Anda di halaman 1dari 5

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.

FAUZIAH BIREUEN
NOMOR TAHUN 2016
1/407.417/2015
TENTANG

KEBIJAKAN SUMBER ALTERNATIF LISTRIK


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. FAUZIAH BIREUEN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. FAUZIAH BIREUEN

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin keamanan pasokan listrik


rumah sakit adalah hal yang sangat penting dalam
pelayanandan kelangsungan fungsi peralatan;

b. bahwa hal ini dapat meningkatkan derajat kesehatan


pasien dan merubah perilaku;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan dalam suatu Keputusan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit;

2. UU Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (


Pasal 44 ayat 1,2 dan 3);

3. UU Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan


Penilaian Kesesuaian;

4. PP 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional;

5. PP 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan


Tenaga Listrik (Pasal 42, 43, 44 dan 45);

6. PP 62 Tahun 2012 tentang Usaha Jasa Penunjang


Tenaga Listrik (Pasal 20 dan 21);

7. Permen ESDM Nomor 0027 Tahun 2005 tentang Tata


Cara Pembubuhan Tanda SNI dan Tanda Keselamatan;

8. Permen ESDM Nomor 0034 Tahun 2005 tentang


Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia 04-1922-
2002 Mengenai Frekuensi Standar Khusus Untuk
Frekuensi Sistem Arus Bolak-Balik Fase Tunggal dan
Fase Tiga 50 Hertz, Sebagai Standar Wajib;

9. Permen ESDM Nomor 0038 Tahun 2005 tentang


Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia 04-6292.1-
2003 Mengenai Peranti Listrik Rumah Tangga dan
Sejenisnya -Keselamatan- Bagian 1 : Persyaratan
Umum, Sebagai Standar Wajib;

10. Permen ESDM Nomor 0045 Tahun 2005 tentang


Instalasi Ketenagalistrikanl;

11. Permen ESDM Nomor 008 Tahun 2007 tentang


Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia 04-0225-
2000/Amd1-2006 Mengenai Amandemen 1 Persyaratan
Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), Sebagai
Standar Wajib

12. Keputusan Bupati Bireuen Nomor


Peg.821.22/Kpts/568/2015 tentang Pengangkatan
Direktur Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

Kesatu : Kebijakan Sumber Alternatif Listrik pada Rumah Sakit


Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Kedua : Agar Sumber Alternatif Listrik menjadi acuan bagi seluruh
staf IPRS pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah
Bireuen dalam menjaga dan memelihara Fasilitas
kelistrikan.

Ketiga : Keputusan Direktur ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Bireuen
pada tanggal

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


dr. FAUZIAH BIREUEN,

dr. MUKHTAR, MARS


LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH dr. FAUZIAH BIREUEN
NOMOR TAHUN 2016
TANGGAL

KEBIJAKAN PEMBERIAN EDUKASI KEPADA PASIEN/KELUARGA


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. FAUZIAH BIREUEN

1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen menyediakan pemberian


edukasi (Pendidikan) bagi pasien dan keluarga dalam pengambilan
keputusan dan proses pelayanan pasien.
2. Perencanaan pendidikan pasien dan keluarga harus konsisten dengan
misi, jenis pelayanan dan populasi pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Fauziah Bireuen yang di lakukan olehUnit Promosi Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS).
3. Ruang lingkup pemberian edukasi bagi pasien dan keluarga dilakukan di
area: pendaftaran, rawat jalan, instalasi gawatdarurat, rawat inap,
laboratorium, radiologi, farmasi, pemulasaran jenazah, rehabilitasi medik,
ruang prosedur/tindakan (seperti: anestesi, endoscopy, dll), sampai
pembayaran pasien pulang.
4. Edukasi diberikan sejak pasien masuk, selama perawatan sampai dengan
pasien pulang dari rumah sakit.
5. Pemberian penjelasan tentang edukasi pasien dan keluarga dilakukan oleh
petugas yang sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
6. Yang wajib memberikan edukasi adalah semua yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien yaitu Dokter Spesialis, Dokter Umum,
Dokter Gigi, Perawat, Bidan, Ahli gizi, Farmasis, Fisioterapis, Radiologi,
Laboratorium.
7. Kebutuhan edukasi pasien dan keluarga dikaji dan hasil pengkajian dicatat
dalam formulir edukasi yang bersifat kolaboratif untuk seluruh staf dan
disimpan di rekam medis pasien.
8. Saat informed consent, pasien dan keluarga belajar dan memahami
mengenai prosedur/tindakan yang akan dilakukan kepada pasien. Pasien
dan keluarga belajar tentang hak mereka untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan terkait pelayanannya, dan belajar mengenai
kondisi kesehatannya dan diagnosis yang dibuat oleh dokter.
9. Pasien dan keluarga belajar mengenai hak dan kewajiban mereka untuk
turut berpartisipasi dalam proses perawatan.
10. Petugas rumah sakit harus melakukan pengkajian terkait edukasi bagi
pasien dan keluarga, meliputi :
a. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga;
b. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan;
c. Motivasi dan hambatan emocional;
d. Keterbatasan pengetahuan (kognitif) dan fisik; dan
e. Kesediaan pasien untuk menerima informasi.
Temuan dari pengkajian (informasi) tersebut digunakan untuk membuat
rencana pendidikan bagi pasien/keluarga dan didokumentasikan dalam
rekam medis pasien.
11. Pasien dan keluarga mendapatkan pendidikan dan pelatihan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan berkelanjutanatau mencapai sasaran
kesehatan pasien. Rumah Sakit mengidentifikasi dan menjalin kerjasama
dengan komunitas/lembaga kemasyarakatan untuk mendukung
kelanjutan promosi kesehatan dan edukasi pencegahan penyakit
pasien.Bila kondisi pasien mengindikasikan, pasien dapat dirujuk ke
perawatan yang tersedia di komunitas/lembaga kemasyarakatan tersebut.
12. Terkait dengan pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit pasien dan
keluarga dididik tentang hal di bawah ini :
a. Diagnosis penyakit dan perkembangan kesehatannya;
b. Penggunaan obat- obatan yang didapat pasien secara efektif dan aman
(bukan hanya obat yang diresepkan untuk dibawa pulang), termasuk
potensi efek samping obat;
c. Penggunaan peralatan medis secara efektif dan aman;
d. Potensi interaksi antara obat yang diresepkan dengan obat lainnya
(termasuk obat yang tidak diresepkan), serta makanan;
e. Diet dan nutrisi yang benar;
f. Manajemen nyeri; dan
g. Teknik rehabilitasi.
13. Setelah diberikan edukasi, pasien dan keluarga diverifikasi kembali bahwa
telah menerima dan memahami pendidikan dan informasi yang diberikan.
14. Petugas rumah sakit yang memberikan edukasi dan informasi memberi
kesempatan keluarga dan pasien untuk bertanya dan mengeluarkan
pendapat jika belum memahami edukasi yang diberikan.
15. Informasi lisan yang diberikan perlu diperkuat dengan materi tertulis
(leaflet, brosur dan lain-lain) yang terkait dengan kebutuhan pasien serta
konsisten dengan pilihan metode belajar pasien dan keluarga.
16. Metode pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga dapat diberikan
dengan cara : ceramah, observasi dan praktek langsung, simulasi, diskusi,
demonstrasi.
17. Untuk pasien berkebutuhan khusus seperti pasien tuna rungu atau pasien
yang menggunakan bahasa asing atau bahasa daerah dapat dibantu
dengan mencarikan penerjemah yang ada di rumah sakit oleh unit PKRS.
18. Bila ada indikasi, edukasi pasien dan keluarga diberikan secara kolaboratif
sesuai kebutuhan.
19. Petugas rumah sakit yang memberikan edukasi, disebut sebagai edukator.
Seorang edukator harus :
a. memiliki pengetahuanyang cukup tentang subjek yang diberikan kepada
pasien;
b. menyediakan waktu yang cukup dan sesuai untuk pemberian edukasi;
dan
c. Sudah mendapat pelatihan komunikasi efektif.

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


dr. FAUZIAH BIREUEN,

dr. MUKHTAR, MARS

Anda mungkin juga menyukai