Anda di halaman 1dari 14

PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika

Volume 9 – Nomor 2, Desember 2014, (161-174)


Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras

Pengembangan Modul Pembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep


dan Minat SMP

Lasmiyati 1), Idris Harta 2)


1
SMP Negeri 1 Pomalaa. JL. Pendidikan, No. 1, Balandete, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Indonesia.
Email: lasmiyati82@yahoo.com
2
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jalan A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura, Jawa
Tengah, Indonesia. Email: idrissenaharta@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul pembelajaran matematika yang layak
untuk pembelajaran siswa SMP N 1 Pomalaa kelas VII Sulawesi Tenggara. Penelitian pengembangan
ini menggunakan model Borg & Gall. Subjek coba penelitian ini adalah siswa SMP N 1 Pomalaa kelas
VII sejumlah 31 siswa, yang terdiri atas 6 siswa untuk uji coba terbatas dan 25 siswa untuk uji
lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul pembelajaran geometri pada aspek kelayakan
isi berkategori baik, pada aspek kelayakan bahasa dan gambar berkategori sangat baik, pada aspek
penyajian berkategori sangat baik, dan pada aspek kegrafisan berkategori baik serta pembelajaran
matematika yang menggunakan modul lebih baik dibandingkan kelas yang tidak menggunakan modul.
Kata Kunci: pengembangan, modul pembelajaran, pemahaman konsep dan minat

Developing a Module to Improve Concept Understanding and Interest of Students of SMP

Abstract
The study aimed to develop appropiate mathematics instructional module for mathematics
instruction for seventh grade students of SMP N 1 Pomalaa South-East Sulawesi. This research and
development study used Borg and Gall model. Subject of research were 31 students of SMPN 1
Pomalaa. Specifically, 6 students participated in the limited try-out and 25 students participated in the
extended try-out. The result of study shows that the module of geometry learning for seventh grade
students of SMP N 1 Pomalaa in terms of the aspect of content was categorized good, from the aspect
of language and pictures was categorized very good, from the aspect of lay-out was categorized very
good, and from the aspect of graphic design was categorized good, and also mathematics learning
using learning module was better than without module.
Keywords: development, learning module, concept undertanding, interest.

How to Cite Item: Lasmiyati, L., & Harta, I. (2014). Pengembangan modul pembelajaran untuk meningkatkan
pemahaman konsep dan minat SMP. PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika, 9(2), 161-174. Retrieved
from http://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras/article/view/9077

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 162
Lasmiyati, Idris Harta

dijadikan sebagai salah satu bahan ajar alternatif


PENDAHULUAN
dengan tujuan apakah dengan menggunakan mo-
Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun dul pembelajaran dapat meningkatkan pema-
2006 diuraikan tujuan mata pelajaran matema- haman konsep dan minat belajar siswa.
tika diajarkan di sekolah adalah (a) memahami Peneliti memilih geometri bidang datar
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan sebagai materi modul dikarenakan pemahaman
antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau siswa SMP masih rendah. Sebagai bukti dari
algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat rendahnya pemahaman konsep siswa aka diberi-
dalam pemecahan masalah, (b) menggunakan kan hasil Ujian Nasional (UN) matematika di
penalaran pada pola dan sifat, melakukan mani- SMP N 1 Pomalaa dari lima tahun terakhir pada
pulasi matematika dalam membuat generalisasi, Tabel 1.
menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan
Tabel 1. Hasil Ujian Nasional Matematika SMP
pernyataan matematika, (c) memecahkan masalah
N 1 Pomalaa tahun 2008 s.d 2013
yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan, Kemampuan yang
Sek Rayon Prop Nas
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, diuji
(d) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, Menghitung luas
tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas bangun datar yang
keadaan atau masalah, dan (e) memiliki sikap dibentuk oleh 20,4 70,38 76,36 72,6
segiempat dan
menghargai kegunaan matematika dalam kehi-
segitiga
dupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian Menyelesaikan soal
dan minat dalam mempelajari matematika, serta yang berkaitan
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan dengan luas 20,0 46,83 42,68 60,8
masalah (Depdiknas, 2006). Salah satu kemam- permukaan bangun
puan yang dikuasai oleh siswa sebagai hasil dari ruang sisi datar
proses pembelajaran matematika berdasarkan Menyelesaikan soal
Permendiknas tersebut adalah memahami kon- cerita yang
sep matematika dalam pemecahan masalah. menggunakan konsep 32,3 63,02 56,05 65,2
Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran bia- kesebangunan
sanya diukur dengan keberhasilan peserta didik segiempat
Menyelesaikan
dalam memahami dan menguasai materi yang
masalah yang
diberikan. berkaitan dengan luas
19,5 12,96 13,58 31,0
Selain itu, salah satu keberhasilan pem- bangun datar
belajaran adalah tersedianya fasilitas belajar se- Unsur-unsur bangun
perti buku pelajaran. Dari hasil wawancara dan 57,9 51,36 54,31 54,9
datar.
observasi diperoleh bahwa sekolah sebenarnya (Sumber: Depdiknas, 2008 – 2013)
telah menyediakan buku paket, akan tetapi ma-
teri yang diajarkan tidak sesuai dengan kompe- Berbagai usaha dikembangkan untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran. Salah satu
tensi dasar siswa sekaligus masih dominan as-
pek kognitif dan kurang kontekstual. Selanjut- cara yang dapat dilakukan adalah mengembang-
nya, berdasarkan hasil wawancara dari siswa kan media pembelajaran yang berupa bahan ajar.
sendiri buku-buku paket yang disediakan sudah Menurut Suryosubroto (2009, p.75) mengatakan
tidak layak untuk digunakan karena telah rusak bahwa penyediaan media pengajaran yang ber-
macam-macam akan sangat berguna bagi anak
dan beberapa halaman telah hilang, upaya yang
dilakukan oleh siswa saah satunya adalah de- untuk belajar sesuai dengan cara belajar yang
ngan mencopi buku paket atau mencatat, tetapi berbeda-beda. Pembaruan sisten pengajaran me-
tidak semua siswa melakukan upaya tersebut. nuju kepada Individualized Instruction sudah
Selain itu ketika proses pembelajaran terjadi, dilakukan antara lain dilaksanakannya pengajar-
beberapa siswa sibuk keluar masuk kelas, an berprogram (modular instruction) dan peng-
berbicara dengan temannya, sibuk menarik-narik ajaran dengan modul (modular instruction). Ba-
buku temannya dan terkadang tertawa keras. Hal han pembelajaran mempunyai peran yang sangat
ini mengindikasikan bahwa minat siswa untuk penting dalam kegiatan pembelajaran. Menurut
belajar matematika rendah. Berdasarkan fakta- Sungkono dkk (2003, p. 1) bahan pembelajaran
fakta di atas, perlu adanya perbaikan, dari adalah seperangkat bahan yang memuat materi
beberapa jenis bahan ajar diduga modul dapat atau isi pembelajaran yang didesain untuk

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 163
Lasmiyati, Idris Harta

mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ajar ber- Bahan ajar dalam rangka proses pembel-
sifat sistematis artinya disusun secara urut ajaran harus diadakan atau dibuat oleh pengajar.
sehingga memudahkan siswa belajar. Untuk mengadakan bahan ajar menurut Orlich,
Menurut BSNP (2007, p. 4) bahan ajar se- et al. (2008, pp. 108-109), bahwa “providing
cara garis besar terdiri atas pengetahuan, kete- content is the essence of most lessons. Text book
rampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa are content rich,sometimes maybe too rich, and
dalam rangka mencapai standar kompetensi require you to be selective about what you will
yang telah ditentukan. Menurut Finch & stress, consider text materials carefully. The
Crunkilton (2006, pp. 208-232) mengemukakan only content you need is what is relevant to the
bahwa bahan ajar adalah sumber-sumber yang theme or concept you are developing. You
dapat membantu pengajar dalam membawa probably have endured classes that were
perubahan perilaku yang diinginkan dalam overloaded with content; they had more facts
individu para siswa. Ada beberapa jenis bahan and details than anymore could ever
ajar sebagai materi kurikulum, yaitu: bahan ajar remember”.
dicetak, materi audio visual dan alat bantu yang Yang artinya menyiapkan materi merupa-
bersifat manipulasi. Bahan ajar bersifat sistema- kan esensi terpenting dalam pembelajaran. Buku
tis, artinya disusun secara urut sehingga memu- teks biasanya kaya dengan konten, terkadang
dahkan siswa belajar bisa sangat kaya dengan konten yang mengha-
Adapun perbedaan buku teks yang ada se- ruskan pembaca untuk lebih selektif tentang apa
karang ini dengan bahan ajar menurut Depdik- yang akan ditekankan. Selain itu, guru atau
nas (2010b, pp. 26-27) adalah sebagai berikut. pengajar harus mempertimbangkan materi teks
Buku teks Bahan ajar secara hati-hati yaitu hanya konten yang relevan
1. Mengasumsikan 1. Menimbulkan minat dengan tema atau konsep yang dipelajari.
minat dari pembaca. dari pembaca. Penilaian sumber bahan ajar ini menurut
2. Ditulis terutama 2. Ditulis dan dirancang Forsyth, et al. (2004, pp. 61-64) dilakukan de-
untuk digunakan guru untuk dipakai siswa ngan langkah-langkah (1) mengidentifikasi sum-
dirancang untuk bersumber bahan ajar, (2) menghubungkan isi
dipasarkan secara
dari sumber-sumber tersebut dengan kebutuhan
luas.
3. Belum tentu 3. Menjelaskan tujuan pembelajaran, (3) menetapkan kesesuaian urut-
menjelaskan tujuan instruksional. urutan dan langkah-langkah untuk bahan ajar,
instruksional. (4) menguji kemuktahiran isinya, (5) menilai
4. Disusun secara linier 4. Disusun berdasarkan kekomprehensifannya, dan (6) menyaring kele-
pola belajar fleksibel bihan, kekurangan dan kesalahan yang mungkin.
5. Struktur berdasarkan 5. Struktur berdasarkan Salah satu sumber bahan ajar yang dapat
logika ilmu kebutuhan siswa dan digunakan adalah modul.
kompetensi akhir Modul menurut Meyer (1978, p. 2) adalah
yang akan dicapai “a modul is relatively short self-contained
6. Belum tentu 6. Berfokus pada
independent unit of instructional designed to
memberikan latihan pemberian
kesempatan bagi achieve a limited set of specific and well-defined
siswa untuk berlatih educational objectives. It usually has a tangible
7. Tidak mengantisipasi 7. Mengakomodasi format as a set or kit of coordinated and highly
kesukaran belajar kesukaran belajar produced materials involving a variety of media
siswa siswa . A module may or may not be designed for
8. Belum tentu 8. Selalu memberikan individual self paced learning and may employ
memberikan rangkuman a variety of teaching techniques”. Modul adalah
rangkuman suatu bahan ajar pembelajaran yang isinya
9. Gaya penulisan 9. Gaya penulisan relatif singkat dan spesifik yang disusun untuk
(bahasanya naratif (bahasanya
mencapai tujuan pembelajaran. Modul biasanya
tetapi tidak komunikatif)
komunikatif) memiliki suatu rangkaian kegiatan yang terkoor-
10. Sangat padat 10.Kepadatan dinir dengan baik berkaitan dengan materi dan
berdasarkan media serta evaluasi.
kebutuhan siswa Modul sebagai salah satu bahan ajar
11. Dikemas untuk dijual 11.Dikemas untuk mempunyai salah satu karakteristik adalah
secara umum digunakan dalam prinsip belajar mandiri. Belajar mandiri menurut
proses instruksional Oka (2009, p. 2) adalah cara belajar aktif dan

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 164
Lasmiyati, Idris Harta

partisipasi untuk mengembangkan diri masing- mathematical understanding can be charac-


masing individu yang tidak terikat dengan terized as levelled but non-linear. It is a
kehadiran guru, dosen, pertemuan tatap muka di recursive phenomenon and recursion is seen
kelas, kehadiran teman sekolah. to occur when thinking moves between levels
Adapun kelebihan pembelajaran dengan of sophistication. Indeed each level of under-
modul yaitu (a) modul dapat memberikan um- standing is contained within succeeding
pan balik sehingga pebelajar mengetahui keku- levels. Any particular level is dependent on
rangan mereka dan segera melakukan perbaikan, the forms and processes within and, further,
(b) dalam modul ditetapkan tujuan pembelajaran is constrained by those without.
yang jelas sehingga kinerja siswa belajar terarah
Artinya pemahaman matematika dapat
dalam mencapai tujuan pembelajaran, (c) modul
dikelompokkan dalam beberapa tingkatan. Se-
yang didesain menarik, mudah untuk dipelajari,
tiap tingkatan pemahaman siswa memiliki ting-
dan dapat menjawab kebutuhan tentu akan
kat keberhasilan yang bergantung pada proses
menimbulkan motivasi siswa untuk belajar, (d)
siswa untuk menghadapi hambatan yang ada.
modul bersifat fleksibel karena materi modul
Marpaung (2002) mengatakan bahwa
dapat dipelajari oleh siswa dengan cara dan
pemahaman matematika lebih bermakna jika
kecepatan yang berbeda, (e) kerjasama dapat
dibangun oleh siswa sendiri dan tidak dalam
terjalin karena dengan modul persaingan dapat
keadaan yang dipaksakan. Hal ini berarti bahwa
diminimalisir dan antara pebelajar dan pembel-
konsep-konsep dan logika-logika matematika
ajar, dan (f) remidi dapat dilakukan karena mo-
tidak diberikan dengan cara hafalan atau harus
dul memberikan kesempatan yang cukup bagi
mengikuti algoritma yang diberikan oleh guru.
siswa untuk dapat menemukan sendiri kelemahannya
Dikhawatirkan ketika siswa lupa dengan algorit-
berdasarkan evaluasi yang diberikan.
ma atau rumus yang diberikan, siswa tidak dapat
Selain memiliki kelebihan, menurut
menyelesaikan persoalan-persoalan matematika.
Morrison, Ross, & Kemp (2004, p. 78), modul
Untuk itu diharapkan dalam proses belajar
juga memiliki beberapa kekurangan yaitu (1)
mengajar siswa harus terlibat secara aktif se-
interaksi antarsiswa berkurang sehingga perlu
hingga mereka dapat menemukan sendiri
jadwal tatap muka atau kegiatan kelompok, (2)
konsep-konsep matematika.
pendekatan tunggal menyebabkan monoton dan
Menurut Hanna & Yackel (NCTM, 2000,
membosankan karena itu perlu permasalahan
p. 21) mengatakan bahwa:
yang menantang, terbuka dan bervariasi, (3)
kemandirian yang bebas menyebabkan siswa learning with understanding can be further
tidak disiplin dan menunda mengerjakan tugas enhanced by classroom interaction, as
karena itu perlu membangun budaya belajar dan students propose mathematical ideas and
batasan waktu, (4) perencanaan harus matang, conjectures, learn to evaluate their own
memerlukan kerjasama tim, memerlukan du- thinking and that of others, and develop
kungan fasilitas, media, sumber dan lainnya, ser- mathematical reasoning skill.
ta (5) persiapan materi memerlukan biaya yang Berdasarkan pernyataan tersebut berarti
lebih mahal bila dibandingkan dengan metode bahwa belajar dengan pemahaman dapat dicapai
ceramah. Berdasarkan uraian di atas, peneliti dari interaksi siswa saat di kelas, misalkan siswa
merasa perlu untuk mengadakan penelitian tentang mengajukan ide-ide matematika dan konjektur,
pengembangan modul pembelajaran pada materi belajar mengevaluasi pemikiran mereka dan ba-
geometri bidang datar untuk meningkatkan pe- gian lainnya, serta mengembangkan keterampil-
mahaman konsep dan minat siswa. an penalaran matematika. Berdasarkan uraian di
Pemahaman menurut Romberg & Shafer atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman dapat
(2009, pp.160-163) mengatakan bahwa pema- dicapai jika siswa mengajukan ide-ide matema-
haman siswa berkembang. Fakta, hubungan dan tika, mengevaluasi pemikiran mereka, mengem-
prosedur menjadi sumber daya yang membantu bangkan keterampilan penalaran yang dicapai
pemikiran dalam memecahkan permasalahan dari interaksi kelas sebagaimana siswa mengaju-
rutin dan membangkitkan pengertian yang kan ide-ide matematika dan konjektur dan dapat
mendalam untuk membuat gagasan di dalam membedakan contoh-contoh dari yang bukan
situasi tidak familiar. Selain pendapat di atas, contoh-contoh.
pemahaman matematika menurut Pirie & Kieren Salah satu kompetensi yang harus dimiliki
(Koyama, 1992, p. 67) mengatakan bahwa: siswa dalam belajar matematika adalah mema-

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 165
Lasmiyati, Idris Harta

hami konsep matematika seperti pada salah satu Conceptual understanding is an important
butir dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun component of proficiency.
2006 (Depdiknas, 2006). Konsep dalam mate-
Yang artinya siswa belajar matematika
matika menurut Gagne (Ruseffendi, 1991, p. 70)
dengan pemahaman dan siswa secara aktif mem-
adalah ide abstrak yang memungkinkan kita
bangun pengetahuan baru dari pengalaman dan
mengelompokkan objek-objek ke dalam contoh
pengetahuan sebelumnya. Pemahaman konsep
atau bukan contoh, karena sifatnya abstrak,
merupakan komponen penting dari kemampuan
maka sebelum konsep diajarkan, hendaknya di-
yang dikuasai siswa.
yakinkan bahwa siswa telah memiliki penge-
Selain kemampuan pemahaman konsep,
tahuan prasyarat. Pengetahuan prasyarat dipakai
hal penting yang harus diperhatikan dalam
untuk pemahaman konsep matematik selanjut-
proses pembelajaran matematika adalah minat
nya. Menurut Schunk (2010, p.194) yaitu
belajar matematika siswa. Menurut Sanjaya
“concept learning involves identifying attri-
(2010, p. 71) minat adalah kecenderungan
butes, generalizing them to new examples and
individu untuk melakukan sesuatu perbuatan.
discriminating examples from nonexamples”,
Sementara itu, menurut Slameto (2010, p. 180)
yang artinya pembelajaran konsep melibatkan
bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan
kegiatan mengidentifikasi sifat dalam matema-
rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas,
tika dan menggeneralisasikanya untuk mem-
tanpa ada yang menyuruh. Nitko & Brookhart
peroleh contoh-contoh yang baru dan membeda-
(2007, p. 448) menyatakan bahwa ”interest are
kan yang termasuk contoh dan yang bukan
preferences for specific types of activities when
contoh. Pemahaman secara konsep adalah kunci
a person is not under external pressure”, artinya
aspek pembelajaran. Hal penting dari tujuan
minat merupakan hal-hal yang disukai dari suatu
mengajar adalah menolong para siswa untuk
aktivitas ketika seseorang tidak berada dalam
memahami konsep utama. Di sisi lain belajar
tekanan yang berasal dari luar dirinya.
konsep menurut Winkel (2014, p. 93) bahwa
Menurut Elliot, et al. (2000, p. 349)
belajar konsep adalah satuan arti yang mewakili
“interest is similar and related to curiosity.
sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang
Interest is an enduring characteristic expressed
sama. Belajar konsep merupakan salah-satu
by a relationship between a person and parti-
belajar dengan pemahaman dan kerap dikenal
cular activity or object”, yang artinya bahwa
dengan nama”concept formation”.
minat berhubungan dengan keingintahuan dan
Pemahaman konsep menurut Skemp
minat adalah sifat yang diungkapkan melalui
(2005, p. 32) adalah “concepts of a higher order
hubungan seseorang dengan kegiatan atau objek
than those which a person already has cannot
tertentu. Sementara itu, Schunk, et al (2010, pp.
be communicated to him by a definition, but only
220-221) mengemukakan beberapa strategi yang
by arranging for him to encounter a suitable
dapat digunakan guru untuk meningkatkan
collection of example”, yang artinya bahwa
minat belajar siswa yaitu (1) menggunakan
konsep yang memiliki tingkatan lebih tinggi
bahan sumber asli, (2) membangun antusiasme
daripada konsep yang sudah dimiliki siswa tidak
dan minat dalam diri sendiri terhadap materi, (3)
dapat dikomunikasikan dengan sebuah definisi,
membuat kejutan dan sesuatu yang baru di
akan tetapi hanya contoh-contoh yang sesuai.
dalam kelas, (4) menggunakan aktivitas yang
Menurut NCTM (2000, p. 21) bahwa ”concep-
bervariasi dan unik, dan (5) membangun dan
tual understanding is an essential component of
mengintegrasikan minat pribadi siswa dalam
the knowledge needed to deal with novel prob-
merancang pelajaran. Dari beberapa uraian ter-
lems and settings”, yang artinya pemahaman
sebut, tujuan dari penelitian ini adalah mengem-
konseptual adalah sebuah komponen penting
bangkan modul pembelajaran dapat meningkat-
dari pengetahuan yang dibutuhkan untuk
kan pemahaman konsep dan minat siswa belajar
menghadapi permasalahan-permasalahan yang
matematika.
tidak rutin.
Masih menurut NCTM (2000, p. 20) METODE
mengatakan bahwa: Jenis Penelitian
Students must learn mathematics with under- Penelitian ini merupakan penelitian
standing, actively building new knowled-ge pengembangan dengan model pengembangan
from experience and prior knowledge. yang digunakan adalah model Borg & Gall.
Menurut Borg & Gall (1983, p.772) prosedur

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 166
Lasmiyati, Idris Harta

penelitian dan pengembangan pada dasarnya atas produk dan isntrumen yang terbentuk. Data
meliputi: (1) studi pendahuluan dan pengumpul- validasi yang diperoleh dari ahli dianalisis ke-
an data, (2) perencanaan, (3) mengembangkan mudian jika masih terdapat kriteria validasi yang
produk awal, (4) uji coba terbatas, (5) melaku- belum terpenuhi maka dilakukan revisi. Lang-
kan revisi terhadap produk utama, (6) melaku- kah selanjutnya adalah ujicoba terbatas dengan
kan uji lapangan, (7) melakukan revisi terhadap cara memberikan produk bahan ajar yang berupa
produk operasional, (8) melakukan uji lapangan modul cetak kepada guru mitra, pengawas mate-
operasional, (9) melakukan revisi produk akhir, matika, teman sejawat dan siswa. Uji coba
dan (10) mendesiminasi dan mengimplemen- lapangan dilakukan pada siswa yang jumlahnya
tasikan produk. Menurut Ghufron (2007, p.10) lebih besar, tujuannya untuk mengetahui apakah
bahwa dari kesepuluh langkah model Borg & produk yang dihasilkan telah memenuhi kriteria
Gall dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) keterbacaan. Data hasil uji coba dianalisis untuk
langkah, yaitu: (a) pendahuluan, (b) pengem- mengetahui apakah produk masih perlu direvisi
bangan, (c) uji lapangan, dan (d) diseminasi, atau tidak. Selain prosedur di atas, pengambilan
akan tetapi pada pene-litian ini langkah data dalam penelitian ini melalui rancangan
diseminasi tidak dilaksanakan. Post-test design.
Waktu dan Tempat Penelitian Instrumen Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan pada bulan Instrumen pengumpulan data terdiri atas
April sampai bulan Juni 2014 di SMP N 1 soal tes, daftar pertanyaan, dan pedoman obser-
Pomalaa Sulawesi Tenggara dengan subjek vasi. Soal tes terdiri atas soal uraian untuk
penelitian adalah 48 siswa kelas VII yang terdiri mengetahui sejauh mana pemahaman konsep
atas 2 kelas, yaitu kelas VII B sebanyak 23 sis- siswa yang telah dicapai oleh peserta didik. Daf-
wa sebagai kelas kontrol dan kelas VII F seba- tar pertanyaan berupa angket sebagai instrumen
yak 25 siswa sebagai kelas eksperimen. pengumpulan data untuk mendapatkan data ten-
tang minat siswa, kelayakan modul pembelajar-
Prosedur
an matematika dari segi kelayakan isi, penyajian,
Adapun prosedur dalam pengembangan bahasa, gambar dan komponen kegrafisan. Angket
ini adalah pendahuluan, pengembangan, dan uji untuk penilaian modul diperuntukkan kepada
lapangan. Pada tahap pendahuluan, informasi ahli materi, ahli media, guru matematika, peng-
dikumpulkan dengan melakukan prasurvei yang awas matematika, teman sejawat dan siswa.
bertujuan untuk menelaah kurikulum matema- Pedoman observasi digunakan sebagai panduan
tika SMP, menelaah karakteristik siswa berda- pengamatan langsung dan wawancara terhadap
sarkan kemampuan, latar belakang pengetahuan, guru dan siswa.
perkem-bangan kognitif dan mengetahui pem-
Teknik Analisis Data
belajaran yang berlangsung juga mengumpulkan
informasi yang berkaitan dengan bahan ajar Teknik analisis data pada penelitian ini
yang digunakan siswa ataupun guru apakah untuk menentukan apakah produk yang dikem-
masih layak digunakan dan kontekstual. Setelah bangkan memenuhi syarat kelayakan, kevalidan
melakukan studi pendahuluan langkah selanjut- dengan menggunakan deskriptif kuantitatif. Data
nya adalah pengembangan yang mencakup dalam penelitian ini yaitu data yang bersumber
kegiatan memilih cakupan materi, menentukan dari lembar validasi ahli, lembar penilaian guru,
sasaran dari produk, perumusan alat pengukuran penilaian teman sejawat, pengawas matematika,
keberhasilan dan beberapa hal lainnya yang ter- angket minat siswa. Langkah-langkah yang di-
kait dengan persiapan pengembangan produk. tempuh untuk menganalisis data tersebut yakni:
Selanjutnya melakukan desain produk, produk menghitung total skor aktual yang diperoleh dari
yang dikembangkan adalah modul pembelajaran penilaian para ahli/praktisi, data tersebut dikon-
matematika kontekstual untuk tingkat SMP/MTs versikan menjadi data kualitatif skala lima
kelas VII semester 2. Langkah yang ketiga ada- sebagai konversi data untuk minat siswa dan
lah uji lapangan yang meliputi validasi ahli, pemahaman konsep siswa yang disajikan pada
analisis data validasi, ujicoba terbatas, ujicoba Tabel 1 dan Tabel 2.
lapangan, analisis data ujicoba.
Analisis Data Minat Belajar Siswa
Validasi ahli digunakan untuk mengetahui
kevalidan instrumen, kevalidan produk dan un- Data tentang minat belajar siswa diper-
tuk mendapatkan masukan dan saran perbaikan oleh menggunakan instrumen non-tes yang

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 167
Lasmiyati, Idris Harta

berbentuk checklist dengan menggunakan skala Tabel 2. Skor Acuan Kelayakan Modul dalam
Likert. Penskoran untuk skala minat belajar Skala Likert
matematika memiliki rentang antara 50,1 sampai
Aspek/Interval Skor(x) Kriteria
99,9. Untuk menetukan kriteria hasil pengukur- 1 Kelayakan Isi x>41,9 Sangat baik
an digunakan klasifikasi berdasarkan rata-rata 33,9<x≤41,9 Baik
ideal (Mi) dan standar deviasi (Si). Mi merupa- 25,9<x≤34,0 Cukup baik
kan setengah dari hasil penjumlahan skor maksi- 17,9<x≤25,9 Kurang baik
mal dengan skor minimal, dan Si merupakan x≤17,9 Sangat
seperenam dari hasil selisih skor maksimal kurang baik
dengan skor minimal. Total skor aktual yang 2 Bahasa dan x>33,6 Sangat baik
diperoleh kemudian dikonversikan menjadi data Gambar 27,2<x≤33,6 Baik
kualiatif skala lima seperti Tabel 1. 20,8<x≤27,2 Cukup baik
14,5<x≤20,8 Kurang baik
Tabel 1. Kriteria Tingkat Minat Belajar Siswa x≤14,4 Sangat
kurang baik
Skor (x) Kriteria 3 Penyajian x>71,4 Sangat baik
x>99,9 Sangat tinggi 57,8<x≤71,4 Baik
83,3 < x ≤ 99,9 Tinggi 44,2<x≤57,8 Cukup baik
66,7 < x ≤ 83,3 Sedang 30,6<x≤44,2 Kurang baik
50,1 < x ≤ 66,7 Rendah x≤30,6 Sangat
x ≤ 50,1 Sangat rendah kurang baik
(Azwar, 2014, p. 163) 4 Kegrafisan x>25,2 Sangat baik
Setelah memperoleh data pengukuran 20,4<x≤25,2 Baik
15,6<x≤20,4 Cukup baik
minat belajar matematika, total skor masing-
10,8<x≤15,6 Kurang baik
masing unit dikategorikan berdasarkan kriteria x≤10,8 Sangat
pada Tabel 1. Total skor semua unit yang telah kurang baik
dikumpulkan kemudian dihitung persentasenya (Direktorat Pembinaan SMA, 2010, pp. 59-60)
untuk masing-masing kriteria.
Teknik Analisis Data Uji Coba Terbatas
Analisis Kelayakan Modul Pembelajaran
Matematika Pada uji coba terbatas, dilakukan dengan
memberikan produk bahan ajar berupa modul
Analisis kelayakan modul dilakukan kepada 2 guru mitra, teman sejawat, pengawas
dengan cara mengkonversi data kuantitatif beru- matematika dan 6 orang siswa kelas VII yang
pa skor hasil penilaian pada masing-masing ditunjuk dengan kemampuan tinggi, sedang dan
komponen penilaian kelayakan modul oleh ahli rendah yang bertujuan untuk mengetahui keter-
media dan materi, guru matematika, pengawas bacaan, kelayakan dan pemahaman terhadap
matematika dan teman sejawat yang dilakukan kata-kata atau kalimat dalam produk pengem-
dengan perhitungan skor ideal, minimum ideal, bangan. Guru mitra dan pengawas matematika
skor maksimum ideal, mean ideal dan standar menilai keterba-caan, kevalidan modul pembel-
deviasi ideal. Produk pengembangan yang diha- ajaran, LKS dan RPP, sedangkan siswa menilai
silkan dikatakan valid apabila masing-masing keterbacaan modul pembelajaran, respon terha-
komponen memenuhi kategori baik, seperti yang dap modul dari segi peningkatan pemahaman
ditunjukkan pada Tabel 2. konsep dan minat. Hasil uji coba berupa desain
Total skor masing-masing unit dikategori- yang efektif, baik dari sisi substansi produk
kan berdasarkan kriteria pada Tabel 2. Total yang dikembangkan.
skor semua unit yang telah dikumpulkan kemu-
dian dihitung persentasenya untuk masing- HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
masing kriteria. Hasil Penelitian
Pengembangan modul pembelajaran da-
lam penelitian ini menggunakan model Borg &
Gall yang disederhanakan menjadi 4 tahap yaitu
tahap pendahuluan, tahap pengembangan, tahap
uji lapangan dan diseminasi.

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 168
Lasmiyati, Idris Harta

Tahap Pendahuluan
Dengan melakukan prasurvei pada seko-
lah sebagai tempat uji coba. Kegiatan dilakukan
dengan pengamatan langsung di sekolah dan
wawancara terhadap guru dan siswa mengenai
bahan ajar yang tersedia di sekolah dan diper-
oleh informasi bahwa siswa sudah tidak memi-
liki buku teks dikarenakan telah banyak yang
rusak dan beberapa halaman banyak yang hi-
lang. Usaha lain yang dilakukan oleh siswa de-
ngan menyalin atau menulis, tetapi tidak semua
siswa melakukan upaya tersebut.
Gambar 1. Diagram Hasil Penilaian Aspek
Tahap Pengembangan Kelayakan Isi
Tahap pengembangan, dirancang meliputi Dengan berpedoman pada Tabel 2 dan
delapan tahap yaitu: (a) tujuan pengembangan sesuai dengan gambar di atas dapat dijelaskan
produk, (b) penyusunan instrumen untuk bahwa skor bahwa pada modul 1 diperoleh skor
mengukur kelayakan, dan kevalidan modul, (c) total 43 yang termasuk kategori sangat baik,
pembuatan bahan ajar (d) analisis indikator pada modul 2 diperoleh skor total 42,6 dan termasuk
modul pembelajaran, (e) penyusunan bahan ajar, kategori sangat baik, modul 3 diperoleh skor
(f) penyusunan modul pembelajaran, (g) pemi- 41,3 yang termasuk kategori baik, modul 4
lihan format, dan (h) desain awal modul. diperoleh skor 40,6 dengan kategori baik, modul
Tahap Uji Lapangan 5 diperoleh skor 43 yang berkategori sangat
baik, dan modul 6 diperoleh skor 42 atau
Pada tahap ini uji lapangan meliputi hasil termasuk kategori baik. Berdasarkan tabel skala
uji coba ahli, uji terbatas dan uji lapangan. Uji penilaian dinyatakan bahwa modul pembel-
coba ahli dilakukan untuk mengevaluasi modul ajaran mendapat nilai A dengan kategori sangat
pembelajaran matematika yang dikembangkan baik pada aspek kelayakan isi.
yaitu berupa penilaian, saran dan masukan yang Selanjutnya analisis data hasil evaluasi
dapat dijadikan pedoman untuk merevisi produk produk dari ahli materi, guru matematika dan
awal modul. Setelah produk direvisi selanjutnya pengawas matematika pada aspek bahasa dan
diuji cobakan siswa pada kelompok kecil yang gambar yang disajikan pada Gambar 2 berikut.
dilaksanakan di SMP N 1 Pomalaa dengan objek
6 siswa yang dipilih secara acak berdasarkan
kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Hasil Uji Coba.
Data yang diperoleh dalam pengembang-
an modul pembelajaran matematika terdiri atas
data hasil evaluasi produk, data hasil uji coba
terbatas dan data hasil uji coba lapangan, data
hasil uji coba validitas dan reliabilitas instrumen
tes.
Data Hasil Evaluasi Produk Materi.
Data hasil evaluasi produk yang meliputi Gambar 2. Diagram Hasil Penilaian Bahasa dan
data hasil evaluasi produk dari ahli materi, guru Gambar.
matematika dan pengawas matematika terdiri
atas dua aspek yaitu aspek kelayakan isi dan Berdasarkan Gambar 2 dan tabel skala
aspek bahasa seperti pada Gambar 1. penilaian pada Tabel 2 diperoleh hasil bahwa
modul 1 dengan skor 32,7 dengan kategori baik,
modul 2 dengan skor 33,3 memiliki kategori ba-
ik, modul 3 dengan skor 33,6 termasuk kategori
sangat baik, modul 4 dengan skor 33,3 yang
berkategori baik, modul 5 dengan skor 34,3

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 169
Lasmiyati, Idris Harta

dengan kategori sangat baik, dan modul 6 de- Berdasarkan Gambar 4 dapat dijelaskan
ngan skor 33,3 yang berarti termasuk kategori bahwa pada modul 1 diperoleh skor 24 dengan
baik. Berdasarkan tabel skala penilaian dinyata- kategori baik, modul 2 diperoleh skor total 25
kan bahwa modul pembelajaran mendapat nilai dan termasuk kategori baik, modul 3 diperoleh
B dengan kategori baik pada aspek bahasa dan skor 24,7 yang berkategori baik, modul 4 diper-
gambar. oleh skor 24,7 dengan kategori baik, modul 5
diperoleh skor 25,3 yang berkategori sangat baik,
Data Hasil Evaluasi Produk Media
modul 6 diperoleh skor 25,3 yang memiliki kate-
Data hasil evaluasi produk dari ahli gori sangat baik. Berdasarkan tabel skala peni-
media, guru matematika dan teman sejawat dari laian dinyatakan bahwa modul pembelajaran
aspek penyajian, dapat dilihat pada Gambar 3. mendapat nilai B dengan kategori baik pada
aske kegrafisan.
Berdasarkan hasil analisis data penilaian
modul pembelajaran yang ditunjukkan pada
diagram batang di atas oleh ahli media, materi,
guru matematika, pengawas matematika dan
teman sejawat, menunjukkan bahwa modul
pembelajaran yang dihasilkan memenuhi kriteria
layak dari aspek isi, penyajian, bahasa dan gam-
bar dan kegrafisan, sehingga modul pembelajar-
an ini layak untuk digunakan.
Data Hasil Uji Coba Terbatas
Gambar 3. Diagram Hasil Penilaian Aspek Data hasil uji coba yang dimaksud adalah
Penyajian data yang berasal dari penilaian hasil respon
siswa pada kelompok kecil terhadap modul,
Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa skor
hasil uji coba terbatas disajikan pada Gambar 5.
bahwa pada modul 1 diperoleh skor 72,7 yang
termasuk kategori sangat baik, modul 2 diper-
oleh skor total 70,3 dengan kategori baik, modul
3 diperoleh skor 72,7 yang berkategori sangat
baik, modul 4 diperoleh skor 72 atau dengan
kategori sangat baik, modul 5 diperoleh skor 69
dnegan kategori baik, dan modul 6 diperoleh
skor 70,3 yang termasuk kategori baik. Berda-
sarkan tabel skala penilaian dinyatakan bahwa
modul pembelajaran mendapat nilai B dengan
kategori baik pada aspek penyajian.
Adapun analisis data hasil evaluasi pro-
duk pada aspek kegrafisan dapat dilihat pada Keterangan Aspek:
Gambar 4. 1 = materi; 2 = bahasa dan gambar;
3 = penyajian; 4 = kegrafisan.
Gambar 5. Diagram Hasil Penilaian Kelompok
Kecil Pada Modul Pembelajaran.
Data hasil evaluasi produk oleh siswa
ditinjau dari aspek materi, aspek bahasa dan
gambar, aspek penyajian dan aspek tampilan.
Pada aspek materi diperoleh skor 17 (sangat
baik), aspek bahasa dan gambar diperoleh skor
22 (baik), aspek penyajian diperoleh skor 50
(baik) dan aspek kegrafisan dengan skor 25,1
(baik).
Gambar 4. Diagram Hasil Penilaian Aspek
Kegrafisan

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 170
Lasmiyati, Idris Harta

Data Hasil Uji Coba Lapangan. Tabel 4. Hasil Uji Coba Validitas Instrumen
Pemahaman Konsep
Uji coba lapangan dilaksanakan pada sis-
wa SMP N 1 Pomalaa sebanyak 25 siswa kelas Butir 1 Butir 2 Butir 3 Butir 4
VII F dengan tujuan untuk memperoleh produk Total 0,809 0,654 0,788 0,625
yang lebih baik. Hasil uji coba lapangan di Ket valid valid valid valid
sajikan dalam Gambar 6. Untuk mengestemasi reliabiltas instrumen
tes dalam penelitian ini menggunakan rumus
Alpha-Cronbach. Hasil dari reliabilitas instru-
men tes dan non-tes dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Estimasi Reliabilitas Instrumen
Penelitian
Instrumen Nilai α Ket
Pemahaman konsep 0,770 reliabel
Minat siswa 0,864 reliabel
Berdasarkan data pada Tabel 5 bahwa
Keterangan Aspek: koefisien reliabilitas kedua instrumen adalah
1 = materi; 2 = bahasa dan gambar; reliabel sehingga instrumen siap digunakan
3 = penyajian; 4 = kegrafisan. sebagai pengukuran variabel saat penelitian.
Gambar 6. Diagram Hasil Uji Coba Lapangan Deskripsi Pemahaman Konsep dan Minat Siswa
Dari Gambar 6, data hasil evaluasi produk Data skor pemahaman konsep akan dides-
oleh siswa ditinjau dari aspek materi, aspek kripsikan melalui data posttest baik dari kelom-
bahasa dan gambar, aspek penyajian dan aspek pok eksperimen maupun kelompok kontrol,
tampilan. Pada aspek materi diperoleh skor berdasarkan hasil post-test pada kelas eksperi-
15,08 (baik), aspek bahasa dan gambar diper- men dengan pembelajaran menggunakan modul
oleh skor 24 (baik), aspek penyajian diperoleh dan kelas kontrol yang tidak menggunakan
skor 48 (baik) dan aspek kegrafisan dengan skor modul dapat dilihat data selengkapnya pada
25(baik). Tabel 6.
Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Tabel 6. Deskripsi Kemampuan Pemahaman
Instrumen Tes Konsep Matematika
Validitas tes dilakukan untuk melihat apa- Kelas Kelas
kah instrumen yang diberikan kepada siswa te- Statistik Eksperimen Kontrol
lah layak digunakan. Instrumen yang divalidasi Posttest Posttest
pada penelitian ini meliputi instrumen minat Banyak Siswa 25 23
belajar matematika dan intrumen soal pema- Rata-rata 85,68 76,95
haman konsep siswa belajar matematika. Uji Standar Deviasi 10,765 13,42
validasi dan realibilitas tes dilakukan pada kelas Nilai Terendah 66 60
VIII dengan 25 siswa. Hasil validasi tes diper- Nilai Tertinggi 100 100
Nilai Min Teoritis 0 0
oleh dengan menggunakan rumus korelasi
Nilai Maks Teoritis 100 100
product moment Pearson yang disajikan pada Ketuntasan 25(100%) 17(73%)
Tabel 3.
Dari Tabel 6, setelah diberikan perlakuan
Tabel 3. Hasil Uji Coba Validasi Instrumen dengan menggunakan modul dan yang tidak
Minat Siswa menggunakan modul, terlihat bahwa rata-rata
Butir Butir Butir Butir Butir Butir hasil post-test kemampuan pemahaman konsep
1 2 3 4 5 6 siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Total 0,823 0,595 0,768 0,831 0,887 0,785 berturut-turut adalah 85,68 dan 76,95. Terlihat
Ket valid valid valid valid valid valid juga persentase ketuntasan untuk kelas eksperi-
Selanjutnya untuk hasil coba validasi men dan kelas kontrol pada post-test untuk
instrumen pemahaman konsep dapat dilihat pada kedua kelas berturut-turut adalah 25 siswa atau
Tabel 4. 100% dan 17 siswa atau 73%.

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 171
Lasmiyati, Idris Harta

Data hasil angket minat belajar matema- men maupun kelompok kontrol. Pada kelompok
tika yang dideskripsikan berupa data hasil eksperimen sebanyak 22 (88%) siswa memiliki
pemberian angket sesudah perlakuan diberikan minat sangat tinggi, 3 (12%) siswa memiliki
untuk mengetahui keefektifan pemberian modul minat tinggi. Sementara itu pada kelompok kon-
ditinjau dari minat belajar matematika. Secara trol, sebanyak 20(86%) siswa memiliki minat
ringkas, minat belajar matematika siswa pada sangat tinggi, 3 (14%) siswa memiliki minat
kedua kelompok disajikan pada Tabel 7. tinggi.
Tabel 7. Deskripsi Minat Siswa Belajar Uji Asumsi Univariat
Matematika
Uji asumsi terdiri atas uji normalitas dan
Setelah Treatment uji homogenitas, keduanya diuji secara univa-
Statistik Kelas Kelas riat. Analisis uji homogenitas variansi dilakukan
Eksperimen Kontrol melalui pendekatan univariat menggunakan
Banyak Siswa 25 23 statistik uji Levene’s test (Pearson, 2010, p.212)
Rata-rata 113 107 dengan bantuan SPSS. Uji homogenitas dilaku-
Standar Deviasi 8,03 6,16
kan terhadap masing-masing variabel dependen.
Nilai Terendah 97 96
Nilai Tertinggi 125 121
Hasil uji homogenitas univariat dapat dilihat
Nilai Min Teoritis 25 25 pada Tabel 9.
Nilai Maks Teoritis 125 125 Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas Univariat
Pada Tabel 7, terlihat bahwa rata-rata ha- Uji Setelah
sil pengukuran minat belajar matematika siswa Variabel
Homogenitas Treatment
setelah perlakuan berturut-turut adalah 113 dan Pemahaman Konsep 0,321
Varians
107 dengan kriteria minat belajar sangat tinggi Minat belajar 0,114
sehingga dapat disimpulkan bahwa minat belajar
Pada Tabel 9, diperoleh informasi bahwa
siswa dengan menggunakan modul lebih tinggi
varians untuk pemahaman konsep dan minat
dibanding dengan siswa yang tidak mengguna-
belajar siswa setelah perlakuan diberikan pada
kan modul.
kedua kelompok mempunyai nilai signifikansi >
Selanjutnya, frekuensi dan persentase
0,05 sehingga asumsi homogenitas varians
banyak siswa pada setiap kriteria minat belajar
terpenuhi.
matematika dihitung sesuai dengan rentang skor
Selanjutnya, uji normalitas dilakukan untuk
yang telah ditentukan. Pada Tabel 8 disajikan
menguji apakah data berasal dari populasi yang
distribusi frekuensi dan persentase mengenai
berdistribusi normal secara univariat, analisis uji
minat siswa belajar matematika pada kedua
normalitas univariat dihitung menggunakan uji
kelompok setelah perlakuan.
Kolmogorov-Smirnov (Pearson, 2010, p. 292)
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Minat Belajar dengan bantuan SPSS. Kriteria keputusannya
Matematika Setelah Perlakuan adalah apabila nilai signifikansi > 0,05 maka
data berasal dari populasi yang berdistribusi
Kelas Kelas
Skor (x) Kriteria Eksperimen Kontrol normal. Hasil uji normalitas univariat setelah
f % f % perlakuan secara ringkas dapat dilihat pada
99,9 < x ≤ 125 ST 22 88% 20 86% Tabel 10.
83,3 < x ≤ T 3 12% 3 14%
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Univariat
99,9
66,7 < x ≤ S 0 0,00 0 0,00
Variabel Kelompok
Setelah
83,3 Perlakuan
50,1 < x ≤ R 0 0,00 0 0,00 Pemahaman Eksperimen 0,092
66,7 Konsep Kontrol 0,064
25 < x ≤ 50,1 SR 0 0,00 0 0,00 Eksperimen 0,061
Minat siswa
Jumlah 25 100 23 100 Kontrol 0,200
Keterangan:
ST = Sangat Tinggi; T = Tinggi;
Berdasarkan Tabel 10, diperoleh infor-
S = Sedang; R = Rendah; SR = Sangat Rendah. masi bahawa pemahaman konsep dan minat sis-
wa belajar matematika setelah treatment, tam-
Berdasarkan Tabel 8, untuk minat belajar pak bahwa kedua kelompok setelah perlakuan
sesudah perlakuan tidak terdapat siswa yang me- mempunyai nilai signifikan > 0,05. Dengan
miliki minat rendah baik dari kelompok eksperi- demikian asumsi normalitas univariat terpenuhi.

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 172
Lasmiyati, Idris Harta

Uji Univariat terbuka yang dapat dikerjakan siswa secara indi-


vidu dan mandiri. Sistem belajar mandiri meru-
Untuk mengetahui pendekatan mana yang
pakan cara belajar yang lebih menitikberatkan
lebih efektif ditinjau dari masing-masing varia-
pada peran otonomi belajar peserta didik. Selain
bel. Uji dilakukan secara univariat mengguna-
soal-soal, modul juga dilengkapi dengan LKS
kan statistik uji independent sample test dengan
dengan soal-soal yang dapat dikerjakan oleh
bantuan SPSS 19.00. Hasil uji perbedaan ke-
siswa di kelas secara berkelompok.
efektifan kedua pendekatan ditinjau dari masing-
Pada proses ini siswa akan saling mem-
masing variabel disajikan dalam Tabel 11.
bantu, saling berkomunikasi antar anggota
Tabel 11. Hasil Uji Perbandingan Keefektifan kelompok, siswa yang memiliki kemampuan
Modul dan Yang Tidak Memakai Modul tinggi akan membantu siswa dengan kemam-
Ditinjau Dari Masing-masing Variabel puan sedang dan rendah dalam menyelesaikan
masalah. Dengan adanya LKS, siswa memiliki
Variabel thit Taraf sig Sig
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
Pemahaman konsep 2,535 0,015 berpikirnya melalui proses specialization,
0,05
Minat 3,112 0,003 conjecturing, justification dan generalization.
Hal ini sesuai dengan pendapat Jaworski (2003,
Berdasarkan Tabel 11, pada variabel p. 6) yang menyatakan bahwa “the idea of
pemahaman konsep diperoleh thitung = 2,535 investigation is fundamental both to the study of
dengan nilai signifikan 0,015 sehingga dapat mathematics itself and also to an understanding
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika of the ways in which mathematics can be used to
menggunakan modul pembelajaran lebih efektif extend knowledge and to solve problems in very
dibandingkan dengan yang tidak memakai mo- many field”. Dengan demikian pembelajaran
dul ditinjau dari pemahaman konsep. Sementara tidak menjadi membosankan, menumbuhkan
pada variabel minat siswa diperoleh thitung=3,112 minat dalam belajar matematika.
dengan nilai signifi-kansi 0,003 sehingga dapat Selanjutnya uji t dilakukan untuk menge-
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika tahui apakah secara univariat memiliki perbe-
menggunakan modul lebih efektif dibandingkan daan yang signifikan ditinjau dari pemahaman
dengan yang tidak menggunakan modul ditinjau konsep dan minta belajar, berdasarkan hasil uji t
dari minat belajar matematika siswa. diperoleh bahwa kelas yang memakai modul
Pembahasan pembelajaran lebih baik dibandingkan dengan
kelas yang tidak menggunakan modul ditinjau
Modul pembelajaran yang berkualitas dari pemahaman konsep dan minat siswa.
memper-hatikan komponen-komponen yang di- Adapun temuan pada saat ujicoba lapang-
tetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidik- an adalah bahwa para siswa dan guru baru
an (BSNP) yaitu komponen aspek kelayakan isi, pertama menggunakan modul pembelajaran
aspek bahasa dan gambar, aspek penyajian dan sehingga awal penggunaan proses pembelajaran
kegrafisan. Adapun hasil dari penilaian terhadap masih memerlukan proses adaptasi. Pada awal
modul untuk beberapa aspek yang telah dise- pembelajaran menggunakan modul, beberapa
butkan, berdasarkan hasil data, diperoleh bahwa siswa tidak membaca perintah atau aturan yang
modul pembelajaran pada setiap komponen terdapat di awal modul, sehingga masih bertanya
aspek kelayakan isi, aspek bahasa dan gambar, kepada guru akan melakukan kegiatan apa.
penyajian dan kegrafisan untuk siswa SMP/MTs Sementara itu, dalam kelas eksperimen
layak digunakan dengan kategori baik. terdapat 8 siswa dari 25 siswa yang kecepatan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil belajar individunya lebih cepat dengan menggunakan
analisis terhadap data setelah perlakuan, diper- modul. Hal ini sesuai dengan pendapat
oleh kesimpu-lan bahwa modul pembelajaran Sukmadinata & Syaodih (2012) bahwa siswa
matematika efektif ditinjau dari pemahaman belajar secara individual dalam arti mereka da-
konsep dan minat belajar matematika. Hal ini pat menyesuaikan kecepatan belajarnya dengan
disebabkan karena modul yang dikembangkan kemampuan masing-masing, sedangkan siswa
didesain menarik dan menggunakan bahasa yang pada kelas kontrol tidak terlihat mana siswa
komunikatif dan sederhana, sehingga dapat yang lebih dulu tuntas dan yang belum. Pada
dimengerti oleh siswa. Selain itu, dalam pem- proses pembela-jaran berlangsung guru dapat
belajaran menggunakan modul, dilengkapi menilai siswa mana yang lebih cepat pembel-
dengan soal-soal kontekstual maupun soal ajarannya, sehingga siswa yang terlebih dulu

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 173
Lasmiyati, Idris Harta

selesai diberikan soal pengayaan yang dapat BSNP. (2007). Pedoman memilih menyusun
dikerjakan oleh siswa di luar jam pelajaran. bahan ajar dan teks mata pelajaran
Berdasarkan temuan tersebut hasil panduan tingkat satuan pendidikan
pengembangan memberikan pengaruh baik ter- menengah SMP/MTs. Jakarta: Badan
hadap pencapaian keberhasilan siswa dalam Standar Nasional Pendidikan.
belajar. Selain itu pencapaian belajar siswa juga
Direktorat Pembinaan SMA. (2010). Petunjuk
didukung dengan kesesuaian pengembangan
teknis penyusunan perangkat penilaian
modul yang diperuntukkan bagi siswa. Dengan
afektif. Jakarta: Direktorat Pembinaan
demikian, berdasarkan kajian akhir, dikatakan
Sekolah Menengah Atas.
modul pembelajaran matematika hasil pengem-
bangan telah layak digunakan dalam pembel- Depdiknas. (2006). Peraturan menteri
ajaran matematika di sekolah yang terkait pendidikan nasional nomor 22 tahun
dengan meningkatkan pemahaman konsep dan 2006 tentang standar isi untuk satuan
minat belajar matematika siswa pendidikan dasar dan menengah. Jakarta:
Depdiknas.
SIMPULAN DAN SARAN
Depdiknas. (2009). Laporan Ujian Nasional
Simpulan
2009.
Berdasarkan hasil penelitian dan pem-
Depdiknas. (2010a). Laporan Ujian Nasional
bahasan, maka diperoleh simpulan bahwa, terda-
2010.
pat peningkatan pemahaman konsep siswa yang
menggunakan modul pembelajaran dengan sis- Depdiknas. (2010b). Pedoman Penulisan Modul.
wa yang tidak menggunakan modul.Uuntuk Jakarta: Depdiknas
minat belajar siswa terdapat peningkatan belajar Depdiknas. (2011). Laporan Ujian Nasional
dengan menggunakan modul daripada siswa 2011
yang belajar tidak menggunakan modul. Untuk
kualitas modul pembelajaran matematika ber- Depdiknas. (2012). Laporan Ujian Nasional
kualitas baik dan layak digunakan ditinjau dari 2012.
aspek kelayakan isi, aspek bahasa dan gambar, Depdiknas. (2013). Laporan Ujian Nasional
aspek penyajian dan aspek kegrafisan yang 2013
diperoleh dari penilaian ahli media, ahli materi,
guru matematika, teman sejawat dan pengawas Elliot, S. N., Kratochwill, R. T, Cook, L. J., et
matematika. al. (2000). Educational psychology:
effective teaching, effective learning.
Saran Boston, MA: The Mc Graw Hill
Produk pengembangan berupa modul Companies, Inc.
pembelajaran geometri untuk tingkat SMP/MTs Finch, R. C, & Crunkilton R. J. (2006).
dapat digunakan pada tingkat atau jenjang yang Curriculum development in vocational
lebih tinggi, selain untuk pembelajaran individu and technical education. Virginia, VA:
dan mandiri dapat digunakan secara klaksikal Polytechnic Institute and State University.
tergantung pada metode pembelajaran yang di-
gunakan. Pengembangan seperti ini dapat dila- Forsyth, I., Jolliffe, A., & Steven, D. (2004).
kukan pada konsep lain yang lebih luas Practical strategies for teacher, lectures
mencakup materi yang lebih lengkap sehingga and trainers (set of 4 volumes) preparing
diharapkan dapat mening-katkan aspek afektif (vol 2). New Delhi: Crest Publishing
maupun kognitif. House.
DAFTAR PUSTAKA Ghufron, A dkk. (2007). Panduan penelitian
dan pengembangan. Yogyakarta:
Azwar, S. (2014). Tes prestasi: Fungsi dan Lembaga Penelitian Universitas Negeri
pengembangan pengukuran prestasi Yogyakarta.
belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jaworski, B. (2003). Investigating mathematics
Borg, W.R., & Gall, M.D. (1983). Educational teaching: A constructivist enquiry.
reseach an introduction. New York, NY: London: Falmer Press.
Longman.

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 174
Lasmiyati, Idris Harta

Koyama, M. (1992). Building a two axes Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada
process model of understanding membantu guru mengembangkan
mathematics. Hiroshima Journal of kompetensinya dalam pengajaran
Mathematics Education 1, 63-73, 1993. matematika untuk meningkatkan CBSA.
Japan. Bandung: Tarsito
Marpaung, Y. (2002). Pendidikan matematika Romberg, T. A., & Shafer, M. C. (2009).
realistik indonesia perubahan paradigma Teaching and learning mathematics with
dalam pembelajaran matematika di understanding. Dalam E. Fennema &
sekolah. Malang: Prosiding Konferensi T.A. Romberg (Eds.), Mathematics
Nasional Matematika XI Universitas classrooms that promote understanding
Negeri Malang. (pp. 3-18). Mahwah, NJ: Taylor &
Francis e-Library.
Meyer, R. (1978). Designing learning modules
for inserrice teacher education. Australia: Sanjaya, W. (2009). Strategi pembelajaran
Centre for Advancement of Teaching. berorientasi standar proses pendidikan.
Jakarta: PT Kencana.
Morrison, G. R., Kemp, E. J, & Ross, S. M.
(2004). Designing effective instruction. Skemp, R. R. (2005). The psychology of
New York, NY: Merrill. learning mathematics. Harmondsworth,
Middlesex: Penguins Book Ltd.
NCTM. (2000). Principle and standar for
school mathematics. Reston, VA: NCTM, Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang
Inc. mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Nitko, A. J., & Brookhart, S. M. (2007). Schunk. (2010). Learning theories. An
Educational assesment of student. Upper educational perspective (5th Ed). Upper
Saddle River, NJ: Merrill Prentice Hall, Saddle River, NJ: Merrill Prentice Hall,
Inc. Inc.
Oka, A.A. (2009). Pengaruh penerapan belajar Schunk, D.H., Pintrick, R. P, Meece, J.L.
mandiri pada materi ekosistem terhadap (2010). Motivation in educational: theory,
keterampilan berpikir kritis dan research, and application (3rd ed). Upper
kemampuan memecahkan masalah siswa Saddle River, NJ. Pearson Educational.
SMA di kota Metro. Diakses pada tanggal
Sukmadinata, N. S & Syaodih, E. (2012).
1 Oktober 2012 dari
Kurikulum dan pembelajaran kompetensi.
http://www.ummetro.ac.id/file_jurnal/5.%
Bandung: PT. Refika Aditama.
20Anak%20Agung%20Oka%20UM%20
Metro.pdf. Sungkono, dkk. (2003). Pengembangan bahan
ajar. Yogyakarta: FIP UNY
Orlich, D.C., Harder, R. J., Callahan, R. C.,et al.
(2007). Teaching strategies. A guide to Suryosubroto, B. (2009). Proses belajar
effective instruction. Boston, MA: mengajar di sekolah. Wawasan baru,
Houghton Mifflin Company. beberapa komponen layanan khusus.
Jakarta: Rineka Cipta.
Pearson, R. W. (2010). Statistical persuasion.
Thousand Oaks, CA: SAGE. Winkel, W. S. (2014). Psikologi pengajaran.
Yogyakarta: Sketsa.

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538

Anda mungkin juga menyukai