Anda di halaman 1dari 10

1.

Latar Belakang Sejarah


Pada awal tahun 1990, para ekonomi telah mencoba untuk memasukkam manfaat
dan biaya sosial dalam model - model teori ekonomi mikro Neo-Klasik. Meskipun
mereka berusaha, manfaat dan biaya sosial di anggap sebagai anomali dan, sebagian
besar, diabaikan oleh mayoritas ekonom. Tetapi, kemajuan telah dilakukan dalam
analisis, pengukuran, serta penyajian masalah manfaat dan biaya sosial. Hari ini,
meskipun berada di luar arus utama ekonomi, ekonomi lingkungan dan manajemen
sumbr dya alam adalah subdisiplin yang aktif dalam ekonomi. Model akuntansi dasar
menggunakan teori ekonomi mikro untuk menentukan apa yang harus di masukkan dan
harus di keluarkan dari perhitngan akuntansi. Oleh karen itu, telah diabaikan secara
tradisional oleh teorotikus dan praktisi akuntansi.
Pada tahun 1960-an juga terdapat pertumbuhan dalam gerakan lingkungan etika
lebih banyak orang menyadari dampak dari industrilisasi pada kualitas dari udara, air,
dan tanah. Undang-undang di sahkan untuk melindungi sumber daya alam ini dan
mengendalikan pembuangan limbah beracun. Hukum menetapkan standar untuk emosi
polusi dan mengenakan denda kepada siapapun yang melanggarnya. Para perlaku bisnis
diminta untuk mengendalikan emisi polusi dan bekerja sama dengan pemerintah untuk
mengembangkan dan menggerakkan rencana untuk mengurangi polusi.
Dengan menetapkan undang-undang di bidang- bidang ini, pemerintah memaksa
individu dan para pelaku bisnis untuk menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan
sosial. Walaupun pelaksanaan undang - undang ini cenderung lemah, fakta bahwa
undang- undang tersebut ada dan mengenakan sanksi mendorong kepatuhan. Secara
bertahap, undang- undang tersebut telah membawa dampak positif.

2. Permasalahan Sosial Indonesia


Akuntansi sosial berkepentingan dengan identifikasi dan pengukuran manfaat sosial
dan biaya sosial. Untuk memahami perkembangan akuntansi sosial, sesoeorang harus
mengetahui bagaimana manfaat dan biaya sosial telah diperlakukan dimasa lalu. Model
akuntansi dasar (baik untuk tujuan keuangan dan manajerial) menggunakan teori

1
ekonomi mikro untuk menentukan apa yang harus dimasukkan atau dikeluarkan dari
perhitungan akuntansi. Dengan menetapkan undang-undang dibidang ini, pemerintah
memaksa individu dan para pelaku bisnis untuk menjadi lebih responsif terhadap
kebutuhan sosial. Walaupun pelaksanaan undang-undang ini cenderung lemah, fakta
bahwa undang-undang tersebut ada dan mengenakan sanksi mendorong kepatuhan.
Secara bertahap, undang-undang tersebut telah membawa dampak positif. Terdapat
banyak perusahaan yang peka akan lingkungan. Hal ini tampak dari munculnya akun-
akun yang terkait dengan kegiatan sosial pada laporan-laporan keuangannya.

3. Tanggapan Perusahaan
Sebelum tahun 1960-an, beberapa perusahaan telah dianggap sebagai “warga
Negara yang baik”. Perusahaan-perusahaan tersebut memperoleh reputasi ini dengan
menghasilka produk-produk berkualitas, memperlakukan pekerja dengan rasa hormat,
memberikan kontribusi kepada komunitas, atau membantu fakir miskin. Sejak tahun
1960-an, banyak perusahaan lain yang sebelumnya terkenal akan kepekaannya terhadap
kebutuhan sosial menjadi lebih responsif lagi secara sosial. Manajemen mungkin telah
menyadari bahwa perusahaan mereka adalah bagian dari komunitas, bahwa agar
perusahaan dapat bertahan hidup, komunitas harus menjadi tempat yang sehat untuk
hidup dan bekerja; serta bahwa orang-orang membutuhkan jaminan keuangan untuk
membeli barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan. Dipihak lain, banyak
perusahaan dan asosiasi industry berperang untuk mengubah peraturan pemerintah yang
baru atau mencoba untuk mengikisnya melalui ketidakpatuhan.
Dalam kasus ini, manajemen mungkin merasa bahwa beberapa dari peraturan
tersebut, seperti undang-undang perlindungan lingkungan, akan memiliki dampak
ekonomi negatif terhadap perusahaan mereka karena biaya untuk mematuhi undang-
undang tersebut jika tidak sesuai dengan manfaatnya. Secara keseluruhan, tingkat
tanggung jawab sosial yang diterima oleh perusahaan memerlukan keputusan yang
aktif. Manajemen harus memutuskan seberapa banyak polusi yang akan dihasilkan dan
seberapa banyak yang akan dibersihkan, siapa yang akan direkrut, seberapa baik kondisi

2
kerja akan ditingkatkan, dan seberapa banyak sumbangan yang akan diberikan kepada
kegiatan sosial.
Tanggapan Profesi Akuntan
Dengan diberlakukannya undang-undang yang menetapkan program-program sosial
pemerintah, beberapa akuntan merasa bahwa mereka sebaiknya menggunakan keahlian
mereka untuk mengukur efektivitas dari program tersebut. Secara ringkas, literatur awal
dari akuntansi sosial menyatakan bahwa para akuntan diperlukan untuk menghasilkan
data mengenai tanggung jawab perusahaan dan bahwa ada pihak-pihak lain yang
berkepentingan (selain perushaan) yang akan tertarik dengan data-data ini.
Literatur awal ini, bahkan tidak berkaitan dengan identifikasi pengukuran, dan
pelaporan data-data sosial. Selanjutnya, literatur tersebut mengembangkan suatu
kerangka kerja historis untuk akuntansi sosial, termasuk skema pelaporan dan audit
sosial aktual. Akuntansi sosial tidak diterima secara universal sebagai suatu bidang oleh
para akademisi atau praktisi, dan tidak semua orang percaya bahwa perusahaan harus
menghasilkan data akuntansi sosial.

4. Akuntansi Untuk Manfaat Dan Biaya Sosial


Menurut A. C Pigou, biaya sosial terdiri atas seluruh biaya untuk menghasilkan
suatu produk, tanpa memperdulikan siapa yang membayarnya. Biaya yang di bayarkan
oleh produsen di sebut sebagai biaya pribadi, selisih antara biaya sosial dan biaya
pribadi dapat disebabkan oleh banyak factor. Suatu perusahaan yang menimbulkan
polusi mengenakan biaya kepada masyarakat, tetapi perusahaan tersebut tidak
membayar biaya tersebut kepada masyarakat. Hal ini di sebut dengan non-ekonomi
eksternal. suatu situasi dimana seorang pekerja menderita sakit akibat pekerjaanya dan
tidak memperoleh kompensasi penuh dapat dianggap sebagai suatu eksploitasi terhadap
factor produksi.
Ketika akuntan mengukur manfaat pribadi (pendapatan) dan biaya pribadi (beban)
serta mengabaikan yang lainnya, mereka bersikap konsisten dengan teori ekonomi
tradisional.Gerakan kearah akuntansi sosial, sebagian besar, tardiri atas usaha-usaha
untuk memasukkan biaya sosial dan biaya sosial yang tidak terbagi ke dalam model
3
akuntansi.

4.1 Teori Akuntansi Sosial


Berdasarkan analisis Pigon dan gagasan mengenai suatu “kontrak sosial” K.V.
Ramanathan (1976) mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi atas
biaya dan manfaat sosial. Dalam pandangan Ramanathan, perusahaan memiliki suatu
kontrak tidak tertulis untuk menyediakan manfaat sosial neto kepada masyarakat.
Manfaat neto adalah selisih antara kontribusi suatu perusahaan kepada masyarakat
dengan kerugian yang di timbulkan oleh perusahaan tersebut kepada masyarakat
.meskipun ia menggunakan bahasa yang berbeda, Ramanathan pada dasarnya
mengatakan,menggunakan istilah Pigou,bahwa manfaat sosial sebaiknya melampaui
biaya sosial oleh karena itu perusahaan sebaiknya memberi kontribusi neto kepada
masyarakat .Ia yakin bahwa sebaiknya akuntan mengukur konstribusi historis neto
(yang merupakan analogi dari neraca) dan kontribusi tahunan neto dari suatu
perusahaan kepada masyarakat.
4.2 Pengukuran
Salah satu alasan utama dari lambatnya kemajuan akuntansi sosial adalah
kesulitan dalam mengukur kontribusi dan kerugian. Proses tersebut terdiri atas tiga
langkah, yaitu :
1. Menentukan siapa yang menyusun biaya dan manfaat sosial.
2. Mencoba untuk menguantifikasi seluruh pos yang relevan.
3. Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.

4.3 Menentukan Biaya dan Manfaat Sosial


Pigaou mendefinnisikan biaya sosial yang tidak di kompensasi sebagai non
ekonomi eksternal dan eksploitasi terhadap faktor-faktor produksi.Untuk
menerjamahkan definisi ini kedalam terminology operasional, mungkin lebih mudah
untuk mendefinisikan biaya sosial yang tidak di kompensasikan sebagai seluruh
kerugian yng di derita oleh manusia sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas ekonomi
untuk mana mereka tidak diberikan kompensasi secara penuh,sebagai contoh, polusi
udara dari suatu pabrik kertas yang menimbulkan dampak berbahaya terhadap kesehatan

4
orang-orang yang tinggal di dekat pabrik tersebut merupakan suatu kerugian.
Jelaslah, sistem nilai masyarakat factor penentu penting dari manfaat dan biaya
sosial.dengan mengasumsikan bahwa masalah nilai dapat diatasi dengan menggunakan
beberapa jenis standar masyarakat, masalah berikutnya adalah mengidentifikasikan
kontribusi dan kerugian secara spesifik.
Cara lain untuk mengidentifikasikan asal dari biaya dan manfaat sosial adalah
dengan memeriksa proses distribusi dan produksi perusahaan individual guna
mengidentifikasikan bagaimana kerugian dan kontribusi serta menentukan bagaimana
hal itu terjadi.jika satu bagian dari proses produksi dan distribusi di periksa mungkin
ditemukan produk sampingan yang negatif diciptakan bersama-sama dengan produk
yang berguna. pada titik ini dalam proses produksi biaya sosial ,seperti polusi udara dan
air.kemungkinan besar akan muncul yang mengarah pada dampak negative yang tidak
dikompensasikan terhadap umat manusia.

4.4 Kuantifikasi Terhadap Biaya Dan Manfaat


Ketika aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dan
kerugian serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka dampak pada manusia dapat
dihitung. Dampak tersebut dapat digolongkan sebagai langsung atau tidak langsung.
Dampatk langsung, misalnya penyakit paru-paru yang disebabkan oleh debu batu bara
yang terhitup oleh pekerja di tambang batu bara.Dampak tidak langsung adalah polusi
air yang mengotori dan dan mematikan ikan-ikan di dalamnya polusi tersebut dapat
mengakibatkan berupa hilangnya sumber makanan potensial (ikan), hilangnya
kesempatan untuk berekreasi (memancing, berenang,berperahu).Dan konsekuensi
estetika yang negative.Untuk mengukur kerugian yang sebenarnya, kehilangan yang
dialami oleh orang-orang sebagai akibat dari peristiwa-peristiwa itu harus dihitung.

Untuk mengukur suatu kerugian dibutuhkan informasi mengenai variabel-variabel


utama. Yaitu waktu dan dampak.
a) Waktu
Beberapa peristiwa yang menghasilkan biya sosial membutuhkan waktu beberapa
5
tahun untuk menimbulkan suatu akibat. Di dalam kasus paparna asbes pada tingkat
debu yang tetap, seorang pekerja harus bekerja sekitar 8 tahun untuk terkena
asbestosis (penyakit yng menimbulkan cacat dan kadang kala bersifat fatal) lebih
lanjut lagi dibutuhkan waktu bertahun-tahun dari paparan pertama sampai orang-
orang benar-benar terpengaruh oleh kerugian tersebut. Hal ini berlaku ketika
membahas mengenai dampak dari pulusi, salah alokasi sumber daya,penyakit akibat
pekerjaan, dan berbagai peristiwa lainnya.periode waktu antara paparan awal dengan
peristiwa yang menimbulkan kerugian serta manifestasi dari dampak yang buruk
disebut dengan periode “persiapan”. Dalam hal pengukuran, penting untuk
menentukan lamanya waktu tersebut. Dampak jangka panjang sebaiknyadiberikan
bobot yang berbeda dengan bobot jangka pendek.
b) Dampak
Orang-orang dapat dipengaruhi secara fisik ekonomi,psikologis dan sosial oleh
berbagai kerugian. Untuk mengukur biaya sosial tersebut perlu untuk
mengidentifikasikan kerugian - kerugian tersebut dan menguantifikasinya. Untuk
meneruskan contoh asbes, para pekerja pabrik asbes dapat terkena satu dari tiga
penyakit yang menimbulkan cacat dan bahkan sering bersifat fatal. Dalam suatu
studi, 50 persen dari seluruh pekerja pabrik asbes terkena salah satu dari penyakit
penyakit tersebut. Oleh karena itu kerugiannya adalah dampak dari biaya terkena
penyakit yang terkait dengan asbes dikurangi dengan kompensasi apapun diperoleh
pekerja dari perusahaan. Biaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai kerugian
ekonomi,fisik.psikologis,atau sosial.
c) Biaya ekonomi
Biaya-biaya ini meliputi tahihan pengobatan dan rumah sakit yang tidak
dikompensasi, hilangnya produktivitas, dan hilangnya pendapatan yang diderita oleh
pekerja.
d) Kerugian fisik
Para pekerja yang terkena penyakit yang berkaitan dengan asbes akan menderita
nafas yang pendek dan kemungkinan kematian prematur.

6
e) Kerugian psikologis
Para pekerja dapat merasa tidak cukup dan menjadi sedih karena kehilangan peran
sebagai penghasil pendapatan dalam keluarga, tidak mampu melakukan aktivitas -
aktivitas fisik, dan mengetahiu bahwa kematian dapat terjadi segera.
f) Kerugian sosial
Dalam keluarga pekerja, perubahan peran dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit
tersebut.Keluarga tersebut dapat menjadi begitu trauma, sehingga dapat terjadi
perpecahan.Berbagai konsekuensi sosial negative lainnya juga mungkin.Nilai
sekarng dari seluruh dampak ini bagaimanapun juga harus dihitung.

5. Pelaporan Kinerja Sosial


Kerangka kerja akuntansi sosial belum secara penuh dikembangkan dan terdapat
masalah pengukuran yang serius mengenai biaya dan manfaat. Meskipun demikian,
sejumlah penulis telah menyarankan agar perusahaan melaporkan kinerja akuntansi
sosialnya baik secara internal maupun secara eksternal. Pendekatan-pendekatan tersebut
meliputi :
5.1 Audit Sosial
Audit sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan
dari program-program yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan yang reguler.
Audit sosial bermanfaat bagi perusahaan dengan membuat para manajer menyadari
konsekuensi sosial dari beberapa tindakan mereka. Selain itu, audit semacam itu dapat
menyebabkan manajer mencoba untuk memperbaiki kinerja mereka dalam bidang-
bidang sosial dengan cara mengembangkan rencana kinerja sosial dan ukuran kinerja
yang didasarkan pada rencana itu. Audit sosial serupa dengan audit keuangan dalam hal
bahwa audit sosial mencoba untuk secara independen menganalisis suatu perusahaan
dan menilai kinerja. Setelah audit sosial diselesaikan, perusahaan harus memutuskan
apakah akan menginformasikannya ke publik.
5.2 Laporan-laporan Sosial
David Linowes telah mengembangkan laopran operasi sosio-ekonomi untuk
digunakan sebagai dasar untuk melaporkan informasi akuntansi sosial. Linowes
membagi laporannya kedalam tiga kategori : a) Hubungan dengan manusia, b)
7
Hubungan dengan lingkungan dan c) Hubungan dengan produk. Dalam laporan
Linowes, seluruh kontribusi dan kerugian harus dihitung secara moneter-sesuatu tang
telah terbukti sulit untuk dilakukan. Selain Linowes, Ralph Estes mengembangkan suatu
model yang menggunakan perspektif Pigou mengenai manfaat dan biaya sosial. Ia
menghitung manfaat sosial sebagai seluruh kontribusi kepada masyarakat yang berasal
dari operasi perusahaan. Estes mempertimbangkan modelnya sebagai suatu laporan
konseptual yang dapat digunakan secara internal oleh manajemen dalam menilai
manfaat neto perusahaan bagi masyarakat.
5.3 Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
Banyak perusahaan menerbitkan laporan tahunan kepada pemegang saham yang
berisi beberapa informasi sosial. Ditemukan bahwa secara umum, jumlah perusahaan
yng mengungkapkan informasi sosial dan jumlah pengungkapan meningkat dengan
stabil. Sekitar 90 persen dari perusahaan yang termasuk dalam laporan tahunan bersifat
sukarela dan selektif, dapat diargumentasikan bahwa informasi tersebut memiliki nilai
yang dipertanyakan dan seseorang tidak dapat menilai kinerja sosial dari perusahaan
tersebut berdasarkan laporan tahunannya.
5.4 Perkembangan luar negeri
Perusahaan-perusahaan Eropa sudah mempelopori pengungkapan informasi sosial,
baik laporan khusus maupun laporan tahunan. Contohnya Prancis yang mengeluarkan
UU yang mengharuskan perusahaan-perusahaan dengan jumlah karyawan yang banyak
untuk melaporkan pos-pos hubungan karyawan, yang didalamnya memuat :
a. Lapangan kerja
b. Gaji dan perubahan sosial
c. Kesehatan dan jaminan kerja
d. Kondisi kerja lainnya
e. Pelatihan
f. Hubungan industri
g. Pengaturan sosial lainnya yang relevan

Selain itu pelaporan model Eropa lainnya yaitu yang digunakan Deutsche Shell
(perusahaan minyak asal Jerman), dimana perusahaan ini lebih menekankan pada
hubungan perusahaan dengan karyawannya namun tetap memberikan informasi
mengenai sejumlah bidang lainnya yang berurusan dengan tanggungjawab sosial.
8
Di dalam laporan perusahaan Deutsche Shell terdapat laporan akun sosial dan
laporan nilai tambah yang keduanya berkaitan dengan kontribusi perusahaan terhadap
masyarakat. Laporan akun sosial adalah laporan yang melaporkan aktivitas-aktivitas
perusahaan yang memengaruhi para pemangku kepentingan perusahaan seperti
karyawan, investor, komunitas dan perusahaan itu sendiri (dalam pemeliharaan modal)
Sedangkan laporan nilai tambah dimaksudkan untuk menjelaskan peningkatan nilai
yang dikontribusikan perusahaan kepada masyarakat dengan cara menghasilkan produk
atau jasanya, selain itu juga menjelaskan sumber-sumber nilai dari perusahaan,
termasuk pendapatan penjualan, perubahan dalam persediaan dan aktiva yang dibangun
sendiri. Sedangkan bagian lainnya menjelaskan bagaimana nilai tersebut didistribusikan
kepada pemangku kepentingan perusahaan selain itu juga perusahaan mengambil pos-
pos dari laporan lainnya dan memasukkannya kedalam laporan niulai tambah.
Selain itu laporan tahunan dari perusahaan Deutsche Shell juga memasukan
penjelasan terhadap tujuan perusahaan yang beberapa diantaranya melampaui
kepentingan terhadap laba dan pangsa pasar. Dimana tujuannya berupa pertimbangan
kepentingan karyawan dan penghargaan terhadap keprihatinan konflik, tujuannya
tersebut dibagi kedalam sub-sub tujuan dan aktivitas dilaksanakan untuk mencapai
tujuan tersebut. Dilihat dari perkembangannya, perusahaaan-perusahaan Eropa telah
serius berusaha menggunakan laporan tahunan sebagai wahana untuk mengungkapkan
beberapa informasi sosial sedangkan perusahaan Amerika belum membuat komitmen
ini.
6. Arah Riset
Riset dalam akuntansi sosial sudah cukup ekstensif dan berfokus pada berbagai
subjek yang berkisar dari pengembangan kerangka kerja teoritis sampai menyurvei
pengguna potensial dari data akuntansi sosial. Studi mengenai kegunaan informasi
sosial bagi investor dapat dibagi menjadi dua bidang utama, yaitu:

a. Survey atas investor potensial


b. Pengujian empiris terhadap dampak pasar dari pengungkapan akuntansi sosial.
Studi mengenai reaksi pasar modal terhadap pengungkapan informasi sosial
menyarankan agar investor menyesuaikan perkiraan mereka terhadap pengungkapan

9
informasi akuntansi sosial. Tidak terdapat kesimpulan yang jelas dari riset mengenai
hubungan antara kinerja sosial, kinerja ekonomi, dan pengungkapan sosial
Sehingga riset masih perlu dilakukan dalam bidang-bidang yang telah dibahas dan
dalam aspek-aspek lainnya dari akuntansi sosial seperti menentukan pengguna potensial
dari informasi akuntansi sosial (selain investor) selain itu riset teoritis, empiris, dan
pragmatis dalam bidang pengukuran masih perlu dilakukan untuk mengembangkan
kemajuan utama dalam akuntansi sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan, 2010, Akuntansi Keperilakuan, Edisi 2, Salemba Empat,


Jakarta
Siegel, Gary, Helena Ramanauskas Marconi, 1989, Behavioral Accounting,
South Western Publishing Co, USA
Suartana, I Wayan, 2010, Akuntansi Keperilakuan, ANDI, Yogyakarta

10

Anda mungkin juga menyukai