PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bikarbonat pada tubulus ginjal, gangguan ekskresi H+, atau keduanya sehingga
asidosis metabolik hiperkloremik dengan senjang anion plasma dan laju filtrasi
glomerulus normal. Asidosis tubulus renalis sudah dikenal sejak 1941, namun
sampai sekarang diagnosis ATR masih sulit ditegakkan terutama karena gejala
klinis tidak spesifik sehingga sering tidak terdiagnosis atau terlambat dan tidak
RTA dapat dibedakan menjadi 4 tipe yaitu tipe I atau distal, tipe II atau
proksimal, tipe III atau hibrid, dan tipe IV atau RTA hiperkalemik. Tipe 1
sehingga pH urin diatas 5.5 dan pasien mengalami hipokalemia. Pada tipe 2
lebih rendah dari 5.5. Tipe 3 merupakan tipe gabungan dari tipe 1 dan tipe 2.
kelainan pada tipe ini terletak pada resistensi tubulus terhadap aldosteron atau
dominan atau autosomal resesif. Pada RTA tipe 1 yang diturunkan secara
masa bayi. Sedangkan pada RTA tipe 1 yang autosomal dominan, gejala
terlihat setelah usia anak atau saat remaja. Gen yang mengalami mutasi adalah
gen yang mengkode carbonic anhydrase (CA) II, kidney anion excharger-1
terdapat hubungan dengan sensori neural hearing loss, yaitu terkait pada gen
menunjukkan hubungan dengan renal tubular asidosis. Pada RTA tipe 1 yang
Pada RTA tipe 1 terdapat jenis yang klasik dan jenis incomplete,
perbedaan kedua jenis tersebut terkait pada asidosis metabolik pada serum.
Pada RTA tipe 1 klasik (dRTA) didapatkan asidosis metabolik yang nyata,
pada tahun 1975 – 1995, didapatkan 2 pasien dengan keluhan patah tulang dari
12 kasus renal tubular asidosis.2 Patofisiologi patah tulang pada renal tubular
1. Identitas pasien
tulang patologis, atrial septal defect dan gizi buruk tipe marasmik sejak
Oktober 2012. Pasien mulai sering merasa lemas sejak usia 6 tahun,
Pasien mengalami patah tulang pada paha kanan pada akhir tahun 2011 tanpa
sebab trauma yang jelas, dan menjalani operasi pertama. Pada tahun 2012,
pasien kembali mengalami patah tulang pada paha kiri dan keadaan pasien
dengan patah tulang patologis pada bagian 1/3 tengah femur kanan, bagian 1/3
atas femur kiri dan pada bagian bawah cruris kanan. Tidak ada keluarga dari
Hasil pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan pH: 7,5, pO2: 101,1 (80 -
95) mmHg, pCO2: 24,4 (35 – 45)mmHg, HCO3: 18,6 (22 – 26) meq/L, BE: -
terkompensasi. Pada saat pengambilan hasil tanda vital pasien: nadi 96x/menit,
metabolik yang kronik. Hasil perhitungan anion gap pada darah : Na+K
atrial septal defect sekundum kecil dengan ukuran 3mm, pada pasien tidak
pemberian terapi.
femur dan cruris. Pemeriksaan bone densitometri tidak dapat dilakukan karena
natrium bikarbonat per oral 4x 250 mg, KCL per oral 3x 1000 mg, dan kalsium
keadaan umum sadar, dan tampak kurus. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan denyut nadi : 105x/menit isi dan tegangan cukup, laju nafas :
dalam batas normal, dan didapatkan bising jantung ejeksi sistolik pada SIC 2-3
LPS kiri. Pada pemeriksaan paru didapatkan suara dasar vesikular dan tidak
kaki teraba kuat. Imunisasi telah lengkap sesuai kartu menuju sehat (KMS) dan
12,264 (BMI/U: -3,28, Z <-3SD), tinggi tubuh 103,05 cm (HAZ: -5,77, Z <-
3SD), dengan status gizi buruk tipe marasmik fase rehabilitasi dan sangat
septal defek sekundum kecil, gizi buruk tipe marasmik fase rehabilitasi dan
sangat pendek. Saat ini pasien sudah dapat berjalan dengan bantuan tripod, dan
patologis, atrial septal defect dan gizi buruk tipe marasmik sejak bulan Oktober
melakukan pemantauan.
menjadi optimal
diharapkan
mungkin.
2. Residen
adekuat untuk penyakit tersebut dan penyakit penyerta. Dokter anak juga