Anda di halaman 1dari 6

TUGAS II

“STANDAR KENYAMANAN MANUSIA TROPIS DARI BEBERAPA


VARIABEL”

DI BUAT OLEH:

SITI ALKHOYIMAH

F 221 17 019

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS TEKNIK

PRODI S1 ARSITEKTUR
A. PENGERTIAN ARSITEKTUR TROPIS
Arsitektur Tropis adalah suatu konsep bangunan yang mengadaptasi kondisi iklim
tropis. Letak geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat Indonesia
memiliki dua iklim, yakni kemarau dan penghujan. Pada musim kemarau suhu udara
sangat tinggi dan sinar matahari memancar sangat panas. Dalam kondisi ikim yang panas
inilah muncul ide untuk menyesuaikannya dengan arsitektur bangunan gedung maupun
rumah yang dapat memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
Climate (iklim) berasal dari bahasa Yunani, klima yang berdasarkan kamus
Oxford berarti region (daerah) dengan kondisi tertentu dari suhu dryness (kekeringan),
angin, cahaya dan sebagainya. Dalam pengertian ilmiah, iklim adalah integrasi pada suatu
waktu (integration in time) dari kondisi fisik lingkungan atmosfir, yang menjadi
karakteristik kondisi geografis kawasan tertentu”. Sedangkan cuaca adalah “kondisi
sementara lingkungan atmosfer pada suatu kawasan tertentu”. Secara keseluruhan, iklim
diartikan sebagai “integrasi dalam suatu waktu mengenai keadaan cuaca”
(Koenigsberger, 1975:3).
Kata tropis berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu kata tropikos yang berarti garis balik,
kini pengertian ini berlaku untuk daerah antara kedua garis balik ini. Garis balik ini
adalah garis lintan 23027” utara dan garis lintan 23027 selatan.

B. STANDAR KENYAMANAN MANUSIA TROPIS


a. Kenyamanan termal dan parameter iklim
Menurut Karyono (2010) kenyamanan termal diartikan sebagai presepsi manusia
terhadap kondisi termal dan lingkungannya. Dalam mengkaji kenyamanan termal,
dapat dilakukan baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
Kenyamanan termal dalam ruang (indoor) akan berbeda dengan kenyamanan
termal luar ruang (outdoor). Kenyamanan termal indoor merupakan dampak yang
ditimbulkan oleh pemilihan jenis material bangunan, bentuk dan atau orientasi
bangunan itu sendiri, bukaan – bukaan, luasan bangunan dan lain lain (Prianto dan
Depecker, 2002), (Amin et al, 2004). Sedangkan kenyamanan termal outdoor timbul
dari pengaruh konfigurasi massa bangunan terhadap temperatur dalam sebuah
kawasan, sehingga akhirnya didapat kenyamanan termal lingkungan (Muhammad dan
Prianto, 2006) (Sangkertadi, 2013), (Brown dan Terry, 1995), (Ahmad dan Hidayat,-
), (Hawa, 2016).
Secara prinsip parameter kenyaman termal seseorang tergantung pada factor
lingkungan ( Suhu udara, kecepatan angina dan kelembaban) dan factor manusia
(aktifitas dan pakaian dll).
 Factor Lingkungan
1. Temperature Udara
Seperti yang ditulis oleh Huda (Muhammad dan Prianto, 2016), bahwa
suhu nyaman untuk pribumi Indonesia berdasarkan penelitian Mom dan
Wiesebrom (1940) adalah sejuk nyaman suhu antara 20,5°C sampai dengan
22,8°C (TE), nyaman optimal suhu antara 22,8°C sampai dengan 25,8°C (TE) dan
hangat nyaman suhu antara 25,8°C sampai dengan 27,1°C (TE).
2. Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang nikmat untuk tubuh berkisar 40-70%. Untuk di
tempat-tempat seperti di tepi pantai, berkisar 80% - 98%. Untuk itu diperlukan
pengembangan lain demi rasa comfort tubuh. Dengan kata lain proses penguapan
harus dipercepat. Jika kelembaban udara sudah jenuh, maka tubuh kita tidak bisa
menguapkan keringat lagi (Frick dan Darmawan, 2007).
3. Angin
Kecepatan angin untuk kenyamanan dalam ruangan terdapat pada batas-
batas kecepatan antara 0,1 m/detik sampai dengan 0,5 m/detik., apabila melebihi
batas tersebut (diatas/dibawah) maka sensasi dikatakan tidak nyaman (netral).
(Prianto dan Depecker 2002).
 Factor Manusia
1. Kebiasaan
Kebiasaan atau aktivitas manusia pada umumnya akan menghasilkan
kalor yang akan dilepaskan ke lingkungan. Kalor ini berbeda-beda untuk setiap
aktivitas. Aktivitas berat seperti berolahraga, mengangkat beban dan pekerjaan
berat lain yang memerlukan energi yang besar akan menghasilkan kalor yang
besar pula. Sedangkan aktivitas seperti istirahat atau tidur menghasilkan kalor
yang minimum.
2. Jenis pakaian
Jenis pakaian yang digunakan oleh manusia juga sangat berpengaruh
untuk lingkungan sekitar. Ketika jenis pakaian yang dikenakan adalah pakaian
yang tipis dan pendek maka pelepasan kalor akan banyak terjadi. Hal ini biasanya
dilakukan di daerah dengan suhu udara yang tinggi. Sebaliknya jika pakaian yang
dipakai adalah pakaian tebal dan panjang maka pelepasan kalor dari kulit akan
minimum. Biasanya pakaian seperti ini dipakai di daerah dengan suhu rendah.
3. Bentuk tubuh
Dari beberapa hasil penelitian berdasarkan bentuk tubuh, beberapa jenis
bentuk tubuh memperlihatkan bahwa yang bertubuh gemuk memilih suhu netral
0.7oC Ta (0.8oC To atau 0.5oC Teq) lebih rendah dari kelompok yang bertubuh
normal, dan 1.0 oC Ta (1.0 oC To atau 0.8oC Teq) lebih rendah
4. Usia
Berdasarkan usia Orang yang berusia lanjut cenderung akan merasa lebih
nyaman pada suhu yang lebih tinggi dibanding mereka yang berusia muda. Hal ini
secara teori terjadi karena metabolis manusia menurun sesuai dengan
pertambahan usia. Mereka yang berusia 65 tahun memiliki basal metabolik sekitar
4 kcal/m2hr lebih rendah dari mereka yang berusia 20 tahun. Menurut standar
ASHRAE, mereka yang berusia diatas 40 akan memilih suhu nyaman sekitar
0.6oC lebih tinggi dari mereka yang berusia dibawah 40. Olgyay menyatakan
bahwa faktor usia memiliki peran dalam pemilihan suhu nyaman manusia: mereka
yang berusia 40 tahun keatas pada umumnya memilih suhu nyaman sekitar 1
derajat lebih tinggi dibanding mereka yang berusia dibawah ini.
5. Jenis kelamin
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa suhu netral responden wanita
adalah 26.3oC Ta atau 26.6 oC To atau 25.2 oC Teq sementara suhu netral
responden pria adalah 26.4oC Ta atau 26.7oC To or 25.3oC Teq (Tabel 5 dan 6).
Suhu netral responden wanita adalah 0.1oC lebih rendah dibanding responden
pria. Meskipun demikian tes statistik menunjukkan perbedaan tersebut tidak besar
(insignificant) pada level 5%.

b. Kenyamanan Suhu dan Faktor Iklim Pada Ruang Kerja


Indor climate adalah kondisi fisik sekeliling dimana kita melakukan aktifitas
tertentu yang meliputi temperatur udara, temperatur permukaan sekeliling,
kelembaban udara, dan aliran perpindahan udara.
1. Temperature udara
Temperatur tubuh manusia selalu tetap (konstan). Dalam otak, jantung,
dan didalam perut, temperature berfluktuasi ± 37 o C. Temperatur ini disebut
temperatur inti ( core temperature). Lawan dari core temperature yaitu
temperature yang terdapat didalam otot, tangan, kaki, dan diseluruh bagian kulit (
shell temperature).
2. Pengendalian proses panas
Pengendalian proses panas yang melalui tubuh manusia amat penting
untuk menjaga agar temperature inti selalu tetap kosntan. Ditunjukkan pada
gambar dibawah.
Keterangan:
 Pusat panas yang terletak pada bagian otak yangmengatur aliran darah melalui
pembuluh-pembuluh kulit seperti misalnya keluarnya keringat. Mekanisme
antara kedua hal tesebut mengatur keseimbangan panas didalam tubuh.
 Sel-sel syaraf dari pusat pengendali pans menerima informasi tentang
temperature yang melalui tubuh. Selanjutnya mengirim impuls yang
diperlukan untuk pengendalian mekanisme pengaturan untuk menjaga agar
core temperature tetap konstan.
 Gelombang rangsangan secara fisiologis melalui sel syaraf yang akan
menghasilkan suatu gerakan,misal gerakan otot.
 Impuls akan mengendalikan produksi panas dalam tubuh, sistem sirkulai
panas dan panas hilang dengan keluarnya keringat
3. Transportasi panas oleh aliran darah
Hal penting dalam mekanisme pengaturan panas tubuh adalah fungsi
transportasi panas oleh darah melalui pembuluh darah, terutama pembuluh
kapiler, yang bertindak sebagai distributor panas, memindahkan panas dari
jaringan yang hangat ke jaringan yang dingin. Dalam hal ini darah memindahkan
padas dari bagian dalam tubuh ke daerah permujkaan kulit yang telah didinginkan
oleh temperature luar tubuh/lingkungan kerja. Sebaliknya jika temperature luar
tubuh lebih tinggi, makan panas akan dipindahkan ke bagian dalam tubuh. Kunci
dari mekanisme ini adalah pengendalian sirkulasi darah didalam kulit.
4. Evaporasi Keringat
Hilangnya panas dengan proses keluarnya keringat terjadi karena keringat
dibagian kulit tersebut menguap/evaporasi. Menguapnya keringat akan
mengkonsumsi energi panas laten. Panas laten atau kalor laten adalah energi yang
dibutuhkan oleh kuantitas substansi untuk mengubah fase dari padat ke cair
(panas fusi) atau dari cair ke gas (panas penguapan). Panas laten merupakan panas
yang dilepaskan atau diserap oleh tubuh. Pada kondisi normal setiap orang akan
menguapkan sebanyak 1 liter/hari. Berarti akan kehilangan 600 Kcal atau ± ¼ dari
total panas yang hilang perharinya. Akan tetapi jika temperatur sekeliling
melebihi ambang batas kenyamanan maka kulit akan merefleksikan berupa proses
keluarnya keringat yang disertai hilangnya panas
5. Radiasi Panas
Radiasi ialah pemindahan panas atas dasar gelombang-gelombang
elektromagnetik. Misalnya tubuh manusia akan mendapat panas pancaran dari
setiap permukaan dari suhu yang lebih tinggi dan ia akan kehilangan panas atau
memancarkan panas kepada setiap obyek atau permukaan memiliki suhu lebih
rendah dari tubuh manusia itu. Panas pancaran yang diperoleh atau hilang, tidak
dipengaruhi oleh gerakan udara, juga tidak oleh suhu udara antara permukaan-
permukaan atau obyek-obyek yang memancar, sehingga radiasi dapat terjadi di
ruang hampa. Proses pertukaran pans melalui radiasi terjadi antara tubuh manusia
dan sekelilingnya ( dinding, benda mati, manusia ), dalam dua aah sepanjang
waktu. Perpindahan panas tergantung dari perbedaan temperature diantara kulit
dan medium yang berdekatan denagn kulit. Jumlah panas radian yang hilang
dalam sehari oleh seseorang ( berpakaian lengkap/sempurna) sangat bervariasi .
Rata-rata panas yang hilang sebesar 1000-1500 Kcal/hari, atau 40-60% dari total
panas yang hilang dari tubuh manusia dalam sehari.

jika seseorang ditempatkan pada suatu ruangan dan diberikan temperatur yang
berbeda maka akan terjadi rentang pertukaran panas yang menyatakan kondisi tubuh
dalam keadaan setimbang karena dalam rentang ini pertukaran panas akan dapat dijaga
dengan mengalirnya darah keseluruh organ tubuh. rentang temperatur dimana manusia
merasakan kenyamanan adalah sangat bervariasi bergantung pada,pertama dari jenis
pakaian yang dipakai,kedua dari aktivitas fisik yang telah dilakukan

Menurut penelitian Lippsmeier, batas-batas kenyamanan manusia untuk daerah


khatulistiwa adalah 19°C TE (batas bawah) – 26°C TE (batas atas). Pada temperatur
26°C TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat. Daya tahan dan kemampuan kerja
manusia mulai menurun pada temperatur 26°C TE – 30°C TE. Kondisi lingkungan yang
sukar mulai dirasakan pada suhu 33,5°C TE– 35,5 °C TE, dan pada suhu 35°C TE – 36°C
TE kondisi lingkungan tidak dapat ditolerir lagi. Produktifitas manusia cenderung
menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman seperti halnya terlalu dingin
atau terlalu panas. Produktifitas kerja manusia meningkat pada kondisi suhu (termis)
yang nyaman (Idealistina , 1991).

Anda mungkin juga menyukai