Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIU TEKNIK KIMIA


SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2018/2019

MODUL : Ekstraksi Cair-Cair


PEMBIMBING : Fitria Yulistiani, ST., MT.

PRAKRIKUM : 8 Oktober 2018


PENYERAHAN : 15 Oktober 2018

Oleh : Kelompok 8
Devi Ristama (171411072)
Dina Nur Amalia (171411074)
Hafizha Tsalis N. (171411080)
Mega Mardianti P. D. (171411083)

Kelas : 2C / D3-Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2018
I. TUJUAN
1. Mengenal dan memahami prinsip operasi ekstraksi cair-cair pada kolom
berpacking
2. Menghitung koefisien distribusi
3. Menghitung neraca massa proses ekstraksi pada beberapa laju alir
4. Mengetahui kondisi operasi yang sesuai untuk ekstraksi cair-cair tertentu

II. DASAR TEORI


Ekstraksi adalah salah satu memisahkan larutan dua komponen dengan
menambahkan komponen ketiga (solvent) yang larut dengan solute tetapi tidak larut
dengan pelarut (siluent). Dengan penambahan solvent ini sebagian solute berpindah dari
fasa diluent ke fasa solvent (disebut ekstraksi) dan sebagian lagi tetap tinggal didalam
fasa diluent (disebut rafinat).
Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan yang menggunakan sifat
fisis, yaitu perbedaan kelarutan komponen komponen dalam larutan dengan
menggunakan larutan lain sebagai media pemisah. Pemisahan larutan dengan ekstraksi
digunakan untuk memisahkan komponen komponen yang mempunyai perbedaan titik
didih yang relatif kecil tetapi mempunyai perbedaan kelarutan yang cukup besar dengan
suatu pelarut. Ekstraksi cair cair menggunakan prinsip kesetimbangan dengan
perpindahan massa zat terlarut (fasa disperse) dan larutan yang diekstraksi kelarutan
yang digunakan sebagai pelarut (fasa kontinu).
Menurut Ladda (1976), ekstraksi cair-cair digunakan jika pemisahan dengan
operasi lainnya tidak dapat dicapai seperti: distilasi, evaporasi, kristalisasi dan lain-lain
Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan suatu komponen dari fasa cair ke fasa cair
lainnya. Operasi ekstraksi cair-cair terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Kontak antara pelarut (solvent) dengan fasa cair yang mengandung komponen
yang akan diambil (solute), kemudian solute akan berpindah dari fasa umpan
(diluen) ke fasa pelarut.
2. Pemisahan dua fasa yang tidak saling melarutkan yaitu fasa yang banyak
mengandung pelarut disebut fasa ekstrak dan fasa yang banyak mengadung
umpan disebut fasa rafinat.
Perbedaan konsentrasi solute didalam suatu fasa dengan konsentrasi pada keadaan
setimbang merupakan pendorong terjadi pelepasan solute dari larutan yang ada. Gaya
dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapat ditentukan
dengan mengukur jarak sistem dan kondisi setimbang. Pertimbangan-pertimbangan
pemakaian proses ekstraksi sebagai proses pemisahan antara lain :
1. Komponen larutan sensitive terhadap pemanasan jika digunakan destilasi
meskipun pada kondisi vakum.
2. Titik didih komponen komponen dalam campuran berdekatan.
3. Kemudahan menguap (volatility) komponen komponen hampir sama
Mekanisme pemisahan digambarkan secara sederhana pada gambar dibawah berikut
ini:

Ekstraksi cair cair terjadi berdasarkan pindah massa akibat kontak antara larutan yang
dialirkan secara kontinyu (fasa kontinyu) dengan pelarut yang dialirkan secara
terdispersi (fasa terdispersi). Fasa kontinyu dialirkan dari bagian atas kolom isian yang
kemudian mengalir turun. Selama mengalir di sepanjang kolom, cairan mengisi celah-
celah kosong dan membentuk lapisan tipis pada permukaan bahan isian. Fasa terdispersi
dialirkan dari bagian bawah kolom isian yang selama mengalir di sepanjang kolom
dimungkinkan mengalami proses proses berikut :
1. Melewati celah-celah kosong
2. Menembus bahan isian
3. Mengalami perpecahan menjadi gelembung dengan ukuran yang lebih kecil
akibat bertumbukan dengan bahan isian.
Menurut Treybal (1985), pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan pelarut yang
digunakan adalah:
1. Selektifitas (faktor pemisahan β)
fraksi massa 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 dalam ekstrak / fraksi massa 𝑑𝑖𝑙𝑢𝑒𝑛𝑡 dalam ekstrak
β=
fraksi massa 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 dalam rafinat / fraksi massa 𝑑𝑖𝑙𝑢𝑒𝑛𝑡 dalam rafinat

Agar proses ekstraksi bisa berlangsung, harga β harus lebih dari 1. Jika β = 1
maka kedua komponen tidak bisa dipisahkan.
2. Recoverability (kemampuan untuk dimurnikan)
Setelah operasi ekstraksi, solvent harus diambil lagi baik dari fasa ekstrak
maupun fasa rafinat. Karena pemurnian ini sering dilakukan dengan cara
distilasi maka komponen-komponen yang akan dipisahkan sebaiknya memiliki
“volatilitas relatif” lebih dari 1,05.
3. Koefisien distribusi
Solvent dipilih yang dapat menghasilkan koefisien distribusi yang lebih besar
sehingga jumlah solvent yang digunakan lebih sedikit.
4. Densitas
Perbedaan densitas fasa solvent dan fasa diluent harus cukup besar. Perbedaan
densitas ini akan berubah selama proses ekstraksi dan mempengaruhi laju
perpindahan massa.
5. Tegangan antar muka (interfacial tention)
Tegangan antar muka yang besar menyebabkan penggabungan (coalescence)
lebih mudah namun mempersulit proses pendispersian. Kemudahan
penggabungan lebih dipentingkan sehingga dipilih pelrut yang memiliki
tegangan antar muka yang besar.
6. Chemical reactivity
Solvent harus bersifat stabil dan tidak bereaksi dengan komponen dalam sistem
(inert) dan tidak bereaksi pula dengan material konstruksi.
7. Viskositas, tekanan uap dan titik beku dianjurkan rendah untuk memudahkan
penanganan dan penyimpanan.
8. Pelarut tidak beracun dan tidak mudah terbakar
Penentuan ini bertujuan menentukankoefisien istribusi untuk sisten TCE-asam
propionate-air dan menunjukan ketergantungannya terhadap konsentrasi.
Koefisien distribusi
Pelarut (air) dan larutan (TCE dan asam asetat) dicampur bersama dan kemudian
dibiarkan membentuk dua lapisan terpisah, fasa ekstrak dan fasa rafinat. Fasa ekstrak
merupakan air dan asam asetat, sedangkan rafinat merupakan campuran TCE dengan
asam asetat.
Koefisien distribusi , K, didefinisikan sebagai perbandingan:

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑦)


𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑟𝑎𝑓𝑖𝑛𝑎𝑡 (𝑥)

Dalam hal ini diasumsikan bahwa kesetimbangan berada antara dua fasa. Pada
konsentrasi rendah, koefisien distribusi tergantung pada konsentrasi, sehingga Y=KX.
Dengan:
Y= konsentrasi solute dalam fasa ekstrak
X= konsentrasi solute dalam fasa rafinat
K= koefisienn distribusi

Neraca massa
Prinsip-prinsip proses ekstraksi:
1. Kontak antara pelarut dengan campuran zat terlarut (solute) dan dilute sehingga
terjadi pemindahan massa zat terlarut (solute) ke pelarut.
2. Pemisahan kedua fasa tersebut (fasa cair-fasa organik)
Kesetimbangan massa dan transfer massa keseluruhan dengan fasa organik
sebagai media kontinu.
Untuk sistem trikloroetilen-asam asetat-air
Vo = laju alir air (l/detik)
Vw = laju alir TCE (l/detik)
X = konsentrasi asam asetat dalam fasa organik (Kg/l)
Y = konsentrasi asam asetat dalam fasa air (Kg/l)

 Neraca massa massa


Asam propionate yang terekstraksi dari fasa organik (rafinat)
= Vo (X1-X2)
Asam propionate yang terekstraksi dari fasa air (ekstrak)
= Vw (Y1-0)
Maka, Vo (X1-X2) = Vw (Y1-0)

 Efesiensi ekstraksi
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚
koefisien perpindahan massa =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑐𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑥 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑑𝑟𝑖𝑣𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑜𝑟𝑐𝑒
𝛥𝑋1 − 𝛥𝑋2
𝑙𝑜𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑜𝑟𝑜𝑛𝑔 =
𝛥𝑋
ln 1⁄𝛥𝑋
2

Dengan ;
ΔX1 = gaya dorong pada puncak kolom = (X2 - 0)
ΔX2 = gaya dorong pada dasar kolom = (X1 - X1*)
X1* = konsentrasi dalam fasa organik yang setimbang dengan konsentrasi Y1 pada
fasa cair. Angka kesetimbangan dapat diperoleh menggunakan koefisien distribusi
yang didapat dari percobaan pertama.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
1. Labu Erlenmeyer (10 buah)
2. Alat Ekstraksi (Ekstraktor Packed Column)
3. Buret (2 buah)
4. Corong Pisah (4 buah)
5. Pipet Tetes
6. Gelas Ukur 50 mL (1 buah)
7. Pipet Seukuran 5 mL (1 buah)
8. Bola Hisap (1 buah)
9. Labu Takar 1 L (1 buah)
10. Labu takar 100 mL (1 buah)

3.2 Bahan

1. Larutan NaOH 1%
2. TCE (Tri chloro etilene)
3. Phenolpthalien
4. Asam Propionat
5. Aquadest
IV. Prosedur Kerja

4.1 Percobaan 1 (Batch)

Pencampuran Variasi As.


50mL Aquadest
di Corong propionat
50mL TCE
Pisah (5,4,3,2,1)mL

Pengocokan
±5 menit

Terpisah
menjadi 2
lapisan

10 mL 10 mL
Rafinat Ekstrak

Titrasi dengan Titrasi dengan


NaOH NaOH

Pencatatan
Hasil Titrasi
4.2 Percobaan 2 (Continue)

3 Liter TCE 30 mL Asam


Propionat 15 liter air

Tangki fasa
organik Tangki fasa air

Jalankan pompa fasa


Jalankan pompa air dan isi
organik pada laju alir
kolom pada laju alir tinggi.
0.2 liter/menit
(valve rotameter dibuka
penuh)

Setelah tinggi air mencapai puncak


unggun packing, kurangi laju alir
sampai 0,2 liter/menit.

Jalankan proses selama 10 menit


sampai kondisi steady.

Ambil sampel 15 ml pada dasar kolom dan


atas kolom. (rafinat dan ekstrak)

Titrasi dengan NaOH 1%

Ulangi percobaan dengan laju alir air /TCE


yang lebih tinggi
V. KESELAMATAN KERJA DAN MSDS BAHAN
5.1 Keselamatan Kerja

5.2 MSDS BAHAN

VI. DATA PENGAMATAN


Tabel 1. Data percobaan 1

No. Asam propionate yang Titer NaOH


ditambahkan (ml) Rafinat Ekstrak
1 5 69,5 130,5
2 4 50,4 66,5
3 3 32 86,5
4 2 18 61
5 1 8 41

Tabel 2. Data percobaan 2

No. Waktu (menit) Titer NaOH


Rafinat Ekstrak
1 10 30,5 44,2
2 20 14,5 22,5
3 30 8 83,5
4 40 10 23
5 50 5 47,3

VII. PENGOLAHAN DATA


Hitung asam propionate dalam fasa air, Y dan asam propionate dalam fase organik X
dengan konsep asam basa
% 𝜌 10 0,01 2,13 10
M = 𝑀𝑟
= 40
= 0,005325 M

1. Menentukan konsentrasi asam propionate dalam Y ekstrak


Penambahan asam propionate 5 ml, volume NaOH = 130,5
V1.M1 = V2.M2
130,5 . 0,005325 M = 5 ml . M2
M2 = 0,139 M

Penambahan asam propionate 4 ml, volume NaOH = 66,5


V1.M1 = V2.M2
66,5 . 0,005325 M = 4 ml . M2
M2 = 0,088 M

Penambahan asam propionate 3 ml, volume NaOH = 86,5


V1.M1 = V2.M2
86,5 . 0,005325 M = 3 ml . M2
M2 = 0,153M

Penambahan asam propionate 2 ml, volume NaOH = 61


V1.M1 = V2.M2
61. 0,005325 M = 2 ml . M2
M2 = 0,162 M

Penambahan asam propionate 1 ml, volume NaOH = 41


V1.M1 = V2.M2
41. 0,005325 M = 1 ml . M2
M2 = 0,218 M

2. Menentukan konsentrasi propionate asam dalam rafinat Y


Penambahan asam propionate 5 ml, volume NaOH = 69,5
V1.M1 = V2.M2
69,5 . 0,005325 M = 5 ml . M2
M2 = 0,074 M

Penambahan asam propionate 4 ml, volume NaOH = 50,4


V1.M1 = V2.M2
50,4 . 0,005325 M = 4 ml . M2
M2 = 0,067 M

Penambahan asam propionate 3 ml, volume NaOH = 32


V1.M1 = V2.M2
32 . 0,005325 M = 3 ml . M2
M2 = 0,056 M

Penambahan asam propionate 2 ml, volume NaOH = 18


V1.M1 = V2.M2
18 . 0,005325 M = 2 ml . M2
M2 = 0,048 M

Penambahan asam propionate 1 ml, volume NaOH = 8


V1.M1 = V2.M2
8 . 0,005325 M = 1 ml . M2
M2 = 0,042M
3. Menghitung koefisien distribusi
Data 1
𝑋 0,139 M
K = 𝑌 = 0,074 M = 1,878

Data 2
𝑋 0,088 M
K = 𝑌 = 0,067 M = 1,313

Data 3
𝑋 0,153 M
K = 𝑌 = 0,056 M = 2,732

Data 4
𝑋 0,162 M
K = 𝑌 = 0,048 M = 3,375

Data 5
𝑋 0,218 M
K= = = 5,317
𝑌 0,041 M

Tabel 3. Hasil Pengolahan Data Percobaan 1

No. Asam propionate Rafinat Ekstrak Asam propionat Asam propionat Koefisien
yang ditambahkan fase cair (Y) fase organik TCE distribusi
(ml) (X)
1. 5 69,5 130,5 0,139 0,074 1,878
2. 4 50,4 66,5 0,088 0,067 1,313
3. 3 32 86,5 0,153 0,056 2,732
4. 2 18 61 0,162 0,048 3,375
5. 1 8 41 0,218 0,041 5,317

Kurva koefisien distribusi ( X vs Y)


KURVA KOEFISIEN DISTRIBUSI
kurva koefisien distribusi Linear (kurva koefisien distribusi)
Linear (kurva koefisien distribusi)
0.25
ASAM PROPIONAT FASE CAIR

y = -2.7628x + 0.31
0.2 R² = 0.6361

0.15

0.1

0.05

0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08
ASAM PROPIONAT FASE ORGANIK TCE

Maka koefisien distribusinya adalah -2,7628

Percobaan 2

1. Menentukan konsentrasi asam propionate dalam fasa air ekstrak Y


 T=10 menit
V1.M1 = V2.M2
20 . 0,005325 M = 44,2 ml . M2
M2 = 0,0024 M
 T=20 menit
V1.M1 = V2.M2
20 . 0,005325 M = 22,5 ml . M2
M2 = 0,0047 M
 T=30 menit
V1.M1 = V2.M2
20 . 0,005325 M = 83,5 ml . M2
M2 = 0,0012 M

 T=40 menit
V1.M1 = V2.M2
20 . 0,005325 M = 23 ml . M2
M2 = 0,0046 M
 T=50 menit
V1.M1 = V2.M2
20 . 0,005325 M = 47,3 ml . M2
M2 = 0,0022 M
2. Menentukan konsentrasi asam propionate dalam rafinat X
 T=10 menit
V1.M1 = V2.M2
20 . 0,005325 M = 30,5 ml . M2
M2 = 0,0034 M
 T=20 menit
V1.M1 = V2.M2
20 . 0,005325 M = 14,5 ml . M2
M2 = 0,0073 M
 T=30 menit
V1.M1 = V2.M2
20 . 0,005325 M = 8 ml . M2
M2 = 0,0133 M

 T=40 menit
V1.M1 = V2.M2
20 . 0,005325 M = 10 ml . M2
M2 = 0,0106 M
 T=50 menit
V1.M1 = V2.M2
20 . 0,005325 M = 5 ml . M2
M2 = 0,0213 M
3. Kesetimbangan massa
Laju alir TCE (V0) = 200 ml/menit
Laju alir air (Vw) = 200 ml/menit
Neraca massa asam propionate
V0 (X1-X2) = Vw (X1-X2)
X1-X2 = Y1
X1 = Y1 + X2

No. Waktu (menit) Rafinat Ekstrak Asam Asam Dilute (X1)


propionat fase propionat fase
cair (Y1) organik TCE
(X2)
1. 10 30,5 44,2 0,0024 0,0034 0,0058
2. 20 14,5 22,5 0,0047 0,0073 0,012
3. 30 8 83,5 0,0012 0,0133 0,0145
4. 40 10 23 0,0046 0,0106 0,0152
5. 50 5 47,3 0,0022 0,0213 0,0235
kurva X vs Y Percobaan 2
0.005
0.0045
Asam propionat fase cair 0.004
0.0035
0.003
0.0025
X2
0.002
0.0015 X1
0.001
0.0005
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025
Asam propionat fase organik TCE dan dilute

Penentuan koefisien perpindahan massa

Saat Q = 200 ml/menit


(∆𝑋1− ∆𝑋2)
Log mean driving force == ∆𝑋1
ln( )
∆𝑋2

Dimana, mean driving force = Df

∆X1 = X1 – X*

∆X2 = X2 – 0

X* = Y1/Kr dengan Kr = -2,7628

Diameter = 6,5 cm

Volume packing = ¼ x π x d2 x t

= ¼ x 22/7 x (6,5)2 x 116

= 3850,7857 cm3 = 3850,7857 ml

= 3,850785 Liter

X* ∆X1 ∆X2 ∆X1 - ∆X2 ∆X1/∆X2 ln ∆X1/∆X2 log Df Df


-
0,00087 0,006669 0,0034 0,00326868 1,96137763 0,673647099 0,004852 1,011235
-0,0017 0,013701 0,0073 0,00640117 1,87687298 0,629607081 0,010167 1,023686
-
0,00043 0,014934 0,0133 0,00163434 1,12288286 0,115899356 0,014101 1,033003
-
0,00166 0,016865 0,0106 0,00626498 1,59103562 0,464385137 0,013491 1,031551
-0,0008 0,024296 0,0213 0,00299629 1,14067106 0,13161674 0,022765 1,053817
Rata-
rata 0,015293 0,01118 0,00411309 1,36789749 0,313274884 0,013129 1,030693
Maka,
̅̅̅̅
𝑋1−𝑋2̅̅̅̅
Koefisien perpindahan massa (k) = 𝑉𝑝𝑎𝑐𝑘𝑖𝑛𝑔−𝐷𝑓

0,015293−0,01118
=
3,850785 − 1,030693

= 0,001036

kurva driving force vs waktu


1.06

1.05 y = 0.0009x + 1.0027


R² = 0.8936
driving force

1.04

1.03

1.02

1.01

1
0 10 20 30 40 50 60
waktu (menit)

Series1 Linear (Series1) Linear (Series1)

VIII. PEMBAHASAN
Mega Mardianti P D (171411083)

Dalam praktikum kali ini, melakukan percobaan ekstraksi cair-cair yang bertujuan
untuk memisahkan TCE sebagai diluent dengan Asam Propionat sebagai solut menggunakan
air sebagai pelarut ( solvent ) . Ekstraksi dilakukan secara batch (menggunakan corong
pemisah) dan secara continue.

Ekstraksi dengan corong pemisah (batch) dilakukan untuk menentukan koefisien


distribusi. Proses ekstraksi ini akan menyebabkan terjadinya dua fasa, yaitu fasa air dan fasa
organik. Penyebab terjadinya dua fasa ini dikarenakan perbedaan densitas yang cukup tinggi.
Fasa air mengandung propionat (ekstrak) yang berada di bagian atas corong pisah dan
fasa organik (rafinat) berada di bagian bawah corong pisahnya. Semakin banyak asam
propionat yang ditambahkan maka semakin besar volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi
karena asam propionat yang larut dalam solven semakin besar. Penentuan koefisien ini di
dapatkan dari perbandingan konsentrasi antara fasa ekstrak (y) dengan fasa rafinat (x) yang
bertujuan untuk mencari kesetimbangan yang terjadi pada kedua fasa tersebut. Sehingga
didapatkan kurva antara konsentrasi asam propionat di fasa organik (rafinat, x) dengan di fasa
air (ekstrak, y). Dilakukan lima kali ekstraksi dengan volume asam propionat yang berbeda
yaitu 5 ml, 4 ml, 3 ml, 2 ml dan 1 ml didapat koefisien distribusinya adalah -2,7628 .
Kemudian dilakukan ekstraksi secara continue ( menggunakan kolom packing )
.Percobaan ini yaitu untuk menentukan koefisien perpindahan massa terhadap pengaruh laju
alir. Proses ekstraksi terjadi ketika larutan dikontakkan dengan solven. Pada saat larutan
berkontak, terjadi perpindahan massa antara asam propionate dan TCE dengan air. Hal ini
disebabkan oleh driving force (gaya dorong) karena adanya perbedaan konsentrasi asam
propionat di dalam air dan TCE. Pada saat tercapai kondisi steady state, perpindahan massa
tidak akan terjadi lagi, sehingga waktu tidak akan berpengaruh terhadap konsentrasi. Hal ini
disebabkan karena air sudah jenuh terhadap asam propionat
Proses ekstraksi ini menghasilkan fasa air (asam propionat dan air) yang akan keluar
dari bagian atas kolom dan fasa organic (TCE dan sedikit air dan asam propionat) yang akan
keluar dari bagian bawah kolom. Adanya kedua fasa ini disebabkan perbedaan densitas yang
cukup besar di antara kedua pelarut.
Pengambilan sampel ekstrak dan rafinat dilakukan sebanyak tiga kali untuk
mendapatkan konsentrasi asam propionat dalam ekstrak dan rafinat . Kemudian di titrasi
menggunakan NaOH 0,005325 M dan di dapatkan konsentrasi asam propionat sesuai dengan
tabel.

No. Waktu (menit) Rafinat Ekstrak Asam Asam Dilute (X1)


propionat fase propionat fase
cair (Y1) organik TCE
(X2)
1. 10 30,5 44,2 0,0024 0,0034 0,0058
2. 20 14,5 22,5 0,0047 0,0073 0,012
3. 30 8 83,5 0,0012 0,0133 0,0145
4. 40 10 23 0,0046 0,0106 0,0152
5. 50 5 47,3 0,0022 0,0213 0,0235

Selain itu, juga diperoleh nilai koefisien perpindahan massa yaitu 0,001036
dengan laju alir TCE sama dengan laju alir air.

Pembahasan (DEVI RISTAMA 171411072)

Dari praktikum kali ini, kami melakukan praktikum ekstraksi cair-cair dengan
menggunakan dua cara, yaitu cara batch dan kontinyu. Metode batch adalah metode dengan
perlakuan secara mekanik dimana larutan air dan asam propionate dengan berbagai variasi
volume dicampur dengan TCE secara langsung di corong pisah dan digojok selama 5 menit.
Yang selanjutnya 10 ml hasil yang ada pada bagian atas sama juga pada bagian bawah. Lalu
dititrasi dengan NaOH dengan konsentrasi 0.005325 M atau 1%.

Selanjutnya pada ekstraksi dengan metode kontinyu dilakukan dengan mencampurkan


asam propionate, air, dan TCE ke dalam kolom ekstraksi. Dilakukan pada laju alir 200
ml/menit. Lalu produk atas(ekstrak) dan produk bawah (rafinat) diambil 20ml lalu dititrasi
dengan NaOH 0.005325 M.

Dari data percobaan 1 diperoleh koefisien distribusi -2,7628 yabg didapat dari
persamaan kurva koefisien distribusi yaitu y = -2.7628x + 0.31. Dari data tersebut diperoleh
hubungan antara setiap penambahan asam propionate, maka asam propionate yang terdapat
dalam ekstrak yang diperoleh semakin kecil begitupun terhadap asam propionate dalam
rafinat. Koefisien distribusi tersebut merupakan rasio dari jumlah asam propionate dalam
ekstrak (Y) dan dalam rafinat (X). Sehingga ketergantungan asam propionate - sistem
trikloroetilene - air terhadap konsentrasi pada sat keseimbagan bernilai negatif. Sehingga
setiap penambahan asam propionate hasil konsentrasi ekstrak dan rafinat berbanding terbalik.

Dari data percobaan 2 diperoleh koefisien transfer massa diperoleh dengan mencari
log Df lalu dihitung Df yang diperoleh. Dari data yang diperoleh didapat bahwa 1.030693.
Dan koefisien perpindahan massanya adalah 0.001036 diperoleh dari rasio X1-X2 dibagi
dengan volume packing yang dipakai pada saat ekstraksi dikurang koefisien distribusi yang di
dapat dari percobaan 1. Dari nilai yang didapat bahwa koefisien transfer massa sangat kecil.
Maka massa yang ditransfer sangat kecil.

Pembahasan Dina Nur Amalia (171411074)

Dalam praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan ekstraksi cair-cair yang
bertujuan untuk memisahkan TCE sebagai diluent dengan Asam propionat sebagai solute
menggunakan air sebagai pelarut (solvent). Kami melakukan praktikum Ekstraksi cair – cair
ini dengan dua metoda, yaitu batch dan kontinyu. Untuk ekstraksi cair – cair batch digunakan
alat berupa corong pisah untuk memisahkan rafinat dan ekstrak, sedangkan metoda kontinyu
digunakan alat ekstraksi kolom packing.
Pada ekstraksi cair – cair batch dicari konsentrasi rafinat dan ekstrak selama 5 kali run
dengan metoda titrasi dan mencari koefisien distribusinya. Setelah perhitungan dan pengolahan
data, maka didapat :

No. Asam propionate Rafinat Ekstrak Asam Asam Koefisien


yang ditambahkan propionat fase propionat fase distribusi
(ml) cair (Y) organik TCE
(X)
1. 5 69,5 130,5 0,139 0,074 1,878
2. 4 50,4 66,5 0,088 0,067 1,313
3. 3 32 86,5 0,153 0,056 2,732
4. 2 18 61 0,162 0,048 3,375
5. 1 8 41 0,218 0,041 5,317

Penentuan koefisien ini di dapatkan dari perbandingan konsentrasi antara fasa ekstrak
(y) dengan fasa rafinat (x) yang bertujuan untuk mencari kesetimbangan yang terjadi pada
kedua fasa tersebut. Sehingga didapatkan kurva antara konsentrasi asam propionat di fasa
organik (rafinat, x) dengan di fasa air (ekstrak, y).Setelah dibuat grafik dan didapat koefisien
distribusi dari gradien grafik adalah sebesar -2,7628.

Pada percobaan ekstraksi cair – cair kontinyu untuk menentukan koefisien perpindahan
massa terhadap pengaruh laju alir. Proses ekstraksi terjadi ketika larutan dikontakkan dengan
solven. Pada saat larutan berkontak, terjadi perpindahan massa antara asam propionate dan TCE
dengan air. Hal ini disebabkan oleh driving force (gaya dorong) karena adanya perbedaan
konsentrasi asam propionat di dalam air dan TCE. Pada saat tercapai kondisi steady state,
perpindahan massa tidak akan terjadi lagi, sehingga waktu tidak akan berpengaruh terhadap
konsentrasi. Hal ini disebabkan karena air sudah jenuh terhadap asam propional.

Proses ekstraksi ini menghasilkan fasa air (asam propionat dan air) yang akan keluar
dari bagian atas kolom dan fasa organic (TCE dan sedikit air dan asam propionat) yang akan
keluar dari bagian bawah kolom. Adanya kedua fasa ini disebabkan perbedaan densitas yang
cukup besar di antara kedua pelarut. Setelah perhitungan dan pengolahan data, didapat :
No. Waktu (menit) Rafinat Ekstrak Asam Asam Dilute (X1)
propionat propionat fase
fase cair (Y1) organik TCE
(X2)
1. 10 30,5 44,2 0,0024 0,0034 0,0058
2. 20 14,5 22,5 0,0047 0,0073 0,012
3. 30 8 83,5 0,0012 0,0133 0,0145
4. 40 10 23 0,0046 0,0106 0,0152
5. 50 5 47,3 0,0022 0,0213 0,0235

Pada ekstraksi cair – cair terjadi perbedaan gaya dorong antara bagian bawah dan atas
kolom, hal tersebut terjadi karena perbedaan massa jenis dari tiap pelarut, dalam hal ini TCE
dan Air. Gaya dorong terebut dapat digunakan untuk menghitung volume kolom dan laju
perpindahan massa, sehingga diperoleh volume kolom sebesar 3,850785 L dengan koefisien
perpindahan massa sebesar 0,001036 m/L dengan asumsi bahwa laju alir TCE sama dengan
laju alir air.

HAFIZHA TSALIS N (171411080)

Pada percobaan kali ini dilakukan proses ekstraksi dimana akan dilakukan pmisahan
yang didasarkan kelarutan dari bahan yang digunakan. Memisahkan larutan dua komponen
dengan menambahkan komponen ketiga (solvent) yang larut dengan solute tetapi tidak larut
dengan pelarut (diluent). Dengan penambahan solvent ini sebagian solute berpindah dari fasa
diluent ke fasa solvent (disebut ekstraksi) dan sebagian lagi tetap tinggal didalam fasa diluent
(disebut rafinat).

Proses ekstraksi dilakukan dengan dua cara yaitu secara batch dan kontinyu. Pada
ekstraksi secara batch dilakukan menggunakan corong pisah dengan metode perlakuan secara
mekanik dimana larutan air dan TCE dicampurkan kemudian ditambahkan dengan asam
propionate dengan variasi volume sebesar 1ml, 2ml, 3ml, 4ml dan 5ml. Kemudian campuran
digojok dan didiamkan hingga terdapat dua lapisan dimana lapiran atas yang merupakan
ekstrak terdiri atas asam propionate dan lapisan bawah merupaka rafinat yang terdiri atas sisa
asam yang tidak terekstrasi, air dan TCE. Ekstrak dan rafinat tersebut kemudian diambil
sebanyak 10ml untuk selanjutnya dititrasi dengan NaOH 0,005325 M atau 1%.
Dari data yang diperoleh pada percobaan ekstraksi secara batch didapatkan koefisien
ditribusi sebesar -2,7628 yang didapatkan dari kurva koefisien distribusi. Koefisien distribusi
tersebut adalah rasio jumlah asam propionate dalam ekstrak (Y) dan dalam rafinat (X).

KURVA KOEFISIEN DISTRIBUSI


kurva koefisien distribusi Linear (kurva koefisien distribusi)

0.25
y = -2.7628x + 0.31
R² = 0.6361
ASAM PROPIONAT FASE CAIR

0.2

0.15

0.1

0.05

0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08
ASAM PROPIONAT FASE ORGANIK TCE

Dari data grafik tersebut diketahui bahwa setiap penambahan asam propionate maka komposisi
asam pada ekstrak dan rafinat semakin kecil.
Pada proses ekstraksi secara kontinyu diawali dengan menyalakan alat kendali yang terdiri dari
3 tombol yaitu power utama, power umpan dan power air. Setelah tombol power ditekan
kemudian pompa air dinyalakan (power air) ditunggu hingga kolom terisi penuh oleh air
kemudia feed dinyalakan dengan laju alir sebesar 200ml/menit. Feed merupakan campuran
antara 3000ml TCE dan 30ml asam propionate. Setelah terjadi kontak selama setiap 10menit
sekali antara air dan campuran umpan kemudian dilakukan pengambilan sampel dari ekstrak
dan rafinat. Ekstrak dan rafinat tersebut kemudia dititrasi sama seperti proses batch.
Dari data yang pada proses ekstraksi secara kontinyu, koefisien transfer massa diperoleh dari
perhitungan DF (driving force) sebesar 1,030693. Sedangkan besar koefisien perpindahan
massa yang diperoleh dari rasio X1-X2 dibagi dengan volume packing yang dipakai saat
ektraksi dikurang koefisien distribusi maka diperolehlah sebesar 0,00103.
Dari pecobaan ini dapat disimpulkan bahwa volume penitran NaOH yang dibutuhkan untuk
ekstrak selalu lebih banyak daripada rafinat dikarenakan konsentrasi asam propionate dalam
ekstrak lebih besar.
IX. KESIMPULAN
1. Koefisien distribusi yang dihasilkan sebesar -2,7628 yang didapatkan dari kurva
koefisien distribusi
2. Koefisien transfer massa diperoleh dari perhitungan DF (driving force) sebesar
1,030693. Sedangkan besar koefisien perpindahan massa yang diperoleh dari rasio
X1-X2 dibagi dengan volume packing yang dipakai saat ektraksi dikurang koefisien
distribusi maka diperolehlah sebesar 0,00103.
3. Konsentrasi asam propionat di ekstrak selalu lebih banyak dibandingkan di rafinat
karena banyaknya asam propionat yang larut dalam ekstrak
X. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet Praktikum Lab. Teknik Kimia, Ekstraksi. PEDC Bandung
Robert E. Treybal, Mass Transfer Operations, Mc. Graw Hill Book Company, 1981.
Robert H Perry, ChemicalEngineering Handbook, Mc. Graw Hill USA, Ed. 4, 1998.
Warren L.Mc.Cabe, Unit Operation of Chemical Engineering, Mc. Graw Hill Book
Company, 1985.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai