PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 335 juta orang di dunia
mengidap penyakit gout (Bobaya, 2016). Ketika seseorang telah mengalami hiperuresemia maka
dapat dikatakan pula seseorang tersebut mengalami gout artritis, yang mana gout artritis merupakan
salah satu penyakit rematik yang menduduki urutan ketiga setelah rematoid artritis. Indonesia
mengalami transisi epidemiologi penyakit dan kematian yang disebabkan oleh gaya hidup,
meningkatnya sosial ekonomi dan bertambahnya harapan hidup. Penyakit pada awalnya didominasi
oleh penyakit menular namun saat ini penyakit tidak menular (PTM) terus mengalami peningkatan
dan melebihi penyakit menular. Tingginya permasalahan PTM di indonesia memerlukan upaya
pengendalian yang memadai dan komprehensif melalui promosi, deteksi dini, pengobatan, dan
rehabilitasi, salah satu penyakit tidak menular di kabupaten ogan ilir adalah penyakit sendi salah
satu di antaranya adalah atritis gout (Depkes, 2015). Prevalensi penyakit sendi berdasarkan hasil
diagnosis dokter pada umur lebih dari 15 tahun pada tahun 2018 di Sumatera Selatan, dengan jumlah
persentasi laki - laki 6,1 %, perempuan 8,5 % dan di yang mengalami penyakit sendi di daerah
Penyakit asam urat biasa dikenal dengan gout merupakan suatu penyakit yang diakibatkan
karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil samping
dari pemecahan sel yang terdapat di dalam darah, karena tubuh secara berkesinambungan memecah
dan membentuk sel yang baru. Kadar asam urat meningkat atau abnormal ketika ginjal tidak mampu
mengeluarkannya melalui urin, sehingga dapat menyebabkan nyeri pada sendi, terbentuknya
benjolan-benjolan pada bagian tertentu. Oleh karena penyakit gout menyerang sendi, maka dapat
disebut juga dengan Gout Arthritis. Penyakit gout arthriris merupakan penyakit metabolik, yaitu
penyakit yang disebabkan oleh gangguan metabolisme yang dalam hal ini adalah gangguan
metabolisme urat (Rudi, 2009). Kadar asam urat darah dipengaruhi oleh herediter, jenis kelamin,
kelainan enzim spesifik, idiopatik, faktor lingkungan, penyakit tertentu, kegiatan dan diet.
Prevalensi hiperurisemia lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada perempuan, terutama pada
laki-laki dengan usia di atas 40 tahun, sedangkan pada perempuan terutama saat menopause
(Hendri, 2008).
mempunyai latar belakang penyebab primer, sehingga memerlukan pengendalian kadar asam urat
jangka panjang. Perlu komunikasi yang baik dengan pasien untuk mencapai tujuan terapi. Hal itu
dapat diperoleh dengan edukasi dan diet rendah purin yang menjadi tatalaksana (Hidayat, 2009).
Pencegahan lainnya berupa penurunan konsumsi alkohol dan penurunan berat badan (Misnadiarly,
2007). Gejala dari gout berupa serangan nyeri sendi yang bersifat akut, biasanya menyerang satu
sendi disertai demam, kemudian keluhan membaik dan disusul masa tanpa keluhan yang mungkin
berlanjut dengan nyeri sendi kronis. Hampir 85-90% penderita yang mengalami serangan pertama
biasanya mengenai satu persendian dan umumnya pada sendi antara ruas tulang telapak kaki dengan
Peran perawat adalah memberikan skill dan pengetahuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin, serta mengajarkan keluarga untuk bisa merawat anggota keluarga
yang sakit agar tercapai keluarga yang mandiri. Dalam hal ini, tugas perkembangan keluarga yang
harus dicapai yaitu keluarga mampu mengenal, mengambil keputusan, merawat, memodifikasi dan
Banyak cara untuk mengendalikan asam urat baik dengan cara farmakologi ataupun
nonfarmakologi. Cara non farmakologi selain dengan cara diet rendah purin, dapat juga dengan cara
herbal. Indonesia memiliki banyak ragam tumbuhan yang dapat dikonsumsi untuk menurunkan
kadar asam urat. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menelaah kasus yang
berhubungan dengan pengaruh pemberian rebusan tanaman yang dapat menurunkan kadar asam
urat.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umums
Untuk memaparkan intervensi non-farmakologis pemberian air rebusan dari tanaman herbal
terhadap penurunan kadar asam urat pada penderita gout arthritis berdasarkan telaah jurnal
penelitian.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi jurnal yang terkait dengan penanganan penderita gout arthritis.
b. Mampu menelaah jurnal yang terkait dengan penanganan penderita gout arthritis
c. Mampu mengidentifikasi kelebihan atau kekurangan yang terdapat dalam jurnal dalam
d. Mampu menyimpulkan jurnal yang terkait dengan penanganan penurunan kadar asam urat
e. Mampu mengaplikasikan intervensi yang terdapat dalam jurnal menangani penurunan kadar
C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa keperawatan
untuk menangani penurunan kadar asam urat pada penderita gout arthritis.
2. Institusi Pendidikan
Bidang keperawatan keluarga dan komunitas dapat menjadikan hasil analisa jurnal ini sebagai
landasan untuk pengembangan ilmu keperawatan yang aplikatif dan dapat menambah referensi
mahasiswa dalam melakukan terapi non-farmakologis untuk menangani nyeri pada penderita
gout arthritis.
.
3. Masyarakat.
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan mampu memberikan informasi terhadap masyarakat
D. Metode
Metode yang digunakan adalah literature review dilakukan menggunakan pendekatan literature
review dengan electronic data base. Metode pencarian jurnal menggunakan Scholar Google, Pro-
quest dan Pubmed. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian jurnal yaitu penurunan kadar asam
urat, hiperuresemia, asam urat dan gout arthritis. Jurnal yang digunakan dibatasi dari tahun 2010 -
2018.