Anda di halaman 1dari 97

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM

KEPERAWATAN DI RUANG GANDASTURI, RSUP SANGLAH


PADA TANGGAL 24 DESEMBBER – 29 DESEMBER 2018

OLEH :

Ni Luh Putu Ary Apriliyanti (P07120216017)

Ni Made Tariani (P07120216018)

Putu Indah Permata Sari (P07120216019)

Ni Putu Novia Hardiyanti (P07120216020)

Ni Wayan Mujani (P07120216021)

Ni Putu Nur Adiana Dewi (P07120216022)

Ni Nyoman Murti Apsari Dewi (P07120216023)

I Gusti Ayu Intan Adriana Sari (P07120216024)

KELAS 3A SEMESTER V/ D-IV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
yang berjudul “Laporan Praktik Manajemen dan Kepemimpinan Dalam
Keperawatan Di Ruang Gandasturi, RSUP Sanglah pada tanggal 24 November –
29 November 2018”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang sudah terkait dalam penyusunan laporan praktik ini karena telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk penyusunan laporan ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penampilan maupun dari segi kualitas penulisan. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun jika terdapat kesalahan,
kekurangan, dan kata – kata yang kurang berkenan dalam makalah ini, dan tentu
saja dengan kebaikan bersama dan untuk bersama.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan laporan praktik ini dan semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan pembaca.

Denpasar, Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I .......................................................................................................................1
KAJIAN TEORI ......................................................................................................1
A. Perencanaan...................................................................................................1
B. Pengorganisasian ...........................................................................................2
C. Staffing (Penyusunan Kepegawaian) ............................................................3
D. Pengarahan ....................................................................................................5
E. Pengawasan .................................................................................................12
BAB II ....................................................................................................................20
HASIL PRAKTIK ..................................................................................................20
I. GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK/RUANGAN ........................20
II. GAMBARAN UMUM RUANG GANDASTURI .....................................23
III. HASIL PENGKAJIAN (MAN, MONEY, MATERIAL, MARKETING,
METHOD)..........................................................................................................26
A. MAN (M1) ..............................................................................................26
B. MONEY (M2) .........................................................................................54
C. MATERIAL (M3) ...................................................................................57
D. MARKETING (M4) ................................................................................69
E. METHOD (M5) .......................................................................................73
IV. ANALISA SWOT ...................................................................................76
A. Interpretasi : .............................................................................................88
B. Koordinat x = Koordinat analisis Internal ...............................................88
C. Koordinat y = Koordinat analiisis Eksternal ...........................................88
V. MASALAH DAN SOLUSI YANG DILAKUKAN KEPALA RUANGAN
91
BAB III ..................................................................................................................92
KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................92
A. Kesimpulan .................................................................................................92
B. Saran ............................................................................................................94

iii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................95

iv
BAB I
KAJIAN TEORI

A. Perencanaan
Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu
keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa,
dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat
ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan yang adekuat dan
efektif akan mendorong pengelolaan sumber yang ada dimana kepala ruangan
harus mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek serta
melakukan perubahan (Marquis dan Huston, 2010).
Jadi, perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin
dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang
dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu
rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu
dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
Salah satu perencanaan yang ada dalam manajemen suatu organisasi
yaitu perencanaan tenaga kerja. Menurut Nursalam (2012), perencanaan tenaga
kesehatan adalah proses memperkirakan jumlah tenaga dan jenis pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai target pelayanan
kesehatan yang telah ditentukan dan mencapai tujuan kesehatan. Perencanaan
ini mencakup persiapan: siapa yang berbuat apa, kapan, dimana, bagaimana,
dengan sumber daya apa dan untuk populasi mana. Dalam menentukan
kebutuhan SDM rumah sakit harus memperhatikan beberapa faktor seperti
ukuran dan tipe rumah sakit, fasilitas dan tipe pelayanan yang ditawarkan, jenis
dan jumlah peralatan dan frekuensi pemakaiannya, kompleksitas penyakit, usia
pasien dan lamanya waktu tinggal di rumah sakit, pemberian cuti (melahirkan,
liburan, sakit, dan tugas belajar), keterbatasan anggaran, turn over
(mengundurkan diri) personel dan tingkat ketidakhadiran, pelayanan dan
perawatan kesehatan 24 jam dan lain –lain.

1
Adapun jenis perencanaanyaitu Perencanaan Strategi :
1. Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan,
proses yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa
kini dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek
perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu
untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui
mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam
keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber yang
langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi
keperawatan.
2. Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan
digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan
siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan
prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan
juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien. Di dalam perencanaan
operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali
pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman
di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard
prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri
dari program dan proyek.

B. Pengorganisasian
Menurut Swanbrug (2000), Pengorganisasian adalah pengelompokan
aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan objektif, penugasaan suatu kelompok
manajer dengan autoritas pengawasan setiap kelompok, dan menentukan cara
dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya, baik menurut
vertikel maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai objektif
organisasi.

2
1. Prinsip Pengorganisasian
a. Rantai komando (Chain of command)
Kepuasan anggota, efektif dan sukses mencapai tujuan, organisasi
ditetapkan sesuai dengan hubungan hierarki dan kewenangan dari atas
kebawah.
b. Unity of command
Karyawan mempunyai satu supervisor dan satu pimpinan dengan satu
perencanaan untuk sekelompok kegiatan dengan tujuan yang sama.
c. Span of control/ rentang kendali
Prinsip pembimbing, dimana seseorang supervisor dapat membimbing
secara aktif dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi.
d. Specialization
Setiap orang masing-masing memiliki keahlian tertentu
2. Langkah-langkah Pengorganisasian
a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi perencanaan
b. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan
c. Menggolongakan kegiatan pokok dalam satuan-satuan kegiatan yang
praktis
d. Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan
e. Pengasaan porsenil yang dapat melaksanakan tugas
f. Mendelegasikan wewenangan

C. Staffing (Penyusunan Kepegawaian)


Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah
personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg,
2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff
adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana
pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen

3
Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan
pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga
perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan
kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan
mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah
yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien
selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap
rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan
tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang
sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi
oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga
dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang
diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde,
jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan
mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi
keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur
departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi,
filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab,
kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan
evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip
rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi
pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang
berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas.
Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam
menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih
sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja.
Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk
memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara

4
ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada
siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12
jam dan metode lain yang biasa.

D. Pengarahan
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha
memotivasi,membina komunikasi,menangani konflik,kerjasama, dan negosiasi
(MarquisdanHuston, 2010). Pengarahan yang efektif akan meningkatkan
dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan
asuhan keperawatan (Swanburg, 2000).
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk
melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam
melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling memberi motivasi, membantu
pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi
yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi (Swanburg, 2000).
Memotivasi adalah menunjukkan arah tertentu kepada perawat atau staff
dan mengambil langkah yang perlu untuk memastikan mereka sampai pada
tujuan (Soeroso, 2003).
Menurut Bechtel yang dikutip oleh Sutrisno (2013), pengraham terdiri
dari 4 komponen yang dilakukan secara berurutan yang terdiri dari:
1. Greeting merupakan saat dimana terdapat kesempatan untuk menyambut
satu sama lain baik melalui salam maupun berjabat tangan.
2. Sharing membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik dan komplek
seperti memfokuskan ide dan mengajukan pertanyaan yang memperluas
topik. Selama kegiatan sharing, peserta pengarahan mendengarkan dan
kemudian memiliki kesempatan untuk merespon dengan pertanyaan atau
komentar.
3. Group activity merupakan aktivitas kelompok dengan berbagai kegiatan
yang membantu membangun komunitas dan memungkinkan semua orang
untuk berkontribusi pada tingkat mereka sendiri. Beberapa kegiatan group
activity seperti mendengarkan, mengikuti petunjuk dari pimpinan, dan
menerapkan penguasaan diri.

5
4. Newsand announcement merupakan kegiatan yang dilakukan pada akhir
pengarahan, peserta mendapatkan kesempatan untuk melihat pratinjau dari
kegiatan selanjutnya dan mendapatkan beberapa pengumuman dari peserta
yang lain.
Menurut Astonetal,2005 dikutip oleh Sutrisno(2013), pengarahan yang
dilakukan setiap pagi dirumah sakit ini sangat penting untuk pengembangan
menuju kearah yang lebih profesional untuk mengevaluasi pengalaman dan
persepsi anggota tim keperawatan dan medis terhadap masalah kesehatan yang
terjadi pada pasien. Komitmen yang baik antar perawat dan medis merupakan
dampak dari perencanaan yang baik, proses belajar antar tim, rasa saling
menghormati,hubungan dan dukungan untuk mengenal satu sama lain. Hal ini
terbentuk melalui komunikasi yang efektif antara anggota tim saat kegiatan
pengarahan berlangsung.
Pengarahan akan mencapai tujuannya jika dikerjakan dengan baik.
Dauglas dalam Swansburg (2000) mengatakan bahwa ada dua belas aktivitas
teknis yang berhubungan dengan pengarahan pada manajemen, yaitu:
1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan
keperawatan, pasien dan perawat pelaksana
2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan
tugas-tugas perawat pelaksana
3. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
4. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan
6. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat
pelaksana
7. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran,
konsultasi, dan evaluasi
8. Mempercayai anggota
9. Menginterpretasikan protocol
10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti
11. Memberikan laporan ringkas dan jelas
12. Menggunakan proses kontrol manajemen

6
Dalam pengarahan terdapat juga timbang terima. Menurut Nursalam
(2011) definisi timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang
terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian dinas.
Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan juga informasi yang berkaitan
dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan. Menurut
Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah :
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.
2. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat bagi
perawat dan bagi pasien.Bagi perawat manfaat timbang terima adalah
meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan
kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan,perawat dapat mengikuti
perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan bagi pasien, saat timbang
terima pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap.
Menurut Hughes (2008) beberapa jenis timbang terima pasien yang
berhubungan dengan perawat, antara lain:
1. Timbang terima pasien antar dinas
Metode timbang terima pasien antar dinas dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai metode, antara lain secara lisan, catatan tulisan
tangan, dilakukan di samping tempat tidur pasien, melalui telepon atau
rekaman, nonverbal, dapat menggunakan laporan elektronik, cetakan
computer atau memori.
2. Timbang terima pasien antar unit keperawatan
Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan selama
mereka tinggal di rumah sakit.

7
3. Timbang terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan
diagnostik.
Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan diagnostik
selama rawat inap. Pengiriman unit keperawatan ke tempat pemeriksaan
diagnostik telah dianggap sebagai kontributor untuk terjadinya kesalahan.
4. Timbang terima pasien antar fasilitas kesehatan
Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain sering
terjadi antara pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman berlangsung
antar rumah sakit ketika pasien memerlukan tingkat perawatan yang
berbeda.
5. Timbang terima pasien dan obat-obatan
Kesalahan pengobatan dianggap peristiwa yang dapat dicegah, masalah
tentang obat-obatan sering terjadi, misalnya saat mentransfer pasien,
pergantian dinas, dan cara pemberitahuan minum obat sebagai faktor yang
berkontribusi terhadap kesalahan pengobatan dalam organisasi perawatan
kesehatan.
a. Macam-Macam Timbang Terima
Secara umum terdapat empat jenis timbang terima diantaranya :
1) Timbang terima secara verbal
Scovell (2010) mencatat bahwa perawat lebih cenderung untuk
membahas aspek psikososial keperawatan selama laporan lisan.
2) Rekaman timbang terima
Hopkinson (2002) mengungkapkan bahwa rekaman timbang terima
dapat merusak pentingnya dukungan emosional. Hal ini
diungkapkan pula oleh Kerr (2002) bahwa rekaman timbang terima
membuat rendahnya tingkat fungsi pendukung.
3) Bedside timbang terima
Menurut Rush (2012) tahapan bedside timbang terima diantaranya
adalah :
a) Persiapan (pasien dan informasi).
b) Timbang terima berupa pelaporan, pengenalan staf masuk,
pengamatan, dan penjelasan kepada pasien.

8
c) Setelah timbang terima selesai maka tulis di buku catatan pasien.
Menurut Caldwell(2012) yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan bedside timbang terima adalah :
a) Menghindari informasi yang hilang dan memungkinkan staf
yang tidak hadir pada timbang terima untuk mengakses
informasi.
b) Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang
perlu disampaikan, bagaimana melibatkan pasien, peran penjaga
dan anggota keluarga, bagaimana untuk berbagi informasi
sensitif, apa yang tidak dibahas di depan pasien, dan bagaimana
melindungi privasi pasien.
4) Timbang terima secara tertulis
Scovell (2010) timbang terima tertulis diperkirakan dapat
mendorong pendekatan yang lebih formal. Namun, seperti rekaman
timbang terima, ada potensi akan kurangnya kesempatan untuk
mengklarifikasi pertanyaan tertentu.
AMA (2006) menyatakan bahwa tempat yang tepat pada saat akan
dilakukan pelaksanaan timbang terima adalah :
1. Idealnya dilakukan di ruang perawat atau nurse station.
2. Tempatnya luas dan besar sehingga memberikan kenyamanan dan
memungkinkan semua staf menghadiri dalam pelaksanaan timbang terima.
3. Bebas dari gangguan sehingga berkontribusi dalam meningkatkan
kesulitan untuk mendengar laporan dan dapat mengakibatkan penerimaan
informasi yang tidak tepat.
4. Terdapat hasil lab, X-ray, informasi klinis lainnya
Nursalam (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam prosedur timbang terima pasien, yaitu :
1. Persiapan
a. Kedua kelompok yang akan melakukan timbang terima sudah dalam
keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas atau yang akan melanjutkan
dinas sebaiknya menyiapkan buku catatan.

9
2. Pelaksanaan
a. Timbang terima dilaksanakan pada setiap pergantian dinas.
b. Di nurse station (ruang perawat) hendaknya perawat berdiskusi
untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara
komprehensif hal- hal yang berkaitan tentang masalah keperawatan
pasien, rencana tindakan yang sudah ada namun belum dilaksanakan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima timbang terima.
d. Penyampaian timbang terima harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua dinas bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien, yaitu :
1) Identitas pasien dan diagnosis medis.
2) Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4) Intervensi kolaboratif dan dependensi.
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, diantaranya operasi, pemeriksaan laboratorium, atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
6) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal
yang dilakukan pada saat timbang terima dan berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang kurang jelas.
7) Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.
8) Lamanya waktu timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari
5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan
yang lengkap dan terperinci.
9) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada
buku laporan ruangan oleh perawat primer.
Menurut Yasir (2009) saat pelaksanaan timbang terima juga dapat :
a. Menggunakan tape recorder. Melakukan perekaman data tentang
pasien kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya

10
telah datang. Metode itu berupa one way communication atau
komunikasi satu arah.
b. Menggunakan komunikasi oral atau spoken atau melakukan pertukaran
informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis atau written. Yaitu melakukan
pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau
media tertulis lain.
Komunikasi S-BAR menurut NHS (2012) adalah komunikasi yang
dilakukan oleh perawat dalam menyampaikan kondisi pasien dan untuk
mengatur informasi yang sesuai secara jelas dan lengkap sehingga dapat
diterima oleh perawat lainnya secara akurat dan efisien pada saat operan
jaga/pergantian shift. Komunikasi S-BAR meliputi (Situation,
Background, Assesment, Recomendation).
a. Tujuan komunikasi S-BAR adalah :
1) Menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi yang efektif antara
anggota tim perawatan kesehatan dengan dokter.
2) Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien saat ini
dan setiap perubahan terbaru yang terjadi atau untuk mengantisifasi
apabila terjadi perubahan.
3) Membantu staf menjadi advokat pasien.
b. Langkah-langkah Komunikasi SBAR
Pelaksanaan Komunikasi tool SBAR disaat berkomunikasi secara
langsung berhadapan dengan tim kesehatan yang lain. Langkah- langkah
tersebut dijelaskan dibawah ini menurut Capital Health, 2011, Quality
Improvement Tool :
1) Situation/Situasi
a) Menentukan nama pasien dan kondisi atau situasi saat ini.
b) Jelaskan apa yang terjadi pada pasien untuk mengawali
percakapan ini dan menjelaskan bahwa pasien telah mengalami
perubahan kondisi.
2) Background/Latar Belakang

11
a) Menyatakan tanggal tanggal penerimaan pasien, diagnosisnya,
dan sejarah medis pasien.
b) Berikan sinopsis atau ringkasan singkat dari apa yang telah
dilakukan selama ini.
3) Assessment/Pengkajian
a) Ringkasan kondisi atau situasi pasien.
b) Jelaskan apa yang menjadi permasalahannya: “Saya tidak
yakin apa masalah dari pasien, namun kondisi pasien memburuk,
dan tidak stabil, sehingga perlu dilakukakn suatu tindakan”.
c) Memperluas pernyataan perawat dengan tanda-tanda dan
gejalanya.
4) Recomendation/Rekomendasi
a) Jelaskan apa yang diinginkan dokter setelah melihat hasil
tindakan (misalnya: tes laboratorium, perawatan).
b) Perawat meromendasikan dokter untuk melakukan kunjungan
kepada pasien dan keluarga pasien.
c) Apakah ada tes lain yang diperlukan seperti: EKG
d) Perawat menyampaikan kepada dokter setiap terdapat
pengobatan baru atau apabila ada perubahan dalam perintah
segera diinformasikan oleh doter kepada perawat.
e) Jika terdapat perbaikan ataupun tidak adanya perbaikan
kondisi pada pasien, perawat akan menghubungi dokter kembali,
menanyakan ke dokter tindakan yang harus dilakukan perawat
sampai ditempat.

E. Pengawasan
Pengawasan dan Pengendalian merupakan proses akhir dari proses
manajemen, dimana dalam pelaksanaannya proses pengawasan dan
pengendalian saling keterkaitan dengan proses-proses yang lain terutama dalam
perencanaan. Dalam proses manajemen ditetapkan suatu standar yang menjadi
acuan, diantaranya yaitu : visi-misi, standar asuhan, penampilan kinerja,
keuangan, dan lain sebagainya. Dengan demikian dalam pelaksanaannya perlu
dilakukan pengawasan apakah setiap tahapan proses manajemen telah sesuai

12
dengan standar atau tidak dan jika ditemukan adanya penyimpangan maka perlu
dilakukan pengendalian sehingga kembali sesuai standar yang berlaku. Dalam
proses pengawasan mencakup supervisi dan manajemen mutu.
1. Supervisi
a. Definisi
Supervisi adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui
apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahannya sesuai
dengan rencana, perintah, tujuan/kebijakan yang telah ditentukan
(Suyanto, 2008). Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh
pemangku jabatan dalam berbagai level seperti ketua tim, kepala
ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala bidang perawatan ataupun
wakil direktur keperawatan. Namun pada dasarnya seorang supervisor
harus memiliki kemampuan antara lain membuat perencanaan kerja,
kontrol terhadap pekerjaan, memecahkan masalah, memberikan umpan
balik terhadap kinerja, melatih (coaching) bawahan, membuat dan
memelihara atmosfir kerja yang motivatif, mengelola waktu,
berkomunikasi secara informal, mengelola diri sendiri, mengetahui
sistem manajemen perusahaan, konseling karir, komunikasi dalam
pertemuan resmi.
b. Teknik Supervisi
Menurut Rakhmawati, 2009 terdapat dua teknik supervisi, yaitu:
1) Langsung
Teknik supervisi dimana supervisor berpartisipasi langsung dalam
melakukan supervisi.Kelebihan dari teknik ini pengarahan dan
petunjuk dari supervisor tidak dirasakan sebagai suatu perintah,
selain itu umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan langsung saat
ditemukan adanya penyimpangan. Pengawasan langsung dilakukan
dengan cara inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-
kelemahan yang ada saat itu juga.

13
2) Tidak langsung
Teknik supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis
maupun lisan sehingga supervisor tidak melihat langsung apa yang
terjadi di lapangan. Teknik ini dilakukan dengan cara yaitu
mengecek daftar hadir ketua tim, membacadan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan
ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
2. Manajemen Mutu
a. Definisi Mutu Pelayanan
Mutu pelayanan keperawatan dapat merupakan suatu pelayanan
keperawatan yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio spiritual
yang diberikan oleh perawatprofesional kepada pasien (individu,
keluarga maupun masyarakat baik sakit maupun sehat, dimana
perawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan
standar pelayanan (Rakhmawati, 2009)
b. Dimensi Mutu
Menurut (Rakhmawati, 2009) dimensi mutu dalam pelayanan
keperawatan tersebut diantaranya yaitu :
1) Tangible (Bukti Langsung)
Merupakan hal-hal yang dapat dilihat dan dirasakan langsung
oleh pasien yang meliputi ‘fasilitas fisik, peralatan, dan penampilan
staf keperawatan’. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, bukti
langsung dapat dijabarkan melalui : kebersihan, kerapian, dan
kenyamanan ruang perawatan; penataaan ruang perawatan;
kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan perawatan yang
digunakan; dan kerapian serta kebersihan penampilan perawat.
2) Reliability (Keandalan)
Keandalan dalam pelayanan keperawatan merupakan
kemampuan untuk memberikan ‘pelayanan keperawatan yang tepat
dan dapat dipercaya’, dimana ‘dapat dipercaya’ dalam hal ini
didefinisikan sebagai pelayanan keperawatan yang ‘konsisten’. Oleh

14
karena itu, penjabaran keandalan dalam pelayanan keperawatan
adalah : prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat;
pemberian perawatan yang cepat dan tepat; jadwal pelayanan
perawatan dijalankan dengan tepat dan konsisten (pemberian
makan, obat, istirahat, dan lain-lain); dan prosedur perawatan tidak
berbelat belit.
3) Responsiveness (Ketanggapan)
Perawat yang tanggap adalah yang ‘bersedia atau mau
membantu pelanggan’ dan memberikan’pelayanan yang
cepat/tanggap’. Ketanggapan juga didasarkan pada persepsi pasien
sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik disekitar pasien
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu
ketanggapan dalam pelayanan keperawatan dapat dijabarkan
sebagai berikut : perawat memberikan informasi yang jelas dan
mudah dimengerti oleh pasien; kesediaan perawat membantu pasien
dalam hal beribadah; kemampuan perawat untuk cepat tanggap
menyelesaikan keluhan pasien; dan tindakan perawat cepat pada saat
pasien membutuhkan.
4) Assurance (Jaminan Kepastian)
Jaminan kepastian dimaksudkan bagaimana perawat dapat
menjamin pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien
berkualitas sehingga pasien menjadi yakin akan pelayanan
keperawatan yang diterimanya. Untuk mencapai jaminan kepastian
dalam pelayanan keperawatan ditentukan oleh komponen :
‘kompetensi’, yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan; ‘keramahan’,
yang juga diartikan kesopanan perawat sebagai aspek dari sikap
perawat; dan ‘keamanan’, yaitu jaminan pelayanan yang
menyeluruh sampai tuntas sehingga tidak menimbulkan dampak
yang negatif pada pasien dan menjamin pelayanan yang diberikan
kepada pasien aman.

15
5) Emphaty (Empati)
Empati lebih merupakan ’perhatian dari perawat yang diberikan
kepada pasien secara individual’. Sehingga dalam pelayanan
keperawatan, dimensi empati dapat diaplikasikan melalui cara
berikut, yaitu : memberikan perhatian khusus kepada setiap pasien;
perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya; perawatan
diberikan kepada semua pasien tanpa memandang status sosial dan
lain-lain.
Uraian mengenai dimensi mutu di atas akan membantu kita untuk
menentukan mutu pelayanan keperawatan. Mutu pelayanan
keperawatan jika dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari input,
proses dan outcome, maka mutu pelayanan keperawatan merupakan
interaksi dan ketergantungan antara berbagai aspek, komponen atau
unsur pelayanan keperawatan. Dan untuk menjaga mutu pelayanan
keperawatan perlu dilakukan penilaian sebagai evaluasi dari mutu
pelayanan tersebut.
c. Penilaian Mutu
Penilaian terhadap mutu dilakukan dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan yang dikelompokkan dalam tiga komponen,
yaitu :
1) Struktur (Input)
Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) mengatakan bahwa
struktur merupakan masukan (input) yang meliputi sarana fisik
perlengkapan/peralatan, organisasi, manajemen, keuangan, sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya dalam fasilitas keperawatan.
Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari jumlah
besarnya mutu, mutu struktur, besarnya anggaran atau biaya, dan
kewajaran. Penilaian juga dilakukan terhadap perlengkapan-
perlengkapan dan instrumen yang tersedia dan dipergunakan untuk
pelayanan. Selain itu pada aspek fisik, penilaian juga mencakup
pada karakteristik dari administrasi organisasi dan kualifikasi dari
profesi kesehatan. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh

16
Tappen (1995), yaitu bahwa struktur berhubungan dengan
pengaturan pelayanan keperawatan yang diberikan dan sumber daya
yang memadai. Aspek dalam komponen struktur dapat dilihat
melalui : a) fasilitas, yaitu kenyamanan, kemudahan mencapai
pelayanan dan keamanan; b) peralatan, yaitu suplai yang adekuat,
seni menempatkan peralatan; c) staf, meliputi pengalaman, tingkat
absensi, rata-rata turnover, dan rasio pasien-perawat; dan d)
keuangan, yaitu meliputi gaji, kecukupan dan sumber keuangan.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka pendekatan struktur
lebih difokuskan pada hal-hal yang menjadi masukan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan, diantaranya yaitu : a) fasilitas
fisik, yang meliputi ruang perawatan yang bersih, nyaman dan aman,
serta penataan ruang perawatan yang indah; b) peralatan, peralatan
keperawatan yang lengkap, bersih, rapih dan ditata dengan baik; c)
staf keperawatan sebagai sumber daya manusia, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas; d) dan keuangan, yang meliputi
bagaimana mendapatkan sumber dan alokasi dana. Faktor-faktor
yang menjadi masukan ini memerlukan manajemen yang baik, baik
manajemen sumber daya manusia, keuangan maupun logistik.
2) Proses (Process)
Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) menjelaskan bahwa
pendekatan ini merupakan proses yang mentransformasi struktur
(input) ke dalam hasil (outcome). Proses adalah kegiatan yang
dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (perawat) dan
interaksinya dengan pasien. Dalam kegiatan ini mencakup diagnosa,
rencana perawatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan
kasus. Dengan kata lain penilaian dilakukan terhadap perawat dalam
merawat pasien. Dan baik tidaknya proses dapat diukur dari relevan
tidaknya proses bagi pasien, fleksibelitas/efektifitas, mutu proses itu
sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya, dan
kewajaran (tidak kurang dan tidak berlebihan). Tappen (1995) juga
menjelaskan bahwa pendekatan pada proses dihubungkan dengan

17
aktivitas nyata yang ditampilkan oleh pemberi pelayanan
keperawatan. Hal ini termasuk perawatan fisik, intervensi psikologis
seperti pendidikan dan konseling, dan aktivitas kepemimpinan.
Penilaian dapat melalui observasi atau audit dari dokumentasi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan ini difokuskan
pada pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan oleh perawat
terhadap pasien dengan menjalankan tahap-tahap asuhan
keperawatan. Dan dalam penilaiannya dapat menggunakan teknik
observasi maupun audit dari dokumentasi keperawatan. Indikator
baik tidaknya proses dapat dilihat dari kesesuaian pelaksanaan
dengan standar operasional prosedur, relevansi tidaknya dengan
pasien dan efektifitas pelaksanaannya.
3) Hasil (Outcome)
Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat
terhadap pasien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan
dan kepuasan baik positif maupun negatif. Sehingga baik tidaknya
hasil dapat diukur dari derajat kesehatan pasien dan kepuasan pasien
terhadap pelayanan perawatan yang telah diberikan (Donabedian,
1987 dalam Wijono 2000). Sedangkan Tappen (1995) menjelaskan
bahwa outcome berkaitan dengan hasil dari aktivitas yang diberikan
oleh petugas kesehatan. Hasil ini dapat dinilai dari efektifitas dari
aktivitas pelayanan keperawatan yang ditentukan dengan tingkat
kesembuhan dan kemandirian. Sehingga dapat dikatakan bahwa
fokus pendekatan ini yaitu pada hasil dari pelayanan keperawatan,
dimana hasilnya adalah peningkatan derajat kesehatan pasien dan
kepuasan pasien. Sehingga kedua hal tersebut dapat dijadikan
indikator dalam menilai mutu pelayanan keperawatan. Pendekatan-
pendekatan di atas dapat digunakan sebagai indikator dalam
melakukan penilaian terhadap mutu. Namun sebagai suatu sistem
penilaian mutu sebaiknya dilakukan pada ketiga unsur dari sistem
tersebut yang meliputi struktur, proses dan hasil. Dan setelah
didapatkan hasil penilaiannya, maka dapat dilakukan strategi yang

18
tepat untuk mengatasi kekurangan atau penilaian negatif dari mutu
pelayanan tersebut.

19
BAB II
HASIL PRAKTIK

I. GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK/RUANGAN


Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah adalah rumah sakit yang terletak di
Jalan Diponegoro, Dauh Puri Klod, Denpasar Barat, Provinsi Bali. RSUP
Sanglah mulai dibangun pada tahun 1956 dan diresmikan pada tanggal 30
Desember 1959 dengan kapasitas 150 tempat tidur. Pada tahun 1962
bekerjasama dengan FK Unud sebagai RS Pendidikan. Pada tahun 1978 menjadi
rumah sakit pendidikan tipe B dan sebagai Rumah Sakit Rujukan untuk Bali,
NTB, NTT, Timor Timur (SK Menkes RI No.134/1978).
Dalam perkembangannya RSUP Sanglah mengalami beberapa kali
perubahan status, pada tahun 1993 menjadi Rumah Sakit Swadana (SK Menkes
No. 1133/Menkes/SK/VI/1994). Kemudian tahun 1997 menjadi Rumah Sakit
PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak). Pada tahun 2000 berubah status
menjadi Perjan (Perusahaan Jawatan) sesuai peraturan pemerintah tahun 2000.
Terakhir pada tahun 2005 berubah menjadi PPK BLU (Kepmenkes RI NO.1243
tahun 2005 tgl 11 Agustus 2005) dan ditetapkan sebagai RS Pendidikan Tipe A
sesuai Permenkes 1636 tahun 2005 tertanggal 12 Desember 2005.
Seperti halnya organisasi lain, RSUP Sanglah Denpasar juga memiliki
visi sebagai arah yang akan dituju, menjadi Rumah Sakit Unggulan dalam bidang
Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian tingkat Nasional dan Internasional. Dalam
mewujudkan visi tersebut RSUP Sanglah dalam memberikan pelayanan selalu
berusaha dengan segala upaya agar pelayanannya prima sehingga dapat
memuaskan masyarakat yang membutuhkan pelayanan. Apalagi RSUP Sanglah
merupakan rumah sakit rujukan utama untuk wilayah Bali, NTB dan NTT.
Disamping itu RSUP Sanglah juga selalu mengedepankan pemberdayaan
sumber daya yang dimilikinya untuk bisa menghasilkan unggulan di bidang
pendidikan, penelitian kedokteran, dan keperawatan.
Saat ini RSUP Sanglah memiliki tempat tidur sebanyak 736 tempat tidur.
Jenis pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan gawat darurat, pelayanan
rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan bedah, pelayanan intensif,

20
hemodilisa, forensik, dan beberapa pelayanan unggulan seperti pelayanan kanker
terpadu, pelayanan jantung terpadu, pelayanan intensif.
A. Visi dan Misi
1. Visi
“Menjadi Rumah Sakit Rujukan Nasional Kelas Dunia Tahun 2019”.
“To Be a World Class National Referral Hospital In 2019”.
2. Misi
Sebagai penjabaran dari pencapaian visi tersebut, maka disusunlah misi
Rumah Sakit Umum Pemerintah Sanglah sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan interprofesi yang paripurna,
bermutu untuk seluruh lapisan masyarakat.
b. Menyelenggarakan pendidikan tenaga kesehatan yang profesional
dan berdaya saing serta menyelenggarakan penelitian dalam bidang
kesehatan berbasis rumah sakit.
c. Menyelenggarakan kemitraan dengan pemangku kesehatan terkait.
d. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman.
B. Motto
“Kepuasan Anda Kebahagiaan Kami”
C. Falsafah
“Menjunjung Tinggi Harkat dan Martabat Manusia Dalam Pelayanan
Kesehatan, Pendidikan dan Penelitian”
1. Tujuan
Tercapainyan tata kelola rumah sakit yang berhasil guna dan berdaya
guna, dalam rangka mewujudkan pelayanan rumah sakit yang berkelas
dunia agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi –
tingginya.
2. Sasaran
a. Terciptanya tata kelola rumah sakit yang berhasil guna dan berdaya
guna terciptanya pelayanan rumah sakit kelas dunia.
b. Terselenggaranya pendidikan dokter umum, dokter spesialis disemua
SMF/Bagian dan tenaga kesehatan lainnya.

21
c. Terselenggaranya penelitian kesehatan yang berkualitas,
terdokumentasi dan diplubikasikan ke seluruh dunia.
3. Tugas Pokok
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar mempunyai tugas untuk
menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi, terpadu, dan berkesinambungan melalui
peningkatan kesehatan dan pencegahan serta upaya rujukan.
4. Fungsi
Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, RSUP Sanglah Denpasar
mempunyai fungsi untuk penyelenggarakan :
a. Pelayanan medis, peleyanan penunjang medis dan non medis,
termasuk pelayananan dan asuhan keperawatan
b. Pelayanan rujukan untuk wilayah Bali, NTB, NTT
c. Pendidikan dokter, dokter spesialis dan sub spesialis bekerjasama
dengan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
d. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan di
bidang kedokteran, kesehatan dan keperawatan.
e. Pelatihan di bidang kedokteran, kesehatan dan keperawatan.
f. Kegiatan administrasi umum, SDM, keuangan dan perlengkapan
rumah sakit.
5. Keyakinan Dasar Pegawai
a. Insan Profesional
b. Tat Wam Asi
c. Bekerja Dalam Teamwork

22
Denah RSUP Sanglah

Gambar 1. Denah Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

II. GAMBARAN UMUM RUANG GANDASTURI


Ruang Gandasturi merupakan salah satu ruang rawat inap di RSUP
Sanglah yang difokuskan untuk merawat pasien geriatri atau lanjut usia. Ruang
Gandasturi terdiri dari 7 ruangan dan terdapat 13 tempat tidur, yaitu VIP C 4
kamar, Kelas I terdapat 2 kamar, kelas II terdapat 1 tempat tidur, dan kelas III
terdapat 3 tempat tidur.
A. Lokasi/Denah Ruangan
Ruang Gandasturi merupakan ruang rawat inap untuk memberikan
pelayanan kesehatan bagi pasien lanjut usia atau geriatrik untuk membantu
mereka agar mandiri secara maksimum dalam kehidupan sehari-hari. Dari
hasil pengkajian tanggal 24 Desember 2018 didapatkan bahwa kapasitas
daya tampung pasien sebanyak 13 orang pasien yang dibagi menjadi 7
kamar perawatan. Jumlah perawat di ruangan yaitu 13 orang yang terdiri
dari Ners 2 orang, D3 10 orang, SPK orang, dan D4 1 orang. Di Ruang
Gandasturi dikepalai oleh seorang Kepala Ruangan yang membawahi 2 Tim
Perawat Primer, masing-masing tim dikepalai oleh seorang Kepala Tim

23
Perawat Primer. Satu tim perawat primer beranggotakan 4-5 orang Perawat
Asosiasi. Klasifikasi pasien dibagi sesuai dengan kondisi pasien.
Di Ruang Gandasturi terdapat satu ruangan khusus untuk kepala rungan,
satu nurse station, satu ruang persiapan (penyimpanan alat ataupun obat
untuk perawatan), satu dapur, satu ruang perawat, satu ruang pencucian, satu
ruang minum khusus pegawai, satu ruang penyimpanan linen dan alat
kesehatan lainnya. Ruang Gandasturi juga terdiri dari 7 ruangan dan
terdapat 13 bed.
B. Tugas Pokok
Ruang Gandasturi merupakan pelayanan instalasi yang menyediakan
fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat inap yang
mempunyai tugas pokok yaitu, menyusun rencana kerja instalasi geriatric
sesuai dengan rencana strategis, menyusun tata cara kerja di lungkangan
instalasi geriatric yang meliputi pelaksanaan tugas, pendistribusian tugas
serta bimbingan pelaksananya, dan menyiapkan data kebutuhan
pemeliharaan sarana dan prasarana serta fasilitas pada instalasi geriatric
tugas pokok ini bertujuan untuk meningkatkan penyumbahan pasien dan
pemulihan pasien usia lanjut secara terpadu

24
DENAH RUANG GANDASTURI

U
Ruang
Lobby
Kelas 1

Toilet Toilet
Kepal Kepal
Ruang
S a a
Sentralisasi
Ruan Ruang
Obat
Toilet
gan an
Kepala Toilet
Ruanga Kepal
Ruang Kepala
Kamar
n 3 a
Ruangan
Ruang
(intermediet) Nurse station
an
Teras

VIP 1 VIP 4
Toilet
s
Kepal VIP 2
Toilet
a Toilet
Kepal
Ruan VIP 3 Kepala
Toilet Kamar 2
a
gan Ruanga
Kepal
Ruan Ruangn
a
gan
Makan/dapur
Ruan Ruang Ganti dan Loker
Spoelhoek
gan

Gambar. 2 Denah Ruang Gandasturi Rumah Sakit Umum Pusat


Sanglah

25
III. HASIL PENGKAJIAN (MAN, MONEY, MATERIAL, MARKETING,
METHOD)
A. MAN (M1)
1. Perencanaan
a. Penyusunan Visi Misi Ruang Gandasturi
1) Wawancara : Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu
perawat di Ruang Gandasturi, dikatakan bahwa ruangan sudah
memiliki visi dan misi yang selaras dengan visi misi RSUP
Sanglah. Adapun Visi Ruang Gandasturi adalah “Menjadikan
Lanjut Usia dengan kualitas hidup yang baik, di rumah dan
dimasyarakat, dalam rangka Indonesia sehat ditahun 2019”.
Serta Misi Ruang Gandasturi adalah :
a) Menyediakan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia untuk
membantu mereka agar mandiri secara maksimal dalam
hidup sehari-hari, dengan demikian mereka memiliki
kualitas hidup lebih baik dan dapat hidup nyaman di rumah
selama mungkin.
b) Menyelenggarakan pelayanan rawat inap yang paripurna
bermutu dan berkeadilan untuk masyarakat menengah ke
bawah.
c) Menyelenggarakan pendidikan tenaga kesehatan bersinergi
dengan pelayanan untuk melahirkan tenaga professional dan
nasionalis.
d) Menyelenggarakan, memfasilitasi penelitian dalam bidang
kesehatan.
2) Observasi : Di ruangan hanya terdapat visi misi RSUP Sanglah,
sementara visi misi ruangan Gandasturi belum terpajang.
b. Pengusulan Ketenagaan Keperawatan di Ruang Gandasturi
Pengusulan ketenagaan keperawatan dilakukan apabila di ruangan
tersebut dinilai kekurangan tenaga. Pemilihan untuk ketenagaan
baru dilakukan dengan cara menganalisa beban kerja untuk
menentukan kebutuhan tenaga keperawatan di ruangan. Jika tenaga

26
keperawatan di Ruang Gandasturi kurang, kepala ruangan akan
mengajukan pengusulan ke bagian instalasi, proses ini dilakukan
secara bertahap sampai mendapatkan tenaga keperawatan yang baru.
Proses perekrutan tenaga baru dilakukan dengan tes administrasi, tes
tulis, tes wawancara dan tes kesehatan.
c. Libur dan Cuti Ketenagaan Keperawatan
Untuk cuti tahunan masing – masing pegawai mendapatkan 12 hari
libur atau satu kali dalam sebulan, perawat juga mendapatkan cuti
hamil dan cuti melahirkan untuk pegawai kontrak dan pegawai
negeri sipil selama 3 bulan. Ketika ada pegawai yang cuti maka
tugasnya akan diambil alih petugas yang lain.
d. Penyusunan Rencana Harian, Bulanan dan Tahunan
1) Penyusunan Rencana Harian
a) Wawancara : Menurut salah satu perawat di ruangan,
rencana harian di ruangan sudah tersusun seperti SPO yang
sudah ada, pelayanan, pengorganisasian dan rapat. Jika ada
hal khusus akan dibuatkan rencana harian baru sesuai dengan
kondisi pada saat itu.
b) Observasi : Dari hasil pengamatan kegiatan harian
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
2) Penyusunan Rencana Bulanan
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat di
Ruang Gandasturi mengatakan bahwa terdapat rapat bulanan di
ruangan yaitu CGA (Comprehensive Geriatric Assessment)
meeting yang merupakan rapat untuk membahas kasus pasien
yang tidak mengalami peningkatan kesehatan. Rapat tersebut
diikuti oleh dokter, perawat, gizi maupun apoteker yang
dilakukan setiap minggu. Rapat instalasi rutin dilaksanakan
setiap bulan dan rapat pengendalian mutu dilaksanakan setiap 3
bulan sekali dan rutin dilaksanakan bersama dengan Ka Instalasi
Geriatri dan membuat laporan VIC. Selain itu di RSUP Sanglah
juga mengadakan rencana bulanan seperti NGR (Nursing Grand

27
Round) yang dimana NGR ini merupakan pelatihan dan
pendidikan untuk seluruh tenaga keperawatan di RSUP Sanglah
yang dilakukan setiap 1 bulan minimal 1 jam. Jadi selama 1
tahun pelatihan ini ditotalkan menjadi 20 jam (wajib) baik
dalam pelatihan NGR ataupun seminar guna meningkatkan
pendidikan dan keterampilan tenaga keperawatan di RSUP
Sanglah.
3) Penyusunan Rencana Tahunan
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa rencana
tahunan yang dilaksanakan di Ruang Gandasturi yaitu penilaian
IKI (Indeks Kinerja Individu) dengan melaksanakan supervisi
setiap tahunnya. Dimana supervisi pada tahun ini dilakukan pada
awal bulan November 2018. Berdasarkan hasil observasi di
Ruang Gandasturi bahwa setiap pegawai dinilai dengan melihat
keterampilan tindakan yang setiap hari biasa mereka lakukan di
ruangan seperti memasang infuse, pemberian edukasi,
memandikan pasien, memberikan injeksi dengan berpedoman
dengan SPO yang sudah ada.
2. Staffing
a. Perhitungan Kebutuhan Tenaga
Dalam menerapkan model asuhan keperawatan professional
dibutuhkan tenaga yang mampu memberikan asuhan keperawatan
professional. Untuk itu penataan tenaga keperawatan dalam ruang
rawat inap sangat diperlukan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa
pedoman dalam penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di
ruang rawat inap.
1) Pedoman cara penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan
(Depkes RI, 2002)
a) Pengelompokan unit kerja di rumah sakit
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan) harus
memperhatikan unit kerja yang ada di rumah sakit. Secara

28
garis besar terdapat pengelompokan unit kerja di rumah sakit
sebagai berikut :
(1) Rawat inap dewasa
(2) Rawat inap anak/perinatal
(3) Rawat inap intensif
(4) Gawat darurat (IGD)
(5) Kamar bersalin
(6) Kamar operasi
(7) Rawat jalan
Pengelompokkan unit kerja di Ruang Gandasturi
berdasarkan 2 PP yakni:
(1) PP 1 (Kamar 1 (bed 1-2), dan VIP (1-4) ruang pemulihan
keadaan umum.
(2) PP 2 (Kamar 2 (bed 1-4) ruang pemulihan keadaan
umum dan (Kamar 3 (bed 1-3) ruang intermediet.
b) Model pendekatan dalam penghitungan kebutuhan tenaga
keperawatan
Terdapat beberapa model pendekatan yang dapat
dipergunakan dalam penghitungan kebutuhan tenaga
keperawatan (perawat dan bidan) di ruang rawat inap rumah
sakit.
Cara perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien
(1) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
(2) Rata – rata pasien per hari
(3) Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
(4) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
(5) Jam efektif setiap perawat/bidan adalah tujuh jam per
hari

29
Tabel 3. Rata – Rata jumlah pasien dari Januari – Desember 2018
No.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Rata – rata
Kamar
VIP 5 4 4 4 5 3 6 3 5 7 2 3 4,25
1 5 6 5 7 6 5 4 9 6 10 8 3 7
2 6 11 13 18 11 12 15 17 12 16 18 17 13,83
3 10 12 9 12 7 7 10 6 10 12 10 11 9,6
Jumlah 26 33 31 41 29 27 35 36 33 45 38 34 34,68

Dapat ditarik kesimpulan, jumlah rata – rata pasien per hari


di Ruang Gandasturi dari Januari – Desember 2018 2018 adalah
34,68 atau dibulatkan menjadi 35 pasien.
Dengan mengasumsikan jumlah jam keperawatan setiap
pasien dalam sehari = 6,5 jam (jam rata-rata kebutuhan
perawatan setiap pasien dalam 24 jam bagi campuran pasien
geriatri) serta jumlah jam kerja perawat per hari adalah 8 jam,
maka dapat dicari jumlah perawat yang dibutuhkan per hari
selama periode Januari – Desember 2018, yaitu dengan rumus :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛/𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡/ℎ𝑎𝑟𝑖

Jumlah Perawat = 35 x 4

Jumlah Perawat = 17,5

Jumlah Perawat = 18

Sehingga jumlah total perawat yang dibutuhkan di Ruang


Gandasturi menurut Depkes. RI 2002 adalah 18 orang.
2) Menurut Swansburg RC, 1999
a) Total jam perawat /hari = Jumlah Klien × Jumlah jam kontak
perawat-klien= 35 × 4 jam= 140 jam

30
b) Jumlah perawat yang dibutuhkan per hari =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐽𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡/ℎ𝑎𝑟𝑖 140
= = 17,5 = 18 orang/hari
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖 8

c) Jumlah shift per minggu


Jumlah perawat yang dibutuhkan/hari × Jumlah shift dalam
1 minggu= 18 × 5 = 90 shift/minggu
d) Jumlah perawat yang dibutuhkan per minggu =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠ℎ𝑖𝑓𝑡/𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 90
= = 18 orang
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 5

Jadi menurut Swansburg RC, 1999 jumlah perawat yang ada


di Ruang Gandasturi adalah 18 orang.
e) Pembagian proporsi dinas dalam satu hari :

Pagi : Siang : Malam = 47 % : 36 % : 17 %

Sehingga jika jumlah total staf keperawatan/hari= 18 orang,


maka pembagian shiftnya :
Pagi : 47% × 18= 8,46 = 8 orang
Sore : 36% × 18= 6,48 = 6 orang
Malam : 17% × 18 = 3,06 = 3 orang
3) Menurut Douglas (1984)
Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien Menurut Douglas
No Klasifikasi dan Kriteria
1 Asuhan keperawatan minimal (minimal care/perawatan mandiri), memerlukan waktu
2 jam perhari dengan kriteria :
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b) Makan dan minum dilakukan sendiri.
c) Ambulasi dengan pengawasan.
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
2 Asuhan keperawatan sedang (partial care/intermediate care), pasien memerlukan
bantuan perawat sebagian, memerlukan waktu 3,08 jam/hari, dengan kriteria :
a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.

31
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
3 Asuhan keperawatan agak berat, pasien memerlukan bantuan perawat sebagian,
memerlukan waktu 4 jam/hari, dengan kriteria :
a) Sebagian besar aktifitas dibantu.
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 – 4 jam sekali.
c) Terpasang folley cateter, intake output dicatat.
d) Terpasang infuse.
e) Pengobatan lebih dari sekali.
f) Persiapan pengobatan perlu prosedur
4 Asuhan keperawatan maksimal (total care), pasien membutuhkan bantuan perawat
sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat lebih lama 6,16 jam/hari, dengan kriteria:
a) Segala aktivitas diberikan perawat.
b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
c) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena.
d) Penggunaan suction.
e) Gelisah/disorientasi

Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam


satu unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, dimana
masing – masing kategori mempunyai nilai standar per shif,
yaitu sebagai berikut :
Tabel 5. Nilai standar jumlah perawat per-shif berdasarkan klasifikasi
pasien
Klasifikasi Pasien

Jumlah Minimal Parsial Total


pasien
P S M P S M P S M

1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

32
Dst

Tabel 6. Perkiraan Kebutuhan Jumlah Tenaga Perawat Berdasarkan


Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Gandasturi RSUP Sanglah dari
Januari – Desember 2018
Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan

Keterangan Jumlah pasien Pagi Siang Malam

Minimal 0 0 x 0,17 = 0 0 x 0,14 = 0 0 x 0,10 = 0

Partial 21 21 x 0,27 = 21 x 0,15 = 3,15 21 x 0,07 = 1,47


5,67

Total 14 14 x 0,36 = 16 x 0,30 = 4,8 14 x 0,20 = 2,8


5,04

Jumlah 35 10,71 = 11 7,95 = 8 4,27 = 4

Total kebutuhan tenaga perawat :


Pagi : 11 orang
Siang : 8 orang
Malam : 4 orang
Jumlah : 23 orang
Jadi jumlah keperawatan yang dibutuhkan di Ruang
Gandasturi pada Januari – Desember 2018 menurut rumus
Douglas adalah = 23 orang perawat
Berdasarkan data kuantitatif (perhitungan data
menggunakan Depkes RI) Ruang Gandasturi seharusnya
memiliki jumlah tenaga keperawatan sebanyak 18 orang.
Namun saat ini Ruang Gandasturi hanya memiliki 13 orang
tenaga keperawatan. Di Ruang Gandasturi tidak terdapat

33
perawat yang cuti. Hal tersebut mengakibatkan beban kerja
perawat di Ruang Gandasturi bertambah banyak karena jumlah
tenaga keperawatan tidak sebanding dengan jumlah pasien.
Sehingga terkadang PP membantu mengerjakan tugas dari PA.
Berdasarkan data kualititatif pasien di Ruang Gandasturi
pada Januari – Desember 2018 rata-rata pasien sebanyak 35
orang tidak sebanding dengan jumlah tenaga keperawatan yang
hanya berjumlah 13 orang.
b. Peningkatan kualitas tenaga keperawatan
1) Wawancara : dari wawancara dengan Kepala Ruangan
Gandasturi untuk pengembangan pegawai PNS dalam tugas
belajar tidak dibatasi masa kerjanya namun umur dari pegawai
tersebut harus di bawah 40 tahun. Untuk tugas belajar tersebut
Kepala Ruangan akan mengusulkan terlebih dahulu ke atas,
kemudian pegawai tersebut akan melaksanakan ujian.
2) Observasi : dari observasi yang dilakukan di Ruang Gandasturi
terdapat satu orang perawat yang sedang menjalani tugas belajar

34
3. Pengorganisasian

Kepala Instalasi Geriatri


dr. I Nyoman Astika, Sp.PD., K.Ger., Finasim
NIP. 196502021990031002

Koordinator Umum Koordinator Pelayanan


Cokorda Istri Inten Purwaningsih, S.ST dr. I.G.P. Suka Aryana, Sp.PD., K.Ger., Finasim
NIP. 196902151990032002 NIP. 197103292006041001

Kepala Ruangan
Cokorda Istri Inten Purwaningsih, S.ST
NIP. 196902151990032002

Inventaris CS Umum/Admin PP 1 PP 2
Ni Putu Dewi Ratni, AMK 1. Luh Gede Ni Made Candri Ida Ayu Ika Martyani, AMK Dewa Ayu Windewati, AMK
NIP. 198312072010122001 Eka NIP. 197903192001122001 NIK. 242060081
Puspayant
i PA Petugas Gizi PA
2. Ketut 1. Ns. I Made Subagiastra, Made Dwi Endriani, AMG 1. Ni Wayan Murdi, AMK
Asrini S.Kep. NIP. 197211121995032001 2. Ni Nyoman Nuarji, AMK
3. G.A. 2. Luh Komang Tri Mahayani, 3. Dewa Ayu Md Mita A,
Sudiari AMK AMK
Farmasi
3. Putu Dewi Widiastuti, AMK 4. Kd Angga Permana,
35 AMK
Reza Andriani, APT
4. Luh Gede Putri Antini, 5. Ns. Dewa Made Agus Bayu
NIP. 198507312010122001
AMK P., S.Kep.
a. Pengorganisasian Perawatan Klien
1) Wawancara : dari hasil wawancara yang dilakukan dengan
perawat jaga, diperoleh informasi bahwa metode penugasan
yang dilakukan adalah metode perawat primer (PP), dimana
terbentuk 2 perawat primer di ruangan.
2) Observasi : dari hasil pengamatan, memang benar terdapat 2
perawat primer yang terbagi di ruangan. Pembagian perawatan
klien di Ruang Gandasturi menggunakan sistem tenaga
perawatan klien berdasarkan jumlah kamar, jadi setiap perawat
pelaksana melakukan tugasnya di kamar yang ditentukan oleh
PP.
b. Uraian Tugas
1) Kepala Ruangan
a) Nama Jabatan : Kepala Ruangan
b) Tugas Pokok : Menyelenggarakan pelayanan keperawatan
dan membantu penyediaan fasilitas pelayanan di Ruang
Geriatri
c) Fungsi : Membantu KaUPP dan Ka Instalasi Geriatri dalam
penyelengaraan pemberian pelayanan kepada pasien dan
administrasi ruangan di Ruang Geriatri
d) Uraian Tugas :
(1) Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan asuhan/
pelayanan keperawatan ruangannya
(2) Menyusun dan mengembangkan staf, kebutuhan alat,
fasilitas, sarana, dan prasarana
(3) Mengatur dinas dan membagi tugas staf bulanan/
mingguan dan harian secara tertulis
(4) Memonitor absen harian
(5) Memantau dan membina penerapan etika keperawatan
pada tiap individu staf
(6) Melakukan bimbingan dan pengawasan pelaksanaan
asuhan keperawatan pada tiap individu pasien

36
(7) Mensosialisasikan peraturan/ kebijakan pimpinan dan
mengkaji masukan-masukan dalam meningkatan mutu
asuhan/ pelayanan keperawatan
(8) Mengawasi dan menilai system pencatatan dan
pelaporan asuhan keperawatan tiap-tiap pasien
(9) Mengendalikan penyelenggaraan tata usaha ruangan
(10) Mengatur pemanfaatan alat/ dan sumber-sumber untuk
efisiensi
(11) Membuat laporan rutin dan insidential tentang
pelaksanaan asuhan/ pelayanan keperawatan dan etika
keperawatan
e) Tanggung Jawab :
(1) Bertanggungjawab kepada KaUPP Instalasi Geriatri
(2) Bertanggungjawab terhadap kegiatan administrasi
ruangan di Instalasi Geriatri
f) Wewenang : Berwewenang melakukan segala kegiatan audit
pelayanan perawatan di Ruang Geriatri sesuai dengan surat
tugas dari KaUPP
2) Perawat Primer (PP)
a) Nama Jabatan : Perawat Primer (PP)
b) Tugas Pokok : Melakukan asuhan keperawatan pada pasien
secara holistik, paripurna, adil dan bermutu
c) Fungsi : Membantu Kepala Ruangan dalam menjalankan
Asuhan Keperawatan pada pasien Instalasi Geriatri.
d) Uraian Tugas :
(1) Memberikan asuhan keperawatan Instalasi Geriatri
(pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi)
secara holistik.
(2) Melakukan penilaian risiko, seperti risiko dikubitus,
penilaian risiko jatuh, penilaian nutrisi, penilaian nyeri,
dan penilaian infeksi nosocomial

37
(3) Memiliki pengetahuan setiap kondisi pasien dan rencana
keperawatan ntuk memenuhi kebutuhan pasien
(4) Mampu mendelegasikan pelayanan keperawatan secara
tepat kepada anggota tim
(5) Melakukan prioritas rencana keperawatan, memberikan
justifikasi dan manajemen waktu secara efektif
(6) Melakukan dokumentasi semua aspek keperawatan
pasien secara efektif, akurat dan jelas
(7) Mengembangkan hubungan terapeutik yang kuat dengan
pasien dan atau anggota keluarga pasien
(8) Berhubungan secara langsung dengan kepala ruangan
dan tim kesehatan lain tentang kondisi dan rencana
perawatan pasien
(9) Membantu tim untuk memahami upaya keselamatan
pasien dan bagaimana meminimalkan risiko terhadap
pasien
(10) Berkontribusi secara langsung dalam pengembangan
praktik klinik profesi keperawatan
(11) Berperan sebagai role model yang efektif
(12) Berperan dalam kepemimpinan yang bertanggungjawab
dan relevan dengan pelayanan keperawatan
(13) Berpartisispasi dalam program peningkatan mutu dan
prosedur pemantauan kualitas suatu mutu (quality
assurance)
(14) Menerapkan prinsip-prinsip pengendalian infeksi
seperti cuci tangan, prosedur aseptic secara tepat
(15) Menerapkan pasien safety melalui identifikasi resiko,
pelaporan insiden serta menjaga lingkungan kerja yang
aman, bersih dan mengutamakan keselamatan pasien
e) Tanggung Jawab : Perawat Primer bertanggung jawab
kepada kepala ruangang terhadap pemberian asuhan

38
keperawatan pasien secara holistik, adil, bermutu dan
paripurna
f) Wewenang
(1) Membantu perencanaan asuhan keperawatan
(2) Melakukan koordinasi dengn kepala ruangan, tim
kesehatan lain dan unit terkait
(3) Melakukan pendelegasian tugas kepala ruangan bila pagi
hari tidak bertugas
(4) Mendelegasikan tugas kepada PA pada sore, malam dan
hari libur
(5) Membuat administrasi ruangan
(6) Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar
(7) Membuat pembagian tugas PA berdasarkan tingkat
ketergantungan
(8) Melakukan diskusi kasus (pre conference dan post
conference)
(9) Melakukan pembinaan dan bimbingan PA
(10) Melakukan discharge planning
(11) Melakukan monitoring evaluasi asuhan keperawatan
g) Metode pemilihan perawat primer (PP)
(1) Pendidikan minimal D3 Keperawatan
(2) Pelatihan : dasar : K3RS, PPI, BHD, tambahan : Askep
geriatri dan intensif geriatric
(3) Pengalaman : D3/ D4 memiliki pengalaman selama 8
tahun dan S1 memiliki pengalaman selama 5 tahun.
(4) Kompetensi yang terdiri dari kompetensi inti,
kompetensi personal dan kompetensi jabatan/teknis.
3) Perawat Associate (PA)
a) Nama jabatan : Perawat Associate (PA)
b) Tugas Pokok : Memberi asuhan keperawatan kepada pasien
bersama perawat primer secara holistik, paripurna, adil dan
bermutu

39
c) Fungsi : Membantu pelaksanaan asuhan keperawatan kepada
pasien Instalasi Geriatri.
d) Uraian Tugas
(1) Memberikan asuhan keperawatan Instalasi Geriatri
(pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi)
secara holistik
(2) Melakukan penilaian risiko, seperti risiko decubitus,
penilaian risiko jatuh, penilaian nutrisi, penilaian nyeri,
dan penilaian infeksi nosocomial
(3) Mampu menjelaskan patofisiologi tentang kondisi
pasien, menjelaskan bila ada perubahan status kondisi
pasien
(4) Melakukan prioritas rencana keperawatan, memberikan
justifikasi, dan manajemen waktu secara efektif
(5) Melakukan dokumentasi semua aspek keperawatan
pasien secara efektif, akurat dan jelas
(6) Mampu melakukan persiapan peralatan secara lengkap
dan benar sebelum memulai tindakan dan mampu
mengetahui bila terjadi kerusakan peralatan
(7) Melakukan teknis tindakan keperawatan dasar dan
khusus secara aman akurat
(8) Menjaga privasi dan rahasia pasien
(9) Memberikan pelayanan yang professional tanpa
memandang status pasien dan bekerja sesuai standar dan
aturan yang berlaku
(10) Mengembangkan komunikasi terapeutik dengan pasien,
anggota keluarga serta berkomunikasi secara efektif
dengan tim kesehatan yang lain
(11) Menerapkan prinsip – prinsip pengendalian infeksi
seperti cuci tangan, prosedur aseptik secara tepat

40
(12) Menunjukkan pengetahuan dan keterampilan baik
tentang pemberian obat (medication administration)
secara aman
(13) Menerapkan pasien safety melalui identifikasi risiko,
pelaporan insiden serta menjaga lingkungan kerja yang
aman, bersih dan mengutamakan keselamatan pasien
(14) Berpartisipasi aktif di dalam program peningkatan mutu
e) Tanggung Jawab : Perawat Associte bertanggung jawab
kepada perawat primer dan kepala ruangan terhadap
pemberian asuhan keperawatan pasien secara holistik, adil,
bermutu dan paripurna
f) Wewenang
(1) Mengusulkan perencanaan askep pada PP
(2) Melakukan koordinasi dengan PP
(3) Menerima pendelegasian tugas dari PP pada shift sore,
malam dan hari libur
(4) Melakukan tindakan askep sesuai rekomendasi
(5) Meningkatkan diskusi kasus (pre conference dan post
conference)
(6) Melengkapi dokumentasi askep dan administrasi
1) Wawancara : dari hasil wawancara kepada perawat jaga,
diketahui bahwa setiap perawat sudah mempunyai dan
mengetahui uraian tugas masing – masing bagi tiap tenaga
keperawatan Dari hasil wawancara juga dikatakan bahwa tugas
perawat tidak sesuai dengan pembagian tugas ataupun struktur
organisasi yang ada di ruangan. Apabila pasien yang ada di
Ruang Gandasturi banyak sedangkan tenaga keperawatan
kurang mengakibatkan beban kerja setiap perawat menjadi
bertambah, seperti halnya yang menjadi PP ia tidak murni hanya
sebagai seorang PP melainkan ia juga ikut terjun merangkap
menjadi PA.

41
2) Observasi : dari hasil pengamatan yang dilakukan di ruangan
perawat di Ruang Gandasturi dari tanggal 24 Desember – 29
Desember perawat sudah bekerja sesuai dengan tugasnya
masing-masing.
c. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
1) Wawancara: dari hasil wawancara dengan perawat jaga,
didapatkan informasi bahwa pendokumentasian asuhan
keperawatan sesuai dengan format yang ada yang sudah
disepakati oleh RSUP Sanglah.
2) Observasi : dari hasil pengamatan tersedia lembar penulisan
standar asuhan keperawatan. Seperti lembaran implementasi,
catatan terintergrasi, lembar evaluasi, keseimbangan cairan,
pengkajian keperawatan.
Dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang
Gandasturi RSUP Sanglah telah memiliki format
pendokumentasian. Format dokumentasi perawatan pasien yang
digunakan di Ruang Gandasturi dapat dilihat pada table berikut :

No Uraian Form Yang


Melengkapi
1. Form : RM 6.1 Discharge summary Dokter
2. Form : RM 6.2 Catatan Keperawatan Pemulangan pasien Perawat
3. Form : RM 6.4 Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Perawat
Planning)
4. Form : RM 1.1 General Consent Rawat Inap Perawat
4. Form : RM 1.2 General Consent Rawat Jalan (dari IGD) Perawat
5. Form : RM 1…. Informed consent Dokter
6. Form : RM 1.12 Pengkajian Kebutuhan edukasi pasien dan Perawat
Keluarga
7. Form : RM 1.12.1 Catatan Informasi dan Edukasi Terintegerasi Perawat
8. Form: RM.10.2.1 Triage Pasien Gawat Darurat Dokter
9. Form : RM.10.3 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Perawat

42
10. Form : RM 12.1 Pengkajian Gizi RI, Gizi Anak, Gizi Ahli Gizi
Geriatrik
11. Form : RM. 2.1 Catatan perkembangan pasien terintegrasi Dokter,
Perawat
12. Form : RM. 2.1.1 Catatan Timbang terima pasien- SBAR Perawat
13. Form : RM. 2.2 Catatan Pemindahan Pasien antar ruangan Perawat
15. Form : RM. 5.1. Rencana Keperawatan Perawat
16. Form : RM 5.13 Pengkajian Risiko Jatuh Dewasa (Skala Morse) Perawat
17. Form : RM 5.17 Pengkajian Keperawatan Geriatri Rawat Inap Perawat
18. Form : RM 5.18 Pengkajian Risiko Gangguan Integritas Kulit Perawat
Skala Braden Pasien Dewasa
19. Form : 5.21 Implementasi Keperawatan Perawat
20. Form : RM. 2.8 Keseimbangan Cairan Perawat
21. Form : RM 11.2 Obat Perawat

43
Tabel Dokumentasi Asuhan Keperawatan :

No 5 Langkah Standar Fakta Kesenjangan

1 Pengkajian 1. Mencatat data yang dikaji sesuai Berdasarkan 3 Sudah sesuai


dengan pedoman pengkajian RM pasien yang dengan
2. Data dikelompokkan secara diambil, standar
komprehensif ditemukan
(indikator pengkajian : identitas, poin/kolom
alasan masuk, faktor predisposisi, pengkajian sudah
pemeriksaan fisik psikososial, lengkap.
status mental, kebutuhan
perencanaan pulang)
3. Data dikaji sejak pasien masuk
sampai pulang
4. Masalah dirumuskan berdasarkan
kesenjangan antara status
kesehatan fisik dan atau mental
dengan norma dan pola fungsi
kehidupan
5. Singkatan/istilah yang digunakan
berlaku secara umum (ada daftar
singkatan dan istilah yang di
putuskan oleh RS dan disebarkan
ke rumah sakit)
6. Tidak ada aspek pengkajian/no,
kolom pengkajian yang kosong
7. Data identitas pasien tertulis
lengkap (nama, umur, jenis
kelamin, no. RM)
8. Dapat diidentifikasi dengan jelas
oleh perawat yang melakukan
pengkajian dan waktu pelaksanaan

44
pengkajian (tanggal, jam , nama
lengkap perawat yang mengkaji
dan ttd perawat)
2 Diagnosis 1. Diagnosis keperawatan ditegakkan Berdasarkan Sudah sesuai
berdasarkan analisis data sesuai dari 3 RM dengan
dengan temuan data maladaptif pasien yang standar
selama pengkajian berlangsung diambil dan dari
2. Diagnosis keperawatan dirumuskan hasil observasi,
berdasarkan buku/dasar acuan didapatkan hasil
keperawatan bahwa diagnosa
3. Diagnosa keperawatan dibuat oleh keperawatan
Katim yang
4. Ada nama lengkap perawat dan dirumuskan
tanda tangan perawat yang sudah
merumuskan diagnosis berdasarkan
5. Katim memperbaharui rumusan dasar acuan
diagnosis sesuai dengan keperawatan.
perkembangan assesment/analisis
pada evaluasi sesuai indikator
SOAP (Subjective, Objective,
Assesment, Planning)
3 Perencanaan 1. Perencanaan asuhan keperawatan Berdasarkan Sudah sesuai
sesuai dengan diagnosis dari 3 RM dengan
keperawatan pasien yang standar
2. Perencanaan asuhan keperawatan diambil,
disusun menurut urutan prioritas didapatkan hasil
tindakan yang berdasarkan bahwa
prioritas pemilihan diagnosis perencanaan
sesuai dengan core problema dan asuhan
etiologi keperawatan
3. Rumusan tujuan dilengkapi sudah sesuai
dengan kriteria hasil sesuai dengan dengan

45
konsep SMART yaitu harus diagnosa
spesifik (specific), bisa diukur keperawatan.
(measureable), bisa diterima
(achieveable), bisa dipercaya
(reliable), waktu yang terukur
(timeable) dengan mengandung
komponen perubahan ke arah
positif kondisi klinis pasien.
4. Rencana tindakan mengacu pada
tujuan dengan kalimat perintah,
terinci dan jelas dan atau
melibatkan pasien /keluarga
5. Rencana tindakan komprehensif :
mengandung rencana tindakan
independen, dependen,
interdependen
4 Implementa 1. Implementasi dilaksanakan Berdasarkan Sudah
si mengacu pada rencana dari 3 RM sesuai
keperawatan pasien yang dengan
2. Bukti implementasi dicatat diambil, standar
langsung pada format yang resmi, ditemukan
terdapat tanggal, jam, no bahwa
diagnosis. dokumentasi
3. Rumusan kalimat implementasi implementasi
menggunakan kalimat aktif asuhan
4. Singkatan/istilah yang digunakan keperawatan
berlaku secara umum sudah
5. Perawat yang melakukan tindakan dilengkapi
adalah perawat yang dengan nama
mendokumentasikan tindakan dan paraf
tersebut. perawat yang
6. Setiap tindakan keperawatan yang melakukan;

46
telah dilakukan kepada pasien terdapat format
didokumentasikan dengan pemberian
dilengkapi nama lengkap dan paraf obat injeksi
perawat yang melakukan. maupun oral.
7. Format pemberian obat injeksi
terisi secara lengkap dan benar
sesuai kolom yang tersedia dalam
format
8. Format pemberian obat oral terisi
secara lengkap dan benar sesuai
kolom yang tersedia dalam format
5 Evaluasi Evaluasi Formatif Berdasarkan Sudah sesuai
1. Setiap tindakan yang dilakukan Dari 3 RM
dengan standar
kepada pasien, perawat pasien yang
memonitoring respon pasien dan diambil,
dicatat pada kolom evaluasi sejajar ditemukan data
dengan kalimat implementasi bahwa sudah
keperawatan tersebut dilakukan
2. Perawat melakukan evaluasi evaluasi
perkembangan kondisi pasien sumatif, dikaji
(Progress Note) pada saat sebelum respon subjektif
operan shift jaga dengan sesuai dengan
menggunakan teknik SOAP SOAP; evaluasi
3. Penulisan lengkap : formatif
S : keluhan pasien/keluarga dilakukan per
pasien, tindakan
O : hasil pengamatan, pengukuran, implementasi.
pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang terakhir
A : masalah yang sudah teratasi,
masalah yang belum teratasi,
masalah baru yang muncul)

47
P : perencanaan perawatan
independen, rencana tindakan
dokter (fisik/penunjang) rencana
terapi/perubahan terapi, dan
rencana penatalaksanaan pasien
lainnya)
4. Dicatat lengkap dan tercantum
nama dan paraf perawat yang
melakukan
Evaluasi Sumatif
1. Pada saat pasien pulang evaluasi
sumatif dengan teknik SOAP
ditulis lengkap seperti di atas.
2. Pada saat pasien pulang, perawat
merumuskan Disharge Planning
3. Pada saat pasien pulang, perawat
merumuskan Resume Keperawatan
4. Evaluasi sumatif SOAP dibuat
pada saat habisnya kriteria waktu
sesuai tujuan pada setiap aspek
diagnosa
5. Semua poin di atas dilengkapi
6. Nama lengkap dan paraf

Berdasarkan data buku dokumentasi yang ada di


ruangan, penyediaan dokumentasi sudah cukup
lengkap. Pendokumentasian yang dilakukan di ruangan
secara lisan dan tertulis seperti dokumentasi
pelaksanaan timbang terima, supervisi, dan lainnya
sudah dilakukan dengan baik dan sudah sesuai dengan
penerapan MPKP. Selain itu, pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan juga sudah

48
dilakukan dengan cukup baik.
d. Pengaturan Jadwal Dinas
1) Wawancara : Dari hasil wawancara dengan perawat jaga,
pengaturan jadwal dinas dilakukan oleh Kepala Ruangan yang
disesuaikan dengan jumlah perawat yang ada di ruangan, karena
disesuaikan dengan jumlah perawat dan kondisi Rumah Sakit.
Pengaturan jadwal jaga perawat primer berbeda dengan perawat
pelaksana, pada perawat primer jadwal jaga adalah setiap hari
Senin – Jumat dan hanya shif pagi dari pukul 08.00-16.00 serta
libur pada hari Sabtu, Minggu maupun hari libur nasional.
Sementara jadwal shif perawat pelaksana adalah dengan pola
pagi, pagi, sore, sore, malam, malam. Bila ada perawat
pelaksana yang ingin menukar jadwal jaganya, maka perawat
tersebut sebelumnya mengajukan penukaran jaga terlebih
dahulu melalui aplikasi, apabila disetujui oleh Kepala Ruangan
maka perawat tersebut bisa menukar jadwal jaganya. Tidak ada
batasan penukaran jadwal jaga pada perawat.
2) Observasi : Berdasarkan hasil observasi, format daftar shift di
ruangan menggunakan proporsi jumlah perawat yang ada.
Jumlah perawat pada sore maupun malam hari adalah 2 orang.
4. Pengarahan
a. Wawancara :
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat ruangan
di Gandasturi, perawat tersebut mengatakan bahwa dalam proses
pengarahan di ruangan dibagi menjadi 2 bagian yakni Pengarahan
Manajemen Operasional dan Pengarahan Manajemen Askep.
1) Manajemen Operasional
Dalam pengarahan manajemen operasional dilakukan oleh
Kepala Ruangan Gandasturi. Pada bagian Pengarahan
Manajemen Operasional terdapat morning briefing yang
dilakukan langsung oleh Kepala Gandasturi. Pengarahan
tersebut dilakukan pada saat pagi hari sebelum operan yang

49
biasa disebut dengan morning briefing. Morning briefing ini
dilakukan di Nurse Station. Pada saat morning briefing,
biasanyanya kepala ruangan juga menyampaikan informasi
ataupun pengumuman ataupun hal penting kepada seluruh
staff di Ruang Gandasturi
Teknik komunikasi yang digunakan oleh Kepala Ruangan
adalah komunikasi yang dilakukan secara terbuka. Dimana
setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan
ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan
informal. Hal ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran
pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat
dua arah (two-way communication. Staf di Ruang Gandasturi
juga menggunakan sarana komunikasi online seperti group
WhatApps yang dimana ketika Kepala Ruangan tidak bisa
menyampaikan secara verbal pengumuman ataupun informasi
lainnya, mereka biasa menggunakan group tersebut untuk
berkomunikasi ataupun berdiskusi.
2) Pengarahan Manajemen Askep
Untuk menjaga kualitas perawat di Ruang Gandasturi setiap 1
tahun sekali dilaksanakan suatu tes SAK bagi seluruh perawat
yang ada di Ruang Gandasturi. Ketika ada perawat yang
melakukan hal – hal yang tidak sesuai dalam tindakan
pemberian asuhan keperawatan, maka perawat akan langsung
ditegur oleh Kepala Ruangan. Setiap perawat juga mengikuti
Kridensial yang diperpanjang setiap 2 tahun. Untuk
meningkatkan kinerja staf dan peningkatan kualitas asuhan
keperawatan bagian SDM RSUP Sanglah membuat suatu
aturan apabila ada pegawai yang terlambat hadir 0-30 menit
akan diberikan pengurangan insentif sebesar 0,05% yang nanti
akan mempengaruhi gaji pegawai. Dengan motivasi negatif ini
semangat bekerja bawahan dalam waktu pendek akan
meningkat dan pegawai akan lebih disiplin. Selain itu, untuk

50
Reward di Ruang Gandasturi dilakukan polling untuk memilih
perawat terbaik dalam melakukan tindakan keperawatan.
Untuk perawat laki-laki akan diberikan pin King dan untuk
perawat perempuan akan diberikan pin Queen.
b. Observasi
Dalam proses pengarahan di Ruang Gandasturi, pengarahan
dilakukan oleh kepala ruangan atau yang mewakili kepada dan
seluruh staff keperawatan yang ada di Ruang Gandasturi.
Pengarahan dilakukan pada saat pagi hari sebelum operan yakni
saat morning briefing di Nurse Station, dari hasil observasi yang
kami lakukan kami melihat sebelum memulai kegiatan morning
briefing Kepala Ruangan Gandasturi mengucapkan salam yakni
mengucapkan selamat pagi kepada seluruh peserta morning
briefing yakni perawat jaga malam, perawat jaga pagi, serta
mahasiswa keperawatan yang praktik di Ruang Gandasturi.
Selanjutnya Kepala Ruangan memimpin peserta morning briefing
untuk berdoa dengan mengucapkan Gayatri Mantram. Ketika
Kepala Ruangan selesai melakukan apel maupun rapat,
pengumuman ataupun hasil – hasil rapat akan disampaikan oleh
kepala ruangan kepada seluruh staff baik secara verbal maupun
non verbal.
Selanjutnya Kepala ruangan mempersilahkan perawat jaga malam
yang bertugas sebagai Perawat Associate untuk menyampaikan
laporan terkait berapa jumlah pasien terakhir serta rencana harian
yang akan dilakukan di masing – masing ruangan seperti rencana
pasien yang akan melakukan pemeriksaan penunjang dan terapi
lanjutan pada pasien kepada Perawat Primer dan Kepala ruangan
serta didengarkan oleh seluruh staf keperawatan dan juga
mahasiswa keperawatan yang praktik di Ruang Gandasturi.
Setelah itu kepala ruangan menanyakan apakah ada kendala yang
dialami oleh perawat dinas malam ketika memberikan asuhan
keperawatan pada pasien, ketika kami melakukan observasi tidak

51
ada kendala maka dari itu kegiatan dilanjutkan dengan melakukan
timbang terima di masing – masing ruangan.
Apabila terdapat suatu permasalahan kepala ruangan akan
mengutarakan solusi dan alternative yang telah dirancang kemudian
didiskusikan bersama untuk mengambil jalan keluar satu tujuan
yang disepakati secara bersama. Masing – masing Perawat
Associate dengan Perawat Primer menuju ke ruangan yang menjadi
tanggung jawabnya. Mereka melakukan timbang terima pasien antar
dinas. Metode timbang terima pasien antar dinas di Ruang
Gandasturi dilakukan dengan menggunakan metode secara lisan dan
tertulis di form hand over perawat yang dilakukan dengan
menggunakan metode SBAR di depan pasien. Dimana nantinya di
form hand over tersebut ditanda tangani oleh perawat yang
menyerahkan operan dan yang menerima operan.
Ketika melakukan observasi timbang terima antara dinas
malam ke dinas pagi yang diikuti oleh Perawat Associate, Perawat
Primer dan Kepala Ruangan kami melihat dan mendengar ketika
dilakukan timbang terima. Kepala ruangan membuka dan memberi
salam kepada klien, Perawat Associate menyampaikan Identitas
klien, keluhan pasien, kondisi terkini pasien, diagnosa medis data
yang mendukung,tindakan keperawatan yang sudah atau belum
dilaksanakan, rencana umum yang perlu dilakukan seperti
pemeriksaan penunjang, konsul, prosedur tindakan tertentu. Hasil
dari timbang terima ditulis dalam buku catatan Perawat Primer serta
ditulis dalam Catatan Medis Pasien pada form catatan timbang
terima pasien antar shift. Saat melakukan timbang terima antar dinas
komunikasi yang digunakan oleh perawat di Ruang Gandasturi
adalah komunikasi SBAR yakni ketika melakukan timbang terima
perawat associate menyampaikan nama pasien dan menyampaikan
kondisi terkini pasien dan menyatakan telah berapa hari pasien
dirawat, diagnose medis pasien serta perawat menyampaikan
tindakan keperawatan apa yang telah diberikan dan dilakukan

52
selama perawatan serta perawat telah menyampaikan rencana
tindakan yang akan dilakukan baik secara mandiri maupun
kolaborasi. Setelah melakukan timbang terima antar dinas, perawat
mengerjakan tugas – tugas yang telah direncanakan.
5. Pengawasan
a. Wawancara
Supervisi secara langsung dilakukan oleh supervisor,
supervisor biasanya melakukan sidak ke Ruang Gandasturi setiap
sore atau malam. Pada saat dinas sore maupun malam hari,
supervisor mengadakan sidak dan langsung datang ke ruangan
untuk menanyakan jumlah pasien serta situasi di Ruang
Gandasturi, apakah ada masalah atau tidak di ruangan. Tidak
hanya supervisor yang melakukan pengawasan di ruangan, kepala
ruangan atau koordinator instalasi geriatri ikut andil dalam
melakukan pengawasan di ruangan. Dimana kepala ruangan atau
koordinator melakukan pengawasan mengenai kinerja kepada PP,
PA, dan inventaris.
Kepala ruangan melakukan pengawasan keliling ruangan
serta melihat kondisi pasien yang ada di ruangan. Jika terdapat
pasien yang memiliki perawatan khusus misalkan pasien
mengalami resiko jatuh sedangkan pasien tidak diberikan gelang
berwarna kuning, maka kepala ruangan berhak menegur PA dan
PP yang bertanggung jawab dalam menangani pasien tersebut.
Serta jika PP atau PA melakukan asuhan keperawatan tidak sesuai
dengan SPO yang berlaku, maka PP dan PA ditegur oleh karu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat
di Ruang Gandasturi bahwa ketika ada perawat yang terlambat
akan dikurangi poinnya sekitar 0,05 ketika terlambat 0-30 menit
karena di RSUP Sanglah sudah menggunakan absen face scan.
Selain pengurangan poin, pegawai yang sering terlambat juga
akan dipanggil langsung dan diberikan sanksi oleh pihak SDM
RSUP Sanglah. Pengawasan dan pengarahan dilakukan langsung

53
oleh pihak SDM RSUP Sanglah karena data tersebut
dikumpulkan oleh BIC RSUP Sanglah. Berdasarkan hasil
wawancara juga didapatkan bahwa RSUP Sanglah memberikan
perawat di ruangan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
guna untuk memenuhi standar pendidikan perawat dan
meningkatkan mutu pelayanan.
b. Observasi
Dari observasi yang dilakukan di Ruang Gandasturi didapatkan
bahwa setiap sore atau malam hari telah dilaksanakan supervise
oleh supervisor maupun Karu dari ruangan lain dengan
menanyakan jumlah pasien, jumlah tempat tidur dan apakah
terdapat masalah di Ruang Gandasturi.

B. MONEY (M2)
1. Perencanaan
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah merupakan rumah sakit pusat
yang dijadikan sebagai pusat rujukan dari rumah sakit daerah yang
berada di Bali, yang langsung dikelola dan dibiayai oleh Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Hal ini menyebabkan seluruh
pendanaan pelayanan kesehatan, pemeriksaan, dan perawatan serta
kelengkapan sarana dan prasarana serta semua perencanaan keuangan
sudah diatur secara sentral dan jelas oleh peraturan yang telah
ditetapkan. Aliran pendanaan di Ruang Gandasturi tidak dikelola
langsung di ruangan, melainkan diatur sepenuhnya oleh pusat. Apabila
ruangan memerlukan pengadaan fasilitas (sarana dan prasarana),
prosedurnya membutuhkan waktu yang lama.
Banyaknya pasien dari rumah sakit daerah dan puskesmas yang
dirujuk ke RSUP Sanglah dengan status pembayaran umum dan BPJS
membuat rumah sakit harus menyediakan anggaran cadangan agar bisa
melakukan pelayanan kesehatan apabila pasien belum melakukan
pembayaran di rumah sakit. RSUP Sanglah juga bekerja sama dengan
beberapa perusahaan untuk menunjang ketersediaan sarana dan

54
prasarana melalui KSO (Kerja Sama Operasional), yang pada sistem
ini saling menguntungkan kedua belah pihak sesuai perjanjian yang
ditetapkan.
2. Pengorganisasian
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di Ruang Gandasturi
RSUP Sanglah mengenai pengorganisasian atau pengaturan keuangan
pembiayaan rawat inap, pembiayaan lagi diatur oleh ruangan.
Pembiayaan rawat inap merupakan tanggungjawab di loket 12 (IPK:
Instalasi Penjamin Klaim) pada pasien dengan BPJS dan pasien dengan
status umum (pembayara di loket 2). Oleh karena itu, pihak ruangan
mempersiapkan semua data administrasi pada rekam medis pasien
yang diperlukan kepada petugas loket 12. Petugas di Ruang Gandasturi
perlu mempersiapkan:
a. Berkas-berkas rekam medis pasien (keterangan diagnosa, data
penunjang, laporan operasi jika ada) yang nantinya dibawa ke loket
pembayaran
b. Rincian pembayaran
c. Resume pulang oleh dokter
d. Resume perawatan oleh perawat (sebanyak 2 lembar: untuk pasien
1 lembar dan untuk rekam medis pasien 1 lembar)
e. Surat Eligibilitas Peserta(SEP)
f. Kartu kendali BPJS
Sementara yang perlu disiapkan oleh petugas di ruang Gandasturi
untuk pembayaran perawatan pasien umum yaitu:
a. Berkas-berkas rekam medis pasien (dibilling oleh petugas ruangan)
b. Rincian pembayaran
c. Resume pulang oleh dokter
d. Resume perawatan oleh perawat (sebanyak 2 lembar: untuk
pasien 1 lembar dan untuk rekam medis pasien 1 lembar)
Perlengkapan data yang perlu dipersiapkan antara pasien BPJS
dengan pasien umum memang terdapat sedikit perbedaan. Hal yang
sama antara pasien BPJS dan pasien umum dalam hal pembayaran

55
perawatan yaitu setelah dokter menyatakan pasien boleh pulang, maka
pasien akan dibawa ke ruang after care (kecuali pasien bed rest)
sembari menunggu urusan administrasi serta obat pulang. Hal ini
bertujuan agar tidak terjadi bedblock di UGD (pasien baru tidak bisa
masuk ke ruangan karena bed dianggap terisi). Pasien diperbolehkan
untuk pulang setelah selesai mengurus semuanya. Selain itu, apabila
pasien dengan BPJS atau pasien umum pulang lebih dari pukul 19.00
WITA, maka pembayaran perawatan dilakukan di loket pembayaran di
UGD.
Selain pembayaran perawatan pasien, keuangan RSUP Sanglah
juga mengatur pembayaran gaji pegawai (perawat dan staff lainnya).
Pembayaran gaji pegawai dibayar melalui Bank BPD ke rekening
pegawai setiap bulannya. Gaji pegawai pokok antara Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dengan pegawai kontrak jumlahnya berbeda, namun untuk
jaspel (jasa pelayanan) sama antara PNS dengan kontrak. Walaupun
demikian, pengelolaan keuangan secara sentral di RSUP Sanglah juga
memiliki kelebihan maupun kekurangan, antara lain:
Kelebihan Kekurangan
Kebutuhan sarana dan prasana Ruangan tidak dapat segera memenuhi kebutuhan
setiap ruangan dapat dibagi secara atau kerusakan barang yang diperlukan secara
merata dan kualitas pelayanan mendesak karena jika ada barang yang rusak
kesehatan tidak berbeda-beda terlebih dahulu harus dibawa ke bagian sarana dan
antara ruangan yang satu dengan prasarana, apabila tidak bisa diperbaiki maka
yang lainnya. ruangan harus mengamprah terlebih dahulu dan
ini membutuhkan waktu yang cukup lama sampai
barang baru bisa didapatkan.

56
TARIF RSUP BERDASARKAN SK DIRUT RSUP
NO.HK.02.04/SK.IV.D23/6792/2014
(TANGGAL 16 JUNI 2014)
No Ruangan Kamar Visite Perawatan Jumlah Konsultasi
Dokter (satu
dokter)
1. VIP A 550.000 200.000 100.000 850.000 200.000
2. KELAS I 350.000 100.000 50.000 500.000 150.000
3. KELAS II 150.000 20.000 7.500 177.500 55.000
4. KELAS III 135.000 18.000 6.750 159.750 49.500

TARIF ASING RSUP BERDASARKAN SK DIRUT RSUP


NO.HK.02.04/SK.IV.D23/6792/2014
(TANGGAL 16 JUNI 2014)
No Ruangan Kamar Visite Dokter Perawatan Konsultasi Registrasi (KIB
(satu dokter) + pendaftaran)
1. VIP A 1.100.000 300.000 150.000 200.000 10.000
2. KELAS I 700.000 200.000 50.000 150.000 10.000
3. KELAS II 300.000 40.000 7.500 110.000 10.000
4. KELAS III 270.000 36.000 6.750 99.000 10.000

3. Pengarahan dan Pengawasan


Untuk pengarahan dan pengawasan keuangan mengenai
pembiayaan di ruangan langsung diarahkan dan diawasi oleh pihak
terkait yaitu pihak keuangan sentral yang ada di Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah.

C. MATERIAL (M3)
1. Perencanaan
a. Wawancara : Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas
inventaris di ruang Gandasturi didapatkan bahwa perencanaan
sarana dan prasarana baik peralatan medis maupun non medis yang

57
ada di ruang Gandasturi telah direncanakan sesuai dengan
kebutuhan yang ada di ruangan untuk menunjang kualitas dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien di ruang Gandasturi.
b. Observasi : Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang
Gandasturi yaitu inventaris ruang Gandasturi mengecek seluruh
sarana dan prasarana yang ada di ruangan secara rutin lalu merekap
semua sarana dan prasarana yang rusak, yang habis dipakai dan lain
sebagainya. Sehingga petugas inventaris mengamprah sarana dan
prasarana yang kurang di ruangan agar dapat memenuhi sarana dan
prasarana untuk menunjang dalam pemberian asuhan keperawatan
yang ada di ruangan. Di ruang Gandasturi tempat meletakkan
peralatan medis sudah tertata rapi dilemari dan berisi label.
2. Pengorganisasian
Untuk meningkatkan pelayanan perawatan di ruang Gandasturi dan
tercapainya visi dan misi ruang Gandasturi yaitu menjadikan lanjut usia
dengan kualitas hidup yang baik di rumah dan di masyarakat dalam
rangka Indonesia sehat di tahun 2019, maka ruangan memberikan
fasilitas berupa :
a. Fasilitas Pasien
Ruang Gandasturi merupakan ruang instalasi geriatri.
Fasilitas kamar untuk pasien yang ada di ruangan ini berbeda.
Berikut secara rinci fasilitas yang terdapat di Ruang Gandasturi

No. Ruang Nama Barang Jumlah Ket.

Bed + bantal + Baik


2
selimut
Meja pasien/bed Baik
2
side cabinet
Kursi penunggu 2 Baik

1 Klas I Standar infus 2 Baik

Meja makan 2 Baik

AC 1 Baik

Tempat sampah Baik


1
domestik

58
Nurse call 2 Baik

Bed + bantal + Baik


4
selimut
Meja pasien/bed Baik
4
side cabinet
Kursi penunggu 4 Baik

Standar infus 4 Baik


2 Klas II
Meja makan 4 Baik

AC 1 Baik

Tempat sampah Baik


1
domestik
Nurse call 4 Baik

Bed + bantal + Baik


3
selimut
Meja pasien/bed Baik
3
side cabinet
Kursi penunggu 3 Baik

Standar infus 3 Baik


Klas III / Baik
3 Meja makan 3
Intermediate
AC 1 Rusak

Tempat sampah Baik


1
domestik
Nurse call 3 Baik

Monitor 3 Baik

Bed + bantal + Baik


1
selimut
Meja pasien/bed Baik
1
side cabinet
Kursi penunggu 1 Baik

Standar infus 1 Baik


4 VIP C I
Meja makan 1 Baik

AC 1 Baik

Tempat sampah Baik


1
domestik
Nurse call 1 Baik

59
TV 1 Rusak

Sofa 2 Baik

Kulkas 1 Baik

Bed + bantal + Baik


1
selimut
Meja pasien/bed Baik
1
side cabinet
Kursi penunggu 1 Baik

Standar infus 1 Baik

Meja makan 1 Baik

5 VIP C II AC 1 Baik

Tempat sampah Baik


1
domestik
Nurse call 1 Baik

TV 1 Rusak

Sofa 2 Baik

Kulkas 1 Baik

Bed + bantal + Baik


1
selimut
Meja pasien/bed Baik
1
side cabinet
Kursi penunggu 1 Baik

Standar infus 1 Baik

Meja makan 1 Baik

6 VIP C III AC 1 Baik

Tempat sampah Baik


1
domestik
Nurse call 1 Baik

TV 1 Baik

Sofa 2 Baik

Kulkas 1 Baik

Bed + bantal + Baik


7 VIP C IV 1
selimut

60
Meja pasien/bed Baik
1
side cabinet
Kursi penunggu 1 Baik

Standar infus 1 Baik

Meja makan 1 Baik

AC 1 Baik

Tempat sampah Baik


1
domestik
Nurse call 1 Baik

TV 1 Rusak

Sofa 1 Baik

Kulkas 1 Baik

b. Inventaris Peralatan Kesehatan

Nama Alat Medis Satuan Jumlah


Termometer Buah 2

Stetocope dewasa Buah 4

Slim zuiqer Buah 2

Tensimeter Buah 2

Bed side monitor Buah 3

Tabung O2 besar Buah 2

Tabung O2 kecil Buah 2

Set rawat luka Buah 6

Troly emergency Buah 1

Troly lepas Buah 2

Troly obat Buah 1

61
Wool suction Buah 3

Humudifier Buah 12

Urinal Buah 7

Pispot Buah 3

Timbangan dewasa Buah 1

Standar infus Buah 13

Kupet sedang Buah 1

Kupet panjang Buah 1

Tong spatel Buah 7

Gunting perban Buah 1

Bengkok Buah 4

Nebulizer Buah 2

Amubag dewasa Buah 1

Syringe pump Buah 5

Infusion pump Buah 2

EKG 12 chanel Buah 1

Blood warmer Buah 1

Uropharingial tube (gudel) Buah 4

Blass spuit Buah 1

Sentral monitor Buah 3

Laringocope Buah 1

62
Reflek harmer Buah 1

Humidifier with flow meter Buah 12

Alat/lampu baca foto Buah 1 (rusak)

Brancard dengan pengaman Buah 1

Kursi roda Buah 2

Torniquet Buah 2

Bed dengan pengaman Buah 13

Bed side kabinet (almari pasien) Buah 13

Over bed table (meja pasien) Buah 13

Suction mobile Buah 2

Mortir Buah 1

c. Inventaris Peralatan Non Medis

No Nama Alat Kantor dan Satuan Jumlah


Rumah Tangga

1. Almari kayu Buah 11

2. Loker kayu Buah 1

3. Kulkas kecil Buah 5

4. Meja pertemuan Buah 1

5. Pesawat telpon Buah 2

6. Meja kerja kayu Buah 2

7. Meja resepsionis Buah 1

63
8. Almari tanam Buah -

9. Kereta cucian Buah 1

10. Troly swalayan Buah 1

11. AC Buah 11

12. Almari obat sentral Buah 2

13. Kulkas besar Buah 1

14. Plato Buah 12

15. Jam dinding Buah 2

16. Kursi chitos Buah 14

17. Tangga lipat aluminium Buah 1

18. APAR Buah 1

19. Waskop stenles memandikan Buah 6

20. Ember plastic besar Buah 2

21. Ember tempat sampah Buah 10

22. Lukisan/gambar bunga Buah 5

23. Tankai pel, MOP Tornado Buah 2

24. Komputer Buah 2

25. Laptop Buah 1

26. Meja laptop Buah 1

27. Meja komputer Buah 2

28. Tape recorder Buah 1

64
29. Double bucket Buah 1

30. Kompor gas Buah 1

31. Tong sampah domestic beroda Buah 1

32. Tong sampah infeksius beroda Buah 1

33. Rak piring stainles Buah 1

34. Televisi LCD 21 in Buah 4 (rusak 3)

35. Dispenser Buah -

36. Kipas Angin Buah 1

37. Meja kaca Buah 1

38. Sofa penunggu Buah 2

d. Inventaris Alat Tenun


Nama Barang Jumlah Ket.

Laken 3 lusin Baik

Sarung bantal 3 lusin Baik

Selimut 3 lusin Baik

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala CSSD RSUP Sanglah


didapatkan hasil bahwa setiap ruangan hanya diberikan set rawat luka
sebanyak 3 far. Dimana maksud dari 3 far itu sendiri yaitu ada 9 alat (3
digunakan untuk pasien, 3 untuk persediaan dan 3 lagi masih di proses
atau di simpan di CSSD). Sedangkan untuk kebutuhan linen di ruang
Gandasturi selama seminggu dari tanggal 24 – 29 Desember sangat
mencukupi, dikarenakan pasien yang sedikit dan tidak setiap hari ganti
linen. Jika terdapat linen yang kotor, dihitung di ruangan terlebih dahulu
kemudian dicatat di form amprah linen, kemudian dibawa ke binatu.
Setelah itu linen yang bersih dari binatu akan kembali ke ruangan..Di

65
ruang gandasturi terdapat 4 kamar VIP C, tetapi hanya satu yang bisa
digunakan yaitu VIP C III, sedangkan VIP C I, VIP C II, VIP C IV tidak
bisa digunakan karena TVnya rusak.
3. Administrasi Penunjang
Sarana dan prasarana di ruang rawat inap Gandasturi sudah cukup
baik. Fasilitas seperti 1 kamar mandi di ruang klas 1, klas 2, klas 3, VIP
C I, VIP C II, VIP C III, VIP C IV. Sehingga total ada 7 kamar mandi
di ruang perawatan. Selain itu terdapat juga 1 kamar mandi di dekat
ruang obat dan 1 kamar mandi lagi di dekat administrasi tetapi rusak.
Untuk ventilasi udara, klas I terdapat 7 jendela, klas II terdapat 9
jendela, VIP C IV terdapat 1 jendela, untuk ruangan lainnya terdapat 2
jendela yang kondisinya cukup baik, serta terdapat juga AC disetiap
ruangan. Setiap pagi dan sore ruangan dibersihkan oleh petugas CS.
4. Pengadaan Barang
a. Sistem pengadaan barang
Pengadaan barang berupa alat kesehatan di Ruang
Gandasturi dilakukan setiap satu tahun sekali. Namun proses
pengajuan dimulai dari 2 tahun sebelum barang datang. Inventaris
mulai mengisi blangko apa yang diperlukan di ruangan dikarenakan
pengajuan yang begitu lama. Alur pengadaan barang yang dilakukan
oleh Ruang Gandasturi adalah membuat daftar barang yang
dibutuhkan oleh ruangan, kemudian mengisi blanko pengadaan
barang, lalu blanko yang telah diisi dan ditanda tangani oleh kepala
ruangan diserahkan ke bagian coordinator, jika sudah ditanda
tangani oleh kepala instalasi lalu ajukan blanko tersebut ke bagian
Sarana & Prasarana (pengadaan) RSUP Sanglah, yang kemudian
akan dilakukan pengecekan ulang apakah daftar permintaan barang
yang telah diajukan sesuai dengan kebutuhan ruangan, jika sudah
diterima dan ditanda tangani oleh bagian pengadaan barang maka
barang yang diamprah akan diproses kemudian akan diberikan ke
ruangan. Untuk pengadaan barang medis dan non medis dilakukan
setiap sebulan sekali oleh inventaris ruangan. Barang yang diajukan

66
ke bagian sarana sama dengan barang yang dating dan tidak pernah
keliru ataupun tertukar, karena sudah dicek terlebih dahulu.
b. Sistem maintenance barang
Sistem maintenance barang merupakan sebuah pekerjaan
yang dilakukan secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki
fasilitas yang ada sehingga sesuai dengan standar fungsional dan
kualitas. Sistem maintenance barang yang dilakukan oleh Ruang
Gandasturi yaitu dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan cara
melaporkan barang, sarana, atau prasarana yang rusak ke bagian
Sarana RSUP Sanglah dengan membawa kelengkapan berkas –
berkas barang, sarana, atau prasarana yang rusak yang kemudian
akan diputuskan oleh Bagian Sarana RSUP Sanglah. Jika terdapat
alat kesehatan yang rusak seperti tensimeter, bagian inventaris
ruangan akan melakukan pengajuan barang rusak kemudian dibawa
ke bagian sarana RSUP Sanglah, nanti barang yang bisa diperbaiki
akan dikembalikan ke ruangan, sedangkan barang yang tidak bisa
diperbaiki harus dilakukan pemusnahan.
c. Sistem pemusnahan barang
Pemusnahan barang merupakan proses kegiatan yang
bertujuan untuk menghilangkan atau mengeluarkan barang – barang
tersebut karena sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang
diharapkan oleh ruangan. Sistem pemusnahan barang di Ruang
Gandasturi RSUP Sanglah dilakukan setiap 3 bulan sekali. Bila
terdapat barang medis yang rusak dan sudah tidak dapat dipakai dan
diperbaiki lagi, akan dilaporkan ke bagian IPPM (Instalasi
Pemeliharaan Perawatan Medis). Begitu juga untuk barang non
medis dilaporkan kepada pada bagian Sarana RSUP Sanglah. Bagian
Sarana RSUP Sanglah akan memberikan blangko Apkir untuk
dilengkapi sebagai data barang yang akan dimusnahkan. Selanjutnya
ruangan menunggu kapan pihak dari Sarana RSUP Sanglah
mengambil barang yang bersangkutan tersebut.

67
5. Pengarahan
Dalam pengarahan sarana dan prasarana berdasarkan hasil
wawancara yang telah dilakukan bahwa pengarahan diberikan langsung
oleh pihak sarana dan prasarana sentral RSUP Sanglah, serta Kepala
Ruangan yang ada di ruang Gandasturi.
6. Pengawasan
Pengawasan sarana dan prasarana di ruang Gandasturi dilakukan
langsung oleh petugas inventaris yang berada di ruangan serta diawasi
langsung oleh Kepala Ruangan setiap harinya untuk meningkatkan mutu
asuhan keperawatan yang ada di ruang Gandasturi.

68
D. MARKETING (M4)

69
E. METHOD (M5)
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat di ruangan di
dapatkan bahwa Ruang Gandasturi menggunakan metode Perawat
Primer. Perawat primer bertanggung jawab mulai klien masuk sampai
pulang, dimana perawat primer bertangungjawab untuk mengadakan
komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan
dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Pada saat
tidak bertugas perawat primer lain bertindak sebagai perawat asosiet. Di
Ruang Gandasturi sendiri terbagi menjadi 2 PP yaitu PP 1 bertugas di
kamar VIP dan kamar 1 sedangkan PP 2 bertugas di kamar 2 dan 3.
Namun, sesekali saat jumlah pasien mengalami peningkatan maka akan
diterapkan metode perawat primer modifikasi dimana perawat primer
juga akan merangkap menjadi perawat asosiet.
2. Staffing
a. Wawancara : berdasarkan hasil wawancara dengan karu atau yang
mewakili mengatakan bahwa perencanaan dalam metode
keperawatan di Ruang Gandasturi yaitu menggunakan metode
perawat primer (PP) sesuai dengan struktur organisasi yang ada di
ruangan. Namun, sesekali saat jumlah pasien mengalami
peningkatan amak metode yang dipakai adalah metode perawat
primer modifikasi dimana perawat primer juga akan merangkap
menjadi perawat asosiet.
b. Observasi : berdasarkan hasil observasi selama 1 minggu praktik di
Ruang Gandasturi sudah terlihat bahwa Ruang Gandasturi
menggunakan metode perawat primer (PP), dimana di ruang ini
dibagi menjadi 2 PP yaitu PP 1 bertugas untuk kamar VIP dan kamar
1 sedangkan PP 2 bertugas di kamar 2 dan 3. Saat pengamatan
selama praktik terlihat bahwa metode perawat primer telah
dilakukan sesuai dengan struktur yang sudah ada.

73
3. Pengarahan
a Ronde Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara dalam perencanaan
dilaksanakannya ronde keperawatan dan RDK (Refleksi Diskusi
Kasus) yang biasa dilakukan setiap 3 bulan sekali. Namun sesuai
buku ronde keperawatan Ruang Gandasturi terakhir diadakannya
Ronde Keperawatan yaitu pada bulan Maret 2018. Selain itu terdapat
juga jenis pengarahan. Selain itu terdapat pula program pengarahn
rutin dari instalansi geriatric yang dilakukan di Ruang Gandasturi
yang disebut dengan CGA (Comprehensive Geriatric Assessment)
dilakukan setiap minggu di hari selasa, adapun sistem dari CGA
(Comprehensive Geriatric Assessment) ini hampir sama dengan
ronde keperawatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan karu dan
perawat lainnya menyatakan bahwa CGA (Comprehensive Geriatric
Assessment) ini bisa disamakan dengan ronde keperawatan dan di
programkan untuk dilakukan setiap minggu dihari selasanya
b Pengelolaan Sentralisasi Obat
Dalam perencanaan pengelolaan sentralisasi obat di Ruang
Gandasturi yaitu setelah dilakukan peresepan obat yang diberikan
setelah dokter yang bersangkutan melakukan visite. Setelah dokter
menuliskan resep untuk pasien maka dokter akan langsung
melakukan pengamprahan obat untuk hari itu di depo sentral RSUP
Sanglah melalui computer yang tersedia diruangan. Jika data telah
diproses oleh depo maka akan muncul tanda hijau, setelah muncul
tanda hijau tersebut maka obat akan diambil ke depo. Berdasarkan
hasil pengamatan dan wawancara selama praktik untuk pengambilan
obat sendiri biasanya diambil oleh CS yang bertugas diruangan atau
langsung diambil oleh perawat yang bertugas di Ruang Gandasturi.
Selanjutnya, setelah obat diambil di depo sesampainya diruangan
maka obat tersebut akan langsung diperiksa oleh perawat
kesesuaiannya dengan resep dokter yang diamprah sebelumnya.

74
Berdasarkan hasil wawacara dan observasi dalam sentralisasi
obat akan dilakukan pemisahan obat berdasarkan nama pasien, bed
serta ruangan pasien. Obat oral, obat injeksi dan obat high alert juga
diletakkan di tempat yang berbeda yang telah disediakan dengan
tanda nomor kamar da nama pasien. Perencanaan dalam pemberian
obat pada pasien akan dilakukan di ruang persiapan dan SOP dalam
pemberian obat sesuai dengan prinsip 6B (benar pasien, benar jenis
obat, benar nama obat, benar dosis obat, cara pemberian dan
dokumentasi).
c Perencanaan Penerimaan Pasien Baru
Dalam perencanaan penerimaan pasien baru di Ruang
Gandasturi berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan atau
yang mewakili mengatakan bahwa setiap pasien baru yang masuk ke
Ruang Gandasturi akan dilakukan orientasi pasien baru secara lisan
dan sudah terdapat standar operasional penerimaan pasien baru sesuai
dengan lembar orientasi yang ada. Penerimaan pasien langsung
dilakukan di ruang perawat dari perawat UGD/ICU, Poliklinik ke
perawat ruangan.
d Discharge Planning
Discharge planning sudah dilakukan di Ruang Gandasturi,
adapun discharge planning yang dilakukan yaitu mengenai waktu
kontrol kembali dan obat-obatan yang harus diminum di rumah,
aktifitas dan istirahat, keterangan istirahat. Pasien juga mendapatkan
HE tentang cara perawatan di rumah dan pencegahan kekambuhan
penyakit. Biasanya HE yang diberikan secara lisan. Pasien yang akan
keluar dari rumah sakit dibuatkan ringkasan keluar (resume) yang
disimpan di rekam medis pasien.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan dimana
pemberian discharge planning sudah dilakukan dengan baik di dalam
Ruang Gandasturi dan sudah sesuai dengan penerapan MPKP.

75
4. Pengawasan
Dalam pengawasan method di Ruang Gandasturi diawasi langsung
oleh Koordinator Pelayanan Instalasi Geriatri bersama dengan Kepala
Ruangan Gandasturi. Pengawasan dilakukan setiap hari baik pada saat
pemberian asuhan keperawatan ataupun dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan.

IV. ANALISA SWOT


Bobot X
No Analisis SWOT Bobot Rating Selisih
Rating

1. M1 (Man)
a. Internal Faktor (IFAS) Strength
/ Kekuatan :
1. adanya perencanaan visi misi 0.3 3 0.9
yang jelas
2. Mempunyai tenaga keperawatan
yang bertanggungjawab serta
berkompeten.
2. Kinerja ketua tim yang sudah 0.2 2 0.4
kompeten dengan tugas –
tugasnya.
3. Staff keperawatan yang
0.2 2 0.4
mengikuti seminar atau
pelatihan sudah merata dan
rutin dilakukan setiap bulan
0.3 3 0.9

S-W
Total 1 2.6 2.6 – 1 =
1,6
b. Weakness / Kelemahan :

76
1. Terdapat tenaga keperawatan 0,4 3 0,4
dengan pendidikan Ners
Keperawatan yaitu 2 orang.

0,2 0,6
2. Perawat primer merangkap
menjadi perwat associet

3. tenaga keperawatan yang


0,3 3 0,9
dibutuhkan tidak sebanding
dengan jumlah pasien

Total 1 1

c. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity / Peluang :
1. Adanya institusi pendidikan 0.3 4 1.2
yang memberikan kesempatan
bagi para perawat untuk
melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
2. Adanya kerjasama dengan 0.4 4 1.6

institusi pendidikan atau


institusi kesehatan yang
memberikan kesempatan untuk
mengikuti pelatihan.
3. Adanya kebijakan pemerintah 0.3 2 0.6

tentang profesionalisme
Perawat.

Total 1 3.4 O–T

77
d. Threatened / Ancaman : 3.4 – 2,3
0.3 2 0.6
1. Adanya tuntutan tinggi dari = 1, 1
masyarakat untuk pelayanan
yang lebih professional.
2. Makin tingginya kesadaran 0.2 3 0.6
masyarakat dalam pengobatan.
3. Makin tinggi kesadaran 0.2 1 0.2
masyarakat akan pentingnya
kesehatan.
4. Persaingan antar RS yang 0.3 3 0.9
semakin kuat.
Total 1 2.3
2. M2 (Money)
a. Internal Faktor (IFAS) Strength
/ Kekuatan
1. Rata-rata biaya rawat inap 0.4 3 1.2
pasien ditanggung oleh BPJS.
2. Pendanaan pelayanan
kesehatan, pemeriksaan, dan 0.3 3 0.9
perawatan sudah diatur secara
sentral oleh rumah sakit
3. Adanya pemberian jasa 0.3 2 0.6

pelayanan perawat.
S–W=
Total 1 2.7
2.7 – 2 =
b. Weakness / Kelemahan
1 2 2 0,7
1. Aliran pendanaan untuk ruang
Gandasturi diatur oleh pusat
sehingga prosedur pengadaan
fasilitas membutuhkan waktu
yang relative lama.

78
Total 1 2

c. Eksternal factor (EFAS)


Opportunity
1. Semakin meningkatnya 1 3 3
kebutuhan pelayanan
kesehatan masyarakat. O–T=
Total 1 3
3–2=1
d. Threatened / Ancaman
1 2 2
1. Adanya keterlambatan
pembayaran dari pihak II
Total 1 2

3. M3 (Material)
a. Internal Factor (IFAS) Strength /
Kekuatan
1. Pengadaan alat-alat medis
yang habis pakai dilasanakan 0.25 4 1
selama 1 bulan sekali dan
pengadaan alat-alat medis tidak
habis pakai dilaksanakan
selama 1 tahun sekali

0.20 3 0.6
2. Pengecekan dan pemeliharaan
peralatan medis secara rutin
dilakukan setiap 3 bulan sekali
dan 1 tahun sekali
0.30 2 0.6
3. Tersedia peralatan untuk
menunjang proses pelayanan.

0.25 3 0.75
4. Pemberian label sudah

79
dilakukan secara optimal. S–W=
Total 1 2.95
2.95 –2

b. Weakness/Kelemahan = 0.95

1. Alat yang tersedia sudah dapat 0.5 4 2


dioperasikan, namun belum
optimal karna ada beberapa alat
yang rusak
2. Pengadaan barang ke ruangan
membutuhkan waktu lama yaitu 0.5 2 1
selama 2 tahun sebelum barang
dating

Total 1 3

80
c. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya pengadaan sarana dan 0.5 3 1.5
prasarana yang rusak dari
bagian pengadaan barang.
2. Adanya kesempatan 0.5 3 0.75
menambah anggaran untuk
pembelian barang-barang yang
mengalami kerusakan

O–T=
2.75 – 1
Total 1 2.75
= 1, 75
d. Threatened / Ancaman
1. Terdapat tuntutan yang tinggi 0.5 2 1
dari masyarakat dalam
memperoleh perawatan yang
optimal.
0.25 3 0.25
2. Adanya tuntutan dari
masyarakat dalam penggantian
linen yang kotor.
3. Adanya tuntutan tinggi dari 0.25 3 0.75
masyarakat untuk pengadaan
alat yang canggih dalam
penunjang diagnostik.
Total 1 2
4. M4 (Marketing)
a. Internal Factor (IFAS) Strength /
Kekuatan
0.4 2 0.8
1. Pemasaran bangsal sudah
diatur secara sentral oleh
bagian Humas RSUP Sanglah

81
2. RSUP Sanglah merupakan 0.3 2 0,6
rumah sakit rujukan utama
untuk daerah Bali, NTT, dan
NTB

3. Berdasarkan hasil perhitungan


BOR (Bed Occupancy Rate ) di 0,3 2 0,6
ruang gandasturi dari tanggal
1-27 desember didapatkan hasil
yang sudah memenuhi standar
(66%) dengan standar menurut
Depkes RI (60-85%)

Total 1 2.6 S–W=


2.6 – 0=
b. Weakness / Kelemahan :
0 0 0 0,4
-

Total 0 0

c. Eksternal faktor (EFAS)


Opportunity:
1. RSUP Sanglah melayani
1 3 3
pasien BPJS.
O–T=
Total 1 3
3–3=0
d. Threatened / Ancaman
1. Adanya persaingan dengan
1 3 3
rumah sakit swasta.
Total 1 3

5. M5 (Method) MAKP

82
a. Internal Factor (IFAS) Strength /
Kekuatan 0.2 3 0.6

1. Memiliki standar asuhan


keperawatan.
0.1 2 0.2
2. Pelaksanaan peran dan tugas
dari PP sudah terlaksana
terlaksana dengan maksimal
0.1 2 0.2
3. Tersedianya resume
keperawatan untuk pasien
pindah ruang perawatan.
0.1 3 0.6
4. Adanya kemampuan dari
perawat untuk memberikan
pendidikan kesehatan pasien
dan keluarga.
5. Sudah dilakukam pengamatan

83
kinerja masing-masing PP.
5. Terdapat ruang untuk tempat
0.1 3 0.3
lemari sentralisasi obat di
Ruang Gandasturi
6. Format dokumentasi asuhan
0.1 4 0.4
keperawatan, catatan medis dan
catatan keperawatan pasien
diletakkan dalam satu rekam
medis.
7. Sudah memiliki SOP untuk 0.2 2 0.4

setiap tindakan keperawatan


0.1 2 0,1
8. Ronde keperawatan untuk ruang
Gandasturi dilakukan selama 3
bulan sekali dan di ruang
gandasturi terdapat system
CGA (Comprehensive Geriatri S–W=
Assement ) yang fungsinya 2.8 –
sama seperti Ronde yang 2.4= 0.4
dilakukan setiap 1 bulan sekali
Total 1 2.8

b. Weakness / Kelemahan.
1. Sentralisasi penyimpanan obat
belum dipisahkan antara 0.5 4 2

tempat obat BPJS dan obat


Umum.

Total 1 2

84
c. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity
0.2 2 0.4
1. Adanya misi rumah sakit
memberikan pelayanan
kesehatan yang profesional

85
dan bermutu.
2. Terdapat program supervisi di
0.2 3 0.6
ruangan.
3. Adanya kerjasama dengan
instansi pendidikan kesehatan
0.2 3 0.6
sehingga dapat memberikan
masukan dalam pelaksanaan
supervisi.
4. Adanya kerjasama yang baik
dengan instansi kesehatan 0.2 2 0.4

dalam meningkatkan proses


pengobatan.
5. Adanya peluang perawat untuk 0.2 3 0.6

meningkatkan
Pendidikan.
Total 1 2.6 O–T=
2.6 – 2.4
d. Threatened / Ancaman = 0.2
1. Adanya tuntutan masyarakat
0.2 2 0.4
yang semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan
keperawatan yang lebih
professional
2. Kebebasan pers 0.2 3 0.6

mengakibatkan mudahnya
penyebaran informasi di dalam
ruangan ke masyarakat
3. Adanya persaingan rumah sakit 0.2 3 0.6
yang menuntut pelayanan yang
lebih professional
4. Adanya tuntutan yang lebih 0.2 2 0.4
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional.
86
87
5. Meningkatnya kesadaran 0.2 2 0.4
masyarakat tentang tanggung
jawab dan tanggung gugat
perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan melalui
inform consent yang
disediakan.
Total 1 2.4

A. Interpretasi :
Berdasarkan hasil – hasil yang didapat dari analisis internal
dan eksternal pada table seperti dituliskan di atas, hasilnya
dapat dirangkum sebagai berikut:
 Skor Total Kekuatan = 2.6 + 2.7 + 2.95 + 2.6 + 2.8 = 13.65
 Skor Total Kelemahan = 1,6 + 2 + 3 + 0 + 2. = 8,6

 Skor Total Peluang = 3.4 + 3 + 2.75 + 3 + 2.6 = 14.75

 Skor Total Ancaman = 2.3 + 2 + 2 + 3 + 2.4 = 11.7


Dari total skor tersebut, maka dapat digambar matriks
SWOT. Sebelum menggambar matriks SWOT, terlebih dahulu
harus menentukan titik koordinatnya. Untuk mencari
koordinatnya, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

B. Koordinat x = Koordinat analisis Internal


= Skor total kekuatan - skor total kelemahan
= 13.65 – 7,6
= 5,05

C. Koordinat y = Koordinat analiisis Eksternal


= Skor total peluang - skor total ancaman
= 14,75 – 11.7
= 3.05

Jadi titik koordinatnya terletak pada (4,05 , 3,05)

88
Jika digambarkan dalam koordinat kartesius, maka akan diperoleh diagram seperti
gambar berikut :

5IFAS

Kuadra 4
Kuadran I
n (II-,+
) 3 ( +,+

0
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 EFA
-1

-2
Kuadran Kuadran IV
III( -,- ( -,+ )
) -3

-4

-5

Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa ruang Gandasturi terletak di


kuadran I. Kuadran I merupakan situasi yang menguntungkan, karena rumah sakit atau
ruangan memiliki peluang dan kekuatan yang baik dan bisa dioptimalkan dengan cara
meminimalisir segala kelemahan dan ancaman.
Strategi yang digunakan adalah mendukung strategi agresif yang bertujuan untuk
melakukan program serta meminimalisir kelemahan yang berasal dari sumber daya
manusia (pekerja). Cara yang digunakan antara lain :
1. Meningkatkan mutu pelayanan dengan memperbaiki dan mengembangkan sarana dan
prasarana yang ada.
2. Mengadakan pelatihan yang dikhususkan untuk para perawat dan tenaga kerja lainnya
untuk memperbaiki kualitas SDM.
3. Meningkatkan keamanan.

89
4. Menetapkan kebijakan baru yang mendukung perkembangan rumah sakit.

90
V. MASALAH DAN SOLUSI YANG DILAKUKAN KEPALA RUANGAN
Setelah dilakukan wawancara dengan salah satu perawat dan observasi
di Ruang Gandasturi didapatkan bahwa masalah yang ada di Ruang Gandasturi
adalah kurangnya tenaga keperawatan yang menempuh pendidikan setara S1
atau Ners. Untuk mengatasi permasalahan tersebut Kepala Ruangan Gandastri
rutin tiap tahunnya mengusulkan nama-nama perawat yang akan melanjutkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan diadakannya program ini
diharapkan kedepannya pelayanan di Ruang Gandasturi menjadi semakin lebih
baik.
Di Ruang Gandasturi tidak terdapat konflik baik antar perawat, perawat
dengan pasien, ataupun perawat dengan Kepala Ruangan. Jika seandainya
terdapat suatu masalah di ruang Gandasturi kedepannya, maka siasat yang akan
dilakukan adalah dengan pengumpulan data terlebih dahulu, kemudian
diklarifikasikan kebenarannya, dan selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh kepala
ruangan untuk mencarikan solusi. Dalam mencarikan solusi, sebisa mungkin
teori yang digunakan adalah win – win solution, yaitu dengan menguntungkan
kedua belah pihak yang mengalami konflik.

91
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah adalah rumah sakit yang terletak di
Jalan Diponegoro, Dauh Puri Klod, Denpasar Barat, Provinsi Bali. RSUP
Sanglah mulai dibangun pada tahun 1956 dan diresmikan pada tanggal 30
Desember 1959 dengan kapasitas 150 tempat tidur. Pada tahun 1962
bekerjasama dengan FK Unud sebagai RS Pendidikan. Pada tahun 1978
menjadi rumah sakit pendidikan tipe B dan sebagai Rumah Sakit Rujukan untuk
Bali, NTB, NTT, Timor Timur (SK Menkes RI No.134/1978). Seperti halnya
organisasi lain, RSUP Sanglah Denpasar juga memiliki visi sebagai arah yang
akan dituju, menjadi Rumah Sakit Unggulan dalam bidang Pelayanan,
Pendidikan dan Penelitian tingkat Nasional dan Internasional. Dalam
mewujudkan visi tersebut RSUP Sanglah dalam memberikan pelayanan selalu
berusaha dengan segala upaya agar pelayanannya prima sehingga dapat
memuaskan masyarakat yang membutuhkan pelayanan. Apalagi RSUP Sanglah
merupakan rumah sakit rujukan utama untuk wilayah Bali, NTB dan NTT.
Ruang Gandasturi merupakan salah satu ruang rawat inap di RSUP
Sanglah yang difokuskan untuk merawat pasien dengan masalah pada lansia.
Untuk M1 (Man) dalam perhitungan tenaga kerja di ruang Gandasturi
sudah memenuhi standar. Sedangkan untuk M2 (Money), uang merupakan
faktor penting dalam perencanaan manajemen pelayanan di rumah sakit. Untuk
pembiayaan perawatan di Ruang Geriatri tidak dikelola langsung oleh ruangan
melainkan dikelola langsung oleh loket sentral RSUP Sanglah. M3 (Material)
dalam memberikan pelayanan kesehatan peralatan sangat menjadi faktor
penting yang mendukung dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien. Di ruang Gandasturi peralatan kesehatan ataupun peralatan non medis
telah dilakukan perencanaan oleh petugas inventaris yang ada di ruangan.
M4 (Marketing), RSUP Sanglah merupakan rumah sakit rujukan utama
untuk wilayah Bali, NTB, dan NTT. Oleh karena itu, RSUP Sanglah jarang
melakukan pemasaran karena sudah dikenal oleh masyarakat secara luas,
sehingga ruang Gandasturi yang merupakan salah satu ruang khusus geriatri di

92
RSUP Sanglah tidak perlu melakukan pemasaran. Berdasarkan hasil
wawancara dengan kepala ruangan Gandasturi, untuk pemasaran secara
formalitas, dipegang langsung oleh bagian Humas yang dilakukan secara sentral
oleh RSUP Sanglah. Oleh karena itu, ruangan hanya perlu menunggu pasien
masuk. M5 (Method), di ruang Gandasturi menggunakan metode perawat
primer modifikasi yang dimana perawat professional maupun non professional
bekerjasama dalam memberikan asuhan keperawatan.
Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di
masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan
untuk mencapainya. Ruang Gandasturi dalam melakukan perencanaan memiliki
visi dan misi Ruang Gandasturi, rencana harian, rencana pengembangan staff
dan strategi operasional guna mencapai tujuan ingin dicapai.
Di dalam pengorganisasian di Ruang Gandasturi, di ruangan sudah
memiliki tugas sesuai dengan jabatannya. Struktur organisasi tersebut sudah
terpajang struktur di depan nurse station di ruang Gandasturi.
Pengarahan merupakan metode yang digunakan untuk memanajemen
organisasi, cara untuk berkomunikasi dan memberikan motivasi dalam
organisasi. Di ruang Gandasturi dalam memberikan pengarahan biasa dilakukan
pada saat morning briefing yang dimana Kepala Ruangan sebelum staffnya
melakukan kegiatan memberikan asuhan keperawatan, Kepala Ruangan
memberikan pengarahan kepada staff.
Pengawasan sangat penting dalam organisasi. Pengawasan di ruang
Gandasturi dilakukan langsung oleh Kepala Ruangan guna meningkatkan mutu
pelayanan ruangan.
Berdasarkan hasil analisis SWOT, ruang Gandasturi terletak di kuadran
I. Kuadran I merupakan situasi yang menguntungkan, karena rumah sakit atau
ruangan memiliki peluang dan kekuatan yang baik dan bisa dioptimalkan
dengan cara meminimalisir segala kelemahan dan ancaman.
Jika seandainya terdapat suatu masalah di ruang Gandasturi
kedepannya, maka siasat yang akan dilakukan adalah dengan pengumpulan data
terlebih dahulu, kemudian diklarifikasikan kebenarannya, dan selanjutnya akan
ditindaklanjuti oleh kepala ruangan untuk mencarikan solusi. Dalam

93
mencarikan solusi, sebisa mungkin teori yang digunakan adalah win – win
solution, yaitu dengan menguntungkan kedua belah pihak yang mengalami
konflik.

B. Saran
1. Bagi Akademisi (Institusi Pendidikan)
Berdasarkan data yang didapat penulis yang kemudian divalidasikan
antara teori dengan kenyataan praktis, diharapkan Institusi Pendidikan dapat
lebih meningkatkan dan memperbaharui teori ilmu tentang manajemen dan
kepemimpinan dalam keperawatan.
2. Bagi Praktisi (Institusi Rumah Sakit dan Ruangan Perawatan)
Diharapkan bagi perawat agar tidak hanya meningkatkan
keterampilan dalam memberikan praktik asuhan keperawatan (care giver),
tetapi juga meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam hal
manajerial (koordinator) baik dalam manajemen kasus atau mengorganisasi
pelayanan sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih baik tentang
ilmu keperawatan, serta dapat diaplikasikan untuk mengembangkan
kompetensi dalam keperawatan agar sehingga perawat dapat memberikan
asuhan keperawatan yang maksimal.

94
DAFTAR PUSTAKA

Capital Health, 2011, Quality Improvement Tool,


(http://www.cdha.nshealth.ca/quality/ihiTools.html )
Handoko, T.H.(2010). Pengantar manajemen.Yogyakarta : BPFE

Marquis, B & Huston. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan.

Jakarta: Salemba medika

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.


Sutrisno, Edy. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan ke-11.
Jakarta: Kencana Pranadamedia Group

Swanburg (2000). Pengantar kepemimpinan & manajemen keperawatan untuk


perawat klinis.Jakarta : EGC

Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. 2007. Introductory management and


leadership for nurses. Canada : Jones and Barlett Publishers.

Suarli, S. dan Bahtiar, Y. 2012. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan


Praktis. Jakarta: Erlangga

Suyanto. (2008). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di


Rumah Sakit. Jogjakarta : Mitra Cendikia Jogjakarta

Tappen (1995). Nursing leadership and management : Concepts & Practice.


Philadelphia :
F.A. Davis Company

Wijono, D. (2000). Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Teori, Strategi dan


Aplikasi.
Volume.1. Cetakan Kedua. Surabaya : Airlangga Unniversity Press.

95
Denpasar, Desember 2018

Nama Pembimbing / CI Mahasiswa

Cokorda Istri Inten Purwaningsih., SST

NIP. 196902151990032002

Nama Pembimbing / CT

Nengah Runiari.,S.Kp.,S.Pd.,M.Kep.,Sp.Mat

NIP.19720219199410200

96

Anda mungkin juga menyukai