Anda di halaman 1dari 18

Pendidikan mempunyai banyak pengertian, tetapi secara umum diterima sebagai suatu

perubahan perilaku. Tulisan ini dimaksudkan bukan untuk menganalisa teori yang ada dibalik
Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi), melainkan untuk memahami prinsip-prinsip
Pendidikan Orang Dewasa (atau yang biasa disingkat POD) yang dapat diterima. Prinsip-
prinsip yang disajikan di sini pada dasarnya sama dengan yang dikembangkan pada beberapa
pelatihan yang menggunakan metode instruksional, tetapi satu hal yang membedakan adalah
prinsip-prinsip POD lebih dikenal secara luas.

Prinsip-prinsip ini berkaitan dengan training (pelatihan) dan pendidikan, dan biasanya
diterapkan pada situasi kelas formal atau untuk sistem on the job training (magang). Tiap
bentuk pelatihan sebaiknya memuat sebanyak mungkin 9 prinsip yang di bawah ini. Supaya
kita mudah mengingatnya (9 prinsip tersebut), maka biasanya digunakn sistem jembatan
keledai atau istilah asingnya mnemonic, yaitu RAMP 2 FAME.

R = Recency
A = Appropriateness
M = Motivation
P = Primacy
2 = 2 – Way Communication
F = Feedback
A = Active Learning
M = Multi – Sense Learning
E = Excercise

Prinsip-prinsip ini dalam berbagai cara sangat penting, karena memungkinkan Anda
(pelatih) untuk menyiapkan satu sessi secara tepat dan memadai, menyajikan sessi secara
efektif dan efisien, juga memungkinkan anda melakukan evaluasi untuk sessi tersebut. Mari
kita coba lihat ide-ide yang melatarbelakangi istilah RAMP 2 FAME. Penting untuk dicatat
bahwa prinsip-prinsip ini tidak disajikan dalam satu urutan. Kedudukannya sama dalam satu
kaitan antar hubungan.

R – RECENCY

Hukum dari Recency menunjukkan kepada kita bahwa sesuatu yang dipelajari atau
diterima pada saat terakhir adalah yang paling diingat oleh peserta/partisipan. Ini
menunjukkan dua pengetian yang terpisah di dalam pendidikan. Pertama, berkaitan dengan
isi (materi) pada akhir sessi dan kedua berkaitan dengan sesuatu yang “segar” dalam ingatan
peserta. Pada aplikasi yang pertama, penting bagi pelatih untuk membuat ringkasan
(summary) sesering mungkin dan yakin bahwa pesan-pesan kunci/inti selalu ditekankan lagi
di akhir sessi. Pada aplikasi kedua, mengindikasikan kepada pelatih untuk membuat rencana
kaji ulang (review) per bagian di setiap presentasinya.

Faktor-faktor untuk pertimbangan tentang recency

 Usahakan agar tiap sessi yang diberikan berjangka waktu yang relatif pendek, tidak
lebih dari 20 menit (jika itu memungkinkan).
 Jika sessi lebih dari 20 menit, harus sering diringkas (direkap). Sessi yang lebih
panjangsebaiknya dibagi-bagi ke dalam sessi-sessi yang lebih pendek dengan
beberapa jeda sehingga anda dapat membuat ringkasan.
 Akhir dari tiap sessi merupakan suatu yang penting. Buatlah ringkasan/rekap dari
keseluruhan sessi dan beri penekanan pada pesan-pesan atau poin-poin kunci.

Upayakan agar peserta/partisipan tetap “sadar” kemana arah dan perkembangan dari belajar
mereka

A : APPROPRIATENES (Kesesuaian)

Hukum dari appropriatenes atau kesesuaian mengatakan kepada kita bahwa secara
keseluruhan, baik itu pelatihan, informasi, alat-alat bantu yang dipakai, studi kasus -studi
kasus, dan material-material lainnya harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta/partisipan.
Peserta akan mudah kehilangan motivasi jika pelatih gagal dalam mengupayakan agar materi
relevan dengan kebutuhan mereka. Selain itu, pelatih harus secara terus menerus memberi
kesempatan kepada peserta untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara informasi-
informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah diperolah peserta, sehingga kita
dapat menghilangkan kekhawatiran tentang sesuatu yang masih samar atau tidak diketahui.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan mengenai appropriateness:

 Pelatih harus secara jelas mengidentifikasi satu kebutuhan bagi peserta agar
mengambil bagian dalam pelatihan. Dengan kebutuhan yang teridentifikasi, pelatih
harus yakin bahwa sehala sesuatu yang berhubungan dengan sessi sesuai dengan
kebutuhan tersebut.
 Gunakan deskripsi, contoh-contoh atau ilustrasi-ilustrasi yang akrab (familiar) dengan
peserta.

M: MOTIVATION (motivasi)

Hukum dari motivasi mengatakan kepada kita bahwa pastisipan/peserta harus punya
keinginan untuk belajar, dia harus siap untuk belajar, dan harus punya alasan untuk belajar.
Pelatih menemukan bahwa jika peserta mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar atau
rasa keinginan untuk berhasil, dia akan lebih baik dibanding yang lainnya dalam belajar.
Pertama-tama karena motivasi dapat menciptakan lingkungan (atmosphere) belajar menjadi
menye-nangkan. Jika kita gagal menggunakan hukum kesesuaian (appropriateness) tersebut
dan mengabaikan untuk membuat material relevan, kita akan secara pasti akan kehilangan
motivasi peserta.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan mengenai motivasi:

 Material harus bermakna dan berharga bagi peserta, tidak hanya bagi pelatih
 Yang harus termotivasi bukan hanya peserta tetapi juga pelatih itu sendiri. Sebab jika
pelatih tidak termotivasi, pelatihan mungkin akan tidak menarik dan bahkan tidak
mencapai tujuan yang diinginkan.
 Seperti yang disebutkan dalam hukum kesesuaian (appropriateness), pelatih suatu
ketika perlu mengidentifikasi satu kebutuhan kenapa peserta datang ke pelatihan.
Pelatih biasanya dapat menciptakan motivasi dengan mengatakan bahwa sessi ini
dapat memenuhi kebutuhan peserta.
 Bergeraklah dari sisi tahu ke tidak tahu. Awali sessi dengan hal-hal atau poin-poin
yang sudah akrab atau familiar bagi peserta. Secara perlahan-lahan bangun dan
hubungkan poin-poin bersama sehingga setiap tahu kemana arah mereka di dalam
proses pelatihan.

P : PRIMACY (Menarik Perhatian di awal sessi)

Hukum dari primacy mengatakan kepada kita bahwa hal-hal yang pertama bagi peserta
biasanya dipelajari dengan baik, demikian pula dengan kesan pertama atau serangkaian
informasi yang diperoleh dari pelatih betul-betul sangat penting. Untuk alasan ini, ada
praktek yang bagus yaitu dengan memasukkan seluruh poin-poin kunci pada permulaan sessi.
Selama sessi berjalan, poin-poin kunci berkembang dan juga informasi-informasi lain yang
berkaitan. Hal yang termasuk dalam hukum primacy adalah fakta bahwa pada saat peserta
ditunjukkan bagaimana cara mengerjakan sesuatu, mereka harus ditunjukkan cara yang benar
di awalnya. Alasan untuk ini adalah bahwa kadang-kadang sangat sulit untuk “tidak
mengajari” peserta pada saat mereka membuat kesalahan di permulaan latihan.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan mengenai primacy:

 Sekali lagi, upayakan sessi-sessi diberikan dalam jangka waktu yang relatif singkat.
Sebaiknya sekitar 20 menit seperti yang disarankan dalam hukum recency.
 Permulaan sessi anda akan sangat penting. Seperti yang anda ketahui bahwa sebagian
banyak peserta akan mendengarkan, dan oleh karena itu buatlah semenarik mungkin
dan beri muatan informasi-informasi penting ke dalamnya.
 Usahakan agar peserta selalu “sadar” arah dan perkembangan dari belajarnya.
 Yakinkan peserta akan memperoleh hal-hal yang tepat pada saat anda pertama kali
meminta mereka melakukan sesuatu

2 : 2- WAY COMMUNICATION (Komunikasi 2 arah)

Hukum dari 2-way-communication atau komunikasi 2 arah secara jelas menekankan bahwa
proses pelatihan meliputi komunikasi dengan peserta, bukan pada mereka. Berbagai bentuk
penyajian sebaiknya menggunakan prinsip komunikasi 2 arah atau timbal balik. Ini tidak
harus bermakna bahwa seluruh sessi harus berbentuk diskusi, tetapi yang memungkinkan
terjadinya interaksi di antara pelatih/fasilitator dan peserta/partisipan.

Faktor-faktor untuk pertimbangan mengenai 2-way communication:

 Bahasa tubuh anda juga berkaitan dengan komunikasi 2 arah: anda harus merasa
yakin bahwa itu tidak bertentangan dengan apa yang anda katakan.
 Rencana sessi anda sebaiknya memiliki interaksi dengan siapa itu dirancang, yaitu tak
lain adalah peserta.

F: FEEDBACK (Umpan Balik)

Hukum dari feedback atau umpan balik menunjukkan kepada kita, baik fasilitator dan peserta
membutuhkan informasi satu sama lain. Fasilitator perlu mengetahui bahwa peserta
mengikuti dan tetap menaruh perhatian pada apa yang disampaikan, dan sebaliknya peserta
juga membutuhkan umpan balik sesuai dengan penampilan/kinerja mereka.

Penguatan juga membutuhkan umpan balik. Jika kita menghargai peserta (penguatan yang
positif) untuk melakukan hal-hal yang tepat, kita mempunyai kesempatan yang jauh lebih
besar agar mereka mengubah perilakunya seperti yang kita kehendaki. Waspada juga bahwa
terlalu banyak penguatan negatif mungkin akan menjauhkan kita memperoleh respon yang
kita harapakan.

Faktor-faktor untuk pertimbangan mengenai feedback:

 Peserta harus diuji (dites) secara berkala untuk umpan balik bagi fasilitator
 Pada saat peserta dites, mereka harus memperoleh umpan balik tentang penampilan
mereka sesegera mungkin.
 Tes bisa juga meliputi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan fasilitator secara berkala
mengenai kondisi kelompok
 Semua umpan balik tidak harus berupa yang positif, seperti yang dipercaya banyak
orang. Umpan balik positif hanya setengah dari itu dan hampir tidak bermanfaat tanpa
adanya umpan balik negatif
 Pada saat peserta berbuat atau berkata benar (misal menjawab pertanyaan), sebut atau
umumkan itu (di hadapan kelompok/peserta lain jika itu mungkin).
 Persiapkan penyajian anda sehingga ada penguatan positif yang terbangun di awal
sessi.
 Perhatikan betul-betul peserta yang memberi umpan balik positif (berbuat betul) sama
halnya kepada mereka yang memberi umpan balik negatif (melakukan kesalahan).

A : ACTIVE LEARNING (Belajar Aktif)

Hukum dari active learning menunjukkan kepada kita bahwa peserta belajar lebih giat jika
mereka secara aktif terlibat dalam proses pelatihan. Ingatkah satu peribahasa yang
mengatakan “Belajar Sambil Bekerja” ? Ini penting dalam pelatihan orang dewasa. Jika anda
ingin memerintahkan kepada peserta agar menulis laporan, jangan hanya memberitahu
mereka bagaimana itu harus dibuat tetapi berikan kesempatan agar mereka melakukannya.
Keuntungan lain dari ini adalah orang dewasa umumnya tidak terbiasa duduk seharian penuh
di ruangan kelas, oleh karena itu prinsip belajar aktif ini akan membantu mereka supaya tidak
jenuh.

Faktor-faktor untuk pertimbangan mengenai active learning:

 Gunakan latihan-latihan atau praktek selama memberikan instruksi


 Gunakan banyak pertanyaan selama memberikan instruksi
 Sebuah kuis cepat dapat digunakan supaya peserta tetap aktif
 Jika memungkinkan, biarkan peserta melakukan apa yang ada dalam instruksi

Jika peserta dibiarkan duduk dalam jangka waktu lama tanpa berpartisipasi atau diberi
pertanyaan-pertanyaan, kemungkinan mereka akan mengantuk /kehilangan perhatian.

M : MULTIPLE -SENSE LEARNING

Hukum dari multi- sense learning mengatakan bahwa belajar akan jauh lebih efektif jika
partisipan menggunakan lebih dari satu dari kelima inderanya. Jika anda memberitahu trainee
mengenai satu tipe baru sandwich mereka mungkin akan mengingatnya. Jika anda
membiarkan mereka menyentuh, mencium dan merasakannya dengan baik, tak ada jalan bagi
mereka untuk melupakannya.
Faktor-faktor untuk pertimbangan mengenai multiple-sense learning:
 Jika anda memberitah/mengatakan sesuatu kepada peserta, cobalah untuk
menunjukkannya dengan baik
 Gunakan sebanyak mungkin indera peserta jika itu perlu sebagai sarana belajar
mereka, tetapi jangan sampai lupa sasaran yang ingin dicapai
 Ketika menggunakan multiple-sense learning, anda harus yakin bahwa tidak sulit bagi
kelompok untuk mendengarnyaa, melihat dan menyentuh apapun yang anda inginkan.

Saya dengar dan saya lupa


Saya lihat dan saya ingat
Saya lakukan dan saya paham
(Confusius, 450 SM)

E. EXERCISE (Latihan)

Hukum dari latihan mengindikasikan bahwa sesuatu yang diulang-ulang adalah yang paling
diingat. Dengan membuat peserta melakukan latihan atau mengulang informasi yang
diberikan, kita dapat meningkatkan kemungkinan mereka semakin mampu mengingat
informasi yang sudah diberikan. Yang terbaik adalah jika pelatih menambah latihan atau
mengulangi pelajaran dengan mengulang informasi dalam berbagai cara yang berbeda.
Mungkin pelatih dapat membicarakan mengenai suatu proses baru, lalu menunjukkan
diagram/overhead, menunjukkan produk yang sudah jadi dan akhirnya minta kepada peserta
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Latihan juga menyangkut intensitas. Hukum dari
latihan juga mengacu pada pengulangan yang berarti atau belajar ulang.

Faktor-faktor untuk pertimbangan dalam exercise:

 Semakin sering trainee mengulang sesuatu, semakin mereka mengingat informasi


yang diberikan
 Dengan memberikan pertanyaan berulang-ulang kita meningkatkan latihan
 Peserta harus mengulang latihannya sendiri, tetapi mencatat tidak termasuk di
dalamnya
 Ringkaslah sesering mungkin karena ini bentuk lain dari latihan. Buatlah selalu
ringkasan saat menyimpulkan sessi
 Buat peserta selalu ingat secara berkala apa yang telah sidajikan sedemikian jauh
dalam presentasi
 Sering disebutkan bahwa tanpa beberapa bentuk latihan, peserta akan melupakan 1/4
dari yang mereka pelajari dalam 6 jam, 1/3 dalam 24 jam, dan sekitar 9 % dalam 6
minggu.

Kesimpulan

Prinsip-prinsip dari belajar berkaitan kepada pelatihan dan pendidikan. Prinsip-prinsip


tersebut digunakan di seluruh sektor/area, baik dalam ruang kelas atau sistem magang.
Prinsip-prinsip ini dapat digunakan kepada anak-anak dan remaja sebaik kepada orang
dewasa. Instruksi yang efektif harus menggunakan sebanyak mungkin prinsip-prinsip ini, jika
tidak keseluruhan-nya. Pada saat anda merencanakan satu sessi, lihat keseluruhan draft untuk
meyakinkan bahwa prinsip-prinsip telah digunakan dan jika tidak, mungkin perlu suatu revisi
(perbaikan).
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesadaran bahwa belajar adalah proses menjadi dirinya sendiri (process of becoming
person) bukan proses untuk dibentuk (process of beings haped) menurut kehendak orang lain,
membawa kesadaran yang lain bahwa kegiatan belajar harus melibatkan individu atau client
dalam proses pemikiran: apa yang mereka inginkan, apa yang dilakukan, menentukan dan
merencanakan serta melakukan tindakan apa saja yang perlu untuk memenuhi keinginan
tersebut. Inti dari pendidikan adalah menolong orang belajar bagaimana memikirkan diri
mereka sendiri, mengatur urusan kehidupan mereka sendiri untuk berkembang dan matang,
dengan mempertimbangkan bahwa mereka juga sebagai makhluk sosial.
Pada dasarnya "orang dewasa" memiliki banyak pengalaman baik dalam bidang
pekerjaannya maupun pengalaman lain dalam kehidupannnya. Tentu saja untuk menghadapi
peserta pendidikan yang pada umumnya adalah "orang dewasa" dibutuhkan suatu strategi dan
pendekatan yang berbeda dengan "pendidikan dan pelatihan" ala bangku sekolah, atau
pendidikan konvensional yang sering disebut dengan pendekatan Pedagogis. Dalam praktek
"pendekatan pedagogis" yang diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan seringkali tidak
cocok. Untuk itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih cocok dengan "kematangan",
"konsep diri" peserta dan "pengalaman peserta". Di dalam dunia pendidikan, strategi dan
pendekatan ini dikenal dengan "Pendidikan Orang Dewasa" (Adult Education).
Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A
Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat
itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para
ahli pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari andragogi atau pendidikan orang dewasa?
2. Apa karakteristik dari andragogi atau pendidikan orang dewasa?
3. Apa fungsi dan tujuan dari andragogi atau pendidikan orang dewasa?
4. Apa saja prinsip andragogi atau pendidikan orang dewasa?
5. Apa saja program dari pendidikan orang dewasa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari andragogi atau pendidikan orang dewasa.
2. Untuk mengetahui karakteristik dari andragogi atau pendidikan orang dewasa.
3. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari andragogi atau pendidikan orang dewasa.
4. Untuk mengetahui prinsip andragogi atau pendidikan orang dewasa.
5. Untuk mengetahui program apa saja dari pendidikan orang dewasa.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa


Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang
dewasa dan agogos berarti memimpin. Dapat juga dikatakan bahwa andragogi merupakan
suatu ilmu (science) dan seni (art) dalam membantu orang dewasa belajar (Knowles:1980).
Sedangkan istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah
"pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau
memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan
membimbing atau memimpin atau mengajar anak.
Perbedaan antara anak-anak dan dewasa dapat ditinjau dari 3 hal yaitu :
1. Usia, individu yang berumur lebih dari 16 tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan
kurang dari 16 tahun masih disebut anak-anak.
2. Ciri psikologis, individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, tidak selalu tergantung dengan
oranglain, bertanggung jawab, mandiri, berani mengambil resiko, mampu mengambil
keputusan merupakan ciri orang dewasa.
3. Ciri biologis, individu dikatakan dewasa apabila telah menunjukkan tanda-tanda kelamin
sekunder.
Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar
anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pelatihan bagi orang
dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Pada awalnya,
bahkan hingga sekarang, banyak praktek proses belajar dalam suatu pendidikan yang
ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-
cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan
anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pendidikan bagi orang dewasa.
Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu
mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi
belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan
bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training /
Teaching)
Menurut: UNESCO(Townsend Coles, 1977), pendidikan orang dewasa merupakan
keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan,metodenya baik
formal dan tidak, yang melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan semula di
sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap
dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya,
meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada
sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan
partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas.
Defenisi tersebut menekankan pencapaian perkembangan individu dan peningkatan
partisipasi sosial.
Sedangkan menurut Bryson, menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa adalah semua
aktifitas pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang
hanya menggunakan sebagian waktu dan tenaganya untuk mendapatkan tambahan
intelektual.
Menurut Reeves, et al, pendidikan orang dewasa adalah suatu usaha yang ditujukan
untuk pengembangan diri yang dilakukan individu tanpa paksaan legal, tanpa usaha
menjadikan bidang utama kegiatannya.
Pendidikan Orang Dewasa adalah suatu proses dimana orang-orang yang sudah memiliki
peran sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas belajar yang sistematik dan
berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai,
dan keterampilan. Beberapa tugas dilakukan dalam POD (Pendidikan Orang Dewasa). Tugas-
tugas yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan POD adalah :
1. Tugas sebagai guru (fasilitator)
2. Tugas sebagai pengembang program (Program Developer)
3. Tugas sebagai pengelola (administration)
4. Tugas sebagai konselor (Conselor)
B. Karakteristik Dari Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa
Beberapa karakteristik dari andragogi atau pendidikan orang dewasa adalah sebagai
berikut :
1. Memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
2. Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Orang dewasa termotivasi untuk belajar karena
ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan berprestasi secara personal, keputusan dan
perwujudan diri.
3. Banyak peranan dan tanggung jawab yang dimiliki. Menimbulkan persaingan terhadap
permintaan waktu antar setiap peranan yang ia miliki. Menyebabkan keterbatasan waktu
untuk belajar. Penting bagi pendidik orang dewasa untuk memiliki sensitifitas dan memahami
adanya persaingan penggunaan waktu.
4. Kurang percaya diri atas kemampuan diri yang mereka miliki untuk belajar kembali.
Kepercayaan – kepercayaan yang tidak benar tentang belajar, usia lanjut dan faktor fisik juga
dapat meningkatkan ketidakpercayaan diri orang dewasa untuk kembali belajar.
5. Pengalaman dan tujuan hidup orang dewasa lebih beragam daripada para pemuda. Dan hal
ini dapat dijadikan suatu kekuatan yang positif yang dapat dimanfaatkan melalui pertukaran
pengalaman dikalangan pembelajar orang dewasa.
6. Makna belajar bagi orang dewasa. Belajar adalah suatu proses mental yang terjadi dalam
benak seseorang yang melibatkan kegiatan berfikir. Bagi pendidikan orang dewasa melalui
pengalaman-pengalaman belajar makna belajar diberikan.

C. Fungsi Dan Tujuan Dari Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa


Fungsi dasar pendidikan orang dewasa adalah instruksi, konseling, dan perkembangan
program dan administrasi. Proses pengembangan program melibatkan penilaian pada
kebutuhan pelajar, membuat dan mengeksekusi keputusan yang diperlukan dalam aktivitas
belajar untuk memposisikan dan mengevaluasi hasil.
Keunikan dan keterpusatan fungsi pengembangan program dalam pendidikan orang
dewasa berasal dari perbedaan tujuan dan kebutuhan pendidik orang dewasa.
Sebuah upaya dilakukan untuk mempertemukan bermacam-macam perubahan individu
dan kebutuhan kelompok walaupun berupa program jangka pendek. Hal ini mengikuti
pernyataan bahwa pendidikan orang dewasa lebih distandarisasi seperti dalam program
remidi atau kesempatan kedua yang mensejajarkan kurikulum pendidikan remaja, dan fungsi
pengembangan program tidaklah begitu penting.
Pendidikan Orang Dewasa umumnya memiliki sasaran kelompok orang dewasa yang
beraneka ragam, baik usianya, tingkat pendidikannya. Lingkungan sosialnya, pelajarannya
dan lain-lain. Misalnya pendidikan keaksaraan Functional (Functional Literacy program)
warga belajrnya orang dewasa yang masuk buta huruf dan sering terdiri ekonominya msikin.
Sedang Pendidikan kepelatihan di industri / perkantiran warga belajarnya adalah para pekerja
maupun sifat yang umumnya tingat pendidikannya cukup tinggi dn kondisi ekonominya
cukup baik.
Tujuan POD dengan demikian beraneka ragam sesuai dengan permasalahannya , dan
sasarannya. Secara umum terdapat beberapa tujuan :
1. Tujuan POD bagi pengembang kecerdasan atau intelektual warga belajar
2. Tujuan POD bagi aktualisasi dari indvidu peserta belajar
3. Tujuan POD bagi bagi pengembangan personal dan sosial warga belajar
4. Tujuan POD bagi perubahan sosial (masyarakat)
5. Tujuan POD bagi pengembangan SDM dalam organisasi kerja (efektivitas organisasi)

D. Prinsip Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa


Pendidikan orang dewasa memiliki 10 Prinsip yang membedakannya dengan jenis
pendidikan yang lain. 10 Prinsip pendidikan orang dewasa tersebut,dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang efektif dan efisien. 10 Prinsip tersebut, yaitu :

1. Prinsip kemitraan
Prinsip kemitraan menjamin terjalinnya kemitraan di antara pengajar dan pelajar. Dengan
demikian pelajar tidak diperlakuan sebagai murid tetapi sebagai mitra belaajar sehingga
hubugan yang mereka bangun bukanlah hubungan yang bersifat memerintah, tetapi hubungan
yang bersifat membantu, yaitu pengajar akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu
proses belajar pelajarnya.

2. Prinsip pengalaman nyata


Prinsip pngalaman nyata menjamin berlangsungnya kegiatan pembelajaran pendidikan orang
dewasa terjadi dalam situasi kehidupan yang nyata. Kegiatan pembelajaran pendidikan orang
dewasa tidak berlangsung di kelas atu situasi yang simulative, tetapi pada situasi yang
sebenmarnya.
3. Prinsip kebersamaan
Prinsip kebersamaan menuntut digunakannya kelompok dalam kegiatan pembelajaran
pendidikan orang dewasa untuk menjamin adanya interaksi yang maksimal di antara peserta
dengan difasilitasi pengajar.

4. Prinsip partisipasi
Prinsip partisipasi adalah untuk mendorong keterlibatan pelajar secara maksimal dalam
kegiatan pembelajaran orang dewasa, dengan fasilitas dari pengajar. Dalam kegiatan
pembelajaran pendidikna orang dewasa semua pesrta harus terlibat atau mengambil bagian
secara aktif dari seluruh proses pembelajarn mulai dari perencanaan,pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran.

5. Prinsip keswadayaan
Prinsip keswadayaan merupakan prinsip yang mendorong kemandirian pelajar dalam upaya
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan orang dewasa bertujuan untuk
menghasilkan manusia yang mandiri yang mampu melakukan peranan sebagai subyek atau
pelaku. Untuk itulah diperlukan prinsip keswadayaan.

6. Prinsip kesinambungan
Prinsip yang menjamin adanya kesimambungan dari materi yang dipelajari sekarang dengan
materi yang telah dipelajari di masa yang lalu dan dengan materi yang akan dipelajari di
waktu yang akan datang. Dengan prinsip ini maka akan terwujud konsep pendidikan seumur
hidup (life long education) dalam pendidikan orang dewasa.

7. Prinsip manfaat
Prinsip manfaat menjamin bahwa apa yang dipelajari dalam pendidikan orang dewasa adalah
ssesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh pelajar. Orang dewasa akan siap untuk belajar
manakala dia menyadari adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Kesadaran terhadap
kebutuhan ini mendorong timbulnya minat untuk belajar, dan karena rasa tanggung jawabnya
sebagai orang dewasa maka timbul kesiapanya untuk belajar.

8. Prinsip kesiapan
Prinsip kesiapan menjamin kesiapan mental maupun kesiapan fisik dari pelajar untuk dapat
melakukan kegiatan pembelajaran. Orang dewasa tidak akan dapat melakukan kegiatan
pembelajaran manakala dirinya belum siap untuk melakukannya, apakah itu karena belum
siap fisiknya atau belum siap mentalnya.

9. Prinsip lokalitas
Prinsip lokalitas menjamin adanya materi yang dipelajari bersifat spesifik local. Generalisasi
dari hasil pembelajaran dalm pendidikan orang dewasa akan sulit dilakukan. Hasil pendidikan
orang dewasa pada umumnya merupakan kemampuan yang spesifik yang akan dipergunakan
untuk memecahkan masalah pelajar pada tempat mereka masing-masing, pada saat sekarang
juga. Kemampuan tersebut tidak dapat diberlakukan secara umum menjadi suatu teori, dalil,
atau prinsip yang dapat diterapkan dimana saja, dan kapan saja. Hasil pembelajaran sakarang
mungkin sudah tidak dapat lagi dipergunakan untuk memecahkan masalah yang sama dua
atau tiga tahun mendatang. Demikian pula hasil pembelajaran tersebut tidak dapat
diaplikasikan dimana saja, tetapi harus diaplikasikan di tempat pelajar sendiri karena hasil
pembelajaran tersebut diiproses dari pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh pelajar.

10. Prinsip keterpaduan


Prinsip keterpaduan menjamin adanya integrasi atau keterpaduan materi pendidikan orang
dewasa. Rencana pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa harus meng-cover materi-
materi yang sifatnya terintegrasi menjadi suatu kesatuan meteri yang utuh, tidak partial atau
terpisah-pisah.

E. Program Dari Pendidikan Orang Dewasa


Program secara umum diartikan suatu kegiatan bekajar ( kurikulum ) yang drancang oleh
suatu lembaga ( institusi ) yang digunaan bagi peserta didik untuk mengikut kegiatan belajar
sesuai dengan tujuan pendidikan (pembelajaran) yang ditetapkan.
Misalnya program khusus menjahit bagi para peserta sesudah selesai mengikuti program
untuk memasuki dunia kerja di industri konveksi atau mendirikan usaha sendiri seperti butik
atau penjahitan. Institusi atau lembaga yang menyusun program POD antara lain :

1. Lembaga kursus
2. Pusat pendidikan & pelatihan (balai latihan tenaga kerja atau BLK)
3. Pusat kegiatan belajar (SKB)
4. BPKB (Badan Pengembangan Kegiatan Belajar)
5. BPPNFI (Badan Pengembangan Pendidikan Non Formal – Informal)
6. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
7. Perguruan Tinggi (Program Pendidikan Ekstension)
8. Pendidikan dan Pelatihan di Perusahaan atau Perkantoran

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan
agogos berarti memimpin. Pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing
atau mengajar anak.
Perbedaan antara anak-anak dan dewasa dapat ditinjau dari 3 hal yaitu :
1. Usia
2. Ciri psikologis
3. Ciri biologis

Pendidikan Orang Dewasa adalah suatu proses dimana orang-orang yang sudah memiliki
peran sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas belajar yang sistematik dan
berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai,
dan keterampilan. Beberapa tugas dilakukan dalam POD (Pendidika
n Orang Dewasa). Tugas-tugas yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan POD
adalah :
1. Tugas sebagai guru (fasilitator)
2. Tugas sebagai pengembang program (Program Developer)
3. Tugas sebagai pengelola (administration)
4. Tugas sebagai konselor (Conselor)

Beberapa karakteristik dari andragogi atau pendidikan orang dewasa adalah sebagai
berikut :
1. Memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
2. Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.
3. Banyak peranan dan tanggung jawab yang dimiliki.
4. Kurang percaya diri atas kemampuan diri yang mereka miliki untuk belajar kembali.
5. Pengalaman dan tujuan hidup orang dewasa lebih beragam daripada para pemuda.
6. Makna belajar bagi orang dewasa.
Fungsi dasar pendidikan orang dewasa adalah instruksi, konseling, dan perkembangan
program dan administrasi.
10 Prinsip pendidikan orang dewasa tersebut,dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang efektif dan efisien. 10 Prinsip tersebut, yaitu :
1. Prinsip kemitraan
2. Prinsip pengalaman nyata
3. Prinsip kebersamaan
4. Prinsip partisipasi
5. Prinsip keswadayaan
6. Prinsip kesinambungan
7. Prinsip manfaat
8. Prinsip kesiapan
9. Prinsip lokalitas
10. Prinsip keterpaduan

B. Saran
Sebagai calon guru SD, sebaiknya kita mempunyai pemahaman tentang strategi dan
pendekatan yang salah satu nya adalah Pedagogis untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar. Diharapkan nantinya kita bisa mengaplikasikan pendekatan tersebut dalam
pendidikan formal maupun non formal.
A. Peranan Pendidikan Orang Dewasa Dalam Penyuluhan Pertanian

Pendidikan orang dewasa dengan penyuluhan pertanian sangat berkaitan erat terutama bagi
penyuluh dalam menentukan metode apa yang akan digunakan dalam memberikan
penyuluhan kepada kelompok tani atau sasaran lainnya.

Dalam menentukan metode penyuluhan, seorang penyuluh harus mampu memahami prinsip
– prinsip belajar orang dewasa seperti :

1. Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila metode pembelajaran yang diberikan
menarik.
2. Orang dewasa akan belajar dengan giat apabila dosen/tenaga pengajarnya menarik
3. Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila suasana ruang belajar sesuai dengan
suasana hatinya .
4. Orang dewasa akan belajar dengan tekun apabila selalu mendapat support dari
keluarga dan orang – orang disekitarnya
5. Orang dewasa akan belajar dengan giat apabila fasilitas ruang belajar memadai.

Keberhasilan seorang penyuluh dalam menyampaikan inovasi baru juga ditentukan dari
bagaimana penyuluh tersebut dapat memahami factor penghambat dan pendukung proses
pembelajaran orang dewasa. Factor – factor ini sangat dibutuhkan oleh seorang penyuluh
agar penyuluhannya mampu untuk menarik perhatian petani, yang nantinya akan diterapkan
dan dapat bermanfaat bagi petani.

Adapun factor – factor pendukung orang dewasa dalam belajar yaitu :

1. Motivasi

seorang penyuluh harus mau dan mampu untuk memberikan motivasi kepada sasaran agar
usahataninya dapat meningkat. Dengan memberikan motivasi, sasaran akan lebih tertarik
kepada kita dan mau untuk menerima inovasi yang akan diberikan. Tentunya motivasi yang
diberikan harus berhubungan dengan cara mneingkatkan kesejahteraannya.

2. Rasa keingintahuan yang tinggi

Orang dewasa selalu merasa kekurangan ilmu sehingga selalu timbul dalam dirinya untuk
selalu mau tahu apa saja yang dapat berguna bagi kehidupannya.

3. Keinginan untuk memperbaiki hidup

Orang dewasa akan selalu ingin agar kehidupannya dan keluarganya menjadi lebih baik.
Factor inilah yang harus dipahami seorang penyuluh bahwa sasaran akan tertarik pada
penyuluhan yang diberikan jika inovasi yang diberikan dapat memperbaiki hidup sasaran.

Factor – faktor penghambat keberhasilan orang dewasa belajar yaitu :

1. Kondisi fisik

Kondisi orang dewasa dan implikasinya dalam mengikuti pendidikan di pengaruhi oleh
kondisi fisik (karena kondisi fisik orang dewasa sedikit mengalami kemunduran). Kondisi
fisik orang dewasa merupakan hambatan dalam proses belajar baik di dalam kelas/ luar.
Makanya pendekatan yang perlu ditumbuhkan dalam proses belajar orang dewasa yaitu
dengan mengurangi waktu belajar.

2. Psikologis

Orang dewasa sudah memiliki banyak tanggung jawab terutama keluarga. Terkadang adanya
masalah keluarga yang dihadapi orang dewasa akan menghambat proses pembelajaran.
Makanya pendekatan yang perlu ditumbuhkan dalam proses belajar orang dewasa yaitu
dengan menyediakan fasilitas yang memadai dan sesuai dengan kondisi atau perasaan orang
dewasa.

3. Ekonomi

Tidak sedikit orang dewasa yang tidak mau untuk mengikuti pendidikan dengan alasan
kondisi ekonomi. Jika keadaan ekonominya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari
– hari atau belum cukup, maka orang dewasa lebih memilih untuk tidak mengikuti
pendidikan terutama yang formal. Maka pendekatan yang perlu ditumbuhkan dalam proses
belajar orang dewasa yaitu dengan pendidikan nonformal tanpa membebankan biaya.

4. Budaya

Budaya juga mempengaruhi orang dewasa dalam belajar. Jika orang dewasa ditempatkan
belajar pada daerah yang memiliki budaya yang tidak sama dengan asalnya, maka akan
menghambat proses pembelajarannya, perlu waktu baginya untuk beradaptasi dengan budaya
byang baru.

Metode pembelajaran orang dewasa yang cocok digunakan bagi kelompok tani yaitu :

1. Ceramah, kuliah singkat

metode yang memberikan penjelasan atau memberi deskripsi lisan, tentang suatu materi
pembelajaran tertentu.

2. Tanya jawab

Suatu cara memfasilitasi, fasilitator dan warga belajar aktif bersama, didahului oleh fasilitator
yang memancing dengan pertanyaan, dan warga belajar menjawabnya atau sebaliknya.

3. Brainstorming

Metode yang digunakan, untuk membantu peserta pelatihan, memikirkan dan mengemukakan
ide dan gagasan sebanyak mungkin, tanpa menyalahkan.

4. Role play
Peserta pelatihan diminta untuk melakukan peran tertentu dan menyajikan; “permainan
peran” dan melakukan “dialog-dialog” tertentu, yang menekankan pada karakter, sifat atau
sikap yang perlu dianalisis.

5. Demonstrasi / peragaan

Demonstrasi, atau Peragaan, metoda yang digunakan oleh fasilitator “memperagakan” suatu
proses, untuk meningkatkan keterampilan tertentu, dengan menggunakan alat yang sesuai
dengan yang sesungguhnya.

6. Study lapangan

yaitu belajar melalui pengalaman orang / lembaga lain. dengan melakukan pengamatan,
wawancara, dan hasil diskusi langsung di lokasi studi.

7. Penugasan,

metode yang digunakan oleh fasilitator dalam berinteraksi dengan warga belajar, dengan
pemberian tugas tertentu baik perorangan maupun kelompok dengan sistem hubungan putus.

8. Sosiodrama

cara penyajian materi pelatihan melalui kegiatan mengikutsertakan warga belajar, untuk
memainkan peran tertentu dalam mendramatisir masalah-masalah sosial, dengan terencana
dan kelengkapan skenario (skrip) yang jelas tentang peran masing-masing, berikut dialognya.

Jika penyuluh sudah mampu memahami arti dari orang dewasa, prinsip belajar orang dewasa,
factor pendukung dan penghambat orang dewasa belajar serta metode pembelajaran yang
cocok bagi orang dewasa yang akan diterapkan di kelompok tani dan sasaran lainnya, maka
penyuluhan akan berjalan dengan lancer dan Pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani
pasti akan berubah lebih baik. Dengan berubahnya PKS sasaran ke arah yang lebih baik,
maka dapat meningkatkan hasil usahataninya yang nantinya juga akan berujung ke
kesejahteraanya. Dan saat itulah seorang penyuluh dapat juga dikatakan berhasil.

IV. PENUTUP

A. Simpulan

1. Pendidikan Orang Dewasa adalah suatu proses dimana orang-orang yang sudah
memiliki peran sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas belajar yang
sistematik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam
pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan.
2. Peran Pendidikan Orang Dewasa dalam Penyuluhan Pertanian yaitu, Jika penyuluh
sudah mampu memahami arti dari orang dewasa, prinsip belajar orang dewasa, factor
pendukung dan penghambat orang dewasa belajar serta metode pembelajaran yang
cocok bagi orang dewasa yang akan diterapkan di kelompok tani dan sasaran lainnya,
maka penyuluhan akan berjalan dengan lancar dan Pengetahuan, sikap, serta
keterampilan petani pasti akan berubah lebih baik. Dengan berubahnya PKS sasaran
ke arah yang lebih baik, maka dapat meningkatkan hasil usahataninya yang nantinya
juga akan berujung ke kesejahteraanya. Dan saat itulah seorang penyuluh dapat juga
dikatakan berhasil.

Anda mungkin juga menyukai