PENDAHULUAN
Nabi saw adalah teladan yang senantiasa dicontoh oleh para sahabat. Setiap
perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi saw. menjadi referensi kehidupan sahabat.
Oleh sebab itu, tidak mengherankan kalau hampir setiap gerak-gerik Nabi saw
diketahui dan diriwayatkan oleh para sahabat. Dengan demikian, bagi mereka
Nabi saw adalah sumber ilmu pengetahuan. Dan pada proses selanjutnya, setiap
perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi saw disebut dengan hadits. Sebagaimana
dalam pengertian hadits sebagai berikut; Hadis adalah segala sesuatu yang datang
dari Rasul saw, baik yang berupa sabda, perbuatan, ataupun taqrir. 1Selain sebagai
sumber ilmu pengetahuan hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah
Al-Qur’an.
Pada saat Rasullah masih berada disisi para sahabat, setiap permasalahan
sahabat dalam segala urusan. Namun ketika Rasulullah telah wafat, ini adalah
Islam menjadi tanggung jawab para sahabat dan generasi setelahnya. Sebagai
orang yang pernah hidup semasa dan bertemu Rasulullah, para sahabat
mengemban amanah yang demikian berat untuk menjaga syari’at Islam. Dalam
hal ini yang menjadi titik tolaknya adalah keterpeliharaan Al-Qur’an dan Al-
1
Muhammad ‘Ajjâj Al-Khathîb, Ushûl al-Hadîts: Pokok-pokok Ilmu Hadits. Terjemahan oleh H.M Qodirun
Nur dan Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998), hlm.7
1
Hadits. Eksistensi Al-Qur’an pada masa itu, mungkin tidak demikian menjadi
masalah karena telah dibukukan semasa hidup Rasulullah dan telah banyak
sahabat yang menghafalnya. Berbeda dengan hadits, yang belum dibukukan dan
masih dalam hafalan sahabat saja. Para sahabat tidak merasa urgen untuk
mencatat hadits, karena pada masa sahabat hadits menjadi bahasa komunikasi dan
2.
1.3. TUJUAN
Dari rumusan masalah yang telah penyusun cantumkan di atas, tujuan dari
2.
2
BAB II
PEMBAHASAN
menempati urutan kedua dalam hukum Islam. Hal ini terlihat dalam firman Allah
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S An-Nisaa: 59)
“Aku meninggalkan kepada kalian dua hal, jika kamu berpegang kepadanya,
kamu tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah dan sunnah nabi-Nya.”2
Para sahabat berpegang teguh dengan wasiat Rasul Saw. tersebut. Yang
sebagai way of life. Ini berarti para sahabat mengamalkan perintah yang terdapat
di dalamnya dan menjauhi larangannya. Berpegang pada sunnah Nabi Saw. berarti
mengurus perjuangan spritual menegakkan syari’at Islam. Pada awalnya dua hal
2
Malik bin Anas, al-Muwaththa’, (Istambul, Turki: Dar al-Sahnun, 1990), hlm.899 dikutib oleh
Muhammad ‘Ajjâj Al-Khathîb dalam bukunya Ushûl al-Hadîts: Pokok-pokok Ilmu Hadits,72
3
ini adalah satu seperti dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Setelah Abu
Bakar, estafet kepemimpinan dilanjutkan secara bergantian oleh Umar bin al-
Khat-tab, Usman bin Affan, dan ‘Ali bin Abi Thalib. Sunnah di dalam
adalah orang yang mendapat hukum haram, sedangkan bagi orang yang menjaga
setiap amalnya dengan Al-Qur’an dan Sunnah maka ia merupakan orang yang
Khathab, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib), sehingga masa ini dikenal
Riwayah yaitu periode membatasi hadits dan menyedikitkan riwayat. Hal ini
disebabkan karena para sahabat pada masa ini masih terfokus kepada penyebaran
berkembang. Bahkan mereka berusaha untuk bersikap hati - hati dan membatasi
4
Mohammad Nor Ichwan, Studi Ilmu Hadist (Semarang:Rasail Media Group,2007), hlm.79
4
Hal itu disebabkan karena mereka khawatir terjadinya kekeliruan dan
kebohongan atas nama Rasul SAW, karena hadits adalah sumber ajaran setelah Al-
Qur’an.5
1. Memelihara amanah rasul
Para sahabat, sebagai generasi pertama yang menerima amanah terbesar
"[2]" صلى ا عليه وسلم, كتاب ا وسنة نبيه:تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما تمسكتم بهما
Artinya: “Aku meninggalkan kepada kalian dua hal, jika kamu berpegang
kepadanya, kamu tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah dan sunnah nabi-
Nya.”
Barang siapa yang selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an dan hadis
tidak berpegang teguh pada keduanya atau hanya salah satunya, merupakan
resmi. Hal ini dikarenakan adanya larangan menulis hadits dari Rasulullah
ل تكقبو اعننيّ سيئا غيرالقران فمن كتب عننيّ سيئا غير القران فليمح
“Jangan menulis apa-apa selain Al-Qur’an dari saya, barang siapa yang
5
Khusniati Rofiah, Studi Ilmu Hadist (Ponorogo:STAIN PO Press,2010), hlm 71
5
Namun disamping itu, ada hadits yang membolehkan dalam penulisannya
yaitu :
اكتب عننيّ فو الذى نفس بيد ه ما خرج من فمن الالح
“Tulislah dari saya, demi Dzat yang diriku didalam kekuasaan-Nya, tidak
agar hadits tidak tercampur dengan Al-Qur’an. Tetapi setelah itu jumlah
kaum muslimin semakin banyak dan telah banyak yang mengenal Al-
bersifat khusus bagi orang yang memiliki keahlian tulis menulis. Hingga
salah
3. Larangan menulis hadits ditujukan pada orang yang kuat hafalannya dari
itu, para sahabat khususnya khulafa Al-Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman,
6
Ali) dan sahabat lainnya, seperti Zubair, Ibn Abbas dan Abu Ubaidah
1971: 92-93).
dua jalan, yaitu : Metode periwayatan seara lafzi dan Periwayatan secara
maknawi.
redaksinya atau matannya sama persis seperti apa yang dituturkan oleh
Rasul SAW.
redaksinya tidak sama persis seperti yang dituturkan oleh Rasul SAW.
dengan sangat hati - hati. Sikap ketat dan kehati - hatian Abu Bakar
7
mengherankan jika jumlah hadits yang diriwayatkannya juga tidak
banyak.
Selain sebab - sebab di atas, menurut Suhudi Ismail, setidaknya ada tiga
hadits, yaitu (1) dia selalu dalam keadaan sibuk ketika menjabat sebagai
khalifah; (2) kebutuhan akan hadits tidak sebanyak pada sesudahnya; dan
singkat.
Hal ini memang dapat dipahami, karena memang pada masa itu,
dikhawatirkan umat Islam yang baru memeluk Islam saat itu tidak bisa
karena dari catatan tersebut tidak dapat diketahui mana yang haq dan
mana yang bathil, demikian pula dengan pencatat ilmu juga dilarang.
8
banyak dilakukan oleh umat Islam. Tentu dalam periwayatan tersebut
Pada masa Usman Ibn Affan, periwayatan hadits dilakukan dengan cara
yang sama dengan dua khalifah sebelumnya. Hanya saja, usaha yang
dilakukan oleh Utsman Ibn Affan ini tidaklah setegas yang dilakukan
ini, kegiatan umat Islam dalam periwayatan hadist telah lebih banyak
Utsman yang tidak sekeras pribadi Umar, juga karena wilayah Islam
Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam meriwayatkan hadits tidak jauh
berbeda dengan para khalifah pendahulunya. Artinya, Ali dalam hal ini
9
atsar yang menyatakan bahwa Ali r.a tidak menerima hadits sebelum
bersumpah.
Ali bin Abi Thalib sendiri cukup banyak meriwayatkan hadits Nabi.
tentang: [1] hukuman denda (diyat); [2] pembebasan orang Islam yang
ditawan oleh orang kafir; dan [3] larangan melakukan hukum (qishash)
Ahmad, Ali bin Abi Thalib merupakan periwayat hadist yang terbanyak
usman bin affan dan ali bin abi thalib mulai banyak tuntutan untuk
penyebaran islas ke wilayah yang lebih luas . untuk itu usman dan ali
Sahabat yang terbanyak meriwayatkan hadits dari Rasul ada tujuh orang,
yaitu.
6
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadist (Semarang: Pustaka Rizki
Putra,1999), hlm.47
10
1. Abu Hurairah, Abdurrahman bin Sakhr Al-Dausi Al-Yamani. Lahir tahun
hadits ialah Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Abu Hurairah, Aisyah, Ibn
sahabat ini sejumlah sahabat besar antara lain Abdullah bin Abbas.
3. Kufah. Di Kufah datang seorang sahabat Rasul pada masa kekhalifahan
Umar, tatkala Irak terbuka bagi kaum muslimin. Di Kufah ini ada tiga
ratus sahabat yang pernah berbaiat di bawah pohon, tujuh puluh ahli
badar, dan yang paling terkenal ialah Ali bin Abi Thalib, Sa’ad bin Abi
Waqas, Sa’id bin Zaid bin Amr bin Naufal, Abdullah bin Mas’ud, dan
lain-lain.
4. Bashrah. Para sahabat yang tinggal di kota ini aalah Anas bin Malik,
Imam dalam bidang hadits, Abu Musa Al-Asy’ari, Abullah bin Abbas,
11
Utbah bin Ghazwan, ‘Imran bin Husain Abu Bazrah Al-Aslamy, dan lain-
lain.
5. Syam (Syria). Diantara sahabat-sahabat yang tinggal di negeri-negeri
Syam adalah Abu ‘Ubaiah bin Al-Jarrah, Bilal bin Rabah, Syurahil bin
Hasanah, Khalid bin Walid, ‘Iyadh bin Ghanm, Al-Fadhl bin Al-Abbas
bin Abdul Muthalib, ‘Auf bin Malik Al-Asyja’iy, Al-Arbdh bin Sariyah,
dan lain-lain.
6. Mesir. Dikalangan sahabat yang tinggal di Mesir adalah ‘Uqbah bin Amir
Al-Juhaniy, Kharijah bin Huzaifah, Abdullah bin Sa’ bin Abi Sarah,
Pada dasarnya periwayatan yang dilakukan kalangan tabi’in tidak berbeda dengan
yang dilakukan para sahabat. Hanya saja persoalan yang dihadapi mereka agak
berbeda yang dihadapi para sahabat. Karena, pada masa ini Al Qur’an sudah
dikumpulkan dalam satu mushaf. Sebab usah yang taelah dirintis oleh paara
para sahabat ahli hadiast menyebar keberapa wilayah kekuasaan Islam. Kepeda
merekalah para tabi’in mempelajari hadits.7 pada masa ini periwayatan hadis msih
tempat tujuan para tabi’in dalam mencari hadits. Kota - kota tersebut ialah
Mesir, Magrib dan Andalas, Yaman dan Khurasan. Dari sejumlah para sahabat
pembina hadits pada kota - kota tersebut, ada beberapa orang yang tercatat
7
Suparta, Munzier, Ilmu Hadist, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2008), hlm.85
12
meriwayatkan hadist cukup banyak, antara lain: Abu Hurairah, Abdullah bin
Umar, Anas bin Malik, Aisyah, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdillah dan
diantaranya:
1) Madinah
2) Makkah
8
Mohammad Nor Ichwan, Ilmu Hadist, (Semarang:Rasail Media,2007), hlm.87
13
a) Ikrimah
c) Abu Zubair
3) Kufah
a) Ibrahim an-Nakha’i
b) Alqamah
4) Basrah
b) Qatadah
5) Syam
6) Mesir
7) Yaman
Pergolakan ini sebenarnya terjadi pada masa sahabat, setelah terjadinya perang
Jamal dan perang Sifin, yaitu ketika kekuasaan dipegang oleh Ali bin Abi Thalib
akan tetapi akibatnya cukup panjang dan berlarut- larut dengan terpecahnya umat
Langsung atau tidak, dari pergolakan politik seperti diatas, cukup memberikan
14
palsu (maudhu’) untuk mendukung kepentingan politiknya masing – masing
yang bersifat positif adalah lahirnya rencana dan usaha yang mendorong
15
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
sunnah. Para sahabat berpegang teguh dengan wasiat Rasul Saw. tersebut. Yang
Selain sebagai seorang yang cinta kepada Nabi saw, para sahabat dan tabi’in
juga sebagai pecinta hadits-hadits Nabi saw. Untuk itulah mereka demikian
antusias dan merasa bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan sumber
ilmu dan hukum Islam kedua tersebut. Diantaranya dengan cara : taqlil ar-
riwayah, tsubutu ar-riwayah dan Man’u Ar-Ruwat Min At-Tahdits Bima Ya’lu
kesalahpahaman)
yang sangat jelas atas semangat ilmiah yang menggelora dikalangan sahabat
meghafal setiap hadits yang diperoleh dan mendasari setiap amal dengan hukum-
hukumnya. Semua itu mereka tempuh dalam rangka mengetahui kebenaran dan
kawasan Islam dengan jerih payah sahabat dan tabi’in utamanya yang berada di
16
DAFTAR PUSTAKA
17