Anda di halaman 1dari 12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Keselamatan Kerja


1. Definisi Keselamatan Kerja
Perlindungan tenaga kerja memiliki beberapa aspek dan salah satunya yaitu
perlindungan keselamtan, perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja
secara aman melakukan kerjanya secara aman melakukan kerjanya sehari-hari
untuk meningkatkan produktivitas.
Menurut Bangun Wilson (2012) Keselamatan Kerja adalah perlindungan
atas keamanan kerja yang dialami pekerja baik fisik maupun mental dalam
lingkungan pekerjaan.
Menurut Mondy dan Noe, dalam (Pangabean Mutiara, 2012), Manajemen
Keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan dari kecelakaan di tempat
kerja sedangkan, kesehatan merujuk kepada kebebasan karyawan dari penyakit
secara fisik maupun mental.
Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja (Wahyu Ratna S. 2006).
2. Alasan Pentingnya Keselamatan Kerja
Menurut Bangun Wilson (2012) terdapat tiga alasan keselamatan kerja
merupakan keharusan bagi setiap perusahaan untuk melaksanakannya, antara
lain alasan moral, hukum, dan ekonomi:
1) Moral
Manusia merupakan makhluk termulia di dunia, oleh karena itu sepatutnya
manusia memperoleh perlakuan yang terhormat dalam organisasi.Manusia
memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatn dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat manusia dan nilai-nilai agama (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagankerjaan).Para
pemberi kerja melaksanakan itu untuk membantu dan memperingan beban
pederitaan atas musibah kecelakaan kerja yang dialami para karyawan dan
keluarga.
2) Hukum
Undang-Undang ketenagakerjaan merupakan jaminan bagi setiap pekerja
untuk menghadapi resiko kerja yang dihadapi yang ditimbulkan pekerjaan.
Para pemberi kerja yang lalai atas tanggung jawab dalam melindungi
pekerja yang mengakibatkan kecelakaan kerja akan mendapat hukuman
yang setimpal yang sesuai dengan Undang-undang ketenagakerjaan. Yang
tertara pada undang-undang nomor 1 tahun 1970tentang keselamatan dan
kesehatan kerja untuk melindungi para pekerja pada segala lingkungan kerja
baik di darat, dalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun di udara,
yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
3. Ekonomi
Alasan ekonomi akan dialami oleh banyak perusahaan karena mengelurkan
biaya-biaya yang tidak sedikit jumlahnya akibat kecelakaan kerja yang
dialami pekerja. Kebanyakan perusahaan membebankan kerugian
kecelakaan kerja yang dialami karyawan kepada pihak asuransi. Kerugian
tersebut bukan hanya berkaitan dengan biaya pengobatan dan
pertanggungan lainnnya, tetapi banyak faktor lain yang menjadi perhitungan
akibat kecelakaan kerja yang diderita para pekerja.

2.2. Kesehatan Kerja


1. Definisi Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu
diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya kesehatan yang
baikakan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan
akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih
menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu
bekerja lebih lama.
Menurut Mangkunegara (2004), kesehatan kerja menunjukkan pada
kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang
disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan
faktorfaktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu
yang ditentukan, Lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau
gangguan fisik.
Kesehatan kerja menurut Flippo, dalam (Sibarani Mutiara, 2012), kesehatan
kerja di bagi menjadi dua, yaitu:
1. Physical Health
1) Preplacement physical examinations (pemeriksaan jasmani
prapenempatan)
2) Periodic physical examinations for all key personnel(pemeriksan jasmani
secara berkala untuk personalia)
3) Voluntary periodic physical examinations for all key personnel (pemeriksan
jasmani secara berkala secara sukarela untuk personalia)
4) A well-equipped and staffed medical dispensary (klinik medis yang
mempunyai staf dan perlengkapan yang baik)
5) Availability of trained industrial hygienists and madecal personnel
(tersedianya personalia medis dan ahli hygiene industry yang terlatih)
6) Systematic and preventive attention devoyed to industrial stresses and
strains (perhatikan yang sistematik dan prefentif yang dicurahkan pada
tekanan dan ketegangan industrial)
7) Periodic and systematic inspections of provisions for propersanitation
(pemeriksaan-pemeriksaan berkala dan sistematis atas ketentuan untuk
sanitasi yang tepat).
2. Mental Health
1) Availability of psychiatric specialist and instructions (tersedianya
penyuluhan kejiwaan dan psikiater)
2) Coorperation with outside psychiatric specialist and instructions (kerja
sama dengan spesialis dan lembaga-lembaga psikiater dari luar organisasi)
3) Education of company personnel concerning the nature and importance of
the mental health problem (pendidikan personalia perusahaan sehubungan
dengan hakikat dan pentingnya masalah kesehatan mental)
4) Development and maintenance of aproper human relations program
(pengembangan dan pemeliharaan program hubungan kemanusiaan yang
tepat).

2.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut (Depnakes, 2005), Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
segala daya upaya pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah,
menanggulangi dan mengurangi terjadinya kecelakan dan dampak melalui
langkah-langkah identifikasi, analisis dan pengendalian bahaya dengan
menerapkan pengendalian bahaya secara tepat dan melaksanakan perundang-
undangan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja menurut Prawirosentono Suyadi (2002) adalah”
menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang menjamin kesehatan dan
keselamatan karyawan agar tugas pekerjaan di wilayah kerja perusahaan
dapat berjalan lancar”.
Menurut Sibarani Mutiara (2012), “ Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya, dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat
adil dan makmur”.
Menurut Bangun Wilson (2012), secara khusus system manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja terdapat pada peraturan menteri tenaga
kerja nomor PER. 05/MEN/1996 PASAL 1, system manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja (SMK3) adalah bagian dari system manajemen
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka.
Menurut Desles, dalam (Sibarani Mutiara, 2012), mengemukakan
bahwa ada tiga penyebab umum kecelakaan, yaitu secara kebetulan (chance
occurance), kondisi tidak aman (unsafe codition), dan sikap yang tidak
diinginkan (unsafe acts on the part of employee). Faktor-faktor yang
menyebabkan antara lain:
a. Alat pengaman yang tidak sempurna
b. Peralatan yang rusak
c. Prosedur yang berbahaya didalam, di atas atau disekitar peralatan dan
mesin.
d. Tempat penyimpanan yang tidak aman.
e. Kurangnya pencahayaan.
f. Tidak berfungsinya ventilasi udara.

2. Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada dasarnya mencari dan
menggungkapkan kelemahan yang mingkin akan terjadinya kecelakaan.
Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab
akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian cermat dilakukan
atau tidak. Menurut Mangkunegara (2004) bahwa tujuan dari Keselamatan
dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut:
1) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, social, dan psikologis.
2) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selekif mungkin.
3) Agar semua hasil produksi di pelihara keamanannya.
4) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5) Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atas kondisi kerja.
7) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Flippo, dalam (Sibarani Mutiara, 2012), berpendapat bahwa tujuan
keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dapat dicapai, jika unsur- unsur
yang mendukung, yaitu:
1) Adanya dukungan dari pimpinan puncak
2) Ditunjuknya direktur keselamatan
3) Rekayasa pabrik dan kegiatan yang aman
4) Diberikannya pendidikan bagi semua karyawan untuk bertindak aman
5) Terpeliharanya cacatan-catatan tentang kecelakaan
6) Menganalisis penyebab kecelakaan
7) Kontes keselamatan

3. Proses Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Menurut Ramli Soehatman (2010), Proses Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan dan Kesehatan adalah penerapan berbagai
fungsi manajemen:
1) Penerapan, meliputi perkiraan dengan penerapan tujuan sasaran yang
akan dicapai, menganalisis data, serta menyusun program.
2) Pelaksanaan, meliputi penggorganisasian, penetapan staf, pendanaan,
serta implementasi program
3) Pengawasan, meliputi pementasan evaluasi hasil kerja serta pengendalian.
Pada hakekatnya, proses manajemen yang berkelanjutan di mulai dari
peracanaan, pelaksanaan, serta pngawasan. Apabila ada permasalahan, maka
manager yang bersangkutan akan menganalisis penyebab timbulnya
permasalahantersebut dan akan mencari cara pencegahan yang tepat.
Menurut OHSAS tahun 1992, bahwa Proces Safety Management adalah
pendekatan sistematik pada manajemen bahaya proses kimia, yang jika
diterapkan akan memastikan arti penting pencegahan lepasnya zat kimia
berbahaya, kebakaran dan ledakan yang akan di pahami. Adapun manfaat
dari OHSAS tersebut adalah sebagai berikut:
1) Berpotensi sebagai pengurangan biaya resultan
2) Menjamin kecocokan dengan kebijakan K3
3) Memperagakan keselarasan dengan pihak ketiga dan ketentuan umum
4) Konsisten dan pendekatan terhadap resiko keselamatan dan kesehatan
terbukti, saat ini dan masa depan
5) Penyebaran metode untuk perbaikan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja dapat berkesinambungan
6) Meningkatkan kesadaran akan bahaya dan resiko dengan pemenuhan
persyaratan
7) Lingkungan kerja yang aman menurunkan claim asuransi dan penurunan
biaya kehilangan jam kerja
8) Memenuhi kewajiban undang-undang dengan menunjukkan kesungguhan
dalam mengelola resiko
9) Memiliki image perusahaan yang baik dimata pemerintah, karyawan dan
masyarakat umum
Dalam K3 dikenal dengan istilah kesehatan kerja, yaitu suatu ilmu
yang penerapan untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja melalui
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja meliputi
pemeriksaan keselamatan, pengobatan dan pemberian makanan dan
minuman yang bergizi. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja ang aman,
sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi
atau bebas dari kecelakaan dan kecelaaan dan penyakit akibat kerja yang
pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktivitas kerja. Secara
teoritis istilah-istilah bahaya yang sering ditemui dalam lingkungan kerja
meliputi beberapa hal yaitu:
1) Hazard (sumber bahaya), suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat
menimbulkan kecelakaan, penyakit, kerusakan atuau menghambatan
kemampuan bekerja.
2) Danger (tingkat bahaya), peluang bahaya sudah tampak kondisi bahaya
sudah ada tetapi dapat dicegah dengan berbagai tindakan preventif.
3) Incident, munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang tidak
diinginkan) yang telah mengadakan kontak dengan sumber energy yang
melebihi ambang batas badan atau struktur.
4) Risk (resiko), prediksi tingkat keparahanbila terjadi bahaya dalam siklus
tertentu
5) Accident, kejadian yang disertai adanya korban dan atau kerugian
(manusia atau benda)

4. Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut Ridley John (2008), Hukum-hukum kesehatan dan
keselamatan kerja muncul untuk untuk melindungi para pekerja dari bahaya
yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi. Hukum-hukum kesehatan
dan keselamatan kerja terdahulu, Faktories Act 1961 (FA) dan Offices,
Shopsand Railway Premises Act1963 (OSRP). Ditunjukkan untuk
memperbaiki kesalahan yang terjadi dan isinya cenderung preskriptif (yaitu
isinya menetapkan dengan cara memperbaiki kesalahan) dan membatasi
lingkup pekerjaan dengan memperlakukan hanya pada operasi, proses atau
tempat kerja tertentu yang disebutkan didalam ketetapan (Act).
Ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu sebagai berikut:
1) Norma Keselamatan Kerja.
2) Norma Kesehatan Kerja.
3) Norma Kerja Nyata.
Norma Keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh
kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak kondusif. Konsep ini
diharapkan mampu mengurangi kecelakaan kerja sehingga mencegah
terjadinya cacat atau kematian terhadap lingkungan hidup pekerja, kemudian
mencegah terjadinya kerusakaan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga
mencegah pencemaran lingkungan hidup masyarakat sekitar tempat kita.
Norma Kesehatan Kerja diharapkan menjadi instrument yang mampu
menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja setingi-tingginya. K3
dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja.
Norma Kerja berkaitan dengan dengan manajemen perusahaan. K3 dalam
konteks ini berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja, shift, kerja
wanita atau pria, tenaga kerja kaum muda atau tua, pengaturan jam lembur,
analisis dan pengelolaan lingkungan hidup, dan lain-lain. hal tersebut
mempunyai korelasi yang erat terhadap peristiwa kecelakaan kerja.

5. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut Prawirosentono Suyadi (2002) Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yaitu:
1) Mencegah, mengurangi, dan meminimumkan kemungkinan terjadinya
kecelakaan dalam pekerjaan.
2) Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran, bahaya
peledakan.
3) Membuat sarana sebagai jalan untuk menyelamatkan diri pada saat
terjadi kebakaran atau kejadian lain yang membahayakan.
4) Memberikan pertolongan pada kecelakaan (PPK).
5) Memberikan alat pelindung diri kepada karyawan.
6) Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebarluasnya suhu,
kelembapan, debu kotoran, asap, uap, gas, embusan angina, radiasi,
suara, dan getaran
7) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat pekerjaan,
baik secara fisik (keracunan, infeksi, dan penularan) maupun psikis
(kelelahan mental, depresi, dan sebagainya).
8) Memperoleh penerapan cahaya yang cukup dan sesuai.
9) Mengatur suhu dan kelembapan udara dengan baik.
10) Memelihara kebersihan lingkungan dan ketertiban.
11) Menciptakan keserasian dalam proses kerja.
12) Memperlancar bongkar muat dan penyimpanan barang/bahan.
13) Mencegah aliran listrik yang berbahaya.
14) Menyempurnakan pengawasan atas pekerjaaan yang mempunyai potensi
kecelakaan tinggi.

6. Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Secara jelas dan tegas di dalam UU No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja Ramli (2010), ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
yang harus dipenuhi oleh setiap orang atau yang menjalankan usaha, baik
formal maupun informal, dimanapun berada dalam upaya memberikan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan semua orang yang berda
dilingkungan usahanya.
Syarat-syarat Keselamatan Kerja seperti pada pasal 3 (1) keselamatan kerja
dimaksud untuk:
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2) Memberikan keselamatan atau jalan penyelamatan dari pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan
3) Mencegah, mengurangi dan memadakan kebakaran
4) Memerikan pertolongan pada kecelakaan
5) Memberikan perlindungan diri pada pekerja
6) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara, cuaca, sinar,
radiasi,kebisingan dan getaran
7) Mencegah dan mengendalikan timbul penyakit akibat kerja baik fisik
maupun pisikis, peracunan, infeksi dan penularan
8) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
9) Menyelenggarakan suhu dan kelembapan udara yang baik
10) Menyelanggarakan penyegaran udara yang cukup.
11) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
DAFTAR PUSTAKA di BAB 2

Anwar Prabu, Mangkunegara. (2004). Manajemen sumber daya manusia. Bandung:


PT Remaja Rsodakarya.
Bangun, Wilson. (2012). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Erlangga
Panggabean, S., Mutiara. (2012). Manajemen sumber daya manusia. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Ramli, Soehatman. (2010). Sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja
OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat.
Ridley John. (2008). Kesehatan dan keselamatan kerja edisi ketiga. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai