Konsep Manusia Sehat Sakit
Konsep Manusia Sehat Sakit
Konsep Manusia
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial dan spiritual yang utuh
dalam arti merupakan satuan yang utuh dari aspek jasmani dan rohani.
Unik karena mempunyaiberbagai macam kebutuhan sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
1. Manusia sebagai makhluk Biologis
Makhluk biologis adalah makhluk hidup yang tumbuh dan
berkembang
Ciri-ciri :
- Terdiri dari susunan sitem organ tubuh
- Mempunyai kebutuhan
- Tidak terlepas dari hukum
Faktor yang mempengaruhi :
- Lingkungan
- Sosial
- Fisik
- Fisiologi
- Fisikodinamik
- Spiritual
2. Manusia sebagai makhluk prikologis
Ciri-ciri :
- Mempunyai struktur kepribadian
- Tingkah laku
- Daya pikir dan kecerdasan
- Kebutuhan psikologis
3. Manusia sebagai makhluk sosial
Ciri-ciri :
- Perasaan
- Cipta
- Karsa (harapan dan norma)
- Dipengaruhi serta beradaptasi
4. Manusia sebagai makhluk spiritual
1
Ciri-ciri :
- Ciptaan Tuhan dalam bentuk sempurna
- Memiliki roh/jiwa yang sempurna
- Mempunyai keyakinan
- Mempunyai pandangan hidup
5. Manusia sebagai makhluk holistik
Individu memiliki hubungan timbal balik yang sangat erat diantara
unsur biologis dan sosial
6. Manusia sebagai sistem terbuka
Tujuan utama dalam sistem terbuka adalah agar dapat bertahan serta
berusaha untuk mencapai kebahagiaan.
B. Konsep Sehat Sakit
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa
suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang
dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle.
1994) :
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan
eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup
2
perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektua, spiritual dan
penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam
mempertahankan kesehatannya.
3
1. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
2. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih
dan sebagainya.
3. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam
mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya
terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha
Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik
keagamaan seseorang.
4. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan
dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa
membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status
sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan
menghargai.
5. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa)
produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan
sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau
keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa
(siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan
sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok
tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni
mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupanmereka nanti,
misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan
sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi
usia lanjut.
PARADIGMA SEHAT
4
terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan
penduduk yang sakit.
5
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEYAKINAN DAN
TINDAKAN KESEHATAN
1. Faktor Internal
a. Tahap Perkembangan
6
kronik merasa bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan
orang yang tidak pernah mempunyai masalah kesehatan yang
berarti. Akibatnya, keyakinan terhadap kesehatan dan cara
melaksanakan kesehatan pada masing-masing orang cenderung
berbeda-beda. Selain itu, individu yang sudah berhasil sembuh
dari penyakit akut yang parah mungkin akan mengubah
keyakinan mereka terhadap kesehatan dan cara mereka
melaksanakannya.
d. Faktor Emosi
7
kemungkinan menderita penyakit saluran pernapasan. Banyak
orang yang memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang
berlawanan dengan kenyataan yang ada, sampai-sampai mereka
berpikir tentang risiko menderita kanker dan akan menyangkal
adanya gejala dan menolak untuk mencari pengobatan. Ada
beberapa penyakit lain yang dapat lebih diterima secara
emosional, sehingga mereka akan mengakui gejala penyakit
yang dialaminya dan mau mencari pengobatan yang tepat.
e. Spiritual
2. Faktor Eksternal
a. Praktik di Keluarga
8
Cara bagaimana keluarga menggunakan pelayanan
kesehatan biasanya mempengaruhi cara klien dalam
melaksanakan kesehatannya.Misalnya:
b. Faktor Sosioekonomi
9
o Suatu skala ukur secara relative dalam mengukur keadaan
sehat/kesehatan seseorang.
TAHAPAN SAKIT
10
Individu yang sakit : meminta nasehat dari profesi
kesehatan atas inisiatif sendiri.3 tipe informasi :validasi
keadaan sakit, Penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti,
Keyakinan bahwa mereka akan baik
4. Tahap ketergantungan
5. Tahap penyembuhan
Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh
klien dengan Leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin
akan mampu berfungsi seperti biasanya, sedangkan klien lain dengan
kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalanaio
operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain
dimensi fisik.
11
individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi
sebagai mekanisme koping.
CIRI-CIRI SAKIT
Mempunyai 3 aspek :
1. Faktor Internal
12
takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan
cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
2. Faktor Eksternal
b. Kelompok Sosial
13
Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya
masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong
mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu
dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan
mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu
diperiksakan ke dokter.
d. Ekonomi
f. Dukungan Sosial
14
menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang,
lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak Bola, dll.
15
sistem pelayanan kesehatan akan tetapi jika gejala itu
menetap dan semakin memberat maka ia akan segera
melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan
berubah menjadi seorang klien.
16
akan mengunjungi beberapa dokter sebagai usaha klien
menghindari diagnosa yang sebenarnya.
17
perubahan-perubahan perilaku sakit klien dan bersama-
sama klien membuat rencana perawatan yang efektif"
DAMPAK SAKIT
18
Perubahan jangka pendek klien tidak mengalami tahap
penyesuaian yang berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan
jangka penjang klien memerlukan proses penyesuaian yang
sama dengan ’Tahap Berduka’.Peran perawat adalah
melibatkan keluarga dalam pembuatan rencana keperawatan.
- Kapasitas adaptasi
- Kecepatan perubahan
19
perubahan konsep diri karena sakitnya mungkin tidak mampu
lagi memenuhi harapan keluarganya, yang akhirnya
menimbulkan ketegangan dan konflik. Akibatnya anggiota
keluarga akan merubah interaksi mereka dengan klien.
Misal: jika salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan
pengambilan keputusan akan tertunda sampai mereka sembuh.
20
C. Konsep Belajar
PENGERTIAN
• Suatu perubahan dalam tingkah laku yang relatif menetap dan terjadi
sebagai hasil pengalaman terdahulu (masa lalu)
• Usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup
• Penyempurnaan potensi-potensi atau kemampuan pada organisme
biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan
dunia luar, dalam hubungan denngan hidup bermasyarakat.
21
b. Lingkungan sosial : teman , keluarga , kerabat yang
mendukungnya
3. Faktor instrumental
a. Perangkat keras (hardware) : perlengkapan belajar, alat peraga
b. Perangkat lunak (software) : kurikulum, pengajar, metode belajar mengajar
4. Faktor individual subjek belajar
a. Kondisi fisiologis : kekurangan gizi dan panca indera
b. Kondisi psikologis : intelegensi, pengamatan, daya tangkap, ingatan,
motivasi, dsb.
2.Teori Asosiasi
Teori ini dirintis oleh John Lock dan Herbart. Menurut teori ini belajar
adalah mengambil tanggapan-tanggapan dan menggabung-gabungkan
tanggapan dengan jalan mengulang-ulang. Membuat suatu asosiasi atau
hubungan baru dari 2 peristiwa adalah bentuk belajar yang paling
22
mendasar. Ada 2 bentuk belajar asosiasi, yaitu :
1. Pengkondisian klasik (Classical Conditioning)
Di dalam pengkondisian klasik ini dikatakan bahwa 2 stimulus cenderung
berjalan bersama-sama. Misalnya seorang bayi melihat adanya payudara
(satu stimulus) diasosiasikan dengan rasa susu (stimulus lain).
2. Pengkondisian operan (Operant Conditioning)
Di dalam pengkondisian operan dikatakan bahwa beberapa respon yang
dilakukan akan menyebabkan terjadinya akibat tertentu. Misalnya belajar
bahwa memasukkan putting susu ke dalam mulutnya (respon) akan
menghasilkan susu (akibat).
3.Teori Menghafal
23
mempunyai beberapa jenis daya seperti daya fikir, daya fantasi, daya
tangkap, daya ingat, daya mengamati, dsb.
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
24
Hambatan tersebut dapat datang dari :
a. Keluarga : sikap orang tua yang acuh, keadaan ekonomi
keluarga, hubungan yang tidak serasi antara anggota keluarga
b. Sekolah : keadaan gedung/ruangan kelas, waktu
sekolah/kuliah, metode belajar mengajar, pekerjaan rumah, alat pelajaran
c. Lingkungan sekitar : teman bergaul, pengaruh media massa, kegiatan
organisasi
25
5. Penggunaan kepustakaan
6. Konsentrasi yang baik, hindari rasa jenuh, bosan, malas dalam belajar
7. Perlu relaksasi dan planning program yang tepat serta pengambilan
keputusan yang lebih cepat
26
DAFTAR PUSTAKA
http://www.yuniawan.blog.unair.ac.id/files/2008/03/sehatsakit.pdf
27