Anda di halaman 1dari 13

BAB 11

PRANATA SOSIAL TENTANG EKONOMI DAN


KEMASYARAKATAN DALAM ISLAM

11.1 Pengertian Ekonomi Islam dan Kemasyarakatan


Ekonomi Islam Secara sederhana, Ekonomi islam adalah ekonomi yang
didasarkan pada nilai-nilai ajaran agama islam. Namun dalam pengertian yang
lebih luas, ekonomi islam pada hakikatnya adalah upaya pengalokasian
sumber-sumber daya untuk memproduksi barang atau jasa sesuai dengan
petunjuk Allah SWT, dalam rangka memperoleh Ridha-Nya.1 Petunjuk Allah
tentang masalah ekonomi telah ada sejak wahyu diurunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Aakan tetapi, sebagai kajian yang berdiri sendiri dengan
menggunakan bantuan-bantuan ilmu-ilmu modern (terlepas dari ilmu fikih)
baru dimulai sekitar tahun 1970-an. Dimana ekonimi islam berbeda dengan
ekonomi modern yang dibangun atas falsafah sekularisme serta didorong oleh
doktrin pahan liberalism. Dengan demikian, pelaku-pelaku ekonomi dipandang
mempunyai kebebasan untuk bertindak sesuai dengan kodrat manusia. Hukum-
hukum, hubungan serta aspirasi sosio ekonomi dianggap berasal dari kebebasan
manusia.

Ekonomi islam berdasarkan pada Al-Qur’an yang menaruh perhatian yang


besar dalam rangka mewujudkan keadilan sosial-ekonomi, dengan menyerang
kepincangan yang terdapat dalammasyarakat yang palin awal. Keadilan sosial
dan ekonomi dalam perspektif ekonomi islam, sesuai dengan petunjuk Al-
Qur’an adalah menegakkan suatu tataan masyarakat yang bermoral dan
egalitarian.2 Ekonomi islam sebagai suatu usaha menggunakan sumber-sumber
daya secara rasional untuk memenuhi kebutuhan hidup sesungguhnya melekat
pada watak manusia. Tanpa disadari, kehidupan manusia sehari-hari
didominasi kegiatan ekonomi.
Ekonomi secara umum di definisikan sebagai hal yang mempelajari
perilaku manusia dalam menggunakan sumber daya yang langka untuk
memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia. Dari setiap agama
secara definitive memiliki pandangan mengenai cara manusia berperilaku,
mengorganisasi, dan kegiatan ekonominya. Islam memandang aktifitas
ekomoni secara positif. Semakin banyak manusia terlibat dalam aktivitas
ekonomi maka semakin baik, sepanjang tujuan dari prosesnya sesuai dengan
ajaran islam. Ketakwaan kepada tuhan tidak berimplikasi kepada penurunan
produktifitas ekonomi, sebaliknya justru membawa seseorang untuk lebih

1 Nata, Abuddin.” Studi Islam Komprehensif”. Jakarta: Prenada Media Group. 2011.
Hal: 412
2 Nata, Abuddin.” Studi Islam Komprehensif”. Jakarta: Prenada Media Group. 2011.
Hal: 413
produktif. Kekayaan dapat mendekatkan Allah swt selama diperoleh dengan
cara yang sesuai dengan nilai-nilai islam.
Islam menganjurkan umatnya untuk memproduksi dan berperan dalam
berbagai bentuk aktivitas ekonomi: pertanian, perkebunan, perikanan,
perindustrian, dan perdagangan. Islam memberkahi pekerjaan dunia dan
menjadikannya bagian dari ibadah dan jihad, jika sang pekerja bersikap
konsisten terhadap peraturan Allah.
Masyarakat adalah kumpulan sekian banyak individu kecil atau besar yang
terikat oleh satuan, adat, ritus atau hukum khas, dan hidup bersama. Ada
beberapa kata yang dugunakan dalam Al-Qur’an untuk menunjuk kepada
masyarakat atau kumpulan manusia. Antara lain qawn, ummah, syu’ub, dan
qabail. Disamping itu Al-Qur’an juga memperkenalkan masyarakat dengan
sifat-sifat tertentu, seperti Al-mala, al-mustakbirun, al-mustadh’afun, dan lain-
lain.3
Manusia adalah “mahluk sosial”. Ayat kedua drai wahyu pertama yang
diterima Nabi Muhammad SAW., dapat dipahami sebagai salah satu ayat yang
menjelaskan hal tersebut. Khalaqal insan min ‘alaq
Bukan saja diartikan sebagai “menciptakan manusia dari segumpal
darah” atau sesuatu yang berdempet dari dinding Rahim”, tetapi juga dapat
dipahami sebagai “diciptakan dinding dalam keadaan selau bergantung kepada
pihak lain atau tidak bergantung sendiri” ayat lain dalam konteks adalah surat
Al-Hujurat ayat 13.4 Dalam ayat tersebut secara tegas dinyatakan bahwa
manusia diciptakan terdiri dari lelaki dan perempuan, bersuku-suku dan
berbangsa bangsa , agar mereka saling mengenal. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa, menurut Al-Qur’an, manusia secara fitra adalah mahluk
sosial dan hidup bermasyarakat merupakan satu keniscayaan bagi mereka.
Setiap masyarakat mempunyi cir khas dan pandangan hidupnya.
Mereka melangkah berdaasarkan hal tersebut. Inilah yang melahirkan watak
dan kepribadiannnya yang khas. Suasana kemasyrakatan dengan sistem nilai
yang dianutnya mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat tersebut.
Al-Qur’an menekankan kebersamaan anggota masyarakat seperti
gagasan sejarah bersama, tujuan bersama, catatan perbuatan bersama,
bahkankebangkitan, dan kematian bersama. 5Maka dari itu dari sisnilah lahir
gagasan amar ma’ruf dan nahi munkar, serta konsep fardu kifayah dalam aarti
semua anggota masyarakat memikul dosa bila sebagian mereka tidak
melaksanakan kewajiban tertentu.

3 Quraish, Shihab. “Wawasan Al-Qur’an”. Jakarta:Mizan. 1995. Hal:319.


4 Quraish, Shihab. “Wawasan Al-Qur’an”. Jakarta:Mizan. 1995. Hal:319.
5 Quraish, Shihab. “Wawasan Al-Qur’an”. Jakarta:Mizan. 1995. Hal:321
Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang berkaitan dengan
dorongan agar umat manusia mencari, memanfaatkan, dan mengelola ekonomi
secara benar. Begitu dengan hadist Rasulullah SAW terdapat matan yang
berkenaan yang berkaitan dengan perintah mencari rezeki melalui
pengembangan bidang ekonomi.
Seperti fakta yang kita ketahui bahwa, pada saat ini sebagian besar
ekonomi umat islam masih tertinggal, walaupun sebagian kecil ekonominya
sudah maju, namun cara memperoleh, memanfaatkan, dan mengelolanya belum
sesuia dengan ajaran islam.keadaan ini terjadi karena mereka belum mengenal
ekonomi islam baik secara teori maupun praktik.6 Ekonomi islam di dasarkan
pada Al-Qur’an yang menaruh perhatian yang besar dalam rangka mewujudkan
keadilan sosial ekonomi dengan menyerang kepincangan yang terdapat dalam
masyarakat yang paling awal. Keadilan sosial dan ekonomi dalam perspektif
ekonomi islam, sesuai dengan petunjuk Al-Quran adalah menegakkan sebuah
tataan masyarakat yang bermoral.
11.2 Macam-macam Bentuk Sistem Ekonomi

Dalam islam terdapat macam-macam sistem ekonomi, yanga mana dalam buku
“Studi Islam Komprehensif” karangan Prof. Dr. H. ABUDDIN NATA, M.A.
lembaga keuangan dalam Islam, antara lain :

11.2.1 Al- Wadiah (titipan atau simpanan)

Secara harfiah al- waidah artinya titipan murni dari satu pihak ke
pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembangkan kapan saja si penitip menghendaki. Melihat substansi
yang demikian ini, maka Al-Wadiah sama dengan amanah.7 Firman
Allah SWT :
ِ َ‫ِإ َّن ا ُ هللاَ يَأ ْ ُم ُر ُك ْم أَن ت ُ َؤ دُّواْاُأل َ َمـن‬
َ َ‫ت إِ ل‬
َ ‫ي أه ِل َها‬
Artinya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat
(titipan) kepada yang berhak menerimanya.”8
Dengan konsep al-al Wadiah Yad Amanah (tangan amanah),
pihak yang menerima amanah tidak boleh menggunakan dan
memanfaatkan uang yang dititipkan, tetapi harus benar-benar menjaga

6 Nata, Abuddin.” Studi Islam Komprehensif”. Jakarta: Prenada Media Group. 2011.
Hal: 411.
7 Nata, Abuddin.” Studi Islam Komprehensif”. Jakarta: Prenada Media Group. 2011.
Hal:427
8 QS. An- Nisa (4):58
sesuai dengan kelaziman. Pihak penerima titipan dapat membebankana
biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.
Dengan konsep al Waidah yad adh dhamanah pihak yang
menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau
barang yamg dititipkan. Tentunya pihak bank dalam ini mendapatkan
bagi hasil dari pengguna dana.bank dapat memberikan insentif kepada
penitip dalam bentuk bonus.
11.2.2 Al- Musyarakah (kerjasam modal usaha )
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usah tertentudiman masing- masing pihak
memberikan kontribusi dana (atau amal/ expertise) dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dari resiko akan di tanggung bersama sesuai
kesepakatan. Dalam perkembengan selanjutnya, al-musyarakah terbagi
pada dua jenis : pertama musyarakah pemikiran dan kedua musyarakah
akad (kontrak).
11.2.3 Al-Mudharabah (Kerja Sama Mitra Usaha dan Insventasi)

Mudharabah berasal dari kata dhorab, yang artinya


memukulatau berjalan. Yakni sebuah peroses mengkerahkan
kemampuan dengan menggunakan kaki(berpergian), tangan
(melakuan), mulut (berbicara), dan sebagainya dala rangka
menjalankan usaha. Mudarabah adalah akad yang dikenal oleh umat
musli sejak zaman Nabi, bahkan tealh dipraktikann bangsa arab
sebelum turunnya Islam. Ketika Nabi Muhammad SAW berprofesi
sebagai pedagang, ia melakukan akad mudharabah dengan khodijah.
Dari segi hukum Islam, maka praktik mudharabah ini dibolehkan, bsik
menurut Al-Qur’an, Al-Sunnah, maupun ijma.
Secara teknis, Mudharabah adalah akad kerja sama usaha
antara dua pihak, dengan cara pihak pertama (shahih al-maal)
menyediakan 100% modal, sedangkan pihak yang lain menjadi
pengelola. Keutungan dalam usaha mudharabaha di adakan dalam
kesepakan kontrak, sedangkan aabila rugi ditanggung oleh pemili
modal selam kerugian itu bukan akibat kegiatan sipengelola. Jika
kegaiatan itu diakibatkan oleh sipengelola maka sipengelolalah yang
harus bertanggung jawab atas kerugiannya.
Dalam praktik perbankan al-mudharabah biasanya diterapkan
dalam produk-produk pembiayaan dan pendaan. al-mudharabah
diterapkan pada:
11.2.3.1Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang di
maksudkan dengan tujuan khusus, seperti
tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya
11.2.3.2Deposito biasa
11.2.3.3Deposito spesial, dengan cara dana di titipkan
nasabah khusus untuk bisnis tertentu.
Adapun pada sisi pembayaran, mudharabah di
terapkan untuk :
11.2.3.4Pembayaran modal kerja, seperti modang
perdagangan dan jasa,
11.2.3.5Inventasi khusus yang disebut juga mudharabah
muqayyadah, dengan cara sumber dana khusus
dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-
syarat yang telah ditetapkan.

11.2.4 AL MUZARA’AH (Kerjasama Bagi Hasil Pengelolahan


Perrtanian)
Al-Muzara’ah adalah kerjasama pengelolahan pertanian
antara pemilik lahan dengan penggarap, dengan cara pemilik lahan
memberikan lahan pertanian kepada sipenggarap untuk ditanami
dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari
hasil panen. Al-Muzaraah terkadang disamakan dengan
mukhabarah, dengan sedikit perbedaan, yaitu jika muzara’ah,
benih berasal dari pemilik lahan sedangkan mukhabarah, benih
berasal dari penggarap.
Landasan pelaksanaan al-mujaraah ini antara lainriwayat
dari ibnu Umar yang menyatakan, bahwa rasulullah SAW pernah
memberikan pernah memberikan tanah khaibar kepada
penduduknya (waktu itu mereka masih yahudi) untuk digarap
dengan imbalan pembagian buah-buahan dan tanaman.
Dalam praktik kegiatan ekonomi, lebaga keuangan islam
dapat memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak dalam
bidang plantatation atas dasar prinsip bagi hasil dari hasil panen.
11.2.5 AL-MUSYAKAH (Kerjasama Pemeliharaan Pertanian)
Al-Musaqah adalah bentuk yang sederhana dari muzaraah,
yang dilakukan dengan cara sipenggarap hanya bertanggung
jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan,
sipenggarap berhak atas nisabah tertentu dari hasil panen.
Al-Musyaqah dilakukan berdasar pada hadis riwayat dari
Ibnu Umar, bahwa rasulullah SAW pernah memberikan tanah dan
tanaman karena di khaibar kepada yahudi khaibar untuk
dipelihara dengan menggunakan peralatan dan dana mereka.
Sebagai imbalan, mereka memperoleh presentase tertentu dari
hasil panen.

11.2.6 Bal’al Murabahah ( Jual Beli Dengan Pembayaran


Tangguh)
Bai’ Al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam Bai’ Al-
Murabahah penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli
dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
Sumber lain menyebutkan, bahwa al-murabahah adalah akad jual
beli barang dengan menyatakan harga peroleh dan harga
keuntungan yang di sepakati oleh penjual dan pembeli.
Karakter murabahah adalah adanya si penjual yang harus
memberi tahu si pembeli tentang harga pembelian barang dan
menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya
tersebur, maka perlu adanya keuntungan yang disepakati.
Contoh nya: seorang pedagang eceran membeli barang
elektronika dari grosis dengan harga 1 juta, kemudian ia
menambahkan keuntungan sebanyak 500, dank karenanya ia
menjual kepada si pembeli dengan harga 1500 ribu, sehingga ia
mendapatkan keuntungan 500 ribu. Usaha dilakukan si pedagang
ini karena ia telahmendapatkan pesanan dari calon pembeli, dan
mereka yang telah menyepakati tentang lama pembiayaan, besar
keuntungan yang akan diambil pedagang eceran, serta besarnya
angsuran, kalau memang dibayar secara berangsuran.
11.2.7 Bai’ Al-Salam (Jual beli dengan pembayaran di muka)
Bai’ Al-Salam adalah pembelian barang yang diserahkan di
kemudian hari, Sementara pembayaran dilakukan dimuka.
Praktik Bai al-salam ini didasarkan pada firman Allah SWT.
َ ‫يَىأ َ يُّ َها الَّ ِذ ينَ َءا َمنُ ْوا إِ ذَا تَدَايَنتُم بِدَي ٍْن إِلَى أ َ َج ٍل ُّم‬
ُ‫س ًّمى فَا ْكتُبُوه‬
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermua’amalah (utang- piutang) dengan janji yang
ditetapkan waktunya, hendaklah kamu menuliskannya”9

9 QS. Al-Baqarah (2) ayat:282


11.2.8 AL-IJARAH (SEWA)
Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau
jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Transakksi
ijarah dilandasi adanya perpindahan kepemilikan . jadi, pada
dasarnya pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip
jual beli, tetapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya.
Bila pada jual beli objek transaksinya barang, maka pada ijarah
objek transaksinya adalah barang atau jasa.
11.2.9 Al-Ijarah Al-Muntahia Bittmlik (Sewa Beli)
Praktik ekonomi al-ijarah al-Muntahia Bittamilk (Sewa Beli)
merupakan sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa
atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan
barang ditangan si penyawa. Sifat pemindahan kepemilikan ini
pula yang membedakan dengan ijarah biasa.
Dalam praktiknya al-ijarah al-Muntahia Bittamilk memiliki
banyak bentuk,tergantung apa yang di sepakati kedua belah pihak
yang berontak. Misalnya ijarah dan janji menjual, nilai sewa yang
mereka tentukan dalam ijarah, harga barang, dalam transaksi jual,
dan kapan kepemilikan dipindahkan. Bank-bank Islam yang
memperaktikan produk ijarah ini dapat melakukan leasing, baik
dalam bentuk operating lease maupun financial lease. Namun pada
umumnya, bank-bank tersebut lebih banyak menggunakan al-
ijarah al-Muntahia Bittamlik lantaran lebih sederhana dari sisi
pembukuan. Selain itu , bank pun tidak direpotkan untuk
mengurus pemeliharaan asset, baik pada saat leasing maupun
sesudahnya.
11.2.10 Bai’ Al-Istisnan ( Jual beli Berdasarkan Pesanan)
Bai’ Al-Istishna’ merupakan kontrak penjualan antara
pembelidan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang
menerima pesanan pesanan dari pembeli. Pembeli barang lalu
berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang
menurut spesifikasi yang telah di spakati dan menjualnya kepada
si pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta
system pembayaran. Apakah pembayaran dilakukan di muka,
melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa
yang akan datang.
Bai’ Al-Istishna di dasarkan pada :
11.2.10.1 Masyarakat telah memperaktikan Bai’ Al-
Istishna secara luar dan terus menerus tanpa ada
keberatan sama sekali, sehingga telah menjadi
kesepakan umum.
11.2.10.2 Dalam syariah dimungkinkan adanya
penyimpangan terhadap qiyas berdasarkan ijma’
ulama,
11.2.10.3 Berdasarkan atas kebutuhan masyarakatan
yakni banyak yang sering kali memerlukan
barang yang tidak tersedia di pasar, sehingga
mereka cenderung melakukan kontrak agar
orang lain membuat barang untuk mereka, dan
11.2.10.4 Sesuai dengan aturan umum mengenai
kebolehan kontrak selama tidak bertentangan
dengan nash atau syariah.

11.2.11 AL-WAKALAH ( Jasa Perwakilan)

Al-Wakalah atau Al-Wakilah, secara harfiah berarti


penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat. Dlam bahasa
Arab, Hal ini dapat di pahami sebagai Al-Tafwidh. Contohnya
“Aku serahkan urusanku kepada allah.” Selain al-wikalah juga
dapat berearti Al-Hifdzu, sebagaimana dinyatakan dalam dalam
ayat:
‫َح ْسبُنَاهللا َو ِن ْع َم ْال َو ِك ْي ُل‬
Artinya :
“Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Allah adalah
sebaik-baiknya pelindung”10
Praktik atau aplikasi al-wakalah dalam perbankan dapat
digambarkan sebagi berikut: Seorag nasabah/muwaakil
menyerahkan dananya kepada bank sebagai wakil. Pihak bank
kemudian menyerahkan dana kepada inyestor, dan investor
menyerahkan dana tersebut kepada agency (perusahaan),
administrasi, collection, co arranger dan sebagainya.
Islam mensyariatkan al-wakalah, karena manusia
membutuhkannya. Tidak setiap orang memiliki kemampuan
atau kesempatan untuk menyelesaikan segala urusan sendiri.

10 Qs. Al-Imran (3) ayat:173


Dalam beberapa kesempatan, seseoang harus mendelegasikan
suatu suatu pekerjaan kepada orang lain untuk mewakilinya.
11.2.12 AL-Kafalah( Jasa Penjaminan)

Al- Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh


penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian
lain, kafalah juga mengalihkan tanggung jawab seseorang yang
dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lainsebagai
jaminan.
Dari segi pelaksanaannya al-kafalah terdiri dari lima macam,
yaitu:
11.2.12.1 Kafalah bin nafsi, yakni akad yang
memberikan jaminan atas diri
11.2.12.2 Kafalah bil maal, yakni jaminan pembayaran
barang atau pelunasan utang
11.2.12.3 Kafalah bit tsalim, yaitu menjamin
pengembalian atas barang yang disewa, pada
waktu masa sewa berakhir
11.2.12.4 Kafalah al-munajazah, yaitu jaminan mutlak
yang dibatasi oleh jangka waktu untuk
kepentingan atau tujuan tertentu, dan
11.2.12.5 Kfalah al-mua’allaqah, yakni bentuk
penyederhanaan dari kafalah al-mujazah, baik
oleh industri perbnakan atau asuransi.

11.2.13 AL-HAWALAH (Jasa Transfer, Pengalihan Hak, Dan


Tanggung Jawab)

Al-Hawalah ialah pengalihan hutang dari orang yanga


berutang kepada orang lain wajib mengutangnya. Dalam istilah
para ulama, hawalah diartikan sebagai pemindahan beban utang
dari muhil( orang yang berutang) menjadi tanggung muhal alaih
orang yang berkewajiban orang yang membayar utang. Dalam
praktiknya, secara sederhan, al-hawalah dapat dicontohkan
sebagai berikut: A(muhal) memberi pinjaman kepada B (muhil),
sedangkan B masih punya piutang pada C (muhal alaih). Begitu B
tidak mampu membayar utangnya pada si A, ia lalu mengalaihkan
beban utang tersebut pada C. Dengan demikian, C yang harus
membayar utang B pada A. Adapun utang C sebelumnya pada B
dianggap selesai.
Kontrah hawalah dapat diterapkan dalam tiga hal. Pertama,
factoring atau anjak fiutang, dengan cara para nasabah yang
memiliki piutang kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu
kepada bank, selanjutnya bank membayar piutang tersebut dan
bank menagihnya kepada pihak ketiga itu. Kedua, Post-dated
check, dengan cara bang bertindak sebagai juru tagih tanpa
membayarkan dahulu piutang tersebut. Ketiga, Bill discounting,
nasabah harus membayar fee, sementara pembahasan fee tidak
dapat dalam kontrak hawalah.
11.2.14 AL-RAHN (Gadai)

Al-Rahn adalah menahan salah satu harta milik sipeminjam


sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang
ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak
yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali
seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan singkat, dapat
dikatakan, bahwa Al-Rahn adalah semacam jaminan utang atau
gadai.
Dalam praktik perbankan, kontak rahn dipakai dalam dua
hal. Pertama, Rahn dipakai sebagai produk pelengkap, yakni
sebagai akad tambahan tehadap produk lainseperti dalam
pembiayaan Ba’i al- Murabahah. Bank dapat menahan barang
nasabah sebagai konsekuensi akad tersebut. Kedua, sebagai
produk tersendiri, yaitu rahn dipakai sebagai alternatif
penggadaian konvensional. Bedanya dengan penggadaian biasa,
dalam rahn nasabah tidak dikenakan bunga, yang dipungt dari
nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, serta
penaksiran. Perbedaan utama antara biaya rahn dan bunga
penggadaian adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan
berlipat ganda. Adapun biaya pada rahn hanya sekali dan
ditetapkan lebih dahulu.
11.2.15 AL-QARDH

Secara harfiah al-qardh adalah pemberian harta kepada


orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan
kata lain meminjamkan benda atau uang, tanpa mengharapkan
imbalan. Dalam sumber-sumber kitab fikih klasik, qard
dikelompokan kedalam aqd tathawwui atau akad saling bantu
membantu, dan buakan transaksi komersial.
Dalam praktik perbankan syariat syariat islam tentang qardh
ini diterapakan dalam hal-hal sebagai berikut:
11.2.15.1 Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang
terbukti loyalitas dan bonafiditasnya yang
membutuhkan dana talangan untuk masa yang
relative pendek. Nasabah tersebut akan
mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang
dipinjamnya itu,
11.2.15.2 Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan
dana cepat, sedangkan ia tidak bisa menarik
menarik dananya. Karena misalnya tersimpan
dalam deposito
11.2.15.3 Sebagai produk untuk menyumbangkan usaha
yang sangat kecil, atau membantu sector social.

11.3 Landasan Filosofis ekonomi Islam


Dapat diketahui bahwa ekonomi islam mempunyai
perbedaan dengan ekonomi konvensional (ekonomi sekuler).
Perbedaan yang paling mendasar ialah pada landasan filosofisnya
dan asumsi-asumsi tentang manusia. Ekonomi islam dibangun
atas empat landasan filsuf, yaitu tauhid, keadilan dan
keseimbangan, kebebasan, serta pertanggungjawaban. 11 keempat
landasan filosofis ini dapat dikemukakan secara singkat sebagai
berikut :
11.3.1 Tauhid
Secara harfiah, tauhid artinya mengesakan Allah SWT.
Yakni pandangan bahwa semua yang ada merupakan ciptaan dan
milik Allah SWT, dan hanya dia yang mengatur segala
sesuatunya, termasuk mekanisme hubungan antara manusia, cara
memperoleh rezeki, dan sebagainya (Rububiyah). Dengan
landasan tauhid ini, maka manusia sebagai pelaku ekonomi harsu
mengikuti ketentuan Allah dalam segala aktivitasnya, termasuk
aktivitas ekonominya. Dengan landasan ini, makamanusia
sebagai pelaku ekonomi harus mengikuti ketentuan Allah dalam
segala aktivitasnya, termasuk aktifitas ekonominya. Ketentuan
Allah yang harus dipatuhi dalam hal ini tidak hanya bersifat
mekanistik dalam alam dan kehidupan sosisal, tetapi yang
bersifat etis dan moral. Dengan landasan ini, maka asumsi
terhadap manusia menjadi bersifat positif dan kegiatan ekonomi

11 Nata, Abuddin.” Studi Islam Komprehensif”. Jakarta: Prenada Media Group.

2011. Hal:414
tidaklah di tunjukkan untuk memenuh kepuasan manusia yang
tidak terbatas.
11.3.2 Keadilan dan keseimbangan
Landasan keadilan dan keseimbangan adalah bahwa
seluruh kebijakan dan dan kegiatan ekonomi harus dialndasi
paham keadilan, yakni menimbulkan dampak positif bagi
pertumbuhan dan pemerataan pendapatan dan kesejahteraan
seluruh lapisan masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan
keseimbangan adalah suatu keadaan yang mencerminkan
kesejahteraan anatara pendapatan dan pengeluaran,
pertumbuhan dan pendistribusian, dan antara pendapatan kaum
kaum yang mampu dan kurang mampu.
Dengan landasan keseimbangan ini, akan mengantarkan
manusia muslim meyakini bahwa segala sesuatu diciptakan
Allah dalam keadaan seimbangan dan serasi. Prinsip ini
menuntut manusia bukan saja hidup seimbang, serasi dan selaras
dengan dirinya sendiri, tetapi juga menuntunnya untuk
menciptakan ketiga hal tersebut kedalam masyarakatnya, bahkan
alam seluruhnya.
11.3.3 Kebebasan

Kebebasan mengandung pengertian bahwa manusia bebas


melakukan seluruh aktivitas ekonominya sepanjang tidak ada
ketentuan Allah yang melarangnya. Khendak bebas merupakan
prinsip yang mengantarkan seseorang muslim menyakini bahwa
Allah SWT memiliki kebebasan mutlak, namun Allah SWT juga
menganugrahkan kepada manusia kebebasan untuk memilih dua
jalan yang terbentang di hadapannya, yaitu jalan yang baik dan
buruk.
Tiga hal penting dalam konsep kebebasan. Pertama, bahwa
adanya kebebasan yang dimiliki seseorang tidak boleh
mengganggu atau membatasi kebebasan orang lain. Kedua,
bahwa adanya kebebasan yang dimiliki seseorang menunjukan
bahwa dalam islam tidak diakui adanya perbudakan
sebagaimana yang pernah terjadi di zaman jahiliyah atau di
zaman modern saat ini. didalam islam manusia dilahirkan dalam
keadaan bebas atau merdeka yang menentukan aktivitas
ekonominya, misalnya apakah ia akan memilih kegiatan
ekonomi dalam bidang perdagangan, jasa, produksi, pertanian,
peternakan, pertambangan, kerajinan, dan sebagianya. Ketiga
bahwa kebebasan individu dalam etika islam diakui selama tidak
bertentangan dengan kepentingan sosial yang lebih besar atau
selama tidak bertentangan dengan kepentingan sosial yang lebih
besar atau sepanjang individu tidak melangkahi hak-hak
individu lain.
11.3.4 Pertanggung jawaban

Konsep tanggung jawab lahir dari adanya konsep kebebasan,


yakni manusia yang mampu menggunkan kebebasannya itu
dalam rangka penerapan ajaran tauhid dan keseimbangan. Dari
sini lahir prinsip tanggung jawab baik secara individu maupun
kolektif. Kewajiban individu yag tidak dapat dibebankan kepada
orang lain,sedangkan yang kedua ialah kewajiban individu yang
bila dikerjakan oleh orang lain dan terpenuhi kewajiban yang
dituntut, maka terbebaskanlah semua anggota masyarakat dari
pertanggung jawaban (dosa).

11.4 Pakar dalam ekonomi dan kemasyarakatan

11.4.1 Tokoh-tokoh Ekonomi Islam Klasik

 Abu Yusuf (731-798)


 Abu Ubaid
 Yahya Bin Adham (818)
 El- Hariri (1054-1122)
 Ibnu Taimiyah (1262-1328)
 Tusi (1202-1274)
 Ibnu Kaldun (1332-1406)
 Syah Waliyullah (1702-1763)

11.4.2 Tokoh-tokoh Ekonomi Islam Kontemporer

 Fazlur Rahman
 Baqir Sadr
 Khursyid Ahmad
 M. Nejatullah Shiddiqi
 M.Umer Chapra
 M. Abdul Mannan
 Anas Zarqa
 Monzer Kahf
 Syed Nawab Haidar Naqfi

Anda mungkin juga menyukai