KELOMPOK : 4
Ruang EII3
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI NON REGULAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR BALI
2018
MATERIALITAS
Materialitas dan risiko audit perlu dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan audit, khususnya
pada saat :
a) Mengidentifikasi dan menilai kesalahan penyajian material
b) Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit selanjutnya, dan
c) Mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi.
SA 320.10 menyatakan bahwa : “pada saat penetapan strategi audit secara keseluruhan, auditor
harus menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan”. Hal tersebut
pertimbangan awal materialitas. Disebut demikian karena meskipun opini dikatakan secara
professional, namun hal itu bisa berubah ketika pengauditan sedang berlangsung. Kebijakan awal
ini harus didokumentasi dalam file audit.
Dua tahap pertama dalam penerapan materialitas berkaitan dengan perencanaan yang
merupakan bahasan utama kita pada bab ini. Tiga tahapan lainnya merupakan hasil daei
pelaksanaan pengujian audit.
Pada saat auditor melaksanakan prosedur audit, auditor mendokumentasikan semua
kesalahan penyajian yang ditemukannya. Kesalahan penyajian dalam suatu akun bisa terdiri dari 2
tipe yaitu :
Kesalahan penyajian diakui (known misstatement)
Kesalahan penyajian diperkirakan (likely misstatement)
Kesalahan penyajian diketahui adalah kesalahan penyajian dalam akun yang bisa ditentuka
jumlahnya. Ada 2 tipe kesalahan penyajian diperkirakan. Pertama adalah kesalahan penyajian yang
timbul dari perbedaan pertimbangan yang dibuat auditor dengan pertimbangan manajemen dan
menaksir saldo akun. Kedua adalah proyeksi kesalahan penyajian auditor atas suatu sampel dari
populasi.
RISIKO AUDIT
AR = IR x CR x DR DR = AR / (IR x CR)
atau
Keterangan :
AR = Risiko Audit
IR = Risiko Inheren
CR = Risiko Pengendalian
DR = Risiko Deteksi
a. RISIKO DETEKSI. SA 200. 13 (e) mendefinisikan risiko deteksi sebagai risiko bahwa
prosedur yang dilaksanakan oleh auditor untuk menurunkan risiko audit ke tingkat rendah yang
dapat diterima tidak akan mendeteksi suatu kesalahan penyajian yang ada dan yang mungkin
material, baik secara individual maupun secara kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan
penyajian lainnya. Ada 2 hal yang perlu diketahui tentang risiko deteksi yang terencana yaitu
risiko deteksi merupakan dependen dari 3 faktor lain yang tercakup dalam model dan risiko
deteksi menentukan jumlah bukti substantif yang direncanakan akan dikumpulkan auditor yang
berkebalikan dengan ukuran risiko deteksi.
b. RISIKO INHEREN. SA 200. 13 (n) mendefinisikan risiko inheren sebagai kerentasan sutu
asersi tentang suatu golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan terhadap suatu kesalahan
penyajian yang mungkin material, baik secara individual maupun secara kolektif ketika
digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnya, sebelum mempertimbangkan pengendalian
internal yang terkait. Pada saat mempertimbangkan risiko inheren, pengendalian internal di
kesampingkan karena dalam model risiko audit, pengendalian internal dipertimbangkan
tersendiri sebagai risiko pengendalian.
c. RISIKO PENGENDALIAN. SA 200. 13 (n) mendefinisikan risiko pengendalian sebagai risiko
bahwa suatu kesalahan penyajian yang mungkin terjadi dalam suatu asersi tentang suatu
golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan yang mungkin material, baik secara
individual maupun secara kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnya tidak
akan dapat dicegah, atau dideteksi dan dikoreksi, secara tepat waktu oleh pengendalian internal
Ada beberapa hal dalam menetapkan risiko audit bisa diterima antara lain :
Auditor menanggapi risiko terutama dengan mengubah luasnya pengujian dan jenis prosedur audit,
termasuk pula dengan memadukan hal-hal tak terduga dalam prosedur audit yang digunakan. Selain
dengan memodifikasi bukti audit, ada 2 cara lain auditor yang dapat diubah auditor untuk
menanggapi risiko yaitu: Penugasan mungkin membutuhkan staf yang berpengalaman, dan
Penugasan harus direview lebih cermat.
KETERBATASAN PENGUKURAN
Salah satu keterbatasan paling besar dalam penerapan model risiko audit adalah adanya kesulitan
dalam pengukuran komponen-komponen dalam model. Untuk mengatasi masalah tersebut, banyak
auditor menggunakan pengukuran subyektif yang dinyatakan dengan istilah seperti rendah,
medium, tinggi untuk menetapkan jumlah dan jenis bukti yang tepat yang harus dikumpulkan.
Auditor pada umumnya akan menetapkan risiko secara konservatif dan subyektif.
Risiko signifikan adalah suatu risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi dan dinilai
yang dalam pertimbangan auditor memerlukan pertimbangan khusus (SA 315.4 (e)). Risiko
signifikan sering berkaitan dengan transaksi nonrutin yang signifikan atau hal-hal yang memerlukan
pertimbangan. Risiko kesalahan penyajian material mungkin lebih besar untuk transaksi nonrutin
yang signifikan yang disebabkan oleh hal-hal berikut:
Intervensi manajemen yang lebih besar dalam menentukan perlakuan akuntansi.
Intervensi manual yang lebih besar dalam pengumpulan dan pengolahan data.
Perhitungan atau prinsip akuntansi yang kompleks
Sifat transaksi nonrutin yang dapat menyebabkan kesulitan bagi entitas untuk
mengimplementasikan pengendalian yang efektif terhadap risiko.
Dalam melakukan pertimbangan atas penentuan suatu risiko sebagai risiko signifikan, auditor
harus mempertimbangkan paling tidak hal-hal berikut:
a) Apakah risiko tersebut merupakan suatu risiko kecurangan.
b) Apakah risiko tersebut terkait dengan perkembangan terkini yang signifikan dalam bidang
ekonomi, akuntansi, atau lainnya dan oleh karena itu, membutuhkan perhatian spesifik.
c) Kompleksitas transaksi.
d) Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan dengan pihak berelasi.
e) Derajat subyektivitas dalam pengukuran informasi keuangan yang berkaitan risiko, terutama
pengukuran yang melibatkan ketidakpastian pengukuran yang luas.
f) Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan yang terjadi di luar kegiatan bisnis
normal entitas, atau yang tampaknya tidak biasa.
Jika auditor telah menetukan bahwa terdapat risiko signifikan, auditor harus memperoleh suatu
pemahaman tentang pengendalian entitas, termasuk aktivitas pengendalian yang relevan dengan
risiko tersebut.