Anda di halaman 1dari 29

Pengantar Ilmu Antropologi

Buku Pengantar Antropologi Budaya karangan Prof. Dr. Koentjaraningrat saya beli sekitar 3 minggu yang
lalu tepatnya hati Jumat tanggal 13 September di salah satu toko buku di Kota Yogyakarta. Buku
bercover merah marun ini terdiri dari delapan bab. Dalam buku ini Pak Koentjara membahas secara
detail tentang antropologi yang berarti “ilmu tentang manusia”, dan merupakan ilmu yang sangat tua.
Buku ini juga membahas tentang asal usul manusia serta penggolongannya. Manusia-manusia purba dan
cara mereka untuk bertahan hidup juga dibahas dalam buku ini. Hal yang paling menarik dalam buku ini
adalah pembahasan tentang pembagian suku, ras, dan daerah suku tersebut terbentuk. Hmmm…
sebenarnya saya kurang sepakat mengenai penggolongan manusia yang disebutkan dalam buku ini, but
all is well, it just science, so, are we really descendants of apes?

Please read the review of this book, happy reading 😀

IMG_20131005_154232(Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antopologi. Jakarta: Rineka Cipta)

BAB 1

Asas-asas dan Ruang Lingkup Antropologi

A. Fase-fase Perkembangan Ilmu Antropolgi

1. Fase Pertama (Sebelum 1800)

Kedatangan bangsa eropa barat ke benua afrika, asia dan amerika selama 4 abad (sejak akhir abad ke-15
hingga permulaan abad ke-16) membawa pengaruh bagi berbagai suku bangsa ketiga benua tersebut.
Bersamaan dengan itu mulai terkumpul tulisan buah tangan para musafir, pelaut, pendeta penyiar
agama nasrani, penerjemah kitab injil, dan pegawai pemerintah jajahan dalam bentuk kisah perjalanan,
laporan dan sebagainya.

2. Fase Kedua (Kira-kira Pertengahan Abad ke-19)

Mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitive dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian
tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia
3. Fase Ketiga (Permulaan Abad ke-20)

Mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar eropa guna kepentingan pemerintah
colonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.

4. Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)

Mengenai tujuannya, ilmu antropologi yang baru dalam fase perkembangan yang keempat ini dapat
dibagi dua, yaitu tujuan akademial dan tujuan praktisinya. Tujuan akademisinya adalah mencapai
pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari keragaman bentuk fisiknya,
masyarakat, serta kebudayaan. Karena di dalam praktisnya ilmu antropologi biasanya mempelajari
manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.

B. Antropologi Masa Kini

1. Perbedaan-perbedaan di Berbagai Pusat Ilmiah

Perbedaan-perbedaan di berbagai pusat ilmiah

Secara kasar aliran-aliran dalam antropologi dapat digolongkan berdasarkan atas berbagai universitas di
beberapa Negara tempat ilmu antropologi berkembang yaitu terutama di amerika serikat, ingris, eropa
tengah, eropa utara, uni soviet, dan Negara-negara yang sedang berkembang.

Di Amerika Serikat adalah tempat ilmu antropologi dalam fase keempatnya itu telah berkembang seluas-
luasnya.

Di Inggris dan Negara-negara yang ada dibawah pengaruhnya seperti Australia, ilmu antropologi dalam
fase perkembangan yang ketiga masih dilakukan, tetapi dengan hilangnya daerah-daerah jajahan inggris,
maka sifat dari ilmu antropologi tentu juga berubah. Para sarjana antropologi bangsa Australia
mempelajari suku-suku bangsa asli di papua nugini dan kepulauan Melanesia untuk keperluan
pemerintah-pemerintah jajahannya disana (sekarang bekas jajahan).
Di Uni Soviet, ilmu antropologi berdasarkan konsep Karl Marx dan Friedrich Engels mengenai tingkat-
tingkat evolusi masyarakat. Ilmu itu hanya dianggap sebagian dari ilmu sejarah, yaitu bagian yang
mengkhususkan pada asal mula, evolusi, dan penyebaraan kebudayaan bangsa-bangsa di seluruh muka
bumi.

2. Perbedaan-perbedaan Istilah

Ethnography : pelukisan tentang bangsa-bangsa. Istilah ini umum digunakan di Eropa Barat. Etnology:
ilmu bangsa-bangsa. Amerka dan Inggris yang masih menggunakan istilah ini untuk menyebut suatu
bagian dari antropologi yang khusus mempelajari masalah kebudayaan. Volkerkunde: ilmu bangsa-
bangsa. Istlah ini masih digunakan di Eropa Tengah sampai saat ini. Kulturkunde: ilmu kebudayaan.
Antropologi: ilmu tentang manusia. Istilah yang sangat tua. Dahulu istilah ini digunakan dalam arti lain
yaitu lmu tentang ciri-ciri tubuh manusia dan pernah juga diartikan sebagai ilmu anatomi. Dalam fase
ketiga sejarah perkembangan antropologi, istilah ini pertama dipakai di Inggris dan Amerika. Di Eropa
Barat dan Tengah istilah anthropology dalam arti khusus, yaitu ilmu tentang ras-ras manusia dipandang
dari ciri-ciri fisiknya.

C. Ilmu-ilmu Bagian dari Antropologi

1. Lima Ilmu Bagian dari Antropologi

1) Paleo-antropologi adalah ilmu bagian yang meneliti asal-usul atau terjadinya dan evolusi manusia
dengan mempergunakan sisa-ssa tubuh yang telah membatu (fosil-fosil manusia) tersimpan dalam
lapisan-lapisan bumi yang harus didapat oleh peneliti dengan berbagai metode penggalian.

2) Antropologi fisik dalam arti khusus adalah bagian dari ilmu antropologi yang mencoba mencapai
suatu pengertian tentang sejarah terjadinya beragam manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya.

Bahan penelitiannya adalah ciri-ciri tubuh, baik yang lahir (fenotipe) maupun yang dalam (genotipe).

3) Etnolinguistik adalah suatu ilmu bagian yang asal mulanya berkaitan erat dengan ilmu antropolog.
Bahan penelitiannya berupa daftar kata-kata, pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dan beratus-ratus
bahasa suku bangsa.
4) Prehistori, mempelajari sejarah perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan manusia di
bumi sebelum manusia mengenal huruf.

5) Etnologi adalah ilmu bagian yang mencoba mencapai pengertian mengenai asas-asas manusia,
dengan mempelajari kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin
suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi pada masa sekarang ini.

2. Spesialisasi Antropologi

Spesialisasi subilmu antropologi pembangunan masyasarakat baru dekembangkan setelah ada ilmu
etnopsikologi sekitar tahun 1930.

1) Economic anthropology, ilmu ini dimulai dengan meneliti metode-metode antropologi, gejala-gejala
ekonomi pedesaan, penghimpunan modal, pengerahan tenaga, sistem prodeuksi dan pemasaran lokal
dari hasil pertanian dan prikanan.

2) Development anthropology, antropologi pembangunan mempelajari hal-hal yangberkaitan dengan


pembangunan masyarakat desa, masalah petani terhadap teknologi baru dan sebagainya.

3) Educational anthropology, meneliti masalah pendidikan yang di banyak negara berkembang


mengalami perkembangan.

4) Medical anthropology, spesialsasi ilmu ini timbul karena para ahli antropolog sering diminta para
dokter atau ahli gizi untuk membantu mereka dalam hal meneliti atau memberi data mengenai masalah
konsepsi dan sikap penduduk desa mengenai kesehatan, tentang sakit, tentang dukun, terhadapa obat-
obatan tradisional.

5) Population anthropology, antropologi penduduk mempelajari tentang pertumbuhan penduduk.

6) Political anthropology, antropologi politik mempelajari dan mnyelami kejadian-kejadian dan gejala-
gejala politik serta persaingan, dan kerja sama antara kekuatan dan partai-partai politik di negara-
negara yang sedang berkembang.
7) Anthropology in mental health, sub ilmu antropologi untuk psikiatri, penelitian mengenai masalah
latar belakang sosial budaya dan penyakit-penyakit jiwa.

D. Hubungan Antara Antropologi-Sosial dan Sosiologi

1. Persamaan dan Perbedaan antara Kedua Ilmu

Persamaan: mencari unsur-unsur yang sama di antara beragam masyarakat dan kebudayaan manusia.
Tujuannya adalah untuk mencapai pengertian tentang asas-asas hidup masyarakat dan kebudayaan
manusia pada umumnya.

Perbedaan:

1) Memiliki asal mula dan sejarah yang berbeda.

2) Perbedaan pengkhususan pada poko dan bahan penelitian

3) Berkembangnya beberapa metode dan masalah yang khusus dari kedua ilmu masing-masing.

2. Sejarah Perkembangan Sosiologi

Pada mulanya ilmu sosiologi adalah bagian dari ilmu filsafat yaitu filsafat sosial. Sejak abad ke-19
konsep-konsep filsafat itu telah berubah sejajar dengan berbagai perubahan aliran filsafat dan latar
belakang cara berpikir orang Eropa Barat. Pada fase kedua, timbul kegiatan manganalisis masalah-
masalah masyarakat yang semakin digalakkan.

Ilmu antropologi sosial mulai sebagai suatu himpunan bahan tentang keterangan masyarakat dan
kebudayaan penduduk pribumi di daerah luar Eropa yang menjadi suatu ilmu khusus yang menjadi
kebutuhan untuk mendapat pengertian tentang tingkat-tingkat permulaan dalam sejarah perkembangan
masyarakat dan kebudayaannya sendiri.

Ilmu sosiologi semula adalah bagian dari ilmu filsafat, yaitu filsafat sosial, kemudian menjadi ilmu khusus
karena dibutuhkan ilmu yang lebih mendalam mengenai asas-asas masyarakat dan kebudayaannya
sendiri.
3. Pokok Ilmiah dari Antropologi Sosial dan Sosiologi

Perbedaan antara antropologi dan sosiologi tidak dapat ditentukan lagi oleh perbedaan antara
masyarakat suku bangsa di luar lngkungan Eropa-Amerka dengan masyarakat bangsa Eropa-Amerika.
Perbedaan itu juga tidak dapat ditentukan oleh perbedaan antara masyarakat pedesaan dengan
masyarakat perkotaan, maka perbedaan nyata harus dicari, yaitu kedua ilmu yang itu memakai metode
ilmiah yang berbeda.

4. Metode Ilmiah dari Antropologi Sosial dan Sosiologi

Para ahli antropologi mengembangkan berbagai metode penelitian yang besifat penelitian intensif dan
mendalam misalnya dengan metode wawancara. Sebaliknya, para ahli sosiologi yang biasa meneliti
masyarakat kompleks, lebih banyak mempergunakan berbagai metode penelitian yang bersifat
penelitian meluas, seperti dengan metode angket.

Antropologi mempunyai pengalaman yang lama dan besar dalam menghadapi keragaman (diversitas)
ribuan kebudayaan di bumi. Hal ini menyebabkan berkembangnya berbagai metode mengumpulkan
bahan yang mengkhusus ke dalam , kualitatif serta metode pengolahan dan analisis yang bersfat
membandngkan atau komparatif.

Sosiologi lebih banyak berpengalaman dalam meneliti gejala masyarakat perkotaan yang kompleks dan
kurang memperhatika sifat beragam hidup dan kebudayaan di dunia. Hal ni menyebabkan
berkembangnya berbagai metode mengumpulkan bahan dan analisis berdasarkan perhitungan jumlah
besar. Metode ini dapat disebut kuantitatif seperti metode statistik.

E. Hubungan Antara Antropologi dan Ilmu-ilmu Lain

Ilmu antropologi beserta sub-sub ilmunya mempunyai hubungan yang sangat banyak dengan ilmu-ilmu
lain. Hubungan tersebut bersifat timbal balik. Ilmu-ilmu lain yang terpenting di antaranya adalah:

Hubungan ilmu geologi dan antropologi

Hubungan ilmu paleontologi dan antropologi

Hubungan ilmu anatomi dan antropologi

Hubungan ilmu kesehatan masyarakat dan antropologi

Hubungan ilmu psikiatri dan antropologi

Hubungan ilmu linguistk dan antropologi


Hubungan ilmu arkeologi dan antropologi

Hubungan ilmu sejarah dan antropologi

Hubungan ilmu geografi dan antropologi

Hubungan ilmu ekonomi dan antropologi

Hubungan ilmu hukum adat dan antropologi

Hubungan ilmu administrasi dan antropologi

Hubungan ilmu politik dan antropologi

F. Metode Ilmiah dan Antropolgi

Metode ilmiah dan pengumpulan fakta

Penentuan ciri-ciri umum dan sistem

Verikfikasi

G. Tenaga Sarjana, lembaga, Majalah, dan Prasarana Ilmu Antropologi

Kehidupan ilmiah

Para tokoh sarjana antropologi

Lembaga-lembaga dan majalah-majalah antropologi

Kamus dan atlas antropologi

BAB 2

Makhluk Manusia

Makhluk Manusia di Antara Makhluk-makhluk Lain

Dari sudut pandang biologi, manusia hanya meupakan satu jenis makhluk di antara lebih dari sejuta jenis
makhluk lain yang pernah atau masih menduduki bumi ini. Pada abad ke – 19 ahli biologi Charles
Darwin, mengemukakan teorinya tentang evolusi manusia. Menurut teori tersebut, makhluk hidup
tertua di bumi terdiri dari makhluk-makhluk satu sel seperti protozoa. Dalam jangka waktu ratusan
tahun timbul dan berkembang bentuk-bentuk hidup berupa makhluk-makhluk dengan organisme yang
makn lama makin kompleks dan dalam waktu terakhir berevolusi makhluk seperti kera dan manusia.

Untuk mengatahui ragam jenis makhluk hidup yang pernah hidup di bumi, para ahli biologi telah
membuat suatu sistem klasifikasi semua makhluk hidup berdasarkan atas morfologi dan organismenya.
Manusia menyusui keturunannya dan berdasrakan atas ciri itulah manusia digolongkan bersama dengan
kelas binatang menyusui atau mamalia. Pada kelas ini terdapat golongan atau suku, yaotu suku primata.
Dalam suku ini semua kera mulai dari yang terkecil sampai terbesar dikelaskan menjadi satu dengan
manusia. Hasil penelitian para ahli biologi menunjukkan persamaan ciri-ciri antara kera dan manusia.

Suku primata dibagi menjadi dua subsuku, yaitu prosimii dan anthropoid. Manusia masuk dalam
subsuku anthropoid. Subsuku anthropoid dibagi lagi menjadi tiga infrasuku, yaitu ceboid, cercopitheroid,
dan hominoid. Hominoid menggolongkan manusia dan kera-kera besar menjadi satu. Hominoid
kemudian dibagi lagi menjadi lebih khusus dalam dua keluarga yaitu pongidae dan hominidae. Dalam
keluarga hominidae menusia (homo sapiens) dikelompokkan dengan manusia purba sejenis
pithecanthropus, homo neanderthal. Adapun manusia homo sapiens saat ini terdiri dari empat ras.

Evolusi ciri-ciri biologi:

– Perubahan dalam proses keturunan

– Proses percabangan makhluk primat

Pleistosen dibagi menjadi tiga yaitu : Pleistosen muda, pleistosen madya, pleistosen tua. Mutasi adalah
suatu proses yang berasal dari dalam organisma . Suatu gen yang telah lama diturunkan dari angkatan
ke angkatan bribu-ribu tahun lamanya, pada saat gen itu terbentuk karena adanya zyogte yang baru
dapat berubah sedikit sifatnya. Metode yang harus diperhatikan saat mengklasifikasi suatu ras adalah
dapat dilihat dari cirri lahir hingga cirri-ciri morfologi pada tubuh manusia seperti warna kulit, rambut,
serta ukuran tinggi badan,berat badan dan lain-lain. Pada saat sekarang , semakin berkembangnya suatu
pengetahuan mucul pula konsep-konsep baru mengenai pengklasifikasian ras ini. Munculah teori
klasifikasi filogenetik. Klasifikasi filogenetik ini sebagai pelengkap dari suatu pengindentifikasian suatu
ras yang melihat dari cirri-ciri genotipnya yang melihat asal-usul antar ras serta percabangannya.

BAB 3
Kepribadian

A. Definisi Kepribadian

Kepribadian adalah susunan unsu-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau
tindakan dari tiap-tiap individu manusia. Dalam bahas populer istilah kepribadian juga berarti ciri-ciri
watak seseorang yang konsisten.

B. Unsur-unsur Kepribadian

1. Pengetahuan

Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yangsadar, secara nyata terkandung
dalam otaknya. Unsur-unsur pengetahuan di antaranya adalah:

persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya, tanggapan terhadap
sesuatu yang ditangkapnya;

apersepsi adalah pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya
(dirinya) sendiri yg menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide baru;

pengamatan adalah penggambaran yang lebih intensif terfokus (terjadi karena pemutusan akal yang
lebih intensif);

konsep adalah penggambaran abstrak dalam ilmu-ilmu sosial; dan

fantasi adalah penggambaran baru yang sering juga tidak realistis.

Seluruh penggambaran, persepsi, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan unsur-unsur
pengetahuan manusia yang sadar. Pengetahuan seorang individu karena berbagai alasan dapat juga
terdesak atau dengan sengaja didesak oleh individu itu, ke dalam bagian dari jiwa manusia yang lebih
dalam lagi yaitu bagian yang dalam disebut dengan alam tidak sadar.

2. Perasaan

Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya
dinilai sebagai keadaan yang posotif atau negatif. Suatu perasaan yang selalu bersifat subjektif karena
ada unsur penlaian, biasanya menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran seorang individu. Suatu
kehendak bisa juga menjadi sangat keras, itu seringkali terjadi bila hal yang diinginkan tidak mudah
terpenuhi. Suatu keinginan juga bisa menjadi lebih keras lagi bila apa yang kita inginkan tidak terpenuhi
juga, maka hal tersebut disebut dengan emosi.

3. Dorongan naluri

Dorongan adalah kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap makhluk manusia. Dorongan naluri
adalah:

dorongan untuk mempertahankan hidup;

dorongan seks;

dorongan untuk upaya mencari makan;

dorongan untuk bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia;

dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya;

dorongan untuk berbakti; dan

dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara atau gerak.

C. Materi dari Unsur-unsur Kepribadian

Ahli etnopsikologi, A.F.C Wallace pernah membuat suatu kerangka tentang seluri materi yang menjadi
objekdan sasaran utama kepribadian manusia secara sistematis. Kerangka tersebut memuat tiga hal,
yaitu:

Beragam kebutuhan biologis diri sendiri, beragam kebutuhan dan dorongan psikologis diri sendiri, dan
beragam kebutuhan dan dorongan baik biologis maipun psikologis sesama manusia selain diri sendiri.

Beragam hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu akan identitas diri sendiri (identitas aku)
baik aspek fisik maupun psikologis dan segala hal yang bersangkutan dengan kesadaran manusia.

Berbagai macam cara untuk memenuhi, memperkuat, berhubungan, mendapatkan, atau


mempergunakan beragam kebutuhan sehingga tercapai keadaan memuaskan dalam kesadaran individu
bersangkutan.

D. Macam-macam Kepribadian

1. Macam-macam kepribadian individu


Kepribadian tiap individu sangat unik, hal ini disebabkan karena keragaman struktur kepribadian pada
setiap manusia. Satu macam materi yang menyebabkan satu tingkah laku berpola adalah suatu
kebiasaan (habit) dan berbagai macam materi yang menyebabkan timbulnya kepribadian (personality),
serta segala macam tingkah laku berpola dari individu bersangkutan. Pengetahuan, gagasan, dan konsep
yang dianut oleh sebagian besar warga suatu masyarakat disebut dengan adat istiadat. Seluruh
kompleks tingkah laku umum berwujud pola-pola tindakan yang saling berkaiatan disebut dengan sistem
sosial (social system).

Ilmu antrolpologi lebih memperdalam dan memahani tentang adat istiadat dan sistem sosial dar suatu
masyarakat. khususnya, ilmu antorpologi juga mempelajari kepribadian yang ada pada sebagian besar
warga masyarakat, yang disebut kepribadian umumatau watak umum (modal personality).

2. Kepribadian umum

Kepribadian dasar atau “basic personality structure” berarti semua unsur kepribadian yang dimliki
bersama oleh suatu bagian besar dari warga masyarakat itu. Kepribadian dasar itu ada karena semua
individu warga dari suatu masyarakat itu mengalami pengaruh lingkungan kebudayaan yang sama
selama masa tumbuhnya. Metode yang digunakan adalah dengan cara mengumpulkan suatu sampel
dari individu-ndividu warga masyarakat yang menjadi objek penelitian. Hasil dari penelitian tersebut
tentulah suatu daftar ciri-ciri watak yang secara statistik ada pada suatu persentase yang besar dari
individu-individu dalam sampel tersebut.

Pembentukkan watak dalam jiwa individu banyak dipengaruhi oleh pengalamannya ketka anak-anak itu
diasuh orang-orang dalam lingkungannya yang biasa mengerumunnya pada waktu itu. Watak juga
ditentukan oleh bagaiman cara dia berperilaku setiap hari. Oleh karen aitu dalam setiap kebudayaan
cara pengasuhan anak didasarkan pada adat dan norma-norma tertentu.

3. Kepribadian Barat dan kepribadian Timur

Hsu (dala Koentjaraningrat 2009: 107) seorang manusia Barat akan gigih mencari suatu tujuan hidup lain
yang berarti. Ia secara gigih mengeksplorasi lautan dan benua-benua, ia mengorbankan diri untuk
perikemanusiaan (sikap FloranceNight-ingale). Kegigihan hidup untuk mencari lingkungan karib sudah
menjadi sikap hidup bagi manusia Barat, yang dibawanya kemana-mana. Itulah rahasia yang telah
dicapai oleh manusia Barat dengan segala hal yang dilakukannya. Kalau ia sukses, maka akan benar-
benar sukses. Sebaliknya, kalau ia gagal akan benar-benar sengsara.
Manusia Timur tidak memiliki sikap hidup gigih seperti manusia Barat, karena salah satu kebutuhannya
yaitu “lingkungan karib” sudah otomatis ada. Ia tidak perlu mencarinya dengan gigih. Mereka hidup
mengambang dengan selaras, puas, dan bahagia dengan apa yang dimilikinya, menikmati keindahan
hidup sekitarnya. Kalaupun hidup itu tidak indah, tetapi penuh dosa dan kesengsaraan, maka sikap
orang Indonesia adalah untuk tetap mencoba dan melihat unsur-unsur keindahan dalam kesengsaraan
itu.

BAB 4

Masyarakat

A. Kehidupan Berkelompok dan Definisi Masyarakat

1. Kehidupan berkelompok dalam alam binatang

Ciri khas kehidupan berkelompok binatang:

pembagian kerja yang tetap antara berbagai macam subkesatuan atau golongan individu dalam
kelompok untuk melaksanakan berbagai macam fungsi hidup;

ketergantungan invidu terhadap individu lain dalam kelompok sebagai akibat dari pembagian kerja tadi;

kerja sama antarindividu yang disebabkan karena sifat ketergantungan tadi;

komunikasi antar ndividu yang diperlukan guna melaksanakan kerja sama tadi; dan

deskrminasi yang diadakan antara individu-individu warga kelompok dan individu-individu dari luarnya.

H. Spencer (dalam Koentjaraningrat 2009:109) bahwa asas egoisme atau asas mendahulukan
kepentingan diri sendiri di atas kepentingan yang lain, mutlak perlu bagi jenis-jens makhluk untuk dapat
bertahan dalam alam yang kejam. Sikap egois memungkinkan “the survival of the fittest”.

2. Kehidupan berkelompok makhluk manusia

Manusia adalah jenis makhluk yang hidup berkelompok. Kelakuan bianatang dan kelakuan manusia yang
prosesnya telah direncanakan dalam gennya dan merupakan milk dirinya tanpa belajar, seperti
refleks,kelakuan naluri, dan kelakuan membabi buta, tetap kita sebut kelakuan (behaviour). Sebaliknya,
perilaku manusia yang prosesnyatidak terencana dalam gennya, tetapi yang harus dijadikan milik dirinya
dengan belajar, kita sebut tindakan atau tingkah laku (action).

Pola-pola tindakan dan perilaku manusia adalah hasil belajar, oleh karena itu pola tersebut mudah
berubah dengan lebih cepat daripada perubahan bentuk biologisnya. Tingkah laku dan hidup manusia
beberapa tahun yang lalusangat berbeda dengan sekarang. Dahulu orang Indonesia masih banyak
tinggal dalam rumah-rumah besar dengan kelompok kerabatnya yang luas, dan dari musim ke musim
menanam padi di ladang atau sawah sebagai petani.kini keturunan langsung dari para petani tadi tinggal
dalam rumah-rumah gedung di dalam kompleks perumahan jawatan atau perusahaan swasta, dan tiap
hari hidup di kantor, perusahaan atau pabrik sebagai direktur jenderal, manajer atau insinyur.

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam rentang waktu hidup beberapa generasi manusia tidak sama
cepatnya pada kelompok manusia satu dengan kelompok manusia lainnya. Proses perubahan yang
berbeda-beda menyebabkan timbulnya ragam kesatuan hidup manusia yang berada di muka bumi ini.

B. Berbagai wujud Kelompok Manusia

Beragam kesatuan hidup manusia dalam suatu kesatuan negara nasional mempunyai wujud yang lain,
beragam wujud ini bukan disebabkan karena adanya perbedaan suku-suku bangsa, melainkan karean
secara horizontal ada perbedaan lapisan sosial. Suatu negara dengan beragam suku bangsa, seprti
Indonesia terdapat lapisan sosial yang berlaku untuk seluruh negara. Selain itu, juga terdapat sistem-
sistem pelapisan sosial yang hanya berlaku untuk setiap suku bangsa dalam negara. Pelapisan sosial di
Bali yang berwujud kasta Brahmana, Satriya, Waisya, dan Sudra, tidak berlaku misalnya dalam adat
istiadat Sunda, Aceh, Timor dan lainnya.

C. Unsur-unsur Masyarakat

Masyarakat

Kategori sosial

“Kesatuan manusia yang terwujudkan karena adanya suatu ciri atau suatu kompleks ciri-ciri obyektif
yang dapat dikenakan kepada manusia-manusia itu “. (Koentjaraningrat : 2009 : Hal 120). Penilaian
secara objektif ini lah yang membuat orang lain . Maka dari itu berarti kategori sosial terbentuk karena
adanya penilaian dari orang lain mengenai ciri yang dikenakan manusia.
Golongan sosial

Pembeda antara kategori dengan golongan adalah jika golongan sosial ini memang memiliki kesadaran
identitas yang tumbuh dan menjadi bentuk respon atau reaksi terhadap sesuatu. Dibuat oleh orang yang
bersangkutan serta dihadapkan oleh struktur sosial namun hirarkinya tidak sejelas kategori.

Kelompok dan perkumpulan

Beragam kelompok dan perkumpulan

Ikhtisar mengenai beragam wujud kesatuan manusia

Interaksi antar individu dalam masyarakat

Menurut Tonnies yang membedakan dua masyarakat yaitu Gemeinschaft dan Gesellschaf. Tabel
perbedaan antara kelompok dengan perkumpulan (Koentjaraningrat : 2009: Hal 128):

Kelompok

Perkumpulan

Primary Group Association

Gemeinschaft Gesellschaft

Solidarite mechanique

Solidariteorganique

Hubungan Familistic Hubungan contractual

Dasar organisasi adat Dasar organisasi buatan

Pimpinan berdasarkan kewibawaan dan karismaPimpinan berdasarkan wewenang dan hukum

Hubungan berazas perorangan Hubungan anonim&berazasguna

D. Pranata Sosial
Pranata sosial di dalam masyarakat dikalsifkasikan dalam beberapa poin, yaitu: pranata; pranata dan
lembaga; macam-macam pranata; dan pranata, kedudukan, dan peranan sosial.

E. Integrasi Masyarakat

Analisis masyarakat , seorang peneliti memerinci kehidupan masyarakat itu ke dalam unsur-unsurnya
yaitu pranata, kedudukan sosial dan peranan sosial. Fungsi dari struktur sosial adalah sebagai pengendali
di dalam masyarakat yang memiliki batasan-batasan tertentu di dalam bermasyarakat.

BAB 5

Kebudayaan

A. Definisi Menurut Ilmu Antropologi

Menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Definisi yang menganggap bahwa kebudayaan dan tindakan kebudayaan itu adalah segala tindakan yang
harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar (learned behaviour), juga diajukan oleh beberapa ahli
antropologi terkenal seperti C. Wissler, C. Kluckchohn, A. Davis atau A. Hoebel.

1. Kebudayaan (Culture) dan peradaban

Kata “kebudayaan” berasal dari kata sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti
“budi” atau “akal”. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan: “hal-hal yang bersangkutan dengan
akal”

Kata culture merupakan kata asing yang sama artinya dengan kebudayaan. Berasal dari kata Latin colere
yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang
arti culture sebagai segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah
alam. Di samping itu istilah kebudayaan ada pula istilah peradaban. Hal yang terakhir adalah sama
dengan istilah inggris civilization.
2. Sifat superorganik dari kebudayaan

Melalui dua peristiwa evolusi kebudayaan, yaitu revolusi pertanian dan revolusi perkotaan, proses
kecepatan tampak membumbung tinggi dengan suatu kecepatan yang seolah-olah tidak dapat
dikendalikan sendiri, dalam waktu hanya 200 tahun saja, melalui peristiwa yang disebut revolusi
industri. Proses perkembangan kebudayaan yang seolah-olah melepaskan diri dari evolusi organik,
merupakan proses yang oleh ahli antropologi A. L. Kroeber disebut proses perkembangan superorganic
dari kebudayaan.

B. Tiga Wujud Kebudayaan

Sebagai suatu kompleks dari ide-ide , gagasan , nilai, norma , peraturan , dan sebagainya

Sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat

Kebudayaan sbagai benda hasil karya manusia.

C. Adat-istiadat, norma, dan hukum

Norma yang berupa aturan-aturan untuk bertindak bersifat khusus, sedangkan perumusannya bersifat
amat terperinci, jelas, tegas dan tidak meragukan. Norma-norma yang khusus itu dapat digolongkan
menurut pranata yang ada di masyarakat. Dalam tiap pranata itu terdapat macam-macam kedudukan.
Dalam tiap kedudukan ada seorang individu yang bertindak memetaskan peranan sosialnya terhadap
tindakan-tindakan lain individu warga masyarakat dalam interaksi sosial.

Beberapa individu saja yang biasanya mengetahui banyak mengenai seluk beluk sistem norma dalam
suatu pranata atau beberapa pranata yang berkaitan satu sama lain. Individu-individu ahli mengenai
norma-norma semacam itu dalam masyarakatnya disebut “ahli adat”. Seorang ahli sosiologi W.G.
Sumner, norma golongan pertama disebut mores, dan norma golongan kedua folkways. Istilah mores
menurut konsepsi sumner “adat-istiadat dalam arti khusus”, sedangkan falkway dapat kita sebut “tata
cara”.

Perbedaan antara adat dan hukum adat, atau mengenai ciri-ciri dasar dari hukum dan hukum ada,
memang sudah sejak lama menjadi buah pemikiran para ahli antropologi. Mereka dapat kita bagi dalam
dua golongan. Golongan pertama tidak ada aktivitas hukum dalam masyarakat yang tidak bernegara.
Anggapan ini terutama disebabkan karena para ahli menyempitkan definisi mereka tentang hukum
hanya pada ativitas-aktivitas hukum dalam masyarakat yang bernegara.
Golongan kedua tidak mengkhususkan definisi mereka tentang hukum, hanya kepada hukum dalam
masyarakat bernegara dengan suatu sistem alat-alat kekuasaan saja. B. Malinowski berpendapat bahwa
ada suatu dasar universal yang sama antara “hukum” dalam masyarakat bernegara dan masyarakat
bterbelakang.

D. Unsur-unsur Kebudayaan

Ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia., antara lain adalah:

Bahasa

Sistem pengetahuan

Organisasi sosial

Sistem peralatan hidup dan teknologi

Sistem mata pencaharian hidup

Sistem religi

Kesenian

E. Integrasi Kebudayaan

1. Metode holistik

Para ahli antopologi biasanya memakai istilah “holistik” (bolistic) untuk menggambarkan metode
tinjauan yang mendekati suatu kebudayaan itu sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi.

2. Pikiran kolektif

Durkheim berpendapat bahwa suatu gagasan yang sudah dimiliki oleh sebagian besar warga masyarakat
bukan lagi berupa satu gagasan lain yang sejenis menjadi suatu kompleks gagasan-gagasan, sehingga ia
selalu mempergunakan istilah respresentations collectives dalam bentuk jamak.

3. Fungsi unsur-unsur kebudayaan


M.E. Spiro, pernah mendapat bahwa dalam karangan ilmiah ada tiga cara pemakain kata “fungsi” itu,
ialah:

Menerangkan “fungsi” itu sebagai hubungan antara suatu hal dengan suatu tujuan tertentu .

Menerangkan kaitan antara satu hal dengan hal yang lain

Menerangkan hubungan yang terjadi antara satu hal dengan hal-hal lain dalam suatu system yang
terintegrasi.

4. Fokus kebudayaan

Banyak kebudayaan mempunyai suatu unsure kebudayaan atau beberapa pranata tertentu yang
merupakan suatu unsure pusat dalam kebudayaan, sehingga digemari oleh sebagian besar dari warga
masyarakat. Dengan demikian mendominasi banyak aktivitas atau pranata lain dalam kehidupan
masyarakat.

Suatu kompleks unsure-unsur kebudayaan yang tampak seolah-olah mendominasi seluruh kehidupan
masyarakat yang bersangkutan, oleh ahli antropologi Amerika R. Linton, disebut cultural interest, atau
kadang-kadang juga social interest. Penulis mengusulkan untuk menggunakan istilah focus kebudayaan,
suatu istilah yang pertama-tama digunakan oleh M.J. Herskovits.

5. Etos kebudayaan

Suatu kebudayaan sering memancarkan keluar suatu watak khas tertentu yang tampak. Watak khas itu
dalam ilmu antropologi disebut ethos, sering tampak pada gaya tingkah laku warga masyarakatnya,
kegemaran-kegemaran mereka, dan berbagai benda hasil karya mereka.

Dalam ilmu antropologi, penelitian-penelitian mengenai watak kebudayaan seperti itu walaupun telah
lama ada, mula-mula hanya dijalankan secara sadar oleh seorang sarjana antropologiwanita bangsa
Amerika, Ruth Benedict.

6. Kepribadian umum
Metode lain yang pernah dikembangkan oleh para ahli antropologi untuk melukiskan suatu kebudayaan
secara holistik terintegrasi adalah dengan memusatkan perhatian terhadap “kepribadian umum” yang
dominan dalam kebudayaan itu.

BAB 6

Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan

A. Konsepsi-konsepsi Khusus mengenai Pergeseran Masyarakat dan Kebudayaan

Diantara konsep-konsep yang terpenting ada mengenai proses belajar kebudayaan oleh warga
masyarakat bersangkutan, yaitu internalisasi (internalization), sosialisasi (socialization), dan enkulturasi
(enculturation).

B. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri

1. Proses Internalisasi

Proses Internalisasi adlah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hamper meninggal.
Individu belajar menenamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, napsu, dan emosi yang
diperlukan sepanjang hidupnya.

2. Proses Sosialisasi

Proses Sosialisasi berkaitan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan system social.
Dalam prose situ seseorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan
dalam interaksi dengan segala macam individu sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan
social yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.

3. Proses Enkulturasi
Proses Enkulturasi adalah proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta
sikapnya dengan adat, system norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaanbya.

C. Proses Evolusi Sosial

1. Proses microscopic dan macroscopic dalam evolusi social

Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisis oleh seorang peneliti seolah-olah
dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandang seolah-olah dari jauh dengan hanya
memperhatikan perubahan-perubahan yang tampak besar saja (macroscopic). Proses evolusi social-
budaya yang dianalisis secara detail akan membuka mata peneliti untuk berbagai macam proses
perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari tiap masyarakat di dunia.

2. Proses-proses berulang dalam evolusi social budaya

Tindakan individu warga masyarakat yang menyimpang dari adat-istiadat umum seperti terurai
sebelumnya, pada suatu ketika dapat banyak terjadi dan dapat sering berulang (recurrent) dalam
kehidupan sehari-hari di setiap masyarakat diseluruh dunia. Sikap individu yang hidup dalam banyak
masyarakat terutama adalah mengingat keperluan diri sendiri dengan demikian ia sedapat mungkin
akan mencoba menghindari adat atau aturan bila tidak cocok dengan keperluan pribadinya.

Justru keadaan –keadaan yang menyimpang dari adat ini sangat penting artinya, karena penyimpangan
demikian merupakan pangkal dari proses-proses perubahan kebudayaan masyarakat pada umumnya.
Sudah tentu masyarakat pada umumnya tidak membiarkan saja penyimpangan-penyimpangan dari para
warganya itu, dan itulah sebabnya dalam tiap masyarakat ada alat-alat pengendalian masyarakat yang
bertugas untuk mengurangi penyimpangan tadi.

Kalau kepurusan hokum adat terakhir ini dianggap sebagai keputusan yang memuaskan dan tidak
menimbulkan ketegangan lagi, maka keputusan itu akan menjadi suatu adat yang baru untuk masa
selanjutnya, sampai pada suatu saat di hari kemudian terjadi penyimpangan baru, ketegangan baru, dan
keputusan baru, yang akan melahirkan adat baru pula.

3. Proses mengarah dalam evolusi kebudayaan


Difusi : Penyebaran budaya

Akulturasi : Pencampuran budaya

Asimilasi : Proses yang timbul bila ada latar belakang masyarakat yang berbeda-beda , berinteraksi
dalam jangka waktu yang lama dan intensif, unsur-unsur kebudayaan campuran.

Inofasi : Suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam , energi, teknologi dan lain lain
hal ini yang menyebabkan adanya pembaruan kebudayaan.

Discovery : Penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru., baik berupa suatu alat baru , suatu ide
baru yang diciptakan oleh seorang individu , atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam
masyarakat yang bersangkutan.

BAB 7

Aneka Ragam Kebudayaan dan Masyarakat

A. Konsep Suku Bangsa

1. Suku bangsa

Istilah etnografi untuk suatu kebudayaan dengan corak khas adalah suku bangsa. Konsep yang tercakup
dalam istilah suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terkat oleh kesadaran dan identitas akan
kesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas sering kali dikuatkan oleh kesatuan bahasa
juga.

Deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan isi dari karangan etnografi.
Namun, karena ada suku bangsa yang besar sekali terdiri dari berjuta-juta penduduk (seperti suku
bangsa Sunda), maka ahli antropologi yang membuat sebuah karangan etnografi sudah tentu tidak
dapat mencakup keseluruhan dari suku bangsa besar itu dalam deskripsinya. Umumnya ia hanya
melukiskan sebagian dari kebudayaan suku bangsa itu.

2. Beragam kebudayaan suku bangsa


Kesatuan masyarakat suku bangsa berdasarkan kriterua mata pencarian dan sistem ekonomi:

masyarakat pemburu dan peramu (hunting and gathering societies);

masyarakat peternak (pastoral societies);

masyarakat peladang (societies of shifting cultivators);

masyarakat nelayan (fishing communities);

masyarakat petani pedesaan (peasant communities); dan

masyarakat perkotaan kompleks (complex urban societies).

B. Konsep Daerah Kebudayaan

Suatu daerah kebudayaan (culture area) merupakan suatu penggabungan atau penggolongan dari suku-
suku bangsa yang beragam kebudayaannya, tetapi mempunyai beberapa unsur dan ciri mencolok yang
serupa.

C. Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika Utara

Kesembilan daerah kebudayaan di Amerika Utara menurut klasidikasi Clark Wissler adalah:

Daerah kebudayaan Eskimo (Kanada: Bafinland dan Greenland). Suku bangsa: Eskimo Nunivakniut,
Eskimo Eglulik, dan Eskimo Angmasalik

Daerah kebudayaan Yukon Mackenzie (Kanada).Suku bangsa: Tanana, Kaska, Chipwayan

Daerah kebudayaan pantai barat laut. Suku bangsa:Tlingit, Haida, dan Kwakiutl

Daerah kebudayaan dataran tinggi. Suku bangsa: Kutenai, Kiamat, Yurok

Daerah kebudayaan Plains. Suku bangsa: Crow, Omaha, Comanche

Daerah kebudayaan hutan timur. Suku bangsa: Winnebago, Huron, dan Iroquois.

Daerah kebudayaan dataran California. Suku bangsa: Miwok, Washo, Ute

Daerah kebudayaan barat daya. Suku bangsa: Apache, Navaho, Zuni Pueblo, Hopi Pueblo, dan Santa
Clara Pueblo.

Daerah kebudayaan tenggara. Suku bangsa: Cheroke, Seminole, dan Choctow

Daerah kebudayaan Meksiko


D. Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika Latin

1. Sistem penggolongan daerah-daerah kebudayaan di Amerika Latin

Empat tipe kebudayaan oleh J. M Cooper:

circum caribbean cultures;

andean civilization;

tropical forest cultures; dan

marginal cultures.

J. H. Steward dan L. C. Faron merevisi tipe kebudayaan J. M. Cooper dalam bukunya yang berjudul
Native People of South America menjadi lima tipe:

cultures with theocratic and militaristic chiefdoms;

andean cultures;

southern andean cultures;

tropical forest cultures; dan

cultures of nomadichunters and gatheres.

2. Daerah-daerah kebudayaan di Amerika Latin

Daerah kebudayaan Cacique (Venezuela dan Columbia)

Daerah kebudayaan Andes. Suku bangsa: Campa dan Inca

Daerah kebudayaan Andes Selatan (Chili dan Argentina). Suku bangsa: Atacama, Diaguita, dan Araucania

Daerah kebudayaan rimba tropis (Brazil). Suku bangsa: Jivaro, Tupinamba, dan Mundurucu

Daerah kebudayaan berburu dan meramu (Chili Selatan, Argentina). Suku bangsa: Chono, Ona, Yahgan,
Guaycuru, Guana, dan Mbaya

E. Sub-sub Kawasan Geografi di Oseania

Kebudayaan-kebudayaan dari penduduk kepulauan d Lautan Teduh dalam keseluruhan belum pernah
dibagi ke dalam cultures area oleh para ahli antropologi. Kebudayaan-kebudayaan yang ada pada
kawasan ini adalah kebudayaan penduduk asli Australia, kebudayaan penduduk asli Irian dan Melanesia,
kebudayaan penduduk Mikronesia, dan kebudayaan penduduk Polinesia.

F. Daerah-daerah Kebudayaan di Afrika

Ragam kebudayaan suku-suku bangsa penduduk di Afrika diklasifikasikan ke dalam delapan belas daerah
kebudayaan oleh ahli antropologi:

Daerah kebudayaan Afrika Utara

Daerah kebudayaan Hilir Nil

Daerah kebudayaan Sahara

Daerah kebudayaan Sudan Barat

Daerah kebudayaan Sudan Timur

Daerah kebudayaan Hulu Tengah Nil

Daerah kebudayaan Afrika Tengah

Daerah kebudayaan Hulu Selatan Nil

Daerah kebudayaan Tanduk Afrika

Daerah kebudayaan Pantai Guinea

Daerah kebudayaan Bantu Khatulistwa

Daerah kebudayaan Bantu Danau-danau

Daerah kebudayaan Bantu Timur

Daerah kebudayaan Bantu Tengah

Daerah kebudayaan Bantu Barat Daya

Daerah kebudayaan Bantu Tenggara

Daerah kebudayaan Choisan

Daerah kebudayaan Madagaskar

G. Daerah-daerah Kebudayaan di Asia

A. L. Kroeber membagi Benua Asia ke dalam daerah-daerah kebudayaan:


Daerah kebudayaan Asia Tenggara

Daerah kebudayaan Asia Selatan

Daerah kebudayaan Asia Barat Daya

Daerah kebudayaan Cina

Daerah kebudayaan Stepa Asia Tengah

Daerah kebudayaan Siberia

Daerah kebudayaan Asia Timur Laut

H. Suku-suku Bangsa di Indonesia

Klasifikasi dari beragam suku bangsa di wilayah Indonesia basanya masih berdasar sistem lingkaran-
lingkaran hukum adat yang mula-mula disusun oleh Van Vollenhoven. Indonesia dibagi ke dalam 19
daerah kebudayaan:

Aceh

Gayo-Alas dan Batak, Nias dan Batu

Minangkabau, Mentawai

Sumatera Selatan, Enggano

Melayu

Bangka dan Belitong

Kalimantan

Sangr Talaud

Gorontalo

Toraja

Sulawesi Selatan

Ternate

Ambon Maluku, Kepulauan Barat Daya

Irian

Timor
Bali dan Lombok

Jawa Tengah dan Timur

Surakarta dan Yogyakarta

Jawa Barat

I. Ras, Bahasa, dan Kebudayaan

Koentjaraningrat (2009:248) menyatakan bahwa ejumlah manusia yang memiliki ciri-ciri ras tertentu
yang sama, belum tentu juga mempunyai bahasa induk yang termasuk satu rumpun bahasa, apalagi
mempunyai satu kebudayaan yang tergolong satu daerah kebudayaan.

BAB 8

Etnografi

A. Kesatuan Sosial dalam Etnografi

Jenis karangan penting yang mengandung bahan pokok dari pengolahan dan analisis atropologi adalah
karangan etnografi. Karangan etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku
bangsa.

Ahli antropologi Amerika, R. Naroll, pernah menyusun suatu daftar prinsip-prinsp yang biasa digunakan
oleh ahli antropologi untuk menentukan batas-batas dari masyarakat, bagian suku bangsa yang menjadi
pokok dan lokasi yang nyata dari deskripsi etnografi. Ada beberapa modifikasi oleh J. A. Clifton dalam
buku pelajarannya Introduction to Cultural Anthropology (1968: 15), maka daftar tersebut menjadi
separti berikut:

kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih;

kesatuan masyarakat yang terdiri dari penduduk yang mengucapkan satu bahasa atau satu logat bahasa;

kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh garis batas suatu daerah politis administratif;

kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa identitas penduduknya sendiri;

kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah geografi yang ,merupakan kesatuan daerah
fisik;
kesatuan masyarakat yang ditentuakan oleh kesatuan ekologi;

kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mengalam satu pengalaman sejarah yang sama;

kesatuan masyarakat dengan penduduk yang frekuensi interaksinya satu dengan lain tingginya merata;
dan

kesatuan masyarakat dengan susunan sosila yang seragam.

B. Kerangka Etnografi

Bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di suatu komunitas dari suatu daerah geografi
ekologi atau di suatu wilayah administratif tertentu yang menjadi pokok deskripsi sebuah buku
etnografi, biasnya dibagi ke dalam bab-bab tentang unsur-unsur kebudayaan menurut suatu tata urut
yang sudah baku. Susunan tata urut itu kita sebut saja kerangka etnografi. Unsur kebudayaan universal
dibagi ke dalam lima bab, yaitu: (1) bahasa; (2) sistem teknologi; (3) sistem ekonomi; (4) organisasi
sosial; (5) sistem pengetahuan; (6) kesesnan; dan (7) sistem religi.

Setiap bab akan terdiri dari bagian-bagian khusus yang akan duraikan dengan lebh mendalam dalam
sub-subbab, yaitu:

Lokasi, Lingkungan Alam, dan Demografi

Asal Mula dan Sejarah Suku Bangsa

Bahasa

Sistem Teknologi

Alat-alat produksi, alat membuat api, senjata, wadah, makanan, pakaian, tempar berlndung dan
perumahan, alat-alat transportasi.

Sistem Mata Pencarian

Sistem mata pencarian tradisional, memburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang,
menangkap ikan, dan bercocok tanam menetap dengan irigasi.

Organisasi Sosial

Unsur-unsur khusus dalam organisasi sosial, sistem kekerabatan.


Sistem Pengetahuan

Perhatian ilmu antropologi terhadap pengetahuna, sistem pengetahuan

Sistem Religi

Perhatian ilmu antropologi terhadap religi,unsur-unsur khusus dalam sistem relgi

Kesenian

Yuppp…. thanks for reading this review 😀

and this is my comment about this book!

Kelebihan Buku

Pembahasan mengenai antropologi, mulai dari sejarah, pembagian, perkembangan manusia,


masyarakat, dan budaya dibahas sangat mendetail oleh Koentjaraningrat dalam buku ini. Penjelasan
serta penjabaran terperinci, membuat pembaca seolah-olah terbius oleh alur penulisan kisah atau cerita
seperti sedang membaca novel. Pemberian contoh-contoh baik berupa bagan, gamabr , atau tabel di
setiap penjelasan, membuat pembaca semakin mudah untuk memahami isi dari buku ini. Contoh yang
diberikan dalam penjelasan sangat menarik karena berdasr penelitian, pengalaman pribadi penulis dan
nyata. Tipe buku ini adalah tipe text book sangat sesua dengan untuk pelajar atau mahasiswa yang ingin
mempelajari antropologi lebih dalam. Struktur buku ini cukup bagus, sehngga ketika melihat daftra isi
pembaca sudah mulai bisa memahami isi buku dan menjadi daya tarik tersendiri untuk segera membaca
buku ini. Sampul dari buku ini cukup menarik, berwarna merah bercampur hitam dengan motif batik,
yang juga merupakan bagain dari kebudayaan.

Kekurangan Buku

Penjelasan dan penjabaran isi buku di setiap bab dan subbabnya sangat panjang dan kurang to the
point. Penulisan dalam buku ini belum sepenuhnya benar sesuai kaidah Bahasa Indonesia, misalnya
seperti penggunaan kata sambung “dengan” di awal kalimat banyak ditemukan di halaman 3. Editor dari
buku ini kurang cermat dan teliti sehingga terdapat kata yang tertulis berulang.

Anda mungkin juga menyukai