Anda di halaman 1dari 5

Apendektomi (dikenal di luar Amerika Serikat

sebagai apendisektomi atau apendisektomi ) adalah operasi bedah di mana usus


buntu vermiform (sebagian dari usus) diangkat.Operasi usus buntu biasanya dilakukan
sebagai prosedur darurat atau darurat untuk mengobati radang usus buntu akut.
Pembedahan usus buntu

Operasi usus buntu sedang berlangsung

ICD-10-PCS 0DTJ? ZZ

ICD-9-CM 47.0

MeSH D001062

MedlinePlus 002921

[ sunting di Wikidata ]

Appendektomi dapat dilakukan secara laparoskopi (sebagai operasi invasif minimal )


atau sebagai operasi terbuka. Laparoskopi sering digunakan jika diagnosisnya
diragukan, atau untuk meninggalkan bekas luka bedah yang kurang terlihat. Pemulihan
mungkin sedikit lebih cepat setelah operasi laparoskopi, meskipun prosedur
laparoskopi itu sendiri lebih mahal dan intensif sumber daya daripada operasi terbuka
dan umumnya memakan waktu lebih lama. Sepsis pelvis lanjut kadang-kadang
membutuhkan laparotomi garis tengah yang lebih rendah.Pada orang dewasa AS,
mortalitas 30 hari setelah operasi usus buntu adalah 1,8%

Penyakit usus buntu adalah peradangan yang terjadi pada usus buntu atau
apendiks. Usus buntu merupakan organ berbentuk kantong kecil dan tipis,
berukuran sepanjang 5 hingga 10 cm yang terhubung pada usus besar. Saat
menderita radang usus buntu, penderita dapat merasa nyeri di perut kanan bagian
bawah. Jika dibiarkan, infeksi dapat menjadi serius dan menyebabkan usus buntuh
pecah, sehingga menimbukan keluhan rasa nyeri hebat hingga membahayakan
nyawa penderitanya.
Radang usus buntu dapat terjadi pada semua usia, namun paling sering pada usia
10 sampai 30 tahun. Penyakit usus buntu bisa disebabkan sumbatan pada usus
buntu, baik sebagian atau total. Hambatan usus buntu yang menyeluruh merupakan
kondisi darurat dan perlu segera ditangani dengan tindakan operasi.

Gejala Penyakit Usus Buntu

Gejala utama pada penyakit usus buntu adalah nyeri pada perut. Rasa nyeri
tersebut dapat berawal dari pusar, lalu bergerak ke bagian kanan bawah perut.
Namun, posisi nyeri dapat berbeda-beda, tergantung usia dan posisi dari usus buntu
itu sendiri. Dalam waktu beberapa jam, rasa nyeri dapat bertambah parah, terutama
saat kita bergerak, menarik napas dalam, batuk, atau bersin. Selain itu, rasa nyeri ini
juga bisa muncul secara mendadak, bahkan saat penderita sedang tidur. Bila
radang usus buntu terjadi saat hamil, rasa nyeri bisa muncul pada perut bagian atas,
karena posisi usus buntu menjadi lebih tinggi saat hamil.

Gejala nyeri perut tersebut dapat disertai gejala lain, di antaranya:

 Kehilangan nafsu makan


 Perut kembung
 Tidak bisa buang gas (kentut)
 Mual
 Konstipasi atau diare
 Demam
Konsultasikan kepada dokter apabila mengalami nyeri perut yang perlahan-lahan
makin parah dan meluas ke seluruh daerah perut. Kondisi tersebut dapat menjadi
tanda usus buntu telah pecah, dan mengakibatkan infeksi rongga perut
atau peritonitis .

Penyebab Penyakit Usus Buntu

Penyakit usus buntu terjadi karena rongga usus buntu mengalami infeksi. Dalam
kondisi ini, bakteri berkembang biak dengan cepat sehingga membuat usus buntu
meradang, bengkak, hingga bernanah. Banyak faktor yang diduga membuat
seseorang mengalami radang usus buntu, di antaranya:

 Hambatan pada pintu rongga usus buntu


 Penebalan atau pembengkakan jaringan dinding usus buntu karena infeksi di saluran
pencernaan atau di bagian tubuh lainnya
 Tinja atau pertumbuhan parasit yang menyumbat rongga usus buntu
 Cedera pada perut.
 Kondisi medis, seperti tumor pada perut atau inflammatory bowel disease.

Kendati demikian, penyebab penyakit usus buntu tetap belum dapat dipastikan.

Diagnosis Penyakit Usus Buntu

Diagnosis penyakit usus buntu dimulai setelah dokter menanyakan gejala yang
dialami pasien dan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan tersebut bertujuan
untuk menilai rasa nyeri, dan dilakukan dengan menekan area yang terasa nyeri.
Radang usus buntu ditandai oleh rasa nyeri yang semakin parah setelah tekanan
tersebut dilepas dengan cepat.

Guna memastikan diagnosis, dokter perlu melakukan sejumlah tes. Tes yang
dilakukan berupa:

 Tes darah, guna memeriksa jumlah sel darah putih yang menandakan adanya
infeksi.
 Tes urine, untuk menghapus kemungkinan adanya penyakit lain, misalnya infeksi
saluran kemih atau batu ginjal.
 CT scan atau USG, untuk memastikan rasa nyeri pada perut disebabkan penyakit
usus buntu.
 Pemeriksaan panggul, untuk memastikan rasa nyeri bukan disebabkan masalah
reproduksi atau infeksi panggul lainnya.
 Tes kehamilan, guna memastikan rasa nyeri tersebut bukan disebabkan kehamilan
ektopik.
 Foto Rontgen dada, untuk memastikan rasa nyeri bukan disebabkan pneumonia
sebelah kanan, yang gejalanya mirip radang usus buntu.

Pengobatan Penyakit Usus Buntu

Langkah pengobatan utama untuk penyakit usus buntu adalah melalui prosedur
operasi pengangkatan usus buntu, atau yang dikenal dengan istilah apendektomi.
Namun sebelum dilakukan operasi, penderita biasanya diberi obat antibiotik untuk
mencegah terjadinya infeksi, terutama pada usus buntu yang belum pecah namun
sudah terbentuk abses. Sedangkan pada usus buntu yang ringan, pemberian
antibiotik sebelum operasi dapat memulihkan kondisi sebagian pasien, sehingga
operasi tidak perlu dilakukan.

Terdapat dua cara dalam melakukan apendektomi, yaitu secara laparoskopi atau
operasi lubang kunci, dan bedah terbuka atau laparotomi. Kedua teknik bedah
tersebut diawali dengan melakukan bius total pada pasien. Operasi usus buntu
dengan laparoskopidilakukan dengan membuat beberapa sayatan kecil sebesar
lubang kunci pada perut, untuk memasukkan alat bedah khusus yang dilengkapi
kamera untuk mengangkat usus buntu. Operasi ini lebih disukai karena proses
pemulihannya lebih singkat. Operasi jenis ini juga dianjurkan pada penderita lansia
atau obesitas.

Sementara operasi dengan bedah terbuka dilakukan dengan membedah perut


bagian kanan bawah sepanjang 5-10 sentimeter, dan mengangkat usus buntu.
Bedah terbuka ini sangat dianjurkan untuk kasus usus buntu di mana infeksi telah
menyebar ke luar usus buntu, atau jika usus buntu sudah bernanah (abses).

Sementara untuk kasus usus buntu yang telah pecah dan terjadi abses, perlu
dilakukan pengeluaran nanah terlebih dahulu dari abses menggunakan selang yang
dimasukkan melalui sayatan pada kulit. Pelaksanaan apendektomi baru bisa
dilakukan beberapa minggu kemudian setelah infeksi terkendali.

Proses pemulihan pasca apendektomi pada bedah laparoskopi lebih singkat


dibanding bedah terbuka. Pasien dapat pulang dari rumah sakit beberapa hari pasca
operasi. Namun jika terjadi komplikasi saat operasi, maka perawatan di rumah sakit
dapat berlangsung lebih lama. Selama masa pemulihan, pasien tidak diperbolehkan
mengangkat beban yang berat, dan dianjurkan untuk tidak berolahraga dahulu
selama sekitar 6 minggu. Setelah itu, pasien dapat kembali beraktivitas secara
normal.

Komplikasi Penyakit Usus Buntu

Penyakit usus buntu yang tidak diobati berisiko menimbulkan komplikasi yang
membahayakan. Komplikasi tersebut antara lain:

 Abses atau terbentuknya kantong berisi nanah. Komplikasi ini muncul sebagai
usaha alami tubuh untuk mengatasi infeksi pada usus buntu. Penanganannya
dilakukan dengan penyedotan nanah dari abses atau dengan antibiotik. Jika
ditemukan dalam operasi, abses dan bagian di sekitarnya akan dibersihkan dengan
hati-hati dan diberi antibiotik.
 Peritonitis. Peritonitis adalah infeksi pada lapisan dalam perut atau peritoneum.
Peritonitis terjadi saat usus buntu pecah dan infeksi menyebar hingga ke seluruh
rongga perut. Penanganan kasus ini dilakukan dengan pemberian antibiotik dan
tindakan bedah terbuka secepatnya, untuk mengangkat usus buntu dan
membersihkan rongga perut. Peritonitis ditandai dengan nyeri seluruh perut yang
hebat dan terus menerus, demam, serta detak jantung yang cepat.
 Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam
istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan
pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian
besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif
memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan
oleh umbai cacing.
 Usus buntu dalam bahasa Latin disebut sebagai Appendix vermiformis, organ
ini ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.
Pada awalnya organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak
mempunyai fungsi, tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah
sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam
sekresi immunoglobulin(suatu kekebalan tubuh) yang memiliki/berisi kelenjar
limfoid.

Anda mungkin juga menyukai