Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seorang perawatan professional dalam merawat lanjut usia yang tidak ada harapan
mempunyai ketrampilan yang multi komplek. sesuai dengan peran yang dimiliki,
perawatan harus mampu memberikan pelayanan keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan klien lanjut usia dan harus menyelami perasaan-perasaan hidup dan mati.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia yang sedang menghadapi
sakarotul maut tidaklah selamanya muda, klien lanjut usia akan memberikan reaksi-reaksi
yang berbeda beda, bergantung kepada kepribadian dan cara klien lanjut usia menghadapi
hidup. tetapi bagaimanapun keadaan, situasi dan kondisinya perawat harus dapat
menguasai keadaan terutama terhadap keluarga klien lanjut usia. Biasanya, anggota
keluarga dalam keadaan krisis ini memerlukan perhatian perawatan karena kematian pada
seseorang dapat datang dengan berbagai cara, dapat terjadi secara tiba-tiba dan dapat pula
berlangsung berhari-hari. kadang- kadang sebelum ajal tiba klien lanjut usia ke hilangan
kesadarannya terlebih dahulu.
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO
yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984).Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan
terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.Karena peran perawat yang
konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia
mengantarkan pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai
fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin
sesuai dengan kondisinya.Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh
perawat.Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang
didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
Menurut Dadang Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan
krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus”.
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang
dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut
akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati,
harus selalu optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut. Jadi
walaupunb usia sudah lanjut, harus tetap menjaga kesehatan. Proses menua manusia
mengalami perubahan menuju ketergantungan fisik dan mental. Keluhan yang menyertai
proses menua menjadi tanda adanya penyakit, biasanya disertai dengan perasaan cemas,
depresi atau mengingkari penyakitnya. Apalagi penyakit stadium terminal (tinggal
menunggu ajal) dalam prediksi secara medis sering diartikan penderita tidak lama lagi
meninggal dunia. Keadaan ini menyebabkan lansia mengalami kecemasan menghadapi
kematian. Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif untuk meringankan
beban penderita, terutama terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Yang dimaksud
tindakan aktif antara lain mengurangi/menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta

1
memperbaiki aspek psikologis, sosial, dan spiritual.Tujuan perawatan paliatif adalah
mencapai kualitas hidup maksimal bagi si sakit (lanjut usia) dan keluarganya. Perawatan
paliatif tidak hanya diberikan kepada lanjut usia yang menjelang akhir hayatnya, tetapi
juga diberikan segera setelah didiagnosisoleh dokter bahwa lanjut usia tersebut menderita
penyakit yang tidak ada harapan untuk sembuh (mis., menderita kanker). Sebagian pasien
lanjut usia, pada suatu waktu akan menghadapi keadaan yang disebut “stadium paliatif”,
yaitu kondisi ketika pengobatan sudah tidak dapat menghasilkan kesembuhan. Biasanya
dokter memvonis pasien lanjut usia yang menderita penyakit yang mematikan (misal,
kanker, stroke, AIDS) juga mengalami penderitaan fisik, psikologis, sosial, kultural dan
spiritual.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang medis dan
keperawatan, memungkinkan diupayakan berbagai tindakan dan pelayanan yang dapat
mengurangi penderitaan pasien lanjut usia, sehingga kualitas hidup di akhir kehidupannya
tetap baik, tenang dan mengakhiri hayatnya dalam keadaan iman dan kematian yang
nyaman. Diperlukan pendekatan holistik yang dapat memperbaiki kualitas hidup klien
lanjut usia. Kualitas hidup adalah bebas dari segala sesuatu yang menimbulkan gejala,
nyeri, dan perasaan takut sehingga lebih menekankan rehabilitasi dari pada pengobatan
agar dapat menikmati kesenagngan selama akhir hidupnya. Sesuai arti harfiahnya, paliatif
bersifat meringankan, bukan menyembuhkan. Jadi, perawatan paliatif diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup dengan menumbuhkan semangat dan motivasi. Perawatan
ini merupakan pelayanan yang aktif dan menyeluruh yang dilakukan oleh satu tim dari
berbagai disiplin ilmu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari menjelang ajal ?
2. Apa pengertian sakaratul maut ?
3. Bagaimana ciri atau tanda klien menjelang ajal ?
4. Apa tanda-tanda psikosomatis kematian ?
5. Apa saja hak asasi pasien menjelang ajal ?
6. Bagaimana keperawatan paliatif pada pasien menjelang ajal ?
7. Bagaimana penatalaksanaan pasien menjelang ajal ?
8. Bagaiamana tindakan perawat saat menangani pasien sakaratul maut ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pasien menjelang ajal ?

2
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari menjelang ajal
2. Untuk mengetahui pengertian sakaratul maut
3. Untuk mengetahui ciri atau tanda klien menjelang ajal
4. Untuk mengetahui tanda-tanda psikosomatis kematian
5. Untuk mengetahui apa saja hak asasi pasien menjelang ajal
6. Untuk mengetahui keperawatan paliatif pada pasien menjelang ajal
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pasien menjelang ajal
8. Untuk mengetahui tindakan perawat saat menangani pasien sakaratul maut
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien menjelang ajal

D. MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:


a. Manfaat teoritis: Secara teoritis makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan
tentang materi Menjelang.
b. Manfaat praktis
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiwa dapat mengetahui dan memahami mengenai materi Menjelang Ajal.
2. Bagi Dosen
Dosen dapat menilai kinerja mahasiwa dalam pembuatan makalah khususnya
tentang materi menjelang ajal, serta dosen dapat memberikan materi bukan
hanya dengan teori tetapi juga dengan pemecahan masalah yang di tuangkan
dalam bentuk makalah.

E. METODE PENULISAN
Adapun metode penulisan dalam penulisan makalah ini adalah:
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah yang berjudul “menjelang
ajal” ini berdasarkan informasi didapat dari jaringan internet.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MENJELANG AJAL


Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan proses menuju
akhir. Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir dari
kehidupan manusia. Lahir, menjelang ajal dan kematian bersifat uiversal. Meskipun unik
bagi setiap individu, kejadian-kejadian tersebut bersifat normal dan merupakan proses
hidup yang diperlukan.

Sedangkan Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal
sehat tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat
disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan. Kondisi terminal adalah suatu
proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan
fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Rosa, 1969).

` Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap
ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya
kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan
penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai
memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta
kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut.
Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri,
kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.Semua hal tersebut
menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak
(Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase
akhir dari rentang kehidupan. Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan
proses menuju akhir. Pengertian sakit gawat adalah suatu keadaan sakit, yang klien lanjut
usia tidak dapat lagi atau tidak ada harapan lagi untuk sembuh. Pengertian kematian/ mati

4
adalah apa bila seseorang tidak lagi teraba denyut nadinya, tudak bernafas selama
beberapa menit, dan tidak menunjukkan beberapa reflek, serta tidak ada kegiatan otak.
Penyebab kematian :
1. Penyakit
a. Keganasan (karsinoma hati, paru, mammae
b. Penyakit kronis, misalnya: CVD (cerebrovascular diseases), CRF
(chronic renal failure (gagal ginjal), Diabetes militus (ganggua),
MCI (myocard infarct (gangguan kardiovaskuler), COPD (chronic
obstruction pulmonary diseases).
2. Kecelakaan (hematoma epidural)

B. SAKARATUL MAUT
1. Pengertian Sakaratul Maut Menurut Medis
Menurut medis sakaratul maut (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang
menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
Atau Sakaratul maut merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian merupakan
kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respons terhadap
stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak atau terhentinya fungsi
jantung dan paru secara menetap. Sakartul maut dan kematian merupakan dua istilah
yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan suatu fenomena tersendiri. kematian lebih
kearah suatu proses, sedangkan sakaratul maut merupakan akhir dari hidup.
Maksud sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan himpitan kekuatan kematian
yang mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya.
Orang yang menghadapi sakaratul maut akan memperlihatkan tingkah laku yang
khas, antara lain :
a) Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai
pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung
hidung yang terasa dingin dan lembabz
b) Kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat
c) Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat

5
d) Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes
e) Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa
nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan
bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang
tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima.
2. Proses Sakaratul Maut
a. >7 – 9 Menit
Penghubung ke otak mulai mati.
b. >1 – 4 Jam
Rigor Mortis (fase dimana keseluruhan otot di tubuh menjadi kaku) membuat otot kaku
n rambut berdiri, kesannya rambut tetap tumbuh setelah mati.
c. >4 – 6 Jam
Rigor Mortis terus beraksi. Darah yang berkumpul lalu mati dan warna kulit
menghitam.
d. >6 Jam
Otot masih berkontraksi. Proses penghancuran, seperti efek alkohol masih berjalan.
e. >8 Jam
Suhu tubuh langsung menurun drastis.
f. >24 – 72 Jam
Isi perut membusuk oleh mikroba dan pankreas mulai mencerna dirinya sendir
g. >36 – 48 Jam
Rigor Mortis berhenti, tubuh anda selentur penari balerina.
h. >3 – 5 Hari
Pembusukan mengakibatkan luka skala besar, darah menetes keluar dari mulut dan
hidung.
i. >8 – 10 Hari
Warna tubuh berubah dari hijau ke merah sejalan dengan membusuknya darah.
j. >Beberapa Minggu
Rambut, kuku dan gigi dengan mudahnya terlepas.
k. >Satu Bulan
Kulit Anda mulai mencair.

6
l. >Satu Tahun
Tidak ada lagi yang tersisa dari tubuh Anda. Anda yang sewaktu hidupnya cantik,
gagah, ganteng, kaya dan berkuasa, sekarang hanyalah tumpukan tulang-belulang yang
menyedihkan.
m. Mengingat mati bukan utk menakut-nakuti tp utk dijadikan pelajaran spy kita menjadi
insan yg lebih baik lagi & Takut pada Tuhan.
Manusia tidak perlu sombong, tiap2 yg hidup pasti mati
Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak
dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita
menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Rasa sakit sakaratul maut dialami
setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan
tingkat keimanan seseorang selama ia hidup.

3. Tanda Tanda Sakratul Maut


Ciri-ciri orang yang sedang mengalami sakaratul maut dengan kematian normal (Bukan
karena kecelakaan):

a) Nafasnya cepat dan dangkal (agak mirip orang yang sedang lari marathon) dan agak
mendengkur;
b) Suhu tubuh tiba-tiba naik diikuti frekuensi denyut jantung yang semakin cepat, lalu
kemudian menjadi dingin diikuti menurunnya frekuensi denyut nadi;
c) Mengalami perasaan resah dan gelisah yang sangat disertai bercucurannya keringat;
d) Tangannya kebiru-biruan, mendinginnya sekujur tubuh yang dimulai dari bagian kaki
lalu seluruh tubuh;
e) Sering gelisah dan bagi org yng sakit biasanya tidak bisa berbaring dengan tenang seolah
ada yg mengganggu.
f) Kira2 10 jam sblm meninggal, nafas mnjd berat skli, dan rahangnya turun krn sdh tdk kuat
mnahan.
g). Pada saat itu pula, kaki mulai dingin seiring dengan proses naza.
h). Nafas smkn berat dan diakhiri dgn hembusan terakhir.

7
C. CIRI ATAU TANDA KLIEN MENJELANG AJAL
Tanda-tanda kematian terbagi ke dalam tiga tahap yakni menjelang kematian,saat kematian
dan setelah kematian

1. Mendekati kematian

Tanda-tanda fisik menjelang kematian meliputi

a. Penurunan tonus otot


a) Gerakan ekstermitas berangsur-angsur menghilang, khususnya pada kaki dan
ujung kaki
b) Sulit berbicara
c) Tubuh semakin lemah
d) Aktifitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit
e) Otot rahang dan muka mengendur
f) Rahang bawah cenderung turun
g) Sulit menelan,reflek gerakan menurun
h) Mata sedikit terbuka
b. Sirkulasi melemah
a) Suhu tubuh pasien tinggi,tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung pasien terasa
dingin dan lembab
b) Kulit ekstermitas dan ujung hidung tampak kebiruan, kelabu, atau pucat
c) Nadi mulai tidak teratur, lemah, dan cepat
d) Tekanan darah menurun
e) Peredaran darah perifer berhenti
c. Kegagalan fungsi sensorik
a) Sensasi nyeri menurun atau hilang
b) Pandangan mata kabur/ berkabut
c) Kemampuan indra berangsur-angur menurun
d) Sensasi panas,lapar,dingin, dan tajam menurun
d. Penurunan/ kegagalan fungsi pernafasan
a) Mengorok (death rattle ) bunyi nafas terdengar kasar
b) Pernafasan tidak teratur dan berlangung melalui mulut

8
c) Pernafasan Cheyne stokes
Variasi-variasi tingkat kesadaran dapat dilihat sebelum kematian, kadang-kadang klien
tetap sadar sampai meninggal. Pendengaran merupakan sensori terakhir yang berfungsi
sebelum meninggal.

2. Saat kematian
a. Terhentinya pernafasan,Nadi, tekanan darah, dan fungsi otak (tidak berfungsinya
paru, jantung dan otak )
b. Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
c. Hilangnya control atas sfingter kandung kemih dan rectum (inkontinensia) akibat
peredaran darah terhambat ; kaki dan ujung hidung menjadi dingin
d. Hilangnya kemampuan panca indra; hanya indra pendengaran yang paling lama
dapat berfungsi
e. Adanya garis datar pada mesin elektroenselofgrafi menunjukan terhentinya aktifitas
listrik otak untuk penilaian pasti suatu kematian
3. Setelah kematian

Perubahan Tubuh Setelah Kematian, akan terjadi :

a. Rigor mortis (kaku) dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, karena adanya
kekurangan ATP (Adenosin Trypospat) yang tidak dapat disintesa akibat kurangnya
glikogen dalam tubuh. Proses rigor mortis dimulai dari organ-organ involuntery,
kemudian menjalar pada leher, kepala, tubuh dan bagian ekstremitas, akan berakhir
kurang lebih 96 jam setelah kematian.
b. Algor mortis (dingin), suhu tubuh perlahan-lahan turun 1 derajat celcius setiap jam
sampai mencapai suhu ruangan.
c. Post mortem decompotion, yaitu terjadi livor mortis (biru kehitaman) pada daerah
yang tertekan serta melunaknya jaringan yang dapat menimbulkan banyak bakteri.
Ini disebabkan karena sistem sirkulasi hilang, darah/sel-sel darah merah telah rusak
dan terjadi pelepasan HB.

Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk


tentang indikasi kematian, yaitu:

9
1. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.
2. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
3. Gambaran mendatar pada EKG.

D. TANDA-TANDA PSIKOSOMATIS KEMATIAN


Kematian adalah proses psiko-somatis yang melibatkan seluruh jiwa & raga pasien.
Kerna itu terdapat tanda-tanda psikis dan somatis yang menunjukkan bahwa moment
kematian itu telah makin mendekat. Berikut kita lihat beberapa dari antaranya. Sekitar dua
minggu menjelang kematian, pasien bisa memperlihatkan tanda tanda psikis berupa disorientasi
mental: kekacauan dan kekeliruan dalam daya pemikiran, perasaan dan pengamatannya. Ia bisa
mengalami tiga gejala berikut: ilusi,halusinasi dan delusi (AB, signs: 5). Ketiga gejala itu timbul
kerna kondisi mentalpasien yang makin menurun hingga ia kerap berada dalam kondisi setengah
sadar,seakan-akan setengah bermimpi. Ilusi adalah kesalahan dalam membaca/mentafsirkan kesan
atau stimulus indrawi eksternal. Misalnya: bunyi angin dipersepsi sebagai suara orang menangis,
harum parfum sebagai bau mayat, rasa gatal sebagai adanya serangga di balik selimut, ada cacing
kecil dalam gelas susu.
Dalam kehidupan normal, kita juga bisa mengalami ilusi indrawi semacam itu, namun
pada umumnya kita bisa segera melakukan koreksi atasnya. Dalam diri pasien yang terminal,
kemampuan untuk mengkoreksi-diri itu telah menurun/menghilang hingga ilusi itu bias sungguh
terasa sebagai real. Lain dari ilusi yang terjadi kerna stimulus indrawi eksternal, halusinasi adalah
produk internal imaginasi kita sendiri. Contoh dari bayangan/gambaran (image) yang halusioner
adalah gambaran-gambaran yang muncul saat kita bermimpi atau berada dalam pengaruh
narkoba. Mungkin kerna pengaruh obat penenang dan kegalauan emosional yang dirasakannya,
pasien sering nampak mendapat halusinasi tertentu: ia seakan-akan melihat atau berbicara dengan
orang-orang tertentu yang tidak ada di sekitarnya, termasuk juga berbicara/melihat orang-orang
yang sudah meninggal dunia. Beberapa orang yang menganut faham spiritisme (komunikasi
dengan roh) mentafsirkan gejala ini sebagai tersibaknya selubung antara alam fana dengan alam
baka. Persepsi halusioner ini bisa terungkap secara fisik juga: pasien menjadi tegang dan gelisah
(agitasi), ia menggerak-gerakan anggota badannya secara kacau tak menentu, seakan-akan seperti
hendak mengusir, menghindar atau menjangkau sesuatu; atau ia terengah-engah mencengkram
ujung seprai atau
selimutnya erat-erat.

10
E. HAK ASASI PASIEN MENJELANG AJAL
Lanjut usia berhak untuk diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai mati. Lanjut
usia,
1. Berhak untuk tetap merasa mempunyai harapan, meskipun fokusnya dapat saja
berubah.
2. Berhak untuk dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus harapan,
walaupun dapat berubah.
3. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang sudah
mendekat dengan cara sendiri.
4. Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai perawatannya.
5. Berhak untuk mengharapkan terus mendapat perhatian medis dan perawatan,
walaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan member rasa nyaman.
6. Berhak untuk tidak mati dalam kesepian.
7. Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri.
8. Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan.
9. Berhak untuk tidak ditipu.
10. Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluarganya dalam menerima
kematian.
11. Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat.
12. Berhak untuk mempertahankan individualis dan tidak dihakimi atas keputusan yang
mungkin saja bertentangan dengan orang lain.
13. Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan dan kerohanian.
14. Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian tubuh manusia akan di hormati sesudah
mati.

F. KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN MENJELANG AJAL


Bagan kepemimpinan pada perawatan paliatif tidak berbentuk kerucut,melainkan
lebih berbentuk lingkaran dengan pasien sebagai titik sentral. Kunci keberhasilan kerja
interdisiplin bergantung pada tanggung jawab setiap anggota tim, sesuai dengan kemahiran
dan spesialisasinya,sehingga setiap kali pimpinan berganti,tugas profesi masing masing

11
tidak akan terganggu. Keberhasilan keperawatan paliatif pada pasien lanjutusia satu akan
menjadi pengalaman dan akan meningkatkan kekuatan tim untuk upaya penanggulangan
gejala yang sama pada pasien yang lain. Tugas tim perawatan paliatif sebagai penyeimbang
di antara keduanya.keluarga pasien ( lanjut usia yang menderita kanker) adalah subjek
suasana tegang dan stress,baik fisik maupun secara psikologis, serta ketakutan dan
kekhawatiran kehilangan orang yang dicintainya. Dari pengamatan yang dilakukan,di
peroleh hasil bahwa sikap/kebutuhan keluarga adalah :
1. Ingin membantu lanjut usia sepenuhnya
2. Ingin mendapat informasi tentang kematian
3. Ingin selalu bersama lanjut usia
4. Ingin mendapatkan kepastian bahwa pasien tetap nyaman
5. Ingin mendapat informasi tentang perkembangan lanjutan usia
6. Ingin melepaskan/ mencurahkan isi hati
7. Ingin mendapatkan dukungan dan pendampingan anggota keluarga/ kerabat lain.
8. Ingin diterima,mendapat bimbingan,dan dukungan dari para petugas medis/ perawat.

Pengamatan tersebut di dukung dengan beberapa pernyataan,meyakinkan bahwa


keluarga menempatkan diri dalam posisi segalanya bagi lanjutan usia. Yang juga perlu di
selenggarakan adalah manajemen dalam keluarga,untuk mengatur giliran jaga,mengatur
pendanaan,memenuhi kebutuhan fasilitas lanjut usia,dan lain lain.Pada kenyataannya,lanjut
usia dapat di ajak diskusi untuk dimintai pertimbangannya. Dampak positifny adalah lanjut
usia merasa di anggap dan dihargai walaupun fisiknya tidak berdaya. Kelelahan fisik dan
psikis pada anggota keluarga sering mengakibatkan penurunan kualitas pelayanan perawatan
di rumah. Bila hal ini terjadi,sebaiknya untuk sementara waktu lanjut usia “di titipkan” di
rumah sakit member kesempatan kepada keluarga untuk beristirahat. Dukungan pada
keluarga saat masa sulit sangat penting,yaitu :
1. Pada saat perawatan
2. Pada saat mendekati kematian
3. Pada saat kematian
4. Pada saat masa duka

12
Beban sulit di rasa berat bila lanjut usia di rawat. Namun,hal tersebut akan
menimbulkan keseimbangan bila lanjut usia telah meninggalkan dan adanya rasa puas
karena keluarga telah member sesuatu yang paling berharga bagi lanjut usia.,termasuk
kehangatan keluarga. Kedekatan dengan lanjut usia akan tetap berkesan bagi keluarga yang
di tinggalkanya.
Hal yang terakhir ini terungkap pada saat kunjungan masa duka oleh anggota tim
perawatan paliatif. Silaturahmi dapat berlanjut dalam bentuk kesediaan keluarga lanjut usia
sebagai relawan. Dapat di simpulkan bahwa perawatan tim paliatif merupakan suatu proses
perawatan yang cukup kompleks. Pendekatan holistic (menyeluruh) terhadap lanjut usia
dengan mengikutsertakan keluarga lanjut usia akan menyentuh factor
fisik,psikis,sosial,spiritual,dan budaya pasien. Keberhasilan program tidak dapat di jamin
tanpa kemantapan dokter dan tim paliatif dalam kualitas ilmu,kualitas karya, dan kualitas
perilaku,serta pertimbangan etika dalam pelaksanaannya.

G. PENATALAKSANAAN PASIEN MENJELANG AJAL


1. Disiapkan sesuai agama dan kepercayaan. Pasien didampingi oleh keluarga dan
petugas. Usahakan pasien dalam keadaan bersih dan suasana tenang.
2. Keluarga pasien diberitahu secara bijaksana. Memberi penjelasan kepada keluarga
tentang keadaan pasien. Berikan bantuan kepada keluarga klien untuk kelancaran
pelaksanaan upacara keagamaan.

H. PENGARUH- PENGARUH KEMATIAN


1. Pengaruh kematian terhadap keluarga klien yang lanjut usia:
a. Bersikap kritis terhadap cara perawat
b. Keluarga dapat menerima kondisinya
c. Terputusnya komunikasi dengan orang yang menjelang maut
d. Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak dapat
mengatasi rasa sedih
e. Penglihatan tanggung jawab dan beban ekonomi
f. Keluarga menolak diagnosis. Penolakan tersebut dapat memperbesar bebab emosi
keluarga.

13
g. Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan

2. Pengaruh kematian terhadap tetangga / teman:


a. Simpati dan dukungan moral
b. Meremehkan / mencela kemampuan tim kesehatan

I. TIPE-TIPE PERJALANAN MENJELANG KEMATIAN

Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu:

1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang cepat
dari fase akut ke kronik
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada kondisi
penyakit yang kronik.
3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi pada
pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit
kronik dan telah berjalan lama.

J. TINDAKAN PERAWAT SAAT MENANGANI PASIEN SAKARATUL MAUT


Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya-upaya sebagai
berikut :
1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Tuhan.
Pada sakaratul maut perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada
Tuhan. Apabila kamu melihat seseorang menghadapi maut, hiburlah dia supaya
bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu.
2. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang
sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk
membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya
kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-
kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami
orang yang mengalami sakaratul maut,

14
3. Mengajarkannya atau mengingatkannya untuk mengucapkan doa.
Perawat dalam mengajarkan atau mengingatkanya untuk berdoa dapat dilakukan pada
pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang
terakhir.Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan
fisiknya juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan
meninggal dalam keadaan tenang . Perawat yang imannya sama dapat membimbing
pasien dengan membacakan doa.
4. Menghadapkannya ke arah kiblat bagi pasien muslim .
caranya jika ia berbaring,maka lambung kanannya diarahkan ke lantai. Disunnahkan
untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat. Sebenarnya
ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw. Hanya saja dalam
beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut.
Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat:
a. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya
dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia
menghadap kearah kiblat.
b. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke
kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang
paling benar. Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah
orang tersebut berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.
5. Mendo’akannya agar dosanya diampunin dan keluarga yang ditinggalkan dapat tabah.
Di samping berusaha memberikan sentuhan perawat perlu berkomunikasi terapeutik,
perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa
Tuhan Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendo’akan dan
menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.

K. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN MENJELANG AJAL

KASUS :
Ny.R adalah seorang wanita lemah keturunan Irlandia yang berusia 88 tahun. Suaminya,
meninggal 14 tahun yang lalu akibat cedera serebrovaskuler.Ny. P tinggal dirumahnya

15
bersama anaknya hingga satu tahun yang lalu. Pada saat itu ia didiagnosis kanker payudara
metastasis ,ia telah menjalani pembedahan, radiasi, dan kemoterapi. Pasien diinformasikan
bahwa harapan hidupnya hanya tinggal kurang dari setahun, pada suatu saat tiba-tiba
kondisinya menurun dan mengalami kondisi yang terminal, pasien mengalami penurunan
keyakinan terhadap tuhannya dan keluarganya pun mengalami kecemasan akan kondisi
terminal yg dihadapi klien

I. PENGKAJIAN

1. Problem Oksigenisasi : Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes,
sirkulasi perifer menurun, perubahan mental : Agitasi-gelisah, tekanan darah menurun,
hypoksia, akumulasi secret, dan nadi ireguler.
2. Problem Eliminasi : Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic,
kurang diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia
fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit (mis Ca Colon), retensi
urin, inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit
misalnya : Trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau
kondisi penyakit mis gagal ginjal.
3. Problem Nutrisi dan Cairan : Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun,
distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan
membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
4. Problem suhu : Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
5. Problem Sensori : Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati
kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan
berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun.
6. Problem nyeri : Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena,
klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan.
7. Problem Kulit dan Mobilitas : Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada
kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.

16
8. Masalah Psikologis : Klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak
respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis
lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri,
tidak mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan
komunikasi atau barrier komunikasi.
9. Perubahan Sosial-Spiritual : Klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi
terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai
kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai
jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang
dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.

II. DIAGNOSA
1. Ansietas (ketakutan individu, keluarga) yang berhubungan diperkirakan dengan situasi
yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan
kematian dan efek negatif pada gaya hidup.
2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
3. Perubahan proses keluarga yang berhubunga dengan gangguan kehidupan takut akan
hasil ( kematian ) dan lingkungannya penuh stres ( tempat perawatan )
4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang prifasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian

III. INTERVENSI (RENCANA KEPERAWATAN)


Dx. Keperwatan Tujuan Intervensi Rasional
Ansietas/ketakuta Setelah dilakukan 1. Bantu klien 1. Ansietas cendrung
n individu , tindakan untuk untuk memperburuk
keluarga yang keperwatan 2x 24 mengurangi masalah. Menjebak
berhubungan jam diharapkan ansietasnya. klien pada lingkaran
diperkirakan ansietas klien peningkatan ansietas

17
dengan situasi dapat teratasi tegang, emosional
yang tidak dengan kriteria dan nyeri fisik
dikenal, sifat dan hasil: 2. Kaji tingkat 2. Beberapa rasa takut
kondisi yang  Klien tidak ansietas klien : didasari oleh
tidak dapat cemas lagi. rencanakan informasi yang tidak
diperkirakan takut  Klien pernyuluhan bila akurat dan dapat
akan kematian memiliki tingkatnya dihilangkan denga
dan efek negatif suatu harapan rendah atau memberikan
pada pada gaya serta sedang. informasi akurat.
hidup. semangat Klien dengan ansietas
hidup. berat atauparah tidak
menyerap pelajaran.
3. Dorong keluarga 3. Pengungkapan
dan teman untuk memungkinkan untuk
mengungkapkan saling berbagi dan
ketakutan- memberiakn
ketakutan kesempatan untuk
mereka. memperbaiki konsep
yang tidak benar.

4. Berika klien dan 4. Menghargai klien


keluarga untuk koping efektif
kesempatan dan dapat menguatkan
penguatan renson koping positif
koping positif yang akan datang
Berduka yang Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Diskusi terbuka dan
berhubungan tindakan kesempatan pada jujur dapat membantu
penyakit terminal keperawatan 1x24 klien da keluarga klien dan anggota
dan kematian jam untuk keluarga menerima
yang akan berduka klien mengungkapkan dan mengatasi situasi
dihadapi dapat teratasi perasaan, dan respon mereka

18
penurunan fungsi, dengan kriteria didiskusikan terhdap situasi
perubahan konsep hasil: kehilangan tersebut.
diri dan menarik Klien penyakit secara terbuka ,
diri dari orang terminal merasa dan gali makna
lain tenang pribadi dari
menghadapi kehilangan.jelas
sakaratul maut. kan bahwa
berduka adalah
reaksi yang
umum dan sehat.

2. Berikan 2. Stategi koping fositif


dorongan membantu
penggunaan penerimaan dan
strategi koping pemecahan masalah.
positif yang
terbukti yang
memberikan
keberhasilan
pada masa lalu.
3. Berikan 3. Memfokuskan pada
dorongan pada atribut yang positif
klien untuk meningkatkan
mengekpresikan penerimaan diri dan
atribut diri yang penerimaan kematian
positif yang terjadi.

4. Bantu klien 4. Proses berduka,


mengatakan dan proses berkabung
menerima adaptif tidak dapat
kematian yang dimulai sampai

19
akan terjadi, kematian yang akan
jawab semua terjadi di terima.
pertanyaan
dengan jujur.
5. Tingkatkan 5. klien sakit terminal
harapan dengan paling menghargai
perawatan penuh tindakan keperawatan
perhatian, missal: Membantu
menghilangkan berdandan,
ketidak Mendukung fungsi
nyamanan dan kemandirian
dukungan
Perubahan proses Setelah dilakukan 1. Luangkan waktu 1. Kontak yang sering
keluarga yang tindakan bersama dan
berhubunga keperawatan keluarga atau mengkomuikasikan
dengan gangguan perubahan proses orang terdekat sikap perhatian dan
kehidupan takut keluarga dapat klien dan peduli dapat
akan hasil ( tertasi dengan tunjukkan membantu
kematian ) dan kriteria hasil: pengertian yang mengurangi
lingkungannya Stress keluarga empati. kecemasan dan
penuh stres ( terhadap meningkatkan
tempat perawatan gangguan pembelajaran.
) kehidupan klien 2. Izinkan keluarga 2. Saling berbagi
berkurang. klien atau orang memungkinkan
terdekat untuk perawat untuk
mengekspresika mengintifikasi
n perasaan, ketakutan dan
ketakutan dan kekhawatiran
kekawatiran. kemudian
merencanakan
intervensi untuk

20
mengatasinya.

3. Anjurkan untuk 3. Kunjungan dan


sering partisipasi yang
berkunjung dan sering dapat
berpartisipasi meningakatkan
dalam tindakan interaksi keluarga
peraataan. berkelanjutan.

4. Konsul dengan 4. Keluarga denagan


atau berikan masalah-masalh
rujukan seperti kebutuhan
kesumber financial , koping
komunitas dan yang tidak berhasil
sumber lainnya atau konflik yang
tidak selesai
memerlukan sumber-
sumber tambahan
untuk membantu
mempertahankankan
fungsi keluarga
Resiko terhadap Setelah dilakukan 1. Gali apakah 1. Bagi klien yang
distres spiritual tindakan klien mendapatkan nilai
yang keperawatan menginginkan tinggi pada do,a atau
berhubungan resiko distress untuk praktek spiritual
dengan spiritual dapat melaksanakan lainnya , praktek ini
perpisahan dari teratasi dengan ritual keagamaan dapat memberikan
system kriteria hasil: atau spiritual arti dan tujuan dan
pendukung Tidak terjadi yang diinginkan dapat menjadi sumber
keagamaan, distres spiritual. bila yang kenyamanan dan
kurang prifasi memberi kekuatan.

21
atau ketidak kesemptan pada 2. Menunjukkan sikap
mampuan diri klien untuk tak menilai dapat
dalam melakukannya. membantu
menghadapi 2. Ekspesikan mengurangi kesulitan
ancaman pengertrian dan klien dalam
kematian penerimaan anda mengekspresikan
tentang keyakinan dan
pentingnya prakteknya.
keyakinan dan
praktik religius 3. Privasi dan
atau spiritual ketenangan
klien. memberikan
3. Berikan prifasi lingkungan yang
dan ketenangan memudahkan refresi
untuk ritual dan perenungan.
spiritual sesuai
kebutuhan klien 4. Perawat meskipun
dapat yang tidak menganut
dilaksanakan. agama atau
4. Bila anda keyakinan yang sama
menginginkan dengan klien dapat
tawarkan untuk membantu klien
berdo’a bersama memenuhi kebutuhan
klien lainnya spritualnya
atau membaca
buku ke
agamaan

IV. IMPLEMENTASI

Hari/ No Implementasi Evaluasi Formatif TTD

22
Tanggal/ .

Jam Dx

Jumat 2/3/2017 1 Mengkaji tingkat ansietas Ds: Klien mengatakan


klien bahwa ia merasa takut untuk
08.30
menghadapi kematiannya
dan bertanya-tanya
mengenai keadaannya saat
ini

DO: Klien tampak gelisah


dan murung

I Membantu klien untuk DS: Klien menceritakan


mengurangi ansietasnya mengenai ketakutan yang
09.00
dirasakan saat in

DO: Klien masih tampak


gelisah dan resah

10.00 1,2,3 Mendorong keluarga dan DS: Keluarga klien


teman untuk mengatakan takut dan belum
mengungkapkan ketakutan- siap kehilangan anggota
ketakutan mereka. keluarganya

DS: Keluarga klien tampak


murung dan menanyakan
alternative yang bisa
dlakukan

10.10 I,3 Memberikan klien dan DS: Klien mengatakan


keluarga kesempatan dan merasa lebih nyaman
penguatan koping positif bersama keluarganya

DO: Keluarga klien tampak

23
semangat memberikan
motivasi

11.00 2 Membantu klien DS: Klien mengatakan


mengatakan dan menerima masih ingin hidup lebih lama
kematian yang akan terjadi,
DO: Klien melakkukan
jawab semua pertanyaan
tawar menawar mengenai
dengan jujur.
keadaan yang dialaminya

11.25 2 Meningkatkan harapan DS: Klien mengatakan


dengan perawatan penuh merasa lebih nyaman dengan
perhatian, menghilangkan perawatan yang diiberikan
ketidak nyamanan dan
DO:Klien tampak sedikit
dukungan
lebih lega

11.30 3 Menganjurkan untuk sering DS: Klien mengatakan


berkunjung dan senang dijenguk oleh
berpartisipasi dalam keluarganya
tindakan peraataan.
DO: Keluarga klien tampak
semangat menjenguk klien

11.45 3 Mengonsulkan dengan atau DS : Keluarga klien


berikan rujukan kesumber mengatakan bahwa tidak ada
komunitas dan sumber masalah lain yang menjadi
lainnya sumber dalam keregangan
rumah tangga

13.00 4 Menggali apakah klien DS: klien mengatakan lebih


menginginkan untuk senang untuk bermeditasi
melaksanakan ritual saat malam hari
keagamaan atau spiritual
DO: Klien melakukan
yang diinginkan bila yang

24
memberi meditasi selama 40 menit

14.00 4 Mengekspesikan DS: Klien mengatakan


pengerrian dan penerimaan memiliki kebiasaan
anda tentang pentingnya sembahyang sebelum tidur
keyakinan dan praktik
DO: Klien tampak khusuk
religius atau spiritual klien
saat sembahyang

Sabtu,4/3/2017 1 Mengkaji tingkat ansietas DS: Klien mengatakan


klien sudah merasa lebih tenang
08.30
DO: Klien tampak lebih
tenang daripada sebelumnya

09.00 1 Membantu klien untuk DS: Klien mengatakan


mengurangi ansietasnya merasa lebih tenang dan
sudah dapat menerima
keadaannya dan
mengungkapkan harapan
hidupnya

DO: klien sudah tidak


nampak gelisah lagi

10.00 1,3 Memberikan klien dan DS: Klien mengatakan


keluarga kesempatan dan merasa lebih nyaman
penguatan koping positif bersama keluarganya

DO: Keluarga klien tampak


semangat memberikan
motivasi

10.30 2 Membantu klien DS: Klien mengatakan


mengatakan dan menerima masih ingin hidup lebih lama
kematian yang akan terjadi,
DO: Klien melakkukan

25
jawab semua pertanyaan tawar menawar mengenai
dengan jujur. keadaan yang dialaminya

11.05 2 Meningkatkan harapan DS: Klien mengatakan


dengan perawatan penuh merasa lebih nyaman dengan
perhatian, menghilangkan perawatan yang diiberikan
ketidak nyamanan dan
DO:Klien tampak sedikit
dukungan
lebih lega

11.30 3 Menganjurkan untuk sering DS: Klien mengatakan


berkunjung dan senang dijenguk oleh
berpartisipasi dalam keluarganya
tindakan peraataan.
DO: Keluarga klien tampak
semangat menjenguk klien

V. EVALUASI

No. Hari/ No. Evaluasi TTD

Tanggal/ Dx

Jam

1 Minggu, 1 S: -Klien mengatakan sudah merasa lebih tenang


5/3/2017 dan sudah dapat menerima keadaannya dan
mengungkapkan harapan hidupnya

O: Klien tampak lebih tenang daripada


sebelumnya dan klien sudah terlihat tidak gelisah
lagi

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi

26
2 2 S:- Klien mengatakan masih ingin hidup lebih
lama, merasa lebih nyaman dengan perawatan
yang diiberikan

O: Klien melakkukan tawar menawar mengenai


keadaan yang dialaminya, Klien tampak sedikit
lebih lega.

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

3 3 S: Klien mengatakan merasa lebih nyaman


bersama keluarganya

Klien mengatakan senang dijenguk oleh


keluarganya.

O; Keluarga klien tampak semangat menjenguk


klien, Keluarga klien tampak semangat
memberikan motivasi

A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

4 4 S:- klien mengatakan lebih senang untuk


bermeditasi saat malam hari

- Klien mengatakan memiliki kebiasaan


sembahyang sebelum tidur

O: Klien melakukan meditasi selama 40 menit

Klien tampak khusuk saat sembahyang

27
A: Masalah Teratasi

P: Pertahankan intervensi

28
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit atau
sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses
kematian.
Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik,
psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga
berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien
terminal.
Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan
menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan
terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju
kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.
Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan,
kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup,
merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi.
Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada
kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan
psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.

B. SARAN
1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya
untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat
terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang
dan damai.
2. Ketika merawat klien menjelang ajal atau terminal, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.

29
3. erawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan klien
menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan untuk
mempertahankan kualitas hidup pasien.
4. Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu klien untuk
meraih kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang ajal
dan melakukan intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup, klien harus
dirawat dengan respek dan perhatian penuh. Dalam melakukan perawatan keluarga
dan orang terdekat klien harus dilibatkan, bimbingan dan konsultasi tentang
perawatan diperlukan.

30
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kompasiana.com/detra18/kebutuhan-dasar-manusia-ii-konsep-dan-asuhan-
keperawatan-pada-pasien-terminal-dan-menjelang-ajal_552bc1ae6ea834027a8b4616DepkesRI

Pusdiknakes. 995. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan dan Penyakit kronik dan
terminal Jakarta: Depkes RI.

Mubarak wahid iqbal.2013. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta,Buku Kedokteran egc

Cahyatin Nurul.2010. As-Sunnah,Solo,Dwi langga

31

Anda mungkin juga menyukai