Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. NAURAH AFIFAH (06101381722051)

2. SHENY GRACIA (06101381722056)

DOSEN PENGASUH : DIAH KARTIKA SARI S.Pd., M.Si.

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kapita
selekta pendidikan kmia. Selama penyusunan makalah ini diperlukan kesabaran dan
usaha yang keras dengan harapan dapat memberikan sesuatu yang terbaik.
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita
selektta. Penulis menyadari bahwa isi dari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan kemampuan, pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki oleh
penulis.
Pada kesempatan ini dengan rasa syukur dan kerendahan hati,penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah mendukung baik itu secara moril maupun materil hingga makalah ini bisa
selesai tepat pada waktunya.
Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah yang penulis buat. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih. Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk semua pihak yang membutuhkannya.

Palembang, Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................2

1.3 Tujuan .........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah ...............................................4

2.2 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ...........................................5

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah ....................6

2.4 Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah ...........................8

2.5 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ....................................................8

2.6 Contoh Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah ...........................10

2.7 Design Pembelajaran Berbasis Masalah ..................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................15

3.2 Saran .........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melihat perkembangan zaman yang semakin pesat dengan didukung oleh


kemajuan teknologi mau tidak mau menstimulus pendidikan untuk dapat
beradaptasi sesuai dengan tuntutan zaman. Selain itu, menumbuhkan kesempatan
belajar bagi peserta didik (grown learning). Model pembelajaran merupakan salah
satu metodologi yang diciptakan dunia pendidikan dalam rangka menuju ke
tercapainya suatu perubahan. Pada pelaksanaan model pembelajaran tentunya
melibatkan pembelajar (guru) dan peserta didik (siswa). Seorang guru adalah
seorang yang profesionalis dalam menjalankan fungsi-fungsinya dengan
menggunakan metodologi untuk membelajarkan peserta didik dengan cara yang
tidak konstan, artinya seorang guru itu harus berinovasi dan menciptakan perubahan
baik pada dirinya serta pada peserta didiknya.Berbagai macam upaya telah
dilakukan dalam dunia pendidikan, seperti contoh kecilnya tadi adalah terciptanya
berbagai model pembelajaran yang memang dirancang dengan melihat kondisi
perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu. Salah satu contoh model
pembelajaran yang ditemukan adalah Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning).

Menurut Tan dalam Rusman (2010), Model Pembelajaran Berbasis


Masalah (Problem Based Learning) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena
pada model ini kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui
proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat
memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan
berpikirnya secara berkesinambungan.Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua
pendidik (guru) memahami konsep dari Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) ini. Mungkin disebabkan oleh kurangnya
keinginan dan motivasi untuk meningkatkan kualitas keilmuan maupun karena

1
kurangnya dukungan sistem untuk meningkatkan kualitas keilmuan tenaga
pendidik.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu kiranya ada sebuah bahan kajian yang
mendalam tentang apa dan bagaimana Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning)ini untuk selanjutnya diterapkan dalam sebuah
proses pembelajaran, sehingga dapat memberi masukan, khususnya kepada para
guru tentang model ini. Dimana, menurut Tan dalam Rusman (2010), merupakan
model pembelajaran yang relevan dengan tuntutan abad ke-21 dan umumnya
kepada para ahli dan prkatisi pendidikan yang memusatkan perhatiannya pada
pengembangan dan inovasi sistem pembelajaran. Berikut uraian secara rinci dari
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pembelajaran berbasis masalah?

2. Apa saja karakteristik pembelajaran berbasis masalah?

3. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis masalah?

4.Apa saja komponen-komponen yang mendukung pembelajaran berbasis


masalah?

5. Bagaimana sintaks pembelajaran berbasis masalah?

6. Bagimana contoh implementasi pembelajaran berbasis masalah?

7. Bagaimana design pembelajaran berbasis masalah dalam kimia?

2
1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah.

2. Mengetahui karakteristik pembelajaran berbasis masalah.

3. Mengidentifikasi kelebihan serta kekurangan pembelajaran berbasis


masalah.

4.Mengetahui fitur-fitur yang mendukung pembelajaran berbasis masalah.

5. Mengetahui sintaks pembelajaran berbasis masalah.

6. Mengetahui contoh implementasi pembelajaran berbasis masalah.

7. Mengetahui penerapan pembelajaran berbasis masalah dalam kimia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah


Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey.
Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah
interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar
dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa
bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan
itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem
Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan
menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik
memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya. Pendekatan
pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning/PBL) adalah konsep
pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang
dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta
didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih
realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri
yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam
lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis
Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik.
Peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian
menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru) .

4
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk
mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran
berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri.
Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan
dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran
tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang
diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya
disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model
pembelajaran vang, melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah. Untuk mencapai hasil pembelajaran
secara optimal, pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah perlu
dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan
kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta
didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar
yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman
mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang
berkelanjutan. Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan
pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah
jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan
dasar maupun kompleks.

2.2 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah


Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (2005)
menjelaskan karakteristik dari PBM, yaitu :

5
a. Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa
sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori
konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan
pengetahuannya sendiri.
b. Authentic problems form the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik
sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
c. New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui
dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk
mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
d. Learning occurs in small groups
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun
pengetahuan secara kolaborative, maka PBM dilaksakan dalam kelompok kecil.
Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan
yang jelas.
e. Teachers act as facilitators.
Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Namun,
walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan
mendorong siswa agar mencapai target yang hendak dicapai.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah


Dalam pelaksanaannya, PBM tentunya memiliki kelebihan dan
kelemahannya. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan dari PBM.
2.3.1. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi
nyata.

b. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui


aktivitas belajar.

6
c. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada
hubungannya tidak perlu saat itu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban
siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi.

d. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.

e. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari


perpustakaan, internet, wawancara dan observasi.

f. Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.

g. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan


diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.

h. Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok
dalam bentuk peer teaching.
2.3.2 Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah
a. PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru
berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran
yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.

b. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan
terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.

c. PBM kurang cocok untuk diterapkan di sekolah dasar karena masalah


kemampuan bekerja dalam kelompok. PBM sangat cocok untuk siswa perguruan
tinggi atau paling tidak sekolah menengah.

d. PBM biasanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga dikhawatirkan


tidak dapat menjangkau seluruh konten yang diharapkan walaupun PBM berfokus
pada masalah bukan konten materi.

e. Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam


kelompok secara efektif, artinya guru harus memiliki kemampuan memotivasi
siswa dengan baik.

f. Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap.

7
2.4 Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah
Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemukakan oleh
Arends, diantaranya adalah :

a. Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan


masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik.
Permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab
dengan jawaban yang sederhana.

b. Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural


dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.

c. Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata.
Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya,
mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan
menarik kesimpulan.

d. Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk


bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.

e. Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk


mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.

2.5 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based learning)


Menurut Fibrayir (2012), berbgai pengembang pembelajaran berbasis
masalah telah menunjukkkan ciri-ciri pengajaran berbasis masalah sebagai berikut.
1. Pengajuan masalah atau pertanyaan
a. Pengajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip-
prinsip atau ketrampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan
masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah
yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk
siswa. Mereka dihadapkan situasi kehidupan nyata yang autentik,

8
menghindari jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai
macam solusi untuk situasi itu.

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin


Meskipun pengajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata
pelajaran tertentu (IPA, Matematika, Ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan
diselidiki telah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa
meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

3. Penyelidikan autentik
Pengajaran berbasis masalah siswa melakukan penyelidikan autentik untuk
mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis
dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Metode
penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.

4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya


Pengajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk
tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau
mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat
berupa transkip debat, laporan, model fisik, video atau program komputer.
Pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa bekerja sama satu sama
lain (paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil). Bekerja sama
memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas
kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berfikir.

2.6 Contoh Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based


learning)
Ada beberapa cara menerapkan PBL dalam pembelajaran. Secara umum
penerapan model ini mulai dengan adanya masalah yang diharus dipecahkan atau

9
dicari pemecahannya oleh siswa/siswa. Masalah tersebut dapat berasal dari
siswa/siswa atau mungkin juga diberikan oleh pengajar. Siswa/siswa akan
memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, siswa
belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi
pusat perhatiannya. Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-
langkah metode ilmiah. Dengan demikian siswa/siswa belajar memecahkan
masalah secara sistematis dan terencana. Oleh sebab itu, penggunaan PBL dapat
memberikan pengalaman belajar melakukan kerja ilmiah yang sangat baik kepada
siswa/siswa.
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling
sedikit ada delapan tahapan (Pannen, 2001), yaitu:
1. mengidentifikasi masalah,

2. mengumpulkan data,

3. menganalisis data,

4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,

5. memilih cara untuk memecahkan masalah,

6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,

7. melakukan uji coba terhadap rencana yang ditetapkan, dan

8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.


Empat tahap yang pertama mutlak diperlukan untuk berbagai kategori
tingkat berfikir, sedangkan empat tahap berikutnya harus dicapai bila pembelajaran
dimaksudkan untuk mencapai keterampilan berfikir tingkat tinggi (higher order
thinking skills). Dalam proses pemecahan masalah sehari-hari, seluruh tahapan
terjadi dan bergulir dengan sendirinya, demikian pula keterampilan seseorang harus
mencapai seluruh tahapan tersebut. Langkah mengidentifikasi masalah merupakan
tahapan yang sangat penting dalam PBL.
Pemilihan masalah yang tepat agar dapat memberikan pengalaman belajar
yang mencirikan kerja ilmiah seringkali menjadi ‖masalah‖ bagi guru dan siswa.
Artinya, pemilihan masalah yang kurang luas, kurang relevan dengan konteks
materi pembelajaran, atau suatu masalah yang sangat menyeimpang dengan tingkat

10
berpikir siswa dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh
sebab itu, sangat penting adanya pendampingan oleh guru pada tahap ini. Walaupun
guru tidak melakukan intervensi terhadap masalah tetapi dapat memfokuskan
masalah melalui pertanyaan-pertanyaan agar siswa/siswa melakukan refleksi lebih
dalam terhadap masalah yang dipilih. Dalam hal ini guru/dosen harus berperan
sebagai fasilitator agar pembelajaran tetap pada bingkai yang direncanakan.
Suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam PBL adalah
pertanyaan berbasis why bukan sekedar how. Oleh karena itu, setiap tahap dalam
pemecahan masalah, keterampilan siswa dalam tahap tersebut hendaknya tidak
semata-mata keterampilan how, tetapi kemampuan menjelaskan permasalahan dan
bagaimana permasalahan dapat terjadi. Tahapan dalam proses pemecahan masalah
digunakan sebagai kerangka atau panduan dalam proses belajar melalui PBL.
Namun yang harus dicapai pada akhir pembelajaran adalah kemampuannya untuk
memahami permasalahan dan alasan timbulnya permasalahan tersebut serta
kedudukan permasalahan tersebut dalam tatanan sistem yang sangat luas.
Fase-fase implementasi PBL dengan merujuk pada tahap-tahapan praktis
yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
a. Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah, yaitu: menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada
aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b. Fase 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar, yaitu: membantu siswa membatasi
dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi.
c. Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, yaitu:
mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan.
d. Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, yaitu: membantu siswa
merencanakan dan menyi-apkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
e. Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, yaitu:
membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang
digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.

11
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah.
Langkah-langkah Aktivitas Guru dan Siswa
Fase 1 : Mengamati, mengorientasikan Guru meminta siswa untuk melakukan
siswa terhadap masalah. kegiatan pengamatan terhadap
fenomena tertentu, terkait dengan KD
yang akan dikembangkannya.
Fase 2 : Menanya, memunculkan Guru mendorong siswa untuk
permasalahan merumuskan suatu masalah terkait
dengan fenomena yang diamatinya.
Masalah itu dirumuskan berupa
pertanyaan yang bersifat problematika.
Fase 3 : Menalar, mengumpulkan data. Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi (data) dalam
rangka menyelesaikan masalah, baik
secara individu ataupun berkelompok,
dengan membaca berbagai referensi,
pengamatan lapangan, wawancara dan
sebagainya.
Fase 4 : Mengasosiasi, merumuskan Guru meminta siswa untuk melakukan
jawaban analisis data dan merumuskan jawaban
terkait dengan masalah yang mereka
ajukan sebelumnya.
Fase 5 : Mengkomunikasikan Guru memfasilitasi siswa untuk
mempresentasikan jawaban atas
permasalahan yang mereka rumuskan
sebelumnya. Guru juga membantu siswa
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap proses pemecahan masalah
yang dilakukan.

2.7. Design Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based learning)

12
TAHAP PBL TINGKAH LAKU GURU/SISWA

Tahap 1 - Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan


komentar terhadap pembelajaran sebelumnya, serta
Orientasi siswa permasalahan unsur radioaktif dalam kehidupan;
pada masalah
- Guru mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan
(5 menit) dalam menilai kegiatan/ hasil karya siswa.

Tahap 2 - Guru mengarahkan siswa untuk kumpul dalam kelompoknya,


kemudian menginformasikan untuk melakukan diskusi;
Mengorganisasi
siswa untuk - Guru membimbing kegiatan diskusi kepada semua kelompok
belajar dengan berkeliling kelas

(5 menit)

Tahap 3 - Guru memberikan bimbingan agar dilakukan Tanya jawab


dalam kelompok sebagai persiapan presentasi;
Membimbing
penyelidikan - Siswa menyusun hand out yang digunakan untuk presentasi
individu maupun dan guru melakukan bimbingan kepada setiap kelompok;
kelompok
- Guru memberikan informasi, agar materi materi yang ada
(30 menit) dalam proposal dipahami dengan baik;

Tahap 4 - Dengan menggunakan undian, salah satu kelompok


mempresentasikan proposalnya, serta kelompok lain sebagai
Mengembangkan penyangga dan agar mempersiapkan pertanyaan;
dan menyajikan
hasil karya - Presentasi dilakukan untuk dua kelompok dan guru berperan
sebagai fasilitator, mediator, dan suvervisor;
(50 menit)
- Siswa diarahkan dan dimotivasi untuk membuat/menjawab
pertanyaan yang bersifat kontekstual.

Tahap 5 - Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi


terhadap proposal yang dibuat;
Menganalisis
dan - Guru memberikan informasi dan klarifikasi terhadap
mengevaluasi pertanyaan dan jawaban siswa;
proses
pemecahan - Guru melakukan posttes untuk mengetahui hasil belajar siswa
masalah

13
(25 menit)

BAB III

PENUTUP

14
3.1 Kesimpulan

1. Pembelajaran Berbasis Masalah (problem Based Learning) merupakan model


pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk belajar aktif memecahkan suatu
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

2. Kelebihan pembelajaran berbasis masalah bagi siswa, diantaranya: didorong


memiliki kemampuan memecahkan masalah, membangun pengetahuannya sendiri,
berfokus pada masalah, aktivitas ilmiah, terbiasa menggunakan sumber
pengetahuan bervariasi, memiliki kemampuan komunikasi ilmiah, dan peer
teaching untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara mandiri. Sedangkan
kekurangan pembelajaran berbasis masalah, diantaranya: lebih cocok untuk
pembelajaran yang berkaitan dengan pemecahan masalah, kesulitan dalam
pembagian tugas dalam kelas dengan keragaman siswa tinggi, kurang cocok untuk
siswa sekolah dasar, membutuhkan waktu yang tidak sedikit, membutuhkan
kemampuan guru untuk mendorong kerja siswa, dan sumber belajar kadang tidak
tersedia dengan lengkap.

3. Langkah-langkah pembelajaran (sintaks) model pembelajaran berbasis masalah


pada kurikulum 2013 terdiri dari lima fase, yaitu: mengamati, menanya, menalar,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

3.2 Saran

1. Bagi sekolah diharapkan dapat memperkaya model-model pembelajaran dengan


pendekatan pembelajaran berpusat siswa (student centered learning) dan
pendekatan sains (science approach) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dan lulusan yang unggul. Dengan bervariasinya model pembelajaran yang
diimplementasikan oleh sekolah maka diharapkan dinamika pembelajaran siswa
lebih terasa dan dapat tumbuh budaya belajar di sekolah.

2. Bagi guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran secara bervariasi


dengan pendekatan berpusat pada siswa dan saintifik secara tepat sesuai dengan

15
kompetensi dasar yang dipelajari sehingga minat belajar siswa tinggi dan
memperoleh hasil belajar yang maksimal dalam mengembangkan segenap potensi
siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran mata pelajaran rumpun MIPA (sains) adalah pembelajaran berbasis
masalah yang diyakini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas.

DAFTAR PUSTAKA

16
Abbas, Nurhayati. 2000. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah (Problem Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika
di SMU. UNESA : Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Program Pasca Sarjana.
Liu, Min. 2005. Motivating Student Through Problem-based Learning.
University of Texas : Austin.
Pannen, Paulina., dkk .2001.Kontrutivisme dalam Pembelajaran. Jakarta :
Depdiknas.
Rusman.2010. Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme
Guru Edisi Kedua). Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya :
Kencana.

17

Anda mungkin juga menyukai