Anda di halaman 1dari 30

PRESENTASI KASUS

HIPERTENSI ESENSIAL STAGE I DAN OBESITAS GRADE I PADA


WANITA LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN YANG KURANG
TERHADAP PENYAKITNYA PADA RUMAH TANGGA YANG TIDAK
BER-PHBS

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Program Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Puskesmas Wirobrajan

Disusun oleh :
Nanda Yusuf Wijayanto
201740110059

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Hipertensi Esensial Stage I dan Obesitas Grade I pada Wanita Lanjut Usia dengan
Pengetahuan yang Kurang terhadap Penyakitnya pada Rumah Tangga yang Tidak
ber-PHBS.

PRESENTASI KASUS

PUSKESMAS WIROBRAJAN

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Nanda Yusuf Wijayanto


201740110059

Telah dipresentasikan pada tanggal November 2018

Dokter Pembimbing Fakultas Dokter Pembimbing Puskesmas Wirobrajan

dr. Oryzati Hilman Agrimon, dr. Desy Kurniawati


M. Sc., CMFM, Ph.D, Sp.DLP

Kepala Puskesmas Wirobrajan

dr. Khairani Fitri


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahhirobbil’alamin, penulis mengucapkan puji syukur kehadirat

Allah SWT atas berkat, kasih, karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

presentasi kasus berjudul “Hipertensi Esensial Stage I dan Obesitas Grade I pada

Wanita Lanjut Usia dengan Pengetahuan yang Kurang terhadap Penyakitnya pada

Rumah Tangga yang tidak ber-PHBS” sebagai persyaratan untuk memenuhi tugas stase

Ilmu Kedokteran Masyarakat pada program profesi kedokteran di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulisan presentasi kasus ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan

berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan banyak ucapan terima

kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada

akhirnya penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus ini dengan baik.

2. dr. Khairani Fitri selaku Kepala Puskesmas Wirobrajan.

3. dr. Oryzati Hilman Agrimon, M.Sc., CMFM, Ph.D., Sp.DLP. selaku dosen

pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya, pengalaman,

ilmu, bantuan pemikiran dan bimbingan yang sangat berguna dalam proses

penyelesaian presentasi kasus ini sampai selesai.

4. dr. Desy Kurniawati, dr. Hanni Handayani B. N. dan dr. Meiria Sari K. P.

selaku dokter preseptor Puskesmas Wirobrajan yang telah meluangkan

waktu dan memberikan masukan yang sangat membantu dalam

penyelesaian presentasi kasus ini.

5. Pasien Ny. S yang telah bersedia menjadi pasien dan meluangkan waktunya

untuk home visite.


6. Kedua orang tua saya yang senantiasa memberikan dorongan semangat

dan doa.

7. Segenap staff dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta dan Puskesmas Wirobrajan.

8. Semua rekan seperjuangan, teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah angkatan 2013 atas kebersamaannya.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam menyelesaikan presentasi kasus ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan

presentasi kasus ini, sehingga penulis sangat mengharapkan masukan dari berbagai

pihak. Semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah

SWT membalas semua kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Akhir kata, semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca dan

menjadi sumbangan yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya

ilmu kedokteran. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

PRESENTASI KASUS ..........................................................................................1

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................2

KATA PENGANTAR ............................................................................................3

DAFTAR ISI ...........................................................................................................5

BAB I .......................................................................................................................7

LAPORAN KASUS................................................................................................7

A. Identitas Pasien ......................................................................................... 7

B. Anamnesis ................................................................................................ 7

C. Anamnesis Pengalaman Sakit (Illness) .................................................. 10

E. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 13

F. Diagnosis Klinis ......................................................................................... 13

G. Data Anggota Keluarga Inti (Keluarga Asal) ......................................... 13

H. Data Anggota Keluarga Yang Tinggal Serumah .................................... 14

I. Perangkat Penilaian Keluarga (Family Assessment Tools) ........................ 14

J. Rumah Dan Lingkungan Sekitar ................................................................ 17

K. Indikator Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) ............................. 18

L. Diagnosis Holistik .................................................................................. 18

M. Pengelolaan Komprehensif..................................................................... 19

BAB II ...................................................................................................................21

ANALISIS KASUS ..............................................................................................21

A. Analisis Kasus ........................................................................................ 21

A. Identifikasi masalah dan penyelesaian........................................................22

B. Penerapan Prinsip Kedokteran Keluarga ............................................... 23\

5
BAB III ..................................................................................................................24

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................24

A. Hipertensi ............................................................................................... 24

1. Definisi ....................................................................................................... 24

2. Klasifikasi .................................................................................................. 24

3. Etiologi ....................................................................................................... 24

4. Faktor Risiko .............................................................................................. 25

5. Gejala Klinis............................................................................................... 26

6. Terapi ......................................................................................................... 26

B. Diabetes Mellitus ...........................................................................................26

1. Definisi ....................................................................................................... 26

2. Epidemiologi .............................................................................................. 27

3. Etiologi ....................................................................................................... 27

4. Patogensis ................................................................................................... 27

5. Manifestasi Klinis ...................................................................................... 28

6. Diagnosis .................................................................................................... 28

7. Penatalaksanaan ......................................................................................... 29

BAB IV ..................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................30

6
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien

Nama : Ny. Y
No. RM : 3814
Usia : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Banyumeneng, Banyuraden, Gamping
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan Terakhir : SMA
Kunjungan Puskesmas: 13 November 2018
Kunjungan Rumah I : 15 November 2018
Kunjungan Rumah II : 17 November 2018
Jaminan Kesehatan : BPJS
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama:
Sering pusing
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Wirobrajan dengan keluhan kepala pusing,
pusing di rasakan cekot-cekot dan seperti ditekan pada daerah tengkuk. Pasien
mengatakan keluhan pusing demikian sudah sering berulang, keluhan pusing
semakin memberat 3 hari terkahir sebelum pasien berobat. Pasien mengaku keluhan
berkurang jika pasien istirahat baring dan memeberat ketika beraktivitas. Pasien
mengaku menderita hipertensi sudah sejak 7 tahun yang lalu, ia mengaku sering
kontrol ke puskemas namun tidak rutin mengkonsumsi obat hipertensi.
Selain keluhan pusing pasien datang untuk cek gula. Pasien mengaku sudah
di diagnosis dengan diabetes sejak 6 tahun yang lalu. Pada awalnya pasien sering
mengeluh mudah lapar, sering buang air kecil dan badan juga mudah terasa lemas,
tapi tidak ada penurunan berat badan secara drastis. Pasien mengaku sebelumnya
suka makan dan minuman manis dan jarang berolah raga. Karena keluhan terserbut
pasien akhirnya berobat ke puskesmas. Setelah di lakukan pemeriksaan pasien di

7
diagnosis oleh dokter menderita diabetes mellitus. Pasien rutin kontrol gula dan
selalu minum obat gula secara rutin. Dari pengakuan pasien di dapatkan pasien
masih sering sesekali minum-minuman yang manis. Keluhan lain seperti mual,
muntah dan mata kabur, sering kesemutan, sesak ketika beraktivitas di sangkal
pasien. BAK dan BAB tidak ada keluhan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat Hipertensi
 Riwayat Diabtes Mellitus
 Riwayat asam urat disangkal
 Riwayat asma disangkal
 Riwayat alergi disangkal
 Riwayat penyakit jantung disangkal
 Riwayat imunisasi tidak diketahui
4. Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat hipertensi pada ibu pasien
 Riwayat diabetes melitus disangkal
 Riwayat asma disangkal
 Riwayat alergi disangkal
 Riwayat penyakit jantung disangkal
5. Riwayat Penyakit Sosial dan Lingkungan
a. Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMA.
b. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali, menikah pada tahun 1978. Dari pernikahannya pasien
dikaruniai 2 anak laki-laki. Pasien sekarang tinggal Bersama suami, kedua
anaknya, kedua menantu dan 1 orang cucunya. Hubungan pasien dengan
keluarga baik.
c. Riwayat Sosial
Pasien berhubungan baik dengan tetangganya, aktif mengikuti kegiatan sosial
serta sering berkumpul bersama masyarakat sekitar.
d. Riwayat Pekerjaan
Pasien sempat bekerja sebagai pedagang makanan sekitar 10 tahun yang lalu.
Namun sejak pindah rumah pasien berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah
tangga.

8
e. Gaya Hidup
5. Riwayat Personal Sosial
f. Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMA.
g. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali, menikah pada tahun 1978. Dari pernikahannya pasien
dikaruniai 2 anak laki-laki. Pasien sekarang tinggal bersama suami, kedua anaknya,
kedua menantu dan 1 orang cucunya. Hubungan pasien dengan keluarga baik.
h. Riwayat Sosial
Pasien berhubungan baik dengan tetangganya, aktif mengikuti kegiatan sosial serta
sering berkumpul bersama masyarakat sekitar.
i. Riwayat Pekerjaan
Pasien sempat bekerja sebagai pedagang makanan sekitar 10 tahun yang lalu. Namun
sejak pindah rumah pasien berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga.

j. Gaya Hidup
1) Pola Makan
 Sebelum sakit : pasien makan 3 kali sehari. Dengan porsi banyak karbohidrat
dan sedikit sayur, pasien hobi makan makanan asin dan gorengan, pasien juga
gemar mengkonsumsi minuman manis seperti es teh dan minuman sachetan.
 Sesudah sakit : Pasien makan 2 sampai 3 kali sehari dengan nasi, lauk, dan
sayuran. Pasien mengaku bila makan nasinya hanya sedikit. Pasien mengaku
masih sering mekan yang asin-asin dan terkadang masih suka minum teh
manis. Pasien jarang atau hampir tidak pernah mengonsumsi buah-buahan.
2) Pola aktivitas
 Sebelum sakit : pasien aktif melakukan aktivitas fisik karena bekerja di warung
seharian.
 Sesudah sakit : aktifitas fisik pasien berkurang dikarenakan pasien
menghabiskan banyak waktu dirumah, aktifitasnya hanya membersihkan
rumah, mencuci dan memasak.

9
3) Istirahat
 Sebelum sakit : pola tidur pasien teratur, pasien biasa tidur pukul 21.00 dan
bangun pukul 04.00 dan mulai beraktifitas untuk menyiapkan dagangannya.
 Sesudah sakit :Pola tidur pasien tidak teratur, pasien sering tidur larut malam
sekitar pukul 23.00 atau 24.00 karena kebiasaan pasien yang suka menonton
sinetron dan bangun pada pukul 05.00 setiap harinya.
4) Manajemen stress
Pasien biasa mengunjungi dan bercerita ke kerabat terdekat jika sedang ada
masalah untuk mengurangi beban pikirannya.
5) Kebiasaan
Pasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi alcohol, tidak pernah melakukan
seks bebas.
6. Review Anamnesis Sistem:
 Sistem Saraf Pusat : pusing
 Sistem Cardiovascular : tidak ada keluhan
 Sistem Respiratori : tidak ada keluhan
 Sistem Gastrointestinal : tidak ada keluhan
 Sistem Urinaria : tidak ada keluhan
 Sistem Integumen : tidak ada keluhan
 Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
C. Anamnesis Pengalaman Sakit (Illness)
Illness merupakan keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang didapat dari
penyakit tersebut (bersifat subyektif). Illness terdiri dari 4 komponen berupa perasaan,
ide atau pemikiran, harapan pasien terhadap penyakit yang dialami, dan efek penyakit
terhadap fungsi atau kehidupan sehari – hari pasien.

Tabel 1.1. Komponen Illness Ny. Y


No Komponen Pasien
Pasien kurang memahami tentang penyakit yang di
deritanya, menurut pasien hipertensi itu penyakit
1 Pikiran yang dialami ketika merasa pusing, pasien tidak tahu
jika hipertensi harus mengkonsumsi obat secara rutin
sehingga pasien mengkonsumsi obat hanya jika ada

10
keluhan saja. Sedangkan diabetes mellitus itu
penyakit yang disebabkan karena banyak minum
manis, pasien kurang mengerti tentang komplikasi
yang mungkin terjadi akibat penyakitnya.
Pasien ikhlas menerima sakit hipertensi dan diabetes
2 Perasaan yang di deritanya. Pasien merasa tidak khawatir
terhadap penyakitnya, karena ada obatnya.
Aktivitas pasien terhambat ketika nyeri kepalanya
3 Efek terhadap fungsi
timbul, pasien hanya dapat tiduran saja.
4 Harapan Pasien ingin sakitnya sembuh.

D. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda-tanda vital
 Tekanan darah rata-rata : 147/90 mmHg
Tekanan Darah 1: 150/90 mmHg
Tekanan Darah 2: 150/90 mmHg
Tekanan Darah 3: 140/90 mmHg
 Nadi : 85 x/menit, reguler, isi, dan tegangan cukup
 Suhu badan : 36.6 0C
 Pernapasan : 20 x/menit
 Antropometri
 Tinggi badan : 158 cm
 Berat badan : 50 kg
 Indeks massa tubuh: 20,1 kg/m2
 Status gizi : Normal (WHO Asia Pasifik)
 Lingkar perut : 83 cm
 Lingkar pinggang : 80 cm
 Lingkar panggul : 89 cm
 Lingkar lengan atas : 28 cm
 Pemeriksaan Umum
Kulit : sianosis (-)

11
Kelenjar limfe : tak teraba membesar
Otot : eutrofi (+)
Tulang : deformitas (-)
Sendi : ROM bebas
 Pemeriksaan khusus
 Kepala
Bentuk kepala : Bentuk normosefal
Rambut : berwarna hitam
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor reflek cahaya (+/+).
Telinga : Otorhea (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), serumen (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-), cavum nasi (lapang).
Mulut dan gigi : mukosa bibir kering (-), faring hiperemis (-)

 Leher
Kelenjar tiroid : Tidak membesar
Kelenjar limfonodi : Tidak membesar, nyeri(-)
JVP : Tidak meningkat
 Thorax
Paru:
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
Palpasi : Ketinggalan gerak(-), Vocal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-)
Jantung:
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba, kuat angkat cukup
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : S1 – S2 reguler, bising jantung (-), gallop (-)

 Abdomen
Inspeksi : distensi (-), jejas (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal

12
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak ada pembesaran,
massa (-)
Perkusi : timpani (+)
 Ekstremitas
Akral hangat (+) capillary refill <2 detik, sianosis (-), edema (-), gerakan
bebas.
Kekuatan 5 5
5 5
Refelek Fisiologis + + Reflek Patologis - -
+ + - -

 Monitoring Tekanan Darah 3 Bulan Terakhir


Tanggal 10 Agustus 2018 : 130/80 mmHg

Tanggal 12 September 2018 : 120/90 mmHg

Tanggal 7 Oktober 2018 : 140/90 mmHg

E. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Hasil pemeriksaan lab 7/10/2018
- Gula Dara Sewaktu = 209
- Cholestrol Total = 179
Hasil pemeriksaan lab 13/11/2018
- Gula Darah Puasa : 192
F. Diagnosis Klinis
 Hipertensi Esensial Stage I Tidak Terkendali
Diagnosis Banding: Hipertensi Esensial Stage II, Hipertensi Sekunder
 Diabetes Mellitus tipe II
Diagnosis Banding: Diabetes Mellitus tipe I, Diabetes Insipidus
G. Data Anggota Keluarga Inti (Keluarga Asal)

Tgl
Jenis Status
No. Nama Lahir/ Pekerjaan No.HP
Kelamin Kesehatan
Umur
1. Tn. S L 65 th Satpam - Baik
Ibu rumah Hipertensi,
2. Ny. Y P 60 th -
tanga DM tipe 2

13
3. Tn. A L 39 th Sopir - Baik
4. Ny. C L 35 th Swasta - Baik

H. Data Anggota Keluarga Yang Tinggal Serumah

No. Nama Jenis Tgl Pekerjaan No.HP Status


Kelamin Lahir/ Kesehatan
Umur
1. Tn. S L 65 th Satpam - Baik
Ibu rumah Hipertensi,
2. Ny. Y P 60 th -
tangga DM tipe 2
3. Tn. A L 39 th Sopir - Baik
4. Ny. E P 48 th Swasta - Baik
5. Tn. C L 35 th Pelajar - Baik
Ibu rumah
6. Ny. P P 30 th - Baik
tangga
7. An. S P 11 th Pelajar - Baik

I. Perangkat Penilaian Keluarga (Family Assessment Tools)


1. Genogram Keluarga (family genogram)
Genogram Keluarga Ny. Y
Tanggal pembuatan 17 November 2018

Gambar 1. Genogram Keluarga Ny. Y

14
2. Bentuk keluarga (Family Structure): Keluarga Besar (Extended Family)
(Goldenberg, 1980)
3. Tahapan Siklus Kehidupan Keluarga (Family Life Cycle) :
Launching Children and Moving On (Carter & McGoldrick, 1989)

4. Family Map

Gambar 2. Gambar Family Map Keluarga Ny. Y

5. Family Life Line


Tabel 1.3. Tabel Family Life Line
Tahun Usia Life Events/ Crisis Severity of Illness
(Tahun)
1978 20 tahun Menikah
1979 21 tahun Anak pertama lahir
1983 25 tahun Anak kedua lahir
2006 48 tahun Ibu pasien meninggal Stress psikologis
2008 50 tahun Pasien pindah rumah dan berhenti bekerja Stress psikologis
2011 53 tahun Pasien pertama kali didiagnosis hipertensi
2012 56 tahun Pasien pertama kali didiagnosis diabetes
mellitus

15
6. Family APGAR Score
Tabel 1.4. Skoring APGAR Keluarga
APGAR Keluarga (Family APGAR) [Adaptability-Partnership-Growth-Affection-Resolve]
Isilah instrumen APGAR berikut sebagai skrining awal untuk melihat adanya disfungsi keluarga

APGAR Keluarga Hampir Kadang- Hampir


selalu kadang tidak pernah (0)
(2) (1)
1. Saya merasa puas karena saya dapat meminta √
pertolongan kepada keluarga saya ketika saya
menghadapi permasalahan
2. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya √
membahas berbagai hal dengan saya dan berbagi
masalah dengan saya.
3. Saya merasa puas karena keluarga saya menerima √
dan mendukung keinginan-keinginan saya untuk
memulai kegiatan atau tujuan baru dalam hidup
saya.
4. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya √
mengungkapkan kasih sayang dan menanggapi
perasaan-perasaan saya, seperti kemarahan,
kesedihan dan cinta.
5. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya dan √
saya berbagi waktu bersama.
Skor Total 8 (Sangat Fungsional)

7. Family SCREEM
Tabel 1.5. Skoring Family SCREEM
SCREEM Keluarga (Family SCREEM)
Berbagai sumber daya yang ada di keluarga [Social-Cultural-Religious-
Educational-Economic-Medical]

Aspek Sumber Daya Patologis


SCREEM
Social Hubungan dengan anak,
menantu dan cucu baik
Hubungan dengan tetangga dan
masyarakart sekitar baik.
Keterlibatan dalam aktivitas
sosial kemasyarakatan baik.

Cultural Pasisen tidak mempercayai mitos


dan hal mistis pasien menyadari
penyakitnya bukan dari hal-hal
tersebut. Pasien tidak minum
jamu ataupun melakukan
pengobatan herbal untuk
mengobati penyakitnya.

16
Religious Pasien adalah seorang muslim
yang taat dan rajin beribadah
wajib sehari – hari seperti sholat
5 waktu serta melaksanakan
sunnah

Educational Pendidikan terakhir pasien SMA. Pengetahuan pasien kurang tentang


penyakitnya.

Economic Pasien sebagai ibu rumah tangga.


Setiap bulan mendapat uang dari
suaminya yang masih bekerja.
Uang tersebut cukup untuk
memenuhi kebutuhan.
Medical Pasien menggunakan jaminan
BPJS Mandiri. Askes ke fasilitas
kesehatan mudah. Pasien rutin
kontrol ke fasilitas kesehatan.

J. Rumah Dan Lingkungan Sekitar


1. Kondisi rumah

 Rumah yang ditinggali merupakan rumah warisan dari orangtua pasien.


 Lokasi rumah terletak dipemukiman yang padat penduduk beralamat
Banyumeneng RT 16, Banyuraden, Sleman.
 Rumah memiliki satu lantai, ukuran rumah ± 120 m2, dinding rumah terbuat
dari semen, lantai keramik, atap terbuat dari genteng, Bangunan permanen,
tembok sebagai pembatas langsung dengan rumah tetangga dan tidak berjarak.
Rumah tidak memiliki pekarangan dan mempunyai halaman.
 Kebersihan di dalam rumah cukup baik, barang-barang cukup tersusun rapi,
pasien tidak memiliki hewan peliharaan.
 Pencahayaan dan ventilasi dalam rumah kurang baik karena tidak setiap ruangan
memiliki jendela. Hanya ruang keluarga saja yang terang karena mendapat
cahaya langsung dari pintu yang dibuka.

2. Lingkungan sekitar rumah


 Jarak antara rumah satu dan rumah lainya pada lingkungan tempat tinggal pasien
sangat sempit .
 Sumber air bersih : sumur

17
 Jamban keluarga : Terdapat 1 buah kamar mandi dengan 1 jamban duduk, dan
ember sebagai bak mandi. Kesan kamar mandi bersih, tidak bau dan terawat.
 Pembuangan sampah : tempat sampah berada didalam dan diluar rumah.
 Pembuangan limbah : limbah rumah tangga dibuang melalui saluran selokan

3. Denah rumah

K. Indikator Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)

Tabel 1.6 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


No. Indikator PHBS Jawaban
Ya Tidak
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan
3. Menimbang berat badan balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan √
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun √
6. Menggunakan jamban sehat √
7. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah dan √
lingkungannya sekali seminggu
8. Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari √
9. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga √
10 Tidak merokok di dalam rumah √
Kesimpulan: Rumah Tangga tidak ber-PHBS

L. Diagnosis Holistik

1. Diagnosis Psiko-Sosial dan Kultural-Spiritual


Wanita Lanjut Usia dengan Pengetahuan Yang Kurang Tentang Penyakitnya Pada
Rumah Tangga Yang Tidak Ber-PHBS.

18
2. Diagnosis Holistik
Hipertensi Esensial Stage I Tidak terkendali dan Diabetes Mellitus Tipe II Pada
Lanjut Usia dengan Pengetahuan Yang Kurang Tentang Penyakitnya Pada Rumah
Tangga Yang Tidak Ber-PHBS.

M. Pengelolaan Komprehensif

1. Upaya Promotif
Edukasi kepada pasien dan minimal ada satu anggota keluarga yang ikut
mendengarkan, terkait:
 Gambaran tentang HT yang merupakan penyakit kronis tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikendalikan tergantung perilaku kesehatan dari
pasien
 Gambaran tentang Diabetes Mellitus mengenai fakor resiko, gejala, dan
komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi.
 Pentingnya modifikasi gaya hidup, terutama dalam hal pola makan, aktivitas
fisik yang teratur, serta istirahat yang adekuat.
 Pentingnya minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter.
 Pentingnya kontrol penyakitnya ke dokter tiap 1 bulan sekali untuk memonitor
perkembangan kesehatan.
 Pentingnya menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan
sehari-hari.
 Pentingnya dukungan keluarga pada pasien dalam pengelolaan penyakitnya

2. Upaya Preventif
 Menerapkan pola makan DASH dengan menerapkan pola makan dengan
memperbanyak konsumsi buah dan sayur, mengurangi asupan garam,
mengurangi makanan berminyak dan bersantan.
 Menerapkan prinsip pola makan 3J yang mecakup jumlah, jenis, jadwal. Tidak
mengkonsumsi manis dan mengurangi yang berkarbohidrat, membagi jadwal
makan menjadi 5-6x sehari dengan porsi kecil dengan tetap memenuh
kebutuhan.
 Kebutuhan kalori pada pasien ini adalah ±1125 KKal/hari
19
 Melakukan aktivitas fisik secara teratur selama 30 menit/hari.
 Istirahat cukup minimal 6-8 jam/hari.
 Menghindari asap rokok.
 Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter.
 Melakukan kontrol rutin ke dokter untuk penyakitnya tiap 1 bulan sekali atau
jika ada keluhan.
 Konseling CEA untuk mengatasi pengetahuan pasien yang rendah

3. Upaya Kuratif

R/ Captopril mg 25 No. XLV


S 3 dd tab 1
R/ Metformin mg 500 No. XLV
S 3 dd tab 1

4. Upaya Rehabilitatif
Belum diperlukan upaya rehabilitasi.

5. Upaya Paliatif
Pasien belum memerlukan upaya paliatif.

20
BAB II
ANALISIS KASUS

A. Analisis Kasus

Diagnosis klinis pada pasien ini Hipertensi Esensial Stage I Tiak Tekendali
dengan Diabetes Mellitus Tipe II. Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien didiagnosis awal mengalami
hipertensi tahun 2013, dan di diagnosis DM tahun 2014 pasien kontrol ke tempat
pelayaan kesehatan namun tidak rutin mengkonsumsi obat.
Diagnosis hipertensi stage I tidak terkendali tegak berdasarkan klasifikasi
JNC 8 dan dalam tiga kali pengukuran hasilnya selalu ≥140 mmHg. Sedangkan
diagnosis DM ditegakkam dengan adanya pemeriksaan gula darah puasa dan sewaktu
serta adanya gejala klasik DM.
Semenjak terdiagnosis hipertensi selama kurang lebih 7 tahun dan diabetes
kurang lebih 6 tahun, pasien rutin kontrol hipertensi dan DM ke dokter tetapi pasien
tidak mengkonsumsi obat secara rutin dan tidak melakukan perubahan gaya hidup
serta pengetahuan pasien kurang tentang penyakitnya. Oleh karena itu rencana
managemen komprehensif yang diberikan kepada pasien dimulai dari memberikan
edukasi tentang penyakit hipertensi dan diabetes mellitus, serta menekankan
pentingnya pengaturan pola hidup dan diet.
Dari perangkat penilaian keluarga family APGAR, pasien merasa puas
terhadap keluarganya karena pasien selalu meminta pertolongan keluarganya serta
keluarga pasien pun peduli degan pasien tersebut. Pasien juga merasa selalu
didukung oleh keluarga dan pasien merasa puas berbagi waktu bersama keluarganya.
Dari perangkat penilaian keluarga family SCREEM, pasien memiliki kondisi
patologis educational yaitu tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya kurang
sehingga pasien menjadi kurang awas terhadap penyakitnya. Kurangnya
pengetahuan tentang penyakit yang baik menjadi masalah dasar tidak terkendalinya
penyakit pasien. Pasien yang tidak mengetahui mengenai penyakitnya, faktor risiko,
dan komplikasi menyebabkan kurangnya kesadaran pasien untuk menjaga agar
penyakitnya tidak menimbulkan komplikasi atau kondisinya memburuk.
Pengetahuan yang kurang pada pasien ini dapat disebabkan karena kurangnya

21
tingkat kemampuan pemahaman pasien ataupun tidak adanya edukasi yang
dilakukan oleh pihak tenaga medis yang berperan.

Dari segi personal sosial, pasien memiliki masalah berupa kurangnya


pengetahuan terhadap penyakitnya yaitu pentingnya modifikasi gaya hidup sehat,
terutama dalam hal pola makan. Sehingga di perlukan edukasi kepada pasien untuk
menjelaskan lebih detail tentang penyakit hipertensi yang diderita pasien.
Pada pasien ini dilakukan manajemen komprehensif mulai dari promotif,
preventif, serta kuratif. Manajemen promotif dan preventif sini bertujuan agar pasien
yang sudah menderita hipertensi tidak mengalami komplikasi dari penyakitnya.
Selain itu pasien ini membutuhkan saran untuk melakukan screening komplikasi
hipertensi dan diabetes millitus, seperti pemeriksaan fungsi ginjal, hepar, jantung,
rontgen, dan pemeriksaan profil lipid. Untuk manajemen kuratif pada pasien ini
diberikan pengobatan farmakologi yang diminum oleh pasien secara rutin setiap
harinya yaitu pengobatan hipertensi captopril 25 mg yang diminum tiga kali sehari
dan obat diabetes metformin 500 mg tiga kali sehari. Untuk manajemen rehabilitatif
dan paliatif pada pasien ini belum dibutuhkan.

A. Identifikasi masalah dan penyelesaian

Tabel 8. Identifikasi Masalah dan Penyelesaian

Kolaborasi
Masalah
(Profesi
No yang Target Sasaran Pembinaan
yang
dihadapi
menangani)
1 Hipertensi TD Pasien - Perubahan gaya hidup, mulai Dokter
Stage I <140/90 dari diet DASH , yaitu Keluarga
mmHg membatasi minyak, garam dan dan Ahli
santan Gizi
- Terapi anti hipertensi
2 Diabetes Gula Pasien - Edukasi mengenai penyakit dan Dokter
Mellitus darah melaksanakan pengebotan Keluarga
tipe 2 terkontrol secara teratur. dan Ahli
GDS < - Perubuhan gaya hidup, pola diit Gizi
200 yang 3J baik yaitu batasi
konsumsi gula, makan porsi
kecil, aktivitas fisik, dan kondisi
psikologis yang baik termasuk
melalui dukungan keluarga.

22
3 PHBS Meningka Pasien - Pentingnya melakukan Dokter
yang t-kan & pemberantasan sarang nyamuk Keluarga
kurang derajat Keluarg dengan 3M (menguras,
PHBS a mengubur dan menutup) untuk
mencegah penyakit menular.
- Mengonsumsi sayur dan buah
setiap hari

B. Penerapan Prinsip Kedokteran Keluarga

1. Primary care
Pasien mendapat kontak medis pertama dengan dokter di Puskesmas Wirobrajan.
2. Person center care
Pelayanan yang diberikan oleh dokter sebagai tenaga kesehatan harus memberikan
kenyamanan kepada pasien.
3. Holistic care
Penegakan diagnosis pada kasus ini tidak hanya ditinjau dari diagnosis klinis tetapi
juga menggali informasi dari segi psikososial yang mungkin mempengaruhi
perjalanan panyakit pada pasien ini.
4. Comprehensive care
Dalam menangani kasus pada pasien dilakukan penatalaksanaan menyeluruh mulai
dari promotif, yaitu bertujuan memberikan edukasi pasien tentang penyakitnya
sehingga bisa mencegah komplikasi terkait penyakit pasien, edukasi tentang
pentingnya modifikasi gaya hidup, serta pentingnya kegiatan fisik dalam
mengendalikan penyakit pasien ini. Pada segi preventif diberikan konseling CEA
untuk membuat pasien mengerti tentang penyakit yang dialaminya dan mengatasi
kurangnya pengetahuan serta edukasi untuk menerapkan gaya hidup yang baik. Pada
segi kuratif lebih ditekankan pada aspek farmakologis untuk mengendalikan
penyakitnya. Dari segi rehabilitative dan paliatif belum diperlukan pada pasien ini.
5. Continuing care
Dilakukan home visit pada tanggal 13 November 2018 untuk melihat keadaan pasien
dan lingkungan rumah, serta menggali informasi yang lebih lengkap mengenai
kondisi keseluruhan dari pasien yang dipandang dari aspek bio-psiko-sosio-kultural.
Kemudian dilakukan home visit ke-2 pada tanggal 15 November 2018 untuk
melakukan konseling CEA pada pasien.

23
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi
1. Definisi

Hipertensi dapat terjadi ketika darah memberikan gaya yang lebih tinggi
dibandingkan kondisi normal secara persisten pada sistem sirkulasi. Hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥140 mmHg dan tekanan diastolik ≥90 mmHg
(JNC VIII).
Kamus kedokteran Dorland (2011) menambahkan bahwa hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah dalam arteri.

2. Klasifikasi

Tekanan darah yang disebut juga sebagai gaya atau dorongan darah ke
dinding arteri saat darah dipompa ke seluruh tubuh menjadi sangat penting, karena
tanpanya, darah tidak akan mengalir, maka dari itu, hipertensi menurut Joint
National Committe (JNC) VIII dapat dibedakan menjadi kelompok normal yaitu
tekanan darah <120/<80 mmHg, prahipertensi dengan tekanan darah 120-139/80-89
mmHg, hipertensi derajat 1 dengan tekanan darah 140-159/90-99 mmHg dan
hipertensi derajat 2 dengan tekanan darah ≥160/≥100 mmHg.

3. Etiologi

Tekanan darah secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi
menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Penyakit hipertensi
berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi Essensial atau Primer.
Penyebab dari hipertensi essensial sampai saat ini masih belum diketahui.
Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi essensial.
Kebanyakan pasien dengan hipertensi primer terdapat kecenderungan herediter
yang kuat (Guyton dan Hall, 2008). Tahap awal hipertensi essensial, peningkatan

24
aktivitas tonus simpatis menyebabkan peningkatan curah jantung, sedangkan
tahanan perifer normal, pada tahap selanjutnya, curah jantung kembali normal,
sedangkan tahanan perifer meningkat akibat terjadinya refleks autoregulasi.
b. Hipertensi Sekunder.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme) dan konsumsi obat
kortikosteroid, NSAID, siklosforin dan eritropoietin yang tidak normal yang
berkisar sekitar 10% (Depkes RI, 2006).

4. Faktor Risiko

Penyebab tekanan darah tinggi pada sebagian besar kasus tidak diketahui,
hal ini terutama terjadi pada hipertensi esensial, walaupun demikian, terdapat
beberapa faktor risiko, meliputi: kelebihan berat badan, kurang berolahraga,
mengonsumsi makanan berkadar garam tinggi, kurang mengonsumsi buah dan
sayuran segar, terlalu banyak minum alkohol, merokok dan makan terlalu banyak
lemak (terutama lemak jenuh yang ditemukan pada daging dan produk susu) yang
berkaitan dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah. Untungnya, faktor risiko
yang dapat dimodifikasi tadi dapat dikurangi dengan sedikit mengubah gaya hidup,
namun demikian, ada beberapa faktor risiko yang tidak dapat diubah, misalnya: usia
tua (tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia), riwayat
tekanan darah tinggi dalam keluarga, etnis (tekanan darah tinggi lebih sering terjadi
pada orang berkulit hitam) dan jenis kelamin (tekanan darah tinggi sedikit lebih
sering terjadi pada pria dari pada wanita).
Tekanan darah tinggi juga dapat meningkat selama kehamilan dan keadaan

stress. “White coat hypertension” adalah contoh dimana tekanan darah seseorang

meningkat saat mereka berada di ruang praktek dokter atau di rumah sakit, namun

kembali normal di luar waktu tersebut (Palmer dan Williams, 2007).

25
5. Gejala Klinis

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menunjukkan gejala sampai


bertahun-tahun. Oleh karena itu, hipertensi dikenal sebagai silent killer. Palmer dan
Williams (2007) menyebutkan bila tekanan darah tidak terkontrol dan menjadi
sangat tinggi (keadaan ini disebut hipertensi berat atau hipertensi maligna), maka
timbul gejala, seperti: nyeri kepala atau pusing saat terjaga, kadang-kadang disertai
mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, pengelihatan kabur
akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak mantap karena
kerusakan susunan saraf pusat atau kebingungan, nokturia karena peningkatan aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerulus, edema dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler, mengantuk dan sulit bernafas.
6. Terapi

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah terget tekanan darah <140/90


mmHg, untuk individu usia ≥ 60 tahun targetnya adalah <150/90 mmHg (Joint
National Commite VIII).
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan farmakologis.
Terapi non farmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan
tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor risiko, serta penyakit
penyerta lainnya , seperti menurunkan berat badan dengan indeks massa tubuh 18-
22 kg/m2, mengurangi asupan garam, membatasi konsumsi alkohol, mengonsumsi
makanan sehat, seperti buah, sayuran dan produk susu rendah lemak dan melakukan
aktivitas fisik aerobik (Palmer dan Williams, 2007), selain itu perlu juga dilakukan
adanya terapi farmakologis, seperti: obat utama diuretik, alfa-bloker, beta-bloker,
bloker kanal kalsium, inhibitor ACE dan bloker reseptor angiotensin.

B. Diabetes Mellitus

1. Definisi

Diabetes Melitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif (Sudoyo Aru, 2007).
Diabetes Melitus (DM) bukan penyakit yang disebabkan oleh satu faktor, tetapi
merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh banyak faktor (multifaktor). DM

26
dikarakterisasi oleh hiperglikemia kronik karena penurunan kerja insulin pada
jaringan target (disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, resistensi insulin atau
keduanya). Penurunan kerja insulin ini berhubungan dengan gangguan metabolisme
(Sudoyo Aru, 2007).

2. Epidemiologi

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit endokrin yang paling
sering ditemukan dan diperkirakan diderita oleh 120 juta orang di seluruh dunia.
Saat ini angka kejadian DM diperkirakan akan terus meningkat. Berbagai penelitian
di Indonesia menunjukkan peningkatan prevalensi dari 1.5-2.3% menjadi 5.7% pada
penduduk usia lebih dari 15 tahun . Meningkatnya prevalensi Diabetes Melitus (DM)
di beberapa negara berkembang, akibat peningkatan kemakmuran di negara
bersangkutan, akhir-akhir ini banyak diamati. Peningkatan pendapatan per kapita
dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan peningkatan
prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koronner (PJK), hipertensi,
hiperlipidemia, diabetes dan lain-lain (Sudoyo, 2007).

3. Etiologi

Diabetes Melitus (DM) tipe 2 disebut juga Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) disebabkan karena kegagalan relatif sel β dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa
oleh hati. Sel β tidak mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi
defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi
insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami desensitisasi
terhadap glukosa (Sudoyo, 2007).

4. Patogensis

Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel
yang rusak. Di samping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh
berfungsi dengan baik. Energi pada ”mesin” tubuh manusia berasal dari bahan
makanan yang dimakan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak
(Sudoyo, 2007).
27
Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan harus masuk dulu
ke dalam sel untuk dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar
melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi.
Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin memegang
peranan yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel,
untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat
atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas (Suyono, 2007).
Pada Diabetes Melitus (DM) tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin
lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke
dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun
anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang,
maka glukosa yang masuk akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar
(glukosa) dan glukosa dalam pembuluh darah meningkat. Keadaan ini disebut
sebagai resistensi insulin (Sudoyo, 2007).

5. Manifestasi Klinis

Gejala klasik Diabetes Melitus (DM) adalah rasa haus yang berlebihan
(polidipsi), sering kencing terutama pada malam hari (poliuri), banyak makan
(polifagi) serta berat badan yang turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang
ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal,
penglihatan kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering
melahirkan bayi di atas 4 kg (Sudoyo, 2007).
Perjalan penyakit antara Diabetes Melitus (DM) tipe 1 dan DM tipe 2 tidak
sama. Demikian juga pengobatannya. Oleh karena itu ada baiknya bila diketahui
sedikit tentang perbedaannya, karena ada dampaknya pada rencana pengobatan.

6. Diagnosis

Pemeriksaan untuk diagnosa Diabetes Melitus (DM), melalui pemeriksaan


kadar glukosa darah (gula darah puasa, gula darah 2 jam setelah makan/post
prandial/PP) dan setelah pemberian glukosa per-oral (TTGO) (Sudoyo Aru, 2007).
Bahan untuk pemeriksaan gula darah puasa, pasien harus berpuasa 6 – 12
jam sebelum diambil darahnya. Setelah diambil darahnya, penderita diminta makan
makanan seperti yang biasa dia makan/minum glukosa per oral (75 gr) untuk TTGO,

28
dan harus dihabiskan dalam waktu 15 – 20 menit. Dua jam kemudian diambil
darahnya untuk pemeriksaan glukosa 2 jam PP (Sudoyo Aru, 2007).
Tabel. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM


DM
Kadar glukosa darah Plasma vena < 110 110-199 > 200
sewaktu (mg/dl)
Darah < 90 90-199 > 200
kapiler
Kadar glukosa darah Plasma vena < 110 110-125 > 126
puasa (mg/dl)
Darah < 90 90-199 > 110
kapiler

7. Penatalaksanaan
Penggunaan Obat Hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan (Sudoyo Aru, 2007) :
 Pemicu sekresi insulin (insuline secretagogue): sulfonilurea dan glinid
 Penambah sensitifitas terhadap insulin : biguanid dan glitazone
 Penghambat glukoneogenesis : metformin
 Pengambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase α
Penggunaan insulin diperlukan pada keadaan (Sudoyo Aru, 2007) :
- Penurunan berat badan yang cepat
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
- Ketoasidosis diabetic
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
- Stres berat ( infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke )
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

BAB IV

29
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 1994. Standards of medical care for patients with diabetes
mellitus. Diabetes Care : pp. 616-623.

Depkes RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi.
Jakarta.

Dorland N. 2011.Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi ke 28. Mahode AA, editor.
Jakarta: EGC.

Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi ke–11). Jakarta: EGC.

James PA, Ortiz E, et al. 2014 evidence - based guideline for the management of high blood
pressure in adults: (JNC8).

Palmer, A. & Williams, B. 2007. Simple Guides Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga

Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid I. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

30

Anda mungkin juga menyukai