Anda di halaman 1dari 18

METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1. Pendekatan Umum


Sesuai dengan maksud dan tujuan serta ruang lingkup pekerjaan Verifikasi,
dan Pemetaan Objek PBB yang tertuang dalam TOR, pemahaman lokasi pekerjaan
selama persiapan penulisan usulan teknis, maka pendekatan pelaksanaan pekerjaan
mulai tahap persiapan, implementasi dan penyelesaian pekerjaan didasarkan kepada
kondisi dan permasalahan yang ada seperti yang tertuang dalam TOR.
Disamping itu, pelaksana pekerjaan Verifikasi, dan Pemetaan Objek PBB juga
harus mengikuti tata cara kerja dan semua persyaratan teknis yang masih berlaku di
Direktorat Jendral Pajak, di antaranya:
a. Surat Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-533/PJ.6/2000 tanggal 20
Desember 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendataan dan Penilaian
Objek dan Subjek PBB.
b. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-33/PJ.6/1993 tanggal 14 Juni 1993
tentang Petunjuk Teknis Pemetaan PBB.
c. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-38/PJ.6/1993 tanggal 30 Juni 1993
tentang Petunjuk Teknis Pengukuran dan Identifikasi Obyek PBB.
d. Surat edaran Dirjen Pajak No. SE-19/PJ.6/2003 tanggal 26 mei 2003
tentang petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembentukan Basis Data SIG PBB
e. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-16/PJ.6/2003 tanggal 6 Juni 2003
tentang Peningkatan Kualitas Peta Digital dan Pembentukan Bank Data
Nilai Pasar.
f. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-34/PJ.6/2002 tanggal 27 September 2002
tentang LSPOP Info Rinci Objek Pajak.
g. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-28/PJ.6/1992 tanggal 12 Juni 1992
tentang Petunjuk Teknis Nomor Objek Pajak (NOP) PBB dan Peraturan-
peraturan lain yang masih berlaku.

3.2. Input, Proses dan Output Pemutakhiran Basis Data SISMIOP dan Basis Data
Peta PBB-P2
Untuk mencapai sasaran yang diharapkan sesuai dengan maksud dan tujuan,
maka alur kegiatan yang dilakukan pada kegiatan Pemutakhiran Basis Data
CV. CITIPLAN
SISMIOP dan Basis Data Peta PBB-P2 di Wilayah Desa Pasekan Kecamatan
Ambarawa diilustrasikan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Diagram Alir Kegiatan

3.3. Pelaksanaan Pekerjaan Verifikasi, Dan Pemetaan Objek PBB


Agar semua kegiatan ini dapat berjalan dengan tepat dan tidak keluar dari
maksud dan tujuan, serta ruang lingkup pekerjaan, maka perlu disusun tahapan
pelaksanaan pekerjaan. Pendekatan pelaksanaan pekerjaan ini sangat penting bagi
kontraktor pelaksana sebagai pedoman untuk memobilisasi tenaga-tenaga ahli
maupun tenaga-tenaga pendukung lainnya, serta dapat memonitoring dan
mengevaluasi setiap tahapan-tahapan pekerjaan. Mengingat beragam dan besarnya
volume pekerjaan, maka pelaksana mencoba menyusun tahapan pelaksanaan

CV. CITIPLAN
kegiatan Verifikasi, dan Pemetaan Objek PBB seperti :

3.2.1. Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan mencakup pekerjaan sebagai berikut :
1. Penelitian pendahuluan yang ditujukan untuk mengumpulkan dan
mempersiapkan dokumen-dokumen administrasi yang berkaitan dengan
pembentukan basis data digital objek pajak,
2. Pengumpulan peta-peta yang telah ada dan data-data yang terkait dari
instansi yang berkompeten akan digunakan untuk penentuan titik ikat dan
sebagai pembanding dalam proses pengolahan data/peta, antara lain :
a. Koordinasi dengan Bakorsutanal, untuk memperoleh data informasi rinci
koordinat titik ikat JKHN (Jaring Kontrol Horizontal Nasional) orde 0 dan
orde 1 serta peta dasar digital skala 1 : 10.000 atau skala 1 : 25.000;
b. Koordinasi dengan BPN, untuk memperoleh peta digital pendaftaran
tanah; data rinci titik ikat GPS orde 2 dan orde 3, peta-peta tata guna
lahan; serta peta Hak Milik, Hak Guna Usaha dan lain-lain dari objek
pajak yang akan diukur. Peta ini biasanya berupa lampiran dari Surat
Ukur atau Gambar Situasi dari Sertifikat Hak Penggunaan yang
diberikan,
c. Koordinasi dengan TOPDAM, untuk memperoleh data dan peta topografi
wilayah objek pajak yang akan diukur dalam skala 1 : 50.000 hingga
skala 1 : 25.000. Dari instansi ini juga bisa diperoleh data-data mengenai
titik-titik triangulasi (koordinat) yang terletak pada (di dekat) areal objek
pajak;
d. Peta lamipran Ijin Prinsip dari Gubernur yang berupa peta batas
perkebunan, dan perhutanan, dan pertambangan dari instansi terkait di
daerah setempat;
e. Peta situasi perkebunan, perhutanan, dan pertambangan dari objek
pajak yang berguna untuk melengkapi hasil pengukuran lapangan;
f. SPOP wajib pajak sektor perkebunan, perhutanan, dan pertambangan
pada tahun-tahun sebelumnya;
g. Penyiapan citra satelit mencakup proses registrasi dan rektifikasi sebagai
dasar penyusunan kerangka peta wilayah;
h. Pengukuran Titik Dasar Teknik dengan alat GPS untuk titik ikat peta;
CV. CITIPLAN
i. Pelatihan petugas untuk pengolahan data dan pencetakan peta digital.
3. Persiapan Peta Blok
Pada tahapan ini dilakukan seleksi kualitas terhadap peta-peta yang bisa
langsung dikerjakan, perlu diperbaiki atau peta-peta yang secara teknis tidak dapat
digunakan sama sekali. Tahapan pekerjaaan ini antara lain :
1. Pembuatan layout peta blok yang dimaksudkan untuk pengecekan
ketepatan sambungan antar blok dan kelengkapan data masing-masing blok
pada tiap-tiap desa/kelurahan. Jika ada ketidakcocokan batas antar blok
tersebut maka dilakukan koreksi terhadap kesalahan yang ditemui, dengan
cara melakukan penggambaran tambahan terhadap peta yang kurang
lengkap ataupun rekonstruksi gambar peta yang kurang tepat antar batas-
batas bloknya. Peta-peta blok yang digabungkan dalam layout harus dapat
membentuk satu peta desa/kelurahan.
2. Penambahan gambar bidang, NOP, gambar bangunan dan nomor bangunan
apabila di dalam peta blok belum ada gambar bidang dan/atau bangunan
terbaru dan disesuaikan dengan data yang ada di basis data SISMIOP.
3. Persiapan lembar peta blok perlu di layout pada lembar kontrol dasar mozaik
peta gambar kontrol. Tujuannya untuk membatasi kesalahan dan
menentukan arah atau jurusan detail-detail pokok dalam peta blok, peta
kelurahan/desa dan peta kecamatan.
4. Revisi peta blok dilakukan apabila detail peta blok yang gambarnya tidak
sesuai dengan gambar batas atau gambar detail pada lembar kontrol.
Layout peta blok ini harus meliputi satu wilayah kelurahan utuh, selanjutnya
masing-masing kelurahan harus dapat digabung menjadi satu wilayah
kecamatan utuh dan seterusnya. Setelah layout masing-masing lembar peta
blok selesai bari dilakukan scanning atau digitasi secara manual.

3.2.2. Verifikasi dan Pembentukan Basis Data Spasial (Peta)


A. Kompilasi Peta dan Orientasi Lapangan;

Secara garis besar kegiatan ini terdiri dari :

1. Melakukan kompilasi peta yang ada di wilayah pekerjaan apakah sudah


lengkap dan memenuhi spesifikasi teknis yang dikehendaki;

CV. CITIPLAN
2. Melakukan orientasi dan identifikasi lapangan untuk mengetahui kondisi
lapangan wilayah pekerjaan sehingga diperoleh informasi yang lengkap dan
sesungguhnya yang akan dimanfaatkan dalam proses pengadaan dan atau
updating peta.
Secara lebih detail, pekerjaan yang dilakukan pada tahapan ini adalah:
1. Berdasarkan peta dan data yang telah berhasil dikumpulkan, baik peta dan
data hasil pendataan PBB tahun-tahun sebelumnya maupun peta dan data
dari instansi lain, dilakukan kompilasi untuk mengetahui kelengkapan peta
dan data yang diperlukan;
2. Berdasarkan peta dan data yang telah berhasil dikumpulkan, baik peta dan
data hasil pendataan PBB tahun-tahun sebelumnya maupun peta dan data
dari instansi lain, dilakukan kompilasi untuk mengetahui kesesuaian teknis
peta yang bersangkutan dengan spesifikasi yang diinginkan;
3. Peta yang telah dikompilasi selanjutnya digunakan sebagai peta kerja dalam
pelaksanaan orientasi dan identifikasi lapangan untuk mengetahui kondisi
lapangan wilayah pekerjaan sehingga diperoleh informasi yang lengkap dan
sesungguhnya yang akan dimanfaatkan dalam proses pengadaan dan atau
updating peta. Dalam kegiatan ini dilakukan :
a. identifikasi geografis batas wilayah administrasi pemerintahan,
b. identifikasi batas blok,
c. meneliti ketersambungan antar peta blok yang berbatasan dan antar
desa/kelurahan yang berbatasan;
d. identifikasi sebaran titik pasti yang dapat digunakan sebagai titik ikat,
e. melakukan uji petik ketelitian peta yang ada;
f. mencatat semua perubahan detail medan yang terjadi dan
menggambarkan sket posisinya dalam peta kerja,
g. mencocokkan detail-detail utama yang diperlukan untuk pembuatan peta
desa/kelurahan seperti jalan-jalan, sungai, parit, dsb.,
h. merencanakan tempat-tempat berdiri instrumen jika ada detail medan
yang perlu diukur.
Sekiranya dalam orientasi lapangan atau identifikasi peta lama terdapat
perubahan detail medan yang sangat mencolok misalnya kompleks
perumahan atau kompleks industri yang yang baru dan perlu dibuatkan blok
baru maka konsep sementara batas blok baru ini harus segera dimintakan
CV. CITIPLAN
persetujuan Kantor Pelayanan PBB setempat untuk dilegalisir dengan paraf
petugas yang berwenang.

3.2.3. Digitasi dan Editing,


Yaitu suatu proses konversi dari peta garis menjadi peta digital.
Dilaksanakan terhadap peta garis hasil pengadaan peta. Terdiri dari :
1. Scanning peta garis (peta desa/kelurahan dan peta blok)
a. Scanning adalah proses mentransfer peta garis ke dalam bentuk digital
format raster. Pekerjaan scanning dilakukan dengan menggunakan alat
scanner.
b. Peta di-scan secara tegak lurus sehingga akan ditampilkan secara tegak
lurus pula dalam monitor komputer;
c. Setiap lembar peta di-scan satu persatu, diberi nama sesuai dengan nomor
bloknya, dan disimpan dalam suatu folder yang diberi nama sesuai dengan
desa/kelurahan yang bersangkutan;
d. Peta yang terdiri dari beberapa lembar peta (lebih dari satu lembar), maka
pemberian nama filenya dibuat sedemikian rupa sehingga urutan lembar
peta dan nomor bloknya dapat teridentifikasi dengan jelas. Contoh : Peta
Blok 1 lembar 1 dapat diberi nama Blok1_1 atau Blok 1a;
e. Melakukan editing raster dengan cara :
1) Membersihkan speckle (bintik-bintik) pada peta yang mengganggu
tampilan dan tidak diperlukan dalam proses selanjutnya;
2) Melakukan pemotongan terhadap unsur-unsur peta yang tidak diperlukan
dalam proses digitasi peta, seperti : frame peta, legenda, dan keterangan
peta lainnya;
3) Melakukan penggabungan lembar-lembar peta sehingga untuk blok yang
terdiri dari beberapa lembar peta dapat tersusun menjadi satu kesatuan
blok utuh. Penggabungan lembar peta juga dapat dilakukan untuk
lembar-lembar peta blok sehingga tersusun menjadi satu desa/kelurahan
utuh;
2. Registrasi/Transformasi koordinat peta.
Walaupun peta garis yang di-scan sudah berkoordinat, namun pada
format raster koordinat tersebut akan berubah menjadi koordinat pixel. Untuk
mengembalikan nilai koordinat Bumi tersebut, perlu dilakukan proses
registrasi/transformasi koordinat.
CV. CITIPLAN
a. Registrasi dilakukan untuk memberikan nilai koordinat Bumi dalam
sistem proyeksi Universal Transverse Mercator dengan elipsoid World
Geodetic System 1984 pada peta yang yang sebelumnya tidak berkoordinat
(non earth) atau berkoordinat lokal;
b. Registrasi minimal harus menggunakan empat titik sekutu;
c. Metode yang dapat digunakan dalam registrasi peta adalah :
1) Registrasi titik ke titik (point to point). Metode ini digunakan jika dalam
peta yang akan ditransformasikan diketahui/tergambar lokasi titik-titik
yang dapat dijadikan titik sekutu, dan titik tersebut diketahui koordinatnya;
2) Registrasi peta ke titik (map to point). Metode ini digunakan jika diketahui
koordinat beberapa titik sekutu yang walaupun tidak tergambar dalam
peta yang akan ditransformasikan, tetapi lokasi titik tersebut dapat
diidentifikasikan;
3) Registrasi peta ke peta (map to map). Metode ini digunakan jika tidak
diketahui koordinat titik-titik yang dapat dijadikan titik sekutu tetapi
tersedia peta garis, peta foto, atau peta citra dalam sistem proyeksi yang
ditentukan untuk wilayah yang sama dengan peta yang akan
ditransformasikan. Transformasi ini sama dengan proses overlay antara
dua peta pada wilayah yang sama;
4) Dalam prakteknya pekerjaan registrasi/transformasi koordinat dapat
dilakukan terhadap peta raster ataupun terhadap peta berformat vektor.
3. Digitasi (vektorisasi) Peta bidang objek pajak dan Editing Peta Digital
a. Digitasi (vektorisasi) peta raster dimaksudkan untuk mengubah peta raster
hasil scanning menjadi data model/format vektor;
b. Proses ini dapat dilaksanakan melalui dua macam cara:
b. Vektorisasi, konversi format dilaksanakan secara otomatis dengan
memanfaatkan perangkat lunak pengolah data raster yang mempunyai
kemampuan untuk itu;
c. Digitasi on screen, yaitu proses digitasi di atas layar monitor komputer
dengan perangkat lunak yang mempunyai kemampuan untuk itu;
a. Hasil pekerjaan ini adalah peta digital dengan sistem proyeksi yang telah
ditentukan dan mempunyai spesifikasi teknis.
4. Layering adalah pekerjaan untuk membentuk bagian peta digital berupa lapisan-
lapisan sehingga dapat berbentuk peta digital secara utuh dan lengkap. Layer
CV. CITIPLAN
(lapisan) yang dibuat untuk peta digital SIG PBB sebanyak 10 (sepuluh) lapis
yaitu :
a. Lapis bidang milik/tanah (lapis bidang)
b. Lapis batas bangunan (lapis bangunan)
c. Lapis batas wilayah dan utilitas yang terdiri dari :
1) lapis jalan
2) lapis sungai
3) lapis teks
4) lapis simbol
5) lapis batas blok
6) lapis batas kelurahan
7) lapis batas kecamatan
8) lapis batas kabupaten/kota
5. Pembuatan bagian bidang milik/tanah (lapis bidang) telah dilakukan dengan
cara vektorisasi atau digitasi on screen sedangkan lapis lainnya dibuat setelah
pembuatan lapis bidang selesai. Setelah pembuatan lapisan-lapisan peta digital
kemudian dilakukan pekerjaan sebagai berikut :
a. Pemberian NOP untuk tiap-tiap bidang tanah.
b. Pemberian NOP berikut nomor bangunan pada tiap-tiap bangunan.
c. Pemberian identitas pada tiap-tiap lapis utilitas.
6. Pedoman pemberian nama file digital dan pembuatan lapis digital mengacu
pada Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-533/PJ./2000 tanggal 20
Desember 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan dan
Penilaian Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan dalam Rangka
Pembentukan dan atau pemeliharaan Basis Data Sistem Informasi Manajemen
Objek Pajak (SISMIOP).
7. Setelah hasil editing diselesaikan kemudian dilakukan pemeriksaan (evaluasi)
melalui :
a. Check plot, yaitu dengan membandingkannya hasi pencetakan peta digital
tersebut terhadap peta dasarnya (peta input) dari Kantor Pelayanan PBB
atau peta-peta lain yang dipergunakan sebagai sumber tentunya dalam
skala yang sama. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya gambar
(penarikan garis) yang sangat berbeda (kekurangan, kelebihan, kesalahan

CV. CITIPLAN
mencolok) dengan peta dasarnya, kekeliruan pemberian NOP, dan
kekeliruan lain yang dapat dilihat.
b. Analisis Data, adalah pekerjaan membandingkan data spasial/peta dengan
basis data SISMIOP secara otomatis, yang dituangkan dalam laporan hasil
analisis. Adapun informasi yang dibandingkan adalah : NOP, luas bidang,
bangunan beserta nomornya.

3.2.4. Verifikasi Lapangan


Walaupun di awal pekerjaan pengadaan peta sudah dilakukan orientasi
lapangan, namun kadang-kadang pekerjaan tersebut belum dilakukan secara detail
objek per objek.
1. Berdasarkan peta blok hasil pekerjaan sebelumnya dilakukan identifikasi
lapangan untuk memilih atau menentukan Objek Pajak yang tetap atau tidak
mengalami perubahan dan Objek Pajak yang berubah yang harus dilakukan
pengukuran;
2. Melakukan identifikasi lapangan untuk mengetahui objek pajak yang belum
tergambar pada peta;
3. Melakukan pengukuran bidang objek pajak yang berubah atau belum
tergambar;
4. Melakukan updating peta hasil verifikasi lapangan dengan cara melengkapi
peta yang sudah ada dengan gambar/peta objek pajak yang berubah (tidak
sesuai kondisi lapangan) atau yang tadinya belum tergambar, baik dalam peta
garis maupun dalam peta digital.

3.2.5. Verifikasi Data SISMIOP

1. Melak
ukan kegiatan pendataan objek dan subjek PBB ke lapangan dengan cara
menyebarkan SPOP dan LSPOP kepada wajib pajak dan mengumpulkannya
setelah diisi secara lengkap, benar, dan ditandatangani;

2. Pada
saat pengukuran objek pajak juga dilakukan penyampaian dan pengisian
SPOP dan LSPOP, serta penempelan sticker NOP;

CV. CITIPLAN
3. SPOP
yang diberikan kepada subjek/wajib pajak adalah SPOP perseorangan untuk
diisi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Khusus untuk pekerjaan ini
sket/denah lokasi objek pajak pada formulir SPOP halaman 2 tidak perlu
digambar;

4. Untuk
pendataan objek bangunan, digunakan formulir LSPOP yang diisi oleh petugas
pada waktu pengukuran objek pajak;

5. Apabi
la pada waktu pengukuran Objek pajak SPOP belum dapat ditandatangani oleh
Subjek/wajib pajak atau kuasanya, maka petugas menyediakan 2 (dua) lembar
SPOP. Satu lembar SPOP disampaikan kepada subjek/wajib pajak beserta
tanda terima penyampaian SPOP (KP.PBB 1.4), dan SPOP tersebut terlebih
dahulu diisi NOP pada kolom yang telah disediakan. SPOP yang kedua
digunakan untuk mencatat data Objek pajak sebagai dokumen sementara hasil
pendataan;

6. Jika
pada waktu pengukuran objek pajak SPOP dapat ditandatangani oleh
subjek/wajib pajak atau kuasanya, maka tidak perlu diberikan Tanda Terima
penyampaian SPOP (KP.PBB 1.4);

7. Data
luas yang diisikan ke dalam SPOP dan LSPOP dapat bersumber dari
subjek/wajib pajak, sepanjang data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan
berdasarkan pada bukti-bukti yang sah seperti sertifikat, IMB, ataupun surat
resmi dari instansi lain yang berwenang. Jika luas hasil ukuran berbeda jauh
dengan luas yang tertulis pada sertifikat maka kedua-duanya dicatat dan
dilaporkan kepala Kantor Pelayanan PBB;

8. Infor
masi luas yang dicantumkan dalam SPOP adalah luas hasil ukuran, sedang
luas sertifikat/IMB ditulis di sampingnya dengan warna lain. Salinan
sertifikat/IMB harus disertakan;
CV. CITIPLAN
9. Dala
m hal terdapat sengketa batas, objek pajak tersebut tetap diukur tetapi
dikurangi batas yang disengketakan, sehingga luas masing-masing objek
berkurang dari semestinya. Pada masing-masing nama subjek pajak tersebut
diberi keterangan "sengketa batas";

10. Dala
m hal terdapat sengketa pemilikan, Objek pajak tersebut tetap diukur dan pihak
yang menguasai dan/atau memanfaatkan objek pajak tersebut ditetapkan
sebagai wajib pajak. Pada nama subjek pajak yang menguasai Objek tersebut
supaya diberi keterangan "sengketa pemilikan";

11. Untuk
memperlancar perekaman data, bagi SPOP yang ditinggal karena belum
ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya, waktu pengambilan SPOP
sebaiknya ditetapkan oleh petugas ukur dengan memperhitungkan lamanya
SPOP diisi oleh subjek/wajib pajak. Pada saat pengembalian/pengambilan
SPOP kepada wajib pajak diberikan Tanda Terima Pengembalian SPOP
(KP.PBB 1.5);

12. SPOP
yang diterima kembali dari subjek/wajib pajak diteliti kebenaran pengisiannya
oleh Koordinator Lapangan Verifikasi Data SISMIOP, dan dibandingkan dengan
hasil pendataan/pengukuran. Jika terdapat perbedaan yang besar, perlu
dilakukan penelitian ulang terhadap objek tersebut.

13. SPOP
yang sudah diterima kembali dari subjek/wajib pajak dihimpun dan diberkas
dalam beberapa berkas dalam satu desa/kelurahan. Pemberkasan dan
pembendelannya mengacu peraturan yang berlaku;

14. Apabi
la terdapat objek pajak yang terlewat diukur, maka objek tersebut harus
dilakukan pengukuran.

CV. CITIPLAN
15. Konfir
masi kebenaran hasil ukuran harus sudah selesai dilakukan sebelum
penggambaran konsep Peta Blok;

16. Pena
ndatanganan SPOP oleh subjek/wajib pajak dilakukan setelah selesai
pengukuran objek pajak tersebut.

3.2.6. Perekaman dan Updating Data SISMIOP


1. Melakukan data entry terhadap seluruh data SISMIOP hasil verifikasi data
SISMIOP ke dalam server SISMIOP menggunakan program SISMIOP;

2. Melakukan data entry terhadap seluruh data tambahan info rinci ke dalam
server SISMIOP menggunakan program SISMIOP;

3. Melakukan data entry terhadap seluruh data harga jual yang diperoleh;

4. Lembar-lembar SPOP/LSPOP yang sudah diproses harus diparaf dan diberi


tanggal pemprosesan oleh petugas operator komputer;

5. Setelah perekaman data selesai dalam satu kecamatan kemudian hasilnya


dicetak dalam bentuk daftar hasil rekaman (DHR) sementara untuk divalidasi;

6. Melakukan validasi hasil perekaman data yang telah dicetak (DHR) terhadap
data asli di formulir SPOP/LSPOP;

7. Apabila terjadi kekeliruan dalam perekaman, maka dilakukan pembetulan


dengan cara sebagai berikut:

a) Petugas pemeriksa memberi tanda dalam bentuk lingkaran dengan warna


merah setiap kesalahan yang terdapat pada DHR;
b) Petugas pemeriksa harus menyelesaikan pemeriksaan DHR dalam satu
wilayah desa/kelurahan;
c) Petugas pemeriksa membuat daftar hasil pemeriksaan DHR yang memuat
nomor urut, NOP, jenis kesalahan, dan keterangan. Daftar tersebut
ditandatangani oleh pemeriksa dan diserahkan kepada petugas perekam
data;

CV. CITIPLAN
d) Petugas perekam data bertugas melakukan updating data dengan cara
memperbaiki kesalahan perekaman, memberi tanda bahwa telah dilakukan
koreksi dan menyerahkan hasil validasi DHR kepada petugas pemeriksa;

3.4. Penggambaran peta

3.3.1. Penggambaran Peta Desa/kelurahan.


1. Ketentuan Umum
a. Peta desa/kelurahan dibuat tiap desa/kelurahan;
b. Skala peta 1 : 2.500 (untuk perkotaan) atau 1 : 5.000 (untuk
pedesaan);
c. Peta desa/kelurahan memuat blok-blok yang ada di desa/kelurahan
tersebut beserta nomor blok dan luas dari masing-masing blok. Luas blok
(net area dari blok) adalah luas kubeng (gross area) dari blok tersebut
dikurangi dengan luas area yang tidak diberi NOP misalnya jalan, sungai,
tanggul dan sejenisnya;
d. Nomor Blok ditulis degan huruf Arab, selalu ditulis 3 (tiga) digit,
(misalkan 004, 011, 127) dimulai dari sudut peta kiri atas (barat laut) ke
kanan (timur), dan dilanjutkan secara spiral;
e. Peta desa/kelurahan menggambarkan semua jalan raya, jalan KA,
perairan dan detail medan utama lain, masing-masing dengan namanya;
f. Ukuran lebar kertas peta kelurahan/peta 80 x 110 cm;
g. Ukuran muka peta 70 x 80 cm;
h. Peraturan yang dapat diacu dalam penggambaran peta adalah Surat
Edaran Dirjen Pajak No. SE-33/PJ.6/1993 tanggal 14 Juni 1993 tentang
Petunjuk Teknis Pemetaan PBB.
2. Isi Peta Desa/Kelurahan
a. Peta desa/kelurahan berisi semua blok, nomor blok, dan luas masing-
masing blok. Nomor blok ditulis dengan huruf Arab, selalu ditulis dengan 3
(tiga) digit. Contohnya misalnya : 004, 005, 017, 089 dan seterusnya.
Masing-masing angka nomor blok ini dituliskan di dalam sebuah lingkaran;
b. Semua detail-detail alam dan buatan manusia seperti jalan, sungai, gedung-
gedung yang dianggap perlu seperti kantor desa/kelurahan/polisi/kecamatan
/rumah sakit dan tugu-tugu triangulasi, yang semuanya dalam bentuk
lambang/simbol;
CV. CITIPLAN
c. Dicantumkan nama-nama desa/kelurahan/kecamatan/kabupaten/propinsi
yang berbatasan;
d. Pada bagian kanan bawah peta desa/kelurahan diisi dengan keterangan :
1) Logo Departemen Keuangan;
2) Nama instansi pembuat (Kantor Pelayanan PBB);
3) Nama kabupaten/kota;
4) Nama kecamatan;
5) Nama desa/kelurahan;
6) Kode wilayah;
7) Jumlah lembar peta dalam desa/kelurahan yang bersangkutan;
8) Nomor lembar peta;
e. Pada bagian tengah bawah peta kelurahan, diisi dengan keterangan-
keterangan :
1) Indeks letak lembar tersebut terhadap lembar-lembar yang lain di dalam
satu kecamatan;
2) Keterangan sistem proyeksi yang digunakan;
3) Keterangan sumber data pembuatan peta;
4) Arah utara;
5) Skala peta numeris dan grafis;
6) Legenda peta, antara lain :
a) Batas Desa/kelurahan
b) Batas kecamatan
c) Batas kabupaten
d) Batas Blok
e) Jalan (utama; protokol, penghubung; komplek; KA. dll)
f) Sungai, kali, selokan dll
g) Detail/simbol lain yang dipergunakan
f. Pada bagian kiri bawah peta kelurahan, diisikan :
1) Tahun pengukuran;
2) Tahun pembuatan peta;
3) Nama pembuat/penggambar peta;
4) Nama dan tanda tangan Kepala Seksi Pendataan dan Penilaian Kantor
Pelayanan PBB yang bersangkutan;

CV. CITIPLAN
5) Nama dan tanda tangan Kepala Kantor Pelayanan PBB yang
bersangkutan;
g. Pada bagian tengah atas diisi dengan judul peta, yaitu :
Peta Desa ......................................... (untuk wilayah kabupaten)
atau,
Peta Kelurahan ......................................... (untuk wilayah kota)
h. Pada bagian muka peta digambar garis grid tiap 5 cm dan di setiap
pertemuan antara garis grid dengan garis tepi muka peta dilengkapi dengan
nilai koordinatnya. Di samping kiri dan kanan muka peta dilengkapi dengan
nilai koordinat ordinatnya (Y), sedangkan di samping atas dan bawah muka
peta dilengkapi dengan nilai koordinat absisnya (X);
i. Pada bagian atas kiri dicantumkan nomor lembar;
j. Pada bagian atas kanan dituliskan tahun edisi dan nomor kode wilayah.
3.3.2. Penggambaran Peta Blok
1. Ketentuan Umum
a. Peta blok dibuat tiap blok;
b. Peta blok menggambarkan letak dan ukuran dari masing-masing objek pajak
di dalam satu blok;
c. Peta blok untuk perkotaan berskala 1 : 1.000, dan berskala 1 : 2.500 bagi
daerah pedesaan;
d. Ukuran lebar kertas blok adalah :
1) Muka peta 50 cm x 50 cm;
2) Lebar luar peta 55 cm x 62,5 cm.

2. Isi Peta Blok


a. Gambar-gambar bidang tanah dan bangunan yang ada pada blok
yang bersangkutan;
b. Tiap objek pajak diberi nomor urut NOP. Nomor NOP terakhir diberi
tanda khusus, misal ditulis dengan tinta warna lain, atau dengan diberi
lingkaran, dan lain-lain;
c. Pada batas peta dicantumkan nomor blok, nama-nama
desa/kelurahan/ kecamatan/kabupaten/ propinsi yang berbatasan;
d. Detail batas digambar penuh;

CV. CITIPLAN
e. Jaring grid setiap 10 cm x 10 cm berbetuk garis silang tegak lurus
ukuran 1 cm x 1 cm dan di setiap pertemuan antara garis grid dengan garis
tepi muka peta dilengkapi dengan nilai koordinatnya. Di samping kiri dan
kanan muka peta dilengkapi dengan nilai koordinat ordinatnya (Y),
sedangkan di samping atas dan bawah muka peta dilengkapi dengan nilai
koordinat absisnya (X)
f. Pada bagian kanan bawah peta blok diisi dengan keterangan :
1) Logo Departemen Keuangan;
2) Nama instansi pembuat (Kantor Pelayanan PBB);
3) Nama kabupaten/kota;
4) Nama kecamatan;
5) Nama desa/kelurahan;
6) Kode wilayah;
7) Nomor blok;
8) Jumlah lembar peta dalam blok yang bersangkutan;
9) Nomor lembar peta;
g. Pada bagian tengah bawah peta kelurahan, diisi dengan keterangan-
keterangan :
1) Indeks letak lembar tersebut terhadap lembar-lembar yang lain di dalam
satu desa/kelurahan;
2) Keterangan sistem proyeksi yang digunakan;
3) Keterangan sumber data pembuatan peta;
4) Arah utara;
5) Skala peta numeris dan grafis;
6) Legenda peta, antara lain :
a) Batas Desa/kelurahan
b) Batas kecamatan
c) Batas kabupaten
d) Batas Blok
e) Jalan (utama; protokol, penghubung; komplek; KA. dll)
f) Sungai, kali, selokan dll
g) Detail/simbol lain yang dipergunakan
7) Pada bagian kiri bawah peta kelurahan, diisikan :

CV. CITIPLAN
a) Tahun pengukuran;
b) Tahun pembuatan peta;
c) Nama pembuat/penggambar peta;
d) Nama dan tanda tangan Koordinator Pelaksana Kantor Pelayanan
PBB yang bersangkutan;
e) Nama dan tanda tangan Kepala Seksi Pendataan dan Penilaian
Kantor Pelayanan PBB yang bersangkutan;
8) Pada bagian tengah atas diisi dengan judul peta, yaitu :
PETA BLOK ............ DESA .............. (untuk wilayah kabupaten) atau,
PETA BLOK ............ KELURAHAN .............. (untuk wilayah kota);

CV. CITIPLAN
CV. CITIPLAN BAB V - 1

Anda mungkin juga menyukai