Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam arti luas telah dilaksanakan sejak manusia berada di muka

bumi. Adanya pendidikan setua dengan adanya kehidupan manusia itu sendiri

(Siswoyo, dkk, 2007: 16). Pendidikan dipercaya sangat mempengaruhi

keberhasilan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pendidikan bukan hanya memberikan hasil berupa penambahan pengetahuan

akademik, namun pendidikan juga mampu membentuk karakter-karakter

yang baik dalam setiap diri peserta didik. Keberhasilan pembangunan suatu

bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikan warga bangsa tersebut, karena

dengan pendidikan yang baik manusia dapat mencapai kesejateraan hidup,

mengembangkan potensi dirinya, mewujudkan kehidupan lebih baik dan

berpatisipasi secara lebih aktif dalam pembangunan. Hal itu disebutkan

dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 secara

tegas dinyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab
2

Inti dari pendidikan adalah proses pembelajaran. Dalam pembelajaran tentu

tidak terlepas dari proses belajar-mengajar. Menurut Sunaryo (dalam

Komalasari, 2010) belajar merupakan kegiatan seseorang membuat atau

menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada dirinya dalam pengetahuan,

sikap, dan keterampilan. Dalam pelaksanaan suatu kegiatan pembelajaran

tentu selalu menganut salah satu aliran teori belajar yang menjadi dasar dari

setiap kegiatan pembelajaran. Salah satu teori yang dijadikan pedoman dalam

pembelajaran adalah teori belajar humanistik. Bloom dan Karthwool dalam

Siregar (2010: 35) menunjukkan apa yang mungkin dipelajari oleh peserta

didik tercakup dalam tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif, dan

psikomotor. Menurut teori belajar humanistik, proses belajar harus dimulai

dan ditunjukkan untuk kepentingan memanusiakan manusia, yaitu mencapai

akulturasi diri peserta didik yang belajar secara optimal.

Hasil belajar peserta didik dapat memperlihatkan seberapa tinggi kemampuan,

daya serap, dan kreativitas peserta didik terhadap materi pembelajaran dari

ranah kognitifnya. Karena itu, pendidik wajib menyusun materi ajar dengan

menggunakan model pembelajaran yang mengaktifkan dan dapat

mengembangkan pola pikir serta kreativitas peserta didik demi tercapainya

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Wujud dari hasil pembelajaran

dapat dilihat dari perubahan peserta didik ke arah yang positif. Hal ini sesuai

dengan pendapat dari Hosnan (2014: 34) yaitu :

Pendekatan saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang


supaya peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau
prinsip melalui kegiatan mengamati, merumuskan masalah,
mengajukan/merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan.
3

Matematika menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2007: 1) adalah bahasa

simbol dan ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif,

ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari

unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau

postulat, dan akhirnya ke dalil. Sementara itu, hakikat matematika menurut

Soedjadi (dalam Heruman,2007: 1) yaitu memiliki objek tujuan abstrak,

bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Oleh sebab itu,

diharapkan guru mampu memberikan kontribusinya dalam proses

pembelajaran matematika bagi peserta didiknya. Hal itu bisa ditempuh dengan

cara menggunakan model pembelajaran yang sesuai guna tercapainya tujuan

pembelajaran tersebut. Matematika adalah bidang studi yang harus dipelajari

dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Repubik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi juga

menjelaskan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua

peserta didik mulai sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

kemampuan dalam bekerjasama. Kompetensi tersebut sangat diperlukan agar

peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu

berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Berdasarkan beberapa faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar

yang telah dikemukakan di atas, peneliti menekankan bahwa faktor yang


4

memengaruhi hasil belajar peserta didik berasal dari faktor eksternal yaitu

model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik. Salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan untuk kegaiatan pembelajaran adalah

model pembelajaran Example Non Example. Model pembelajaran Example

Non Example menurut Rochyandi (2004: 11) adalah tipe pembelajaran yang

mengaktifkan peserta didik dengan cara pendidik menempelkan contoh

gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan

dengan tujuan pembelajaran, kemudian peserta didik diminta untuk

menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga peserta didik

dapat membuat konsep yang esensial. Model pembelajaran yang digunakan

oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran di kelas sangat memengaruhi

tingkat ketercapaian hasil belajar peserta didik.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap pembelajaran matematika di

Sekolah Dasar Negeri 1 Gedong Air Kota Bandar Lampung tanggal 6

November 2018 memperlihatkan bukti bahwa hasil belajar peserta didik

terhadap pelajaran matematika masih rendah. Materi yang disampaikan

dengan pembelajaran konvensional yang didominasi dengan strategi

ekspositori dengan menggunakan metode ceramah bersifat sementara dalam

memori peserta didik. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa dalam proses

belajar pendidik belum menggunakan model pembelajaran yang tepat dan

sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Belum digunakannya model

pembelajaran yang efektif menyebabkan peserta didik menjadi kurang aktif


5

dalam proses pembelajarannya sehingga kurang memberikan respon balik

yang diharapkan pendidik terhadap apa yang telah dipelajari.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan pendidik kelas V Sekolah Dasar

Negeri 1 Gedong Air Kota Bandar Lampung yaitu Ibu Nina Yuliyanti sebagai

wali kelas VA dan Ibu Yuli Permata Sari sebagai wali kelas VB yang

mengungkapkan bahwa pengetahuan pendidik tentang pengaplikasian model

pembelajaran masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Pendidik kurang

memahami praktik pelaksanaan dari model pembelajaran yang digunakannya.

Karena itu dalam proses pembelajarannya pendidik menggunakan model

konvensional sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru. Kurangnya

penggunaan model pembelajaran seperti pernyataan wali kelas diperkirakan

menjadi penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pelajaran

matematika.

Untuk menguatkan dugaan peneliti tentang penyebab rendahnya hasil belajar

peserta didik yang diukur dari seberapa besar peserta didik yang mencapai

KKM serta data aktivitas peserta didik, peneliti meminta dokumen Ulangan

Tengah Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018-2019 dari kepala sekolah.

Tabel 1. Hasil Ulangan TENGAH Semester Matematika Peserta Didik Kelas


V SD Negeri 1 Gedong Air
6

Jumlah Jumlah Persentase


Kelas Peserta Nilai KKM Keseluruhan Ketuntasan Keterangan
Didik (%)
VA 24 ≥70 70 12 48 Tuntas
<70 70 13 52 Belum
tuntas
V 25 ≥70 70 8 33 Tuntas
<70 70 16 67 Belum
tuntas
Sumber: Data SD Negeri 1 Gedong Air Bandar Lampung (2018)

Berdasarkan data tabel 1 dapat dilihat bahwa peserta didik yang memperoleh

nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai 70 ke atas

sebanyak 12 peserta didik dari kelas V A dan 8 peserta didik dari kelas V B

dengan kata lain peserta didik tersebut sudah mencapai KKM. Sedangkan 13

peserta didik dari kelas V A dan 16 peserta didik dari kelas V B belum

mencapai ketuntasan. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar matematika peserta didik kelas V SD Negeri 1 Gedong Air Tahun

Pelajaran 2018-2019 masih rendah.

Salah satu model yang dapat mendukung tercapaianya tujuan pembelajaran

dan mendukung peningkatan perolehan hasil belajar peserta didik dalam

pembelajarannya adalah model “Example Non Example”. Model

pembelajaran Example Non Example Dalam menggunakan metode diskusi

kelompok disertai penyajian berbagai bentuk gambar sesuai dengan materi

ajar, kemudian peserta didik diminta untuk menyelidikinya. Kegiatan tersebut

dapat mengaktifkan peserta didik sebab dalam kelompok peserta didik

diharapkan dapat bekerja sama dan berdiskusi meyelesaikan tugas yang

diberikan oleh pendidik. Peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-

rata dari peserta didik yang lain dapat membimbing dan membantu temannya
7

yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata agar terjadi pemerataan

pencapaian tujuan pembelajaran karena keberhasilan kelompok ditentukan

oleh masing-masing anggota kelompoknya.

Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa

peneliti tentang penggunaan model Example Non Example. Penelitian pertama

dilakukan oleh Suryani (2018) tentang pengaruh model Example Non Example

terhadap hasil belajar pada materi sumber daya alam di SD. Setelah dilakukan

penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik setelah

menggunakan model Example Non Example lebih baik dibandingkan dengan

yang tanpa mengguakan model Example Non Example.

Penelitian kedua dilakukan oleh Djafar (2014) tentang pengaruh penerapan

model pembelajaran Example Non Example untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis peserta didik kelas VIII.K SMP Negeri 4 Sungguminasa

Kabupaten Gowa. Dari penelitian Nur Asmah Djafar dapat disimpulkan

bahwa penerapan model pembelajaran Example Non Example dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, meningkatkan kualitas

perilaku peserta didik dalam semua indikator, serta adanya respon sangat

positif.

Peneliti akan mencoba menerapkan model pembelajaran Example Non

Example untuk melihat pengaruh penerapannya terhadap hasil belajar

matematika peserta didik sekolah dasar. Sehubungan dengan latar belakang


8

masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example Terhadap

Hasil Belajar Pelajaran Matematika Peserta Didik Kelas V SD Negeri 1

Gedong Air Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang diambil

peneliti dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Rendahnya hasil belajar matematika pada peserta didik kelas V yaitu

masih cukup banyak peserta didik yang mendapat nilai di bawah KKM

yang ditetapkan dari sekolah yaitu 70.

2. Belum diterapkannya model pembelajaran yang mengaktifkan peserta

didik.

3. Pendidik belum pernah menggunakan model pembelajaran Example Non

Example pada setiap pembelajaran matematika.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tentang hasil belajar di

atas maka dalam penelitian ini dibatasi pada penerapan model pembelajaran

Example Non Example dan hasil belajar kognitif mata pelajaran matematika

semester II pembelajaran pertama peserta didik kelas V SD Negeri 1 Gedong

Air Kota Bandar Lampung tahun pembelajaran 2018-2019.


9

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat diuraikan rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada pengaruh dari penerapan

model pembelajaran Example Non Example terhadap hasil belajar pelajaran

matematika semester II pembelajaran pertama peserta didik kelas V SD

Negeri 1 Gedong Air Kota Bandar Lampung tahun pelajaran 2018-2019?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh dari penerapan model pembelajaran Example Non

Example terhadap hasil belajar pelajaran matematika semester II pembelajaran

pertama peserta didik kelas VB SD Negeri 1 Gedong Air tahun pelajaran

2018-2019.

F. Manfaat Penelitian

Terdapat dua manfaat dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan wawasan

dan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya Pendidikan

Guru Sekolah Dasar yang nantinya setelah menjadi guru dapat membantu

peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar matematika di sekolah.

2. Manfaat Praktis
10

Pada manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

untuk.

a. Peserta Didik

Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar terutama pada mata

pelajaran matematika serta memberikan pengalaman belajar

menggunakan model pembelajaran Example Non Example agar dapat

menumbuhkan rasa kepercayaan diri dalam proses pembelajaran.

b. Pendidik

Diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran secara sesuai dan

dapat menjadi salah satu pilihan dalam melakukan pembelajaran di

kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Kepala Sekolah

Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan

kajian terhadap pengetahuan dan kemampuan pendidik dalam

menggunakan model pembelajaran, terkhusus Example Non Example.

d. Peneliti Lain

Diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi untuk

menunjang kegiatan penelitian yang lain.

Anda mungkin juga menyukai