Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT,karena berkat Rahmat dan Hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas membuat makalah ini dengan tema KOMUNIKASI
INTRAPERSONAL
Salawat dan salam kami curahkan kepada junjungan umat islam sedunia yakni Nabi
Muhammad SAW,yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang seperti yang sama-sama kita rasakan pada saat sekarang ini.
Meskipun kami sudah berusaha semaksimal mungkin, penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan terdapat banyak kekurangan. Untuk kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun semangat penulis.
Dalam menulis makalah ini,banyak pihak yang telah membantu dan memberikan
semangat kepada kami.Untuk itu kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas
semangat yang telah diberikan.

1
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar ....................................................................................................................1.


2. Daftar Isi .............................................................................................................................2.
3. BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .........................................................................................................3.
1.2 Rumusan masalah ...................................................................................................4.
1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................................4.
1.4 Sistematika penulisan..............................................................................................4.
4. BAB II PEMBAHASAN
a. Defenisi Komunikasi Intrapersonal ........................................................................5.
b. Bentuk-bentuk Komunikasi Intrapersonal ..............................................................5.
c. Proses Komunikasi Intrapersonal ...........................................................................5.
1. Sensasi .....................................................................................................6.
2. Persepsi ....................................................................................................6.
3. Memori ..................................................................................................10.
4. Berfikir ..................................................................................................12.
5. BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan ...........................................................................................................16.
b. Saran .....................................................................................................................16.
6. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................17.

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia
lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang
terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi
Pengertian komunikasi dapat kita pahami dalam tiga konseptualisasi yang berbeda.
Pertama, komunikasi yang dipahami sebagai tindakan satu arah yang berjalan linear dari
komunikator kepada komunikan. Pengertian ini sesuai dalam beberapa kasus, seperti pidato
dan komunikasi massa yang tidak melibatkan secara aktif pembaca atau pemirsanya, namun
tidak sesuai untuk berkomunikasi interaktif. Kedua, komunikasi dipahami sebagai kegiatan
interaktif yang melibatkan kedua belah ihak secara aktif. Jika yang satu berfungsi sebagai
pemberi pesan, yang lain berfungsi sebagai penerima pesan. Demikian pula sebaliknya secara
bergantian. Namun konseptualisasi yang kedua inipun tidak lepas dari kelemahan karena
mengabaikan kemungkinan bahwa orang yang sama dapat berfungsi sebagai pemberi dan
penerima pesan pada saat yang sama. Ketiga, komunikasi dipahami sebagai kegiatan
transaksional yang dalam konteks ini berarti bahwa pihak-pihak yang terlibat komunikasi
berada dalam kondisi interdependen. Dalam pengertian ketiga ini, komunikasi tidak hanya
terbatas dalam komunikasi verbal tapi juga mencakup komunikasi nonverbal misalnya
ekspresi wajah.
Pada saat ini kajian Ilmu Komunikasi mengenai komunikasi intrapersonal, belum
banyak dilakukan oleh para ahli. Padahal komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi
yang unik, karena peroses komunikasinya berbeda dengan proses komunikasi yang terjadi
biasanya. Komunikasi intrapersonal ini proses terjadinya tidak melalui komunikasi yang
dilakukan dengan dua orang, melainkan terjadina di dalam diri manusia itu sendiri (within
the person) dan para ahli sepakat bahwasanya komunikasi intrapersonal merupakan dasar
dari seluruh bentuk komunikaai dan memegang peranan penting dalam proses komunikasi
antarpribadi

3
1.2 RumusanMasalah
Rumusan penulis yang telah kami jelaskan diatas maka dapat diambil beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Defenisi Komunikasi Intrapersonal
2. Bentuk-bentuk Komunikasi Intrapersonal
3. Proses Komunikasi Intrapersonal
1.3 Tujuan Penulisan
Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu Komunikasi Intrapersonal ,selain itu tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi
agar terciptanya tujuan pembelajaran yang baik.
1.4 Sistematika Penulisan
Untuk menjelaskan dari uraian uraian dari rumusan masalah, makalah ini ditulis
dengan sistematika penulisan yang meliputi pendahuluan, isi, atau pembahasan dan penutup/
kesimpulan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Komunikasi Intrapersonal


Jika menurut Webster New Collogiate Dictionary komunikasi adalah “suatu
proses pertukaran informasi di antara individu melalui system lambang-lambang, tanda
atau tingkah laku”
Maka Komunikasi Intrapersonal (Intrapersonal Communication) adalah
komunikasi dengan diri sendiri. Kita terlibat dalam percakapan dengan diri sendiri untuk
merencanakan hidup kita, untuk melatih berbagai cara bertindak, dan mendorong diri
sendiri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Mungkin anda bertanya tanya
apakah komunikasi intrapersonal adalah hanya sekedar jargon (kata-kata teknis yang
digunakan secara terbatas) untuk istilah berfikir. Di satu sisi, ya. Komunikasi
intrapersonal adalah proses kognitif yang berlangsung dalam diri kita. Buku Donna
Vocate (1994) yang berjudul Intrapersonal Communication, dimana sepenuhnya
dicurahkan untuk komunikasi intrapersonal yang merefleksikan pentingnya bidang studi
dan pengajaran ini.
2. Bentuk Bentuk Komunikasi Intrapersonal
 Melamun / merenung
 Bermimpi, terutama jenis mimpi yang dinamakan “lucid dream”
 Berbicara sendiri atau membaca suartu tulisan dengan suara kelas
 Menulis ( mengarang )
 Membuat gerakan gerakan ketika sedang berpikir
 Sanse making, contohnya : menafsirkan peta, gambar, symbol.
 Penafsiran kominikasi non-verbal
3. Proses Komunikasi Intrapersonal
komunikasi intrapersonal, seorang komunikator (encoder) melakukan proses
komunikasi intrapersonal dengan menggunakan seluruh energi yang dimilikinya agar
pesan yang akan disampaikan kepada komunikan (decoder) dapat diterima dengan jelas,
dan komunikan pun dapat melakukan umpan balik (feedback) terhadap pesan tersebut.
Adapun proses komunikasi intrapersonal adalah sebagai berikut:

5
SENSASI PERSEPSI MEMORY BERFIKIR

1. Sensasi
Sensasi berasal dari kata “sense” artinya, alat pengindraan yang menghubungkan
organisme dengan lingkungannya. Menurut B. Wolman, sensasi adalah pengalaman
elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau
konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.
Fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting.
Melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya,
memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan
dunianya.
Psikologi menyebutkan sembilan alat indera yang digunakan oleh manusia:
penglihatan, pendengaran, kinestesis, vestibular, perabaan, temperatur, rasa sakit,
perasa, dan penciuman. Sumber informasi bisa berasal dari dunia luar (eksternal),
atau dari dalam diri sendiri (internal). Informasi dari luar diindera oleh eksteroseptor,
sedangkah informasi dari dalam diindera oleh interoseptor. Selain itu, gerakan tubuh
kita sendiri diindera oleh proprioseptor.Semua yang menyentuh alat indera baik dari
dalam ataupun dari luar disebut stimuli. Batas minimal intensitas stimuli disebut
ambang mutlak (absolut threshold).
Ketajaman sensasi juga ditentukan oleh faktor-faktor personal. Perbedaan sensasi
dapat disebabkan oleh perbedaan pengalaman atau lingkungan budaya, disamping
kapasitas alat indera yang berbeda
2. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi
ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Sensasi adalah
bagina dari persepsi. Meskipun begitu, menafsirkan makna inderawi tidak hanya
melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. (Desiderato,
1976:129)

6
Seperti juga sensasi, persepsi juga ditentukan oleh faktor personal dan faktor
situasional. David Krech dan Richard S Crutchfield menyebutnya faktor fungsional
dan faktor struktural. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi persepsi antara lain
adalah perhatian.
Perhatian
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi
menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah (Kenneth Anderson,
1972:46). Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan
personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang
bersifat eksternal atau menarik perhatian (attention getter). Sebuah stimuli
diperhatikan karena memiliki sifat-sifat yang menonjol, antara lain:
a. Gerakan
Manusia secara visual lebih tertarik pada objek-objek yang bergerak.
b. Intensitas stimuli
Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol daripada stimuli
yang lainnya.
c. Kebaruan (Novelty)
Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian.
d. Perulangan
Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan
menarik perhatian.

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perhatian seseorang terhadap sebuah


sebuah stimuli antara lain:

a. Faktor-faktor biologis
b. Faktor-faktor sosiopsikologis
c. Motif sosiogenis, sikap, kebiasaan, dan kemauan

7
Faktor-faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain
yang termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan
persepsi bukanlah jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang
memberikan respons pada stimuli itu. Dari sini, Krech dan Crutchfield merumuskan
dalil persepsi yang pertama: persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini
berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-
objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

Secara hipnotis, diciptakan tiga macam suasana emosional: suasana bahagia,


suasana kritis, dan suasana gelisah.

Kerangka Rujukan (Frame of Reference)

Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim disebut sebagai


kerangka rujukan. Wever dan Zener menunjukkan bahwa penilaian terhadap objek
dalam hal beratnya bergantung pada rangkaian objek yang dinilainya. Kerangka
rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang
diterimanya. Menurut McDavid dan Harari (1968:140), para psikolog menganggap
konsep kerangka rujukan amat berguna untuk menganalisa interpretasi perseptual dari
peristiwa yang dialami.

Faktor-faktor Struktural yang Menentukan Persepsi

Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek
saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Menurut teori Gestalt, bila kita
mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak
melihat bagianbagiannya, lalu menghimpunnya.

Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield melahirkan dalil persepsi yang kedua:
medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita
mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita

8
terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten
dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.

Dalam hubungannya dengan konteks, Krech dan Crutchfield menyebutkan dalil


persepsi yang ketiga: sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan
pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika
individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan
dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek
yang berupa asimilasi atau kontras. Asimilasi terjadi jika sifat-sifat kelompok
menonjolkan atau melemahkan diri individu. Sedangkan kontras terjadi bila kita
melihat sifat-sifar objek persepsi kita bertolak belakang dengan sifat-sifat
kelompoknya.

Karena manusia selalu memandang stimuli dalam konteksnya, dalam strukturnya,


maka ia pun akan mencoba mencari struktur pada rangkaian stimuli. Sturktur ini
diperoleh dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kedekatan atau persamaan.
Prinsip kedekatan menyatakan bahwa stimuli yang berdekatan satu sama lain akan
dianggap satu kelompok.

Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield menyebutkan dalil persepsi yang keempat:
objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu
sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama.

Pada persepsi sosial, pengelompokkan tidak murni struktural, sebab apa yang
dianggap sama atau berdekatan oleh seorang individu tidaklah dianggap sama atau
berdekatan oleh individu yang lain. Kebudayaan juga berperan dalam melihat
kesamaan. Pengelompokkan kultural erat kaitannya denga label; dan yang kita beri
label yang sama cenderung dipersepsi sama.

Jadi, kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimuli ditanggapi sebagai
bagian dari struktur yang sama. Sering terjadi hal-hal yang berdekatan juga dianggap
berkaitan atau mempunyai hubungan sebab akibat. Menurut Krech dan Crutchfield,

9
kecenderungan untuk mengelompokkan stimuli berdasarkan kesamaan dan kedekatan
adalah hal yang universal

3. Memori
Memori Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting
dalam mempengaruhi baik persepsi (dengan menyediakan kerangka rujukan) maupun
berpikir. Mempelajari memori membawa kita pada psikologi kognitif, terutama pada
model manusia sebagai pengolah informasi.
Menurut Schlessinger dan Groves, memori adalah sistem yang sangat berstruktur,
yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan
menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Menurut John
Griffith, kapasitas memori manusia adalah sebesar seratus triliun bit.
Memori melewati tiga proses: perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan.
1. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit
saraf internal.
2. Penyimpanan (storage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta
kita, dalam bentuk apa, dan dimana.
3. Penyimpanan bisa aktif atau pasif. Kita menyimpan secara aktif bila kita
menambahkan informasi tambahan. Kita mengisi informasi yang tidak lengkap
dengan kesimpulan kita sendiri. Sedangkan penyimpanan pasif adalah tidak adanya
penambahan informasi.

Jenis-jenis Memori

Kita tidak menyadari pekerjaan memori pada dua tahap pertama. Kita hanya
mengetahui memori pada tahap ketiga: pemanggilan kembali. Pemanggilan diketahui
dengan empat cara:

a. Pengingatan (Recall)
b. Pengenalan (Recognition)
c. Belajar lagi (Relearning)
d. Redintegrasi (Redintegration)

10
Mekanisme Memori

Ada tiga teori yang menjelaskan memori: teori aus, teori interferensi, dan teori
pengolahan informasi.

Teori Aus (Disuse Theory)

Menurut teori ini, memori hilang atau memudar karena waktu. Seperti otot,
memori kita baru kuat bila dilatih terus menerus. Namun menurut Hunt, makin sering
mengingat, makin jelek kemampuan mengingat. Dimana tidak selamanya waktu dapat
mengauskan memori.

Teori Interferensi (Interference Theory)

Menurut teori ini, memori diibaratkan seperti meja lilin atau kanvas. Dimana
sesuatu yang sudah kita ingat, jika ditambah dengan ingatan yang lain, akan
mengaburkan ingatan yang pertama. Ini disebut interferensi.

Teori Pengolahan Informasi (Information Processing Theory)

Teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage
(gudang inderawi), kemudian masuk short-term-memory (STM) lalu dilupakan atau
dikoding untuk dimasukkan ke dalam long-term-memory (LTM). Otak manusia
dianalogikan dengan komputer.

Terdapat dua macam memori: memori ikonis untuk materi yang kita peroleh
secara visual, dan memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif (melalui
pendengaran). Penyimpanan disini berlangsung cepat, hanya berlangsung sepersepuluh
sampai seperempat detik.

Supaya dapat diingat, informasi harus dapat disandi (encoded) dan masuk pada
STM. STM hanya mampu mengingat tujuh (plus atau minus dua) bit informasi. Jumlah
bit informasi disebut rentangan memori (memori span). Untuk meningkatkan kemampuan

11
STM, para psikolog menganjurkan kita untuk mengelompokkan informasi; kelompoknya
disebut chunk.

Bila informasi dapat dipertahankan pada STM, ia akan masuk pada LTM. Inilah
yang umumnya disebut sebagai ingatan. LTM meliputi periode penyimpanan informasi
sejak semenit sampai seumur hidup. Kita dapat memasukkan informasi dari STM ke
LTM dengan chunking, rehearsals, clustering, atau method of loci.

4. Berpikir
Proses keempat yang mempengaruhi penafsiran terhadap stimuli adalah berpikir.
Dalam berpikir kita melibatkan semua proses antara lain sensasi, persepsi, dan
memori. Menurut Floyd L. Ruch, berpikir merupakan manipulasi atau organisasi
unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu
langsung melakukan kegiatan yang tampak. Jadi, berpikir menunjukkan berbagai
kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek
dan peristiwa.
Berpikir melibatkan penggunaan lambang, visual atu grafis. Berpikir kita lakukan
untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making),
memecahkan persoalan (problem solving), dan menghasilkan yang baru (creativity).
Memahami realitas berarti menarik kesimpulan, meneliti berbagai kemungkinan,
penjelasan dari realitas eksternal dan internal. Secara singkat, Anita Taylor
mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan.
Ada dua macam berpikir: berpikir autistik dan berpikir realistik. Dengan berpikir
autistik orang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar-
gambar fantastis. Berpikir realistik, disebut juga nalar (reasoning) adalah berpikir
dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Floyd L. Ruch menyebut tiga
macam berpikir realistik: deduktif, induktif, dan evaluatif.
Berpikir deduktif adalah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan; yang
pertama merupakan pernyataan umum. Dalam berpikir deduktif, kita mulai dari hal-
hal umum pada hal-hal yang khusus. Berpikir induktif sebaliknya, dimulai dari hal-
hal khusus kemudian mengambil kesimpulan umum;kita melakukan generalisasi.
Ketepatan berpikir induktif bergantung pada memadainya kasus yang dijadikan dasar.

12
Berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik buruknya, tepat atau tidaknya
suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi
gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu.
Menetapkan Keputusan (Decision Making)
Keputusan yang kita ambil beraneka ragam. Tapi ada tanda-tanda umumnya: (1)
keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual; (2) keputusan selalu
melibatkan pilihan dari berbagai alternatif; (3) keputusan selalu melibatkan tindakan
nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.
Faktor-faktor personal amat menentukan apa yang diputuskan itu, antara lain
kognisi, motif, dan sikap.
Memecahkan Persoalan (Problem Solving)
Proses memecahkan persoalan berlangsung melalui lima tahap:
a. Anda mula-mula mengatasinya dengan pemecahan yang rutin.
b. Anda mencoba menggali memori anda untuk mengetahui cara-cara apa saja yang
efektif pada masa yang lalu.
c. Anda mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang pernah anda ingat atau
yang pernah ada pikirkan. Ini disebut penyelesaian mekanis (mechanical
solution) dengan uji coba (trial and error)
d. Anda mulai menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk mengatasi
masalah.
e. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran anda suatu pemecahan. Kilasan pemecahan ini
disebut Aha Erlebnis (pengalaman Aha) atau insight solution.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dipengaruhi faktor-faktor situasional dan personal. Selain itu


juga terdapat faktor-faktor biologis dan sosiopsikologis yang mempengaruhi proses
pemecahan masalah. Faktor-faktro sosiopsikologis tersebut antara lain:

a. Motivasi
b. Kepercayaan dan sikap yang salah
c. Kebiasaan

13
d. Emosi

Berpikir Kreatif (Creative Thinking)

Berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat. Pertama, kreativitas melibatkan


respons atau gagasan yang baru, atau yang secara statistik sangat jarang terjadi.
Kedua, kreativitas ialah dapat memecahkan masalah secara realistis. Ketiga,
kreativitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang orisinal, menilai
dan mengembangkannya sebaik mungkin (Mackinnon, 1962:485)

Menurut Guilford, orang kreatif ditandai dengan pola berpikir divergen, yakni
mencoba menghasilkan sejumlah kemungkinan jawaban. Berpikir konvergen erat
kaitannya dengan kecerdasan; divergen dengan kreativitas. Berpikir divergen dapat
diukur dengan fluency, flexibility, dan originality. Orang-orang kreatif berpikir
analogis; mereika mampu melihat berbagai hubungan yang tidak terlihat oleh orang
lain. Berpikir kreatif adalah berpikir analogis-metaforis.

Proses Berpikir Kreatif

Para psikolog menyebutkan lima tahap berpikir kreatif:

a. Orientasi
b. Preparasi
c. Inkubasi
d. Iluminasi
e. Verifikasi

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kreatif

Beberapa faktor yang secara umum menandai orang-orang kreatif (Coleman dan
Hammen, 1974:455):

a. Kemampuan kognitif
b. Sikap yang terbuka

14
c. Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri

Berpikir kreatif hanya berkembang pada masyarakat yang terbuka, toleran


terhadap ide-ide “gila”, dan memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk
mengembangkan dirinya.

15
BAB III

PENUTUP

I. KESIMPULAN

II. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya kami
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman dan ibu dosen.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sunarjo, Djoenaesih S.(1991). Pengantar Ilmu Komunikasi JILID I.Yogyakarta.


Liberty Yogyakarta

Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi.Yogyakarta.Graha Ilmu, Universitas Mercu Buana

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Kedua.Jakarta. PT.Rajagrafindo


Persada

Wood, Julia T.(2013). Komunikasi Teori dan Praktik Edisi 6.Jakarta. Salemba
Humanika

Rakhmat, J. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

17

Anda mungkin juga menyukai