiensi, dan efektivitas dari program
tersebut.

Setiap pemeriksaan dimulai dengan penetapan tujuan dan penentuan jenis


pemeriksaan yang akan dilaksanakan serta standar yang harus diikuti oleh
pemeriksa. Jenis pemeriksaan yang diuraikan dalam SPKN meliputi: pemeriksaan
keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan
keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai
(reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia. Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas
pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan
efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.

Contoh tujuan pemeriksaan atas hasil dan efektivitas program serta


pemeriksaan atas ekonomi dan efisiensi adalah penilaian atas:

a. Sejauhmana tujuan peraturan perundang-undangan dan organisasi dapat


dicapai.
b. Kemungkinan alternatif lain yang dapat meningkatkan kinerja program
atau menghilangkan faktor-faktor yang menghambat efektivitas program.
c. Perbandingan antara biaya dan manfaat atau efektivitas biaya suatu
program.
d. Sejauhmana suatu program mencapai hasil yang diharapkan atau
menimbulkan dampak yang tidak diharapkan.
e. Sejauhmana program berduplikasi, bertumpang tindih, atau bertentangan
dengan program lain yang sejenis.
f. Sejauhmana entitas yang diperiksa telah mengikuti ketentuan pengadaan
yang sehat;
g. Validitas dan keandalan ukuran-ukuran hasil dan efektivitas program, atau
ekonomi dan efisiensi.
h. Keandalan, validitas, dan relevansi informasi keuangan yang berkaitan
dengan kinerja suatu program. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
bertujuan untuk memberikan simpulan atas suatu hal yang diperiksa.
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dapat bersifat: eksaminasi
(examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agreed-upon
procedures).

Dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, setiap


manajemen entitas yang berkaitan dengan keuangan negara memiliki tanggung
jawab sesuai kedudukan, fungsi, dan tugasnya.

Manajemen entitas yang diperiksa bertanggung jawab untuk:

a. Mengelola keuangan negara secara tertib, ekonomis, efisien, efektif,


transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
b. Menyusun dan menyelenggarakan pengendalian intern yang efektif
gunamenjamin:
1. pencapaian tujuan sebagaimana mestinya
2. keselamatan/keamanan kekayaan yang dikelola,
3. kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
4. perolehan dan pemeliharaan data/informasi yang handal, dan
pengungkapan data/informasi secara wajar.
c. Menyusun dan menyampaikan laporan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara secara tepat waktu.
d. Menindaklanjuti rekomendasi BPK, serta menciptakan dan memelihara
suatu proses untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi
dimaksud.
Pemeriksa juga memiliki tanggung jawab secara profesi dalam melaksanakan
dan melaporkan hasil pemeriksaan sebagaimana diatur dalam SPKN.

Pemeriksa harus memenuhi beberapa tanggung jawab sebagai berikut:

a. Pemeriksa secara profesional bertanggung jawab merencanakan dan


melaksanakan pemeriksaan untuk memenuhi tujuan pemeriksaan.
b. Pemeriksa harus mengambil keputusan yang konsisten dengan
kepentingan publik dalam melakukan pemeriksaan.
c. Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, pemeriksa
harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan
derajat integritas yang tertinggi.
d. Pelayanan dan kepercayaan publik harus lebih diutamakan di atas
kepentingan pribadi.
e. Pemeriksa harus obyektif dan bebas dari benturan kepentingan (conflict of
interest) dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya.
f. Pemeriksa bertanggung jawab untuk menggunakan pertimbangan
profesional dalam menetapkan lingkup dan metodologi, menentukan
pengujian dan prosedur yang akan dilaksanakan, melaksanakan
pemeriksaan, dan melaporkan hasilnya.
g. Pemeriksa bertanggung jawab untuk membantu manajemen dan para
pengguna laporan hasil pemeriksaan lainnya untuk memahami tanggung
jawab pemeriksa berdasarkan Standar Pemeriksaan dan cakupan
pemeriksaan yang ditentukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Organisasi pemeriksa juga memiliki tanggung jawab untuk meyakinkan bahwa:

a. Independensi dan obyektivitas dipertahankan dalam seluruh tahap


pemeriksaan.
b. Pertimbangan profesional (professional judgment) digunakan dalam
perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan hasil
pemeriksaan.
c. Pemeriksaan dilakukan oleh personil yang mempunyai kompetensi
profesional dan secara kolektif mempunyai keahlian dan pengetahuan
yang memadai.
d. Peer-review yang independen dilaksanakan secara periodik dan
menghasilkan suatu pernyataan, apakah sistem pengendalian mutu
organisasi pemeriksa tersebut dirancang dan memberikan keyakinan yang
memadai sesuai dengan Standar Pemeriksaan.

PSP 01 : STANDAR UMUM

Standar umum memberikan kerangka dasar untuk dapat menerapkan


standar pelaksanaan dan standar pelaporan secara efektif yang dijelaskan pada
pernyataan standar berikutnya. Dengan demikian, standar umum ini harus diikuti
oleh semua pemeriksa dan organisasi pemeriksa yang melakukan pemeriksaan
berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Beberapa standar umum yang termuat dalam PSP Nomor 01 sebagai berikut:

1. Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang


memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan.
2. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan,
organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan
penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat
mempengaruhi independensinya;
3. Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil
pemeriksaan, pemeriksawajib menggunakan kemahiran profesionalnya
secara cermat dan seksama;
4. Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan
SPKN harus memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai, dan
sistem pengendalian mutu tersebut harus direviu oleh pihak lain yang
kompeten (pengendalian mutu ekstern).
PSP 02 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEUANGAN

Untuk pemeriksaan keuangan, SPKN memberlakukan tiga pernyataan


standar pekerjaan lapangan SPAP yang ditetapkan IAI, berikut ini:

a. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan


tenaga asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
c. Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

SPKN juga memberikan standar pelaksanaan tambahan sebagai berikut:

a. Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan


sifat, saat, lingkup pengujian, pelaporan yang direncanakan, dan tingkat
keyakinan kepada manajemen entitas yang diperiksa dan atau pihak yang
meminta pemeriksaan.
b. Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnyaserta
tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan
tujuan pemeriksaan yang sedang dilaksanakan.
c. (1) Pemeriksa harus merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan
yang memadai guna mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh
ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan.
Jika informasi tertentu menjadi perhatian pemeriksa, diantaranya informasi
tersebut memberikan bukti yang berkaitan dengan penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh material tetapi
tidak langsung berpengaruh terhadap kewajaran penyajian laporan
keuangan, pemeriksa harus menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan
untuk memastikan bahwa penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan telah atau akan terjadi.
(2) Pemeriksa harus waspada pada kemungkinan adanya situasi dan/atau
peristiwa yang merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan
dan apabila timbul indikasi tersebut serta berpengaruh signifikan terhadap
kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus menerapkan
prosedur pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa kecurangan
dan/atau ketidakpatutan telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap
kewajaran penyajian laporan keuangan.
d. Pemeriksa harus merencanakan dan melaksanakan prosedur pemeriksaan
untuk mengembangkan unsur-unsur temuan pemeriksaan.
e. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi
pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi
pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan,
danpelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman, tetapi tidak mempunyai
hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa
dokumentasi pemeriksaan tersebut dapat menjadibukti yang mendukung
pertimbangan dan simpulan pemeriksa. Dokumentasi pemeriksaan harus
mendukung opini, temuan,simpulan dan rekomendasi pemeriksaan.

PSP 03 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN KEUANGAN

Untuk pemeriksaan keuangan, SPKN memberlakukan empat standar


pelaporan SPAP yang ditetapkan IAI berikut ini:

a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai


dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau prinsip
akuntansi yang lain yang berlaku secara komprehensif (PSAP).
b. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam
periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan maka alasannya harus Standar Pelaporan Pemeriksaan
Keuangan dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai
sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul auditor.

SPKN juga memberikan standar pelaporan tambahan sebagai berikut:

a. Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan


dilakukan sesuai dengan SPKN.
b. Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan
bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan
material terhadap penyajian laporan keuangan.
c. Laporan atas pengendalian intern harus mengungkapkan kelemahan dalam
pengendalian intern atas pelaporan keuangan yang dianggap sebagai
kondisi yang dapat dilaporkan.
d. Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam
pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari
pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa
mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang
direncanakan.
e. Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam
laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus
mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak
dilaporkannya informasi tersebut.
f. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas
yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur
entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan
tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi
wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PSP 04 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA

Untuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja, SPKN memberikan beberapa


standar sebagai berikut:

a. Pekerjaan harus direncanakan secara memadai.


b. Staf harus disupervisi dengan baik.
c. Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi
dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa.
d. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan
dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan
harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang
berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan
tersebut dapat memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut dapat
menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi
pemeriksa.

PSP 05 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN KINERJA

Untuk pelaporan pemeriksaan kinerja, SPKN memberikan beberapa


standar sebagai berikut:

a. Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk


mengkomunikasikan setiap hasil pemeriksaan.
b. Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup:
i. pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan SPKN
ii. Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan
iii. Hasil pemeriksaan berupa temuan pemeriksaan, simpulan, dan
rekomendasi
iv. Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil
pemeriksaan
v. Pelaporan informasi rahasia apabila ada
vi. Pernyataan bahwa Pemeriksaan Dilakukan Sesuai dengan SPKN
c. Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif,
meyakinkan, serta jelas, dan seringkas mungkin.
d. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas
yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur
entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan
tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi
wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PSP 06 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DENGAN


TUJUAN TERTENTU

Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, SPKN memberlakukan dua


pernyataan standar pekerjaan lapangan perikatan/penugasan atestasi SPAP yang
ditetapkan IAI berikut ini:

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten


harus disupervisi dengan semestinya.
b. Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional bagi
simpulan yang dinyatakan dalam laporan.

SPKN juga memberi standar pelaksanaan tambahan sebagai berikut:

a. Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan


sifat, saat, dan lingkup pengujian serta pelaporan yang direncanakan atas
hal yang akan dilakukan pemeriksaan, kepadamanajemen entitas yang
diperiksa dan atau pihak yang meminta pemeriksaan.
b. Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta
tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan hal
yang diperiksa.
c. Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam bentuk
eksaminasi dan merancang prosedur untuk mencapai tujuan pemeriksaan,
pemeriksa harus memperoleh pemahaman yang memadai tentang
pengendalian intern yang sifatnya material terhadap hal yang diperiksa.
d. (1)Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam
bentuk eksaminasi, pemeriksa harus merancang pemeriksaan dengan
tujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi
kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-
undangan yang dapat berdampak material terhadap hal yang diperiksa.
(2)Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam
bentuk reviu atau prosedur yang disepakati, pemeriksa harus waspada
terhadap situasi atau peristiwa yang mungkin merupakan indikasi
kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-
undangan. Apabila ditemukan indikasikecurangan dan/atau penyimpangan
dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang secara material
mempengaruhi hal yang diperiksa, pemeriksa harus menerapkan prosedur
tambahan untuk memastikan bahwa kecurangan dan/atau penyimpangan
tersebut telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap halyang
diperiksa.
(3)Pemeriksa harus waspada terhadap situasi dan/atau peristiwa yang
mungkin merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan, dan
apabila ditemukan indikasi tersebut serta berpengaruh signifikan terhadap
pemeriksaan, pemeriksa harus menerapkan prosedur tambahan untuk
memastikan bahwa kecurangan dan/atau ketidakpatutan tersebut telah
terjadi dan menentukan dampaknya terhadap hasil pemeriksaan.
e. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi
pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi
pemeriksaan yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan
pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan
pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumentasi pemeriksaan
tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung pertimbangan dan simpulan
pemeriksa.

PSP 07 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN


TERTENTU

Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, SPKN memberlakukan empat


pernyataan standar pelaporan perikatan/penugasan atestasi dalam SPAP yang
ditetapkan IAI sebagai berikut:

a. Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat


perikatan atestasi yang bersangkutan.
b. Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi
disajikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang
dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur.
c. Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan
tentang perikatan dan penyajian asersi.
d. Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun
berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan suatu perikatan
untuk melaksanakan prosedur yang disepakati harus berisi suatu
pernyataan tentang keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihak-
pihak yang menyepakati kriteria atau prosedur tersebut.
SPKN juga memberikan standar pelaporan tambahan sebagai berikut:
a. Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan
dilakukan sesuai dengan SPKN.
b. Laporan Hasil Pemeriksaan dengan tujuan tertentu harus mengungkapkan:
i. kelemahan pengendalian internal yang berkaitan dengan hal
yang diperiksa.
ii. kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangantermasuk pengungkapan atas penyimpangan
administrasi, pelanggaran atas perikatan perdata, maupun
penyimpangan yang mengandung unsur tindak pidana yang
terkait dengan hal yang diperiksa.
iii. ketidakpatutan yang material terhadap hal yang diperiksa.
c. Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam
pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari
pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa
mengenai temuan dan simpulan serta tindakan koreksi yang direncanakan.
d. Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam
laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus
mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak
dilaporkannya informasi tersebut.
e. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas
yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur
entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan
tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi
wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan tulisan di atas maka saya mengambil kesimpulan bahwa, audit
terhadap sektor publik sangat dibutuhkan karena instansi pemerintah rentan akan
permasalahan korupsi, kolusi, serta rendahnya tingkat efisiensi dan efektivitas
yang mampu ditunjukkan oleh pemerintah. Audit terhadap sektor publik harus
memiliki standar yang jelas dan tegas agar dipatuhi oleh instansi pemerintah.
Pengawasan pelaksanaan terhadap audit sektor publik harus lebih ditingkatkan
untuk memperoleh perbaikan dalam kualitas audit terhadap sektor publik dan hal
ini tentu meningkatkan kualitas pelaporan keuangan pemerintah yang lebih
bertanggungjawab.

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. Hoesada, jan. 2009. Bunga Rampai auditing. Jakarta: salemba
Empat

Tjitrosidojo, Soemardjo. 1980. Peranan Audit Sektor Publik. Jakarta: Salemba


Empat.

Rai, I Gusti, Agung. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Jakarta: Salemba
Empat

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

UU No 15. 2004. Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan


Negara

Audit Sektor Publik Terhadap Akuntabilitas Pemerintah


Daerah. http://blog.re.or.id/management-audit-sektor-publik.htm (diakses tanggal
29 mei 2012).

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standara


Apemeriksaan Keuangan Negara.

Anda mungkin juga menyukai