Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN

ICRA ( Infection Control Risk Assesment)


RSUI KUSTATI

2018

Jl. Kapten Mulyadi No. 249 Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia


No. Telpon: (0271) 643013. Fax. (0271) 634823, Solo 57118
Email : rsuikustati@yahoo.com
BAB I

DEFINISI

ICRA (Infection Control Risk Assessment) adalah proses menetapkan risiko potensial
dari transmisi udara yang bervariasi dan kontaminasi melalui air kotor dalam fasilitas
pelayanan kesehatan selama konstruksi, renovasi dan kegiatan maintenance.
Kegiatan ICRA merupakan multidisiplin, proses kolaborasi yang mengevaluasi
jenis/macam kegiatan konstruksi dan kelompok risiko untuk klasifikasi penetapan
tingkat.
BAB II

RUANG LINGKUP

1. Komite PPI yang bertugas untuk membuat ICRA dan memberikan pendidikan dan
pelatihan;
2. Bagian Tehnik untuk memfasilitasi dengan memberikan peraturan perundangan dan
perijinan;
3. Sanitasi Lingkungan, terkait dengan pembuangan limbah (baku mutulimbah);
4. Tim K-3 RS untuk melakukan edukasi dan supervisi tentang keamanan dan
keselamatan;
5. Pimpinan Proyek sebagai pelaksana konstruksi dan renovasi bangunan.
BAB III

TATA LAKSANA

A. PERAN KOMITE PPI


Peran Komite PPI pada program ini antara lain :
1. Membuat Infection Control Risk Assessment (ICRA) dampak dari renovasi;
2. Mengembangkan ijin renovasi yang ditanda tangani oleh Ketua KomitePPI,
pimpinan/departemen/unit kerja dari pimpinan proyek;
3. Memberikan edukasi sebelum memulai pekerjaan pada penggunaan Personal
Protective Equipment (PPE/APD);
4. Melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi menggunakan check list.
5. Mengikuti pertemuan/rapat selama proses renovasi dengan seluruh tim.
B. KEGIATAN PEMBANGUNAN
Dalam melakukan kegiatan pembangunan,ditentukan terlebih dahulu tipe/jenis aktifitas
debu yang dihasilkan, potensi terbentuknya aerosol udara, durasi dari aktifitas, dan
jumlah sistem HVAC.
Pedoman Petunjuk Tipe Aktifitas Konstruksi :
1. Langkah Pertama
Menggunakan tabel berikut untuk melakukan identifikasi type/jenis konstruksi
kegiatan proyek (Type A-D).
TYPE KRITERIA
Inspeksi dan kegiatan non-invasif
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
 Mengganti ubin langit-langit (plafon) untuk inspeksi visual saja.
TIPE Misalnya terbatas pada 1 genting/plafon per 50 meter persegi.
A  Pengecatan (tetapi tidak dengan pengamplasan)
 Dinding meliputi pekerjaan listrik, pipa kecil, dan kegiatan yang tidak
menghasilkan debu atau memerlukan pembongkaran dinding atau
akses ke langit-langit selain untuk pemeriksaan yang kelihatan.
Skala kecil, kegiatan durasi pendek yang menghasilkan debu minimal
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
 Pembukaan tidak lebih dari satu ceiling ubin per 10 ubin
 Pemasangan kabel telepon dan komputer
TIPE
 Pembongkaran dinding atau atap dimana penyebaran debu dapat
B
dikontrol
 Renovasi kecil dari suatu ruangan
 Pengamplasan dinding basah
 Akses ke ruang terbuka
Pekerjaan yang menghasilkan debu yang banyak
Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
 Pengamplasan dinding kering, untuk pengecatan atau penutup dinding
 Pembongkaran dinding, merobohkan dinding kering atau
menyelesaikan bangunan, dimana pekerjaan terbatas satu kamar
TIPE
 Pembongkaran dinding atau pembangunan tembok baru
C
 Pekerjaan kecil saluran, pipa, listrik di langit-langit (tidak termasuk
pembongkaran atau instalasi);
 Renovasi ruangan yang ada
 Menarik kabel utama dari beberapa kamar ke jalur akses yang
dibutuhkan
TYPE KRITERIA
 Kegiatan apapun yang tidak dapat diselesaikan dalam shift kerja
tunggal.
 Setiap aktifitas yang tidak memerlukan penutup/barrier yang tidak
memenuhi syarat sebagai tipe D
TIPE Pembongkaran besar dan proyek–proyek konstruksi utama namun tidak
D terbatas pada :
 Kegiatan yang memerlukan penutupan unit/relokasi pasien
 Pembongkaran instalasi kabel lengkap, HVAC, pipa, perlengkapan
gas, atau sistem listrik
 Pembongkaran komponen gedung utama
 Konstruksi baru yang terletak di dekat gedung Rumah Sakit
(sebagaimana ditentukan oleh TIM ICRA primer)
 Konstruksi baru yang terletak di dekat jalur keluar pasien dari area
perawatan (yang telah ditetapkan oleh TIM ICRA primer )
 Kegiatan penggalian yang jaraknya dekat dengan bangunan Rumah
Sakit (sebagaimana telah ditetapkan oleh Tim ICRA Primer)

Pembongkaran besar dan proyek–proyek konstruksi utama namun tidak


terbatas pada :
 Kegiatan yang memerlukan penutupan unit/relokasi pasien
 Pembongkaran instalasi kabel lengkap, HVAC, pipa, perlengkapan
gas, atau sistem listrik
TIPE  Pembongkaran komponen gedung utama
D  Konstruksi baru yang terletak di dekat gedung Rumah Sakit
(sebagaimana ditentukan oleh TIM ICRA primer)
 Konstruksi baru yang terletak di dekat jalur keluar pasien dari area
perawatan (yang telah ditetapkan oleh TIM ICRA primer )
 Kegiatan penggalian yang jaraknya dekat dengan bangunan Rumah
Sakit (sebagaimana telah ditetapkan oleh Tim ICRA Primer)
TIPE Pembongkaran besar dan proyek–proyek konstruksi utama namun tidak
D terbatas pada :
 Kegiatan yang memerlukan penutupan unit/relokasi pasien
 Pembongkaran instalasi kabel lengkap, HVAC, pipa, perlengkapan
gas, atau sistem listrik
 Pembongkaran komponen gedung utama
 Konstruksi baru yang terletak di dekat gedung Rumah Sakit
(sebagaimana ditentukan oleh TIM ICRA primer)
 Konstruksi baru yang terletak di dekat jalur keluar pasien dari area
perawatan (yang telah ditetapkan oleh TIM ICRA primer )
 Kegiatan penggalian yang jaraknya dekat dengan bangunan Rumah
Sakit (sebagaimana telah ditetapkan oleh Tim ICRA Primer)
2. Langkah Kedua
Identifikasi group pasien yang berisiko.
Risiko Risiko
Risiko Tinggi Risiko Highest
Rendah Menengah
 Area  Cardiology  CCU  Tempat Perawatan
perkantoran  Echocardigraphy  IGD Pasien Imunosupresan
 Koridor  Endoscopy  Laboratorium Klinik,  Bank Darah
Umum  Nuclear Medicine Spesimen  Klinik Lab
 Physical Therapy  Medical Units Mikrobiologi, Virologi
 Radiologi/MRI  Ruang RR  ICU
 Respiratory  Farmasi  Ruang Isolasi Tekanan
Therapy  Ruang Anak Negatif
 Surgical Units  Oncology
 Ruang Perawatan  Ruang Operasi
Bayi
 Rawat Jalan
3. Langkah Ketiga
IC MATRIX – CLASS OF PRECAUTION : CONTRUCTION PROJECT BY
PATIENS RISK
Contruction Project type
Patiens Risk Group
Type A Type B Type C Type D
Low Risk Group I II II III/IV
Medium Risk Group I II III IV
High Risk Group I II III/IV IV
Highest Risk Group II III/IV III/IV IV
Catatan : Persetujuan IC diperlukan bila kegiatan konstruksi dan tingkat risiko
menunjukkan kelas III atau IV, maka prosedur pengendalian diperlukan.
4. Langkah Ke Empat
Diperlukan deskripsi tindakan pengendalian infeksi berdasarkan kelas.
Kelas Selama Pembangunan Proyek Setelah Penyelesaian Proyek
I. 1. Laksanakan pekerjaan dengan 1. Bersihkan area kerja setelah
metode meminimalisasi menyelesaikan tugas.
timbulnya debu dari
pelaksanaan kegiatan konstruksi
I. 1. Laksanakan pekerjaan dengan 1. Bersihkan area kerja setelah
metode meminimalisasi menyelesaikan tugas.
timbulnya debu dari
pelaksanaan kegiatan konstruksi
2. Segera meletakkan kembali ke
tempat semula plafon atap yang
diganti untuk pemeriksaan yang
kelihatan
II. 1. Menyediakan sarana aktif untuk 1. Lap permukaan kerja dengan
mencegah debu udara dari pembersihan/desinfektan;
penyebaran ke atmosfer; 2. Wadah yang berisi limbah
2. Air kabut permukaan kerja konstruksi sebelum di
untuk mengendalikan debu pada transportasi harus tertutup rapat
waktu pemotongan; 3. Pel basah dan/atau vakum
3. Seal pintu yang tidak terpakai dengan HEPA filter, vakum
dengan lakban; sebelum meninggalkan area
4. Blokir dan tutup ventilasi udara; kerja;
5. Tempatkan tirai debu di pintu 4. Setelah selesai, mengembalikan
masuk dan keluar area kerja; sistem HVACdimana pekerjaan
6. Hilangkan atau isolasi sistem dilakukan.
HVAC (Heating, Ventilation,
dan Air Conditioning) yang
sedang dilaksanakan;
III 1. Untuk mencegah kontaminasi 1. Jangan menghilangkan barrier
dari sistem saluran maka dari area kerja sampai proyek
hilangkan/lepaskan atau isolasi selesai diperiksa oleh Komite
sistem HVAC di area, dimana PPIRS, dibersihkan oleh bagian
pekerjaan sedang dilakukan; kebersihan RS.
2. Lengkapi semua barrier penting 2. Hilangkanbarrier material
yaitu sheetrock, playwood, dengan hati-hati untuk
palstik untuk menutup area dari meminimalisasi penyebaran dari
area yang tidak untuk kerja atau kotoran dan puing-puing yang
menerapkan metode terkait dengan konstruksi;
pengendalian kubus (gerobak 3. Vakum area kerja dengan HEPA
dengan penutup plastik dan filtered vacuums
koneksi disegel ke tempat 4. Area untuk lap basah dengan
bekerja dengan HEPA vakum pembersih/disinfektan/cleaner
untuk menyedot debu sebelum 5. Setelah selesai, kembalikan
Kelas Selama Pembangunan Proyek Setelah Penyelesaian Proyek
keluar) sebelum konstruksi sistem HVAC
dimulai;
3. Menjaga tekanan udara negatif
di dalam tempat kerja dengan
menggunakan HEPA unit yang
dilengkapi dengan penyaringan
udara;
4. Wadah tempat limbah
konstruksi sebelum di
transportasi harus tertutup rapat
5. Tutup wadah transportasi atau
gerobak. Pita penutup, jika
tidak tutup yang kuat;
IV 1. Untuk mencegah kontaminasi 1. Jangan menghilangkan barrier
sistem saluran maka isolasi dari area kerja sampai proyek
sistem HVAC di area, dimana selesai diperiksa oleh
pekerjaan sedang dilakukan; komitePPIRS. Dibersihkan oleh
2. Lengkapi semua barrier penting bagian kebersihan RS.
yaitu sheetrock, playwood, 2. Hilangkan barrier material
plastik untuk menutup area dari dengan hati-hati untuk
area yang tidak untuk kerja atau meminimalisasi penyebaran dari
menerapkan metode kotoran dan puing-puing yang
pengendalian kubus (gerobak terkait dengan konstruksi
dengan penutup plastik dan 3. Wadah untuk limbah konstruksi
koneksi disegel ke tempat harus ditutup rapat sebelum
bekerja dengan HEPA vakum konstruksi
untuk menyedot debu sebelum 4. Wadah transportasi atau gerobak
keluar) sebelum konstruksi agar ditutup rapat
dimulai; 5. Vakum area kerja dengan
3. Menjaga tekanan udara negatif vakum HEPA filter
di dalam tempat kerja dengan 6. Area di pel dengan pel basah
menggunakan HEPA unit yang dengan pembersih/desinfektan
dilengkapi dengan penyaringan 7. Setelah selesai mengembalikan
udara; sistem HVAC dimana pekerjaan
4. Segel lubang, pipa,saluran dan dilakukan
lubang-lubang kecil yang bisa
menyebabkan kebocoran;
5. Membangun serambi/ruangan
dan semua personil melewati
ruangan ini sehingga dapat
disedot debunya dengan vakum
cleaner HEPA sebelum
meninggalkan tempat kerja atau
mereka bisa memakai kain atau
baju kertas yang dilepas setiap
kali mereka meninggalkan
tempat kerja;
6. Semua personil memasuki
tempat kerja diwajibkan untuk
mengenakan penutup sepatu.
Penutup sepatu harus diganti
setiap kali pekerja keluar dari
area kerja.
Identifikasi Daerah sekitar area proyek, menilai dampak potensial
Unit Unit
Lateral Lateral Behind Front
Below Above
Risk Risk Risk Risk Risk Risk
Group Group Group Group Group Group

5. Langkah Ke 5, Identifikasi kegiatan di tempat khusus, misalnya ruang perawatan,


ruang farmasi /obat,dst.
6. Langkah Ke 6, Identifikasi masalah yang berakitan dengan : ventilasi, pipa
ledeng, listrik dalam hal terjadinya kemungkinan pemadaman.
7. Langkah Ke 7, Identifikasi langkah-langkah pencegahan, menggunakan penilaian
sebelumnya, apa jenis barriernya (misalnya barriernya dinding yang tertutup rapat
). Apakah HEPA filter diperlukan ?
Catatan : Selama dilakukan konstruksi maka area yang direnovasi/konstruksi
seharusnya diisolasi dari area yang dipergunakan dan merupakan area negatif
terhadap sekitarnya.
8. Langkah Ke 8, Pertimbangkan potensial risiko dari kerusakan air. Apakah ada
risiko akibat merusak kesatuan struktur (misalnya : dinding, atap, plafon).
9. Langkah Ke 9, Jam kerja : dapat atau pekerjaan akan dilakukan selama bukan jam
pelayanan pasien.
10. Langkah Ke 10, Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang
isolasi/ruang aliran udara negatif yang memadai.
11. Langkah Ke 11, Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe
tempat/bak cuci tangan.
12. Langkah Ke 12, Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan jumlah minimum bak/tempat
cuci tangan tersebut ?
13. Langkah Ke 13,Apakah PPIRS/ IPCN setuju dengan rencana relatif terhadap
utilitas ruangan bersih dan kotor.
14. Langkah Ke 14, Rencanakan untuk membahas masalah pencegahan tersebut
dengan tim proyek (misalnya :arus lalu lintas, rumah tangga, pembersihan puing,
bagaimana dan kapan).
A. PERSYARATAN KINERJA
1. Pengendalian Infeksi sangat penting dalam semua bidang fasilitas konstruksi,
renovasi, dan pemeliharaan karena menyebabkan gangguan debu yang ada, atau
menciptakan debu baru, sehingga harus ditutup dengan ketat untuk mencegah
setiap aliran partikel ke daerah pasien.
2. Pemilik membutuhkan kontraktor yang terikat dengan kebijakan ini, sehingga
sebelum kegiatan dimulai pemilik dan kontraktor harus mengadakan pertemuan
terlebih dahulu sehingga kontraktor dapat menjalankan renovasi atau konstruksi
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
3. Infection Control (IC) dapat mengubah persyaratan kinerja dari ICRA sesuai yang
diperlukan dengan kondisi lapangan. Modifikasi ini tidak mengubah maksud dan
kebijakan yang ada.
B. PRODUK DAN BAHAN
1. Tipe Barrier :
Untuk menghindari kebakaran Polyethylene, biasanya ketebalan 6-mil, dinding
gypsum, fiberglass diperkuat plastik (mirip dengan Api-X Glassboard ), kayu lapis
dan masonite (harus dicat dengan cat tahan api) sebagaimana ditentukan dalam ijin
kerja ICRA.
2. Bleach :
Sebuah disinfektan berbasis air dengan bahan natrium hipoklorit, biasanya dengan
ukuran1 bagian pemutih di 10 bagian air (1 ¾ cangkir pemutih dalam 1 galon
air).Harus dibuat baru setiap 24 jam.
3. Carpet Vacuum; dengan HEPA Filter
4. Control Cube
5. Jenis Pintu;
Pintu kayu maupun logam harus berbingkai logam, handel pintu dipolietilena, atau
polietilena masuk tumpang/tindih ganda sebagaimana ditentukan dalam ijin ICRA.
6. Exhaust Selang :
Fleksible, baja yang kuat, Ventilasi Blower Hose, WPG
7. HEPA Vacuum;
Harus dapat melakukan penyaringan sampai dengan @ 0,5 mikron
8. Mesin tekanan negatif :
Harus mampu menyaring 200-2000 kaki kubik permenit.
9. Kipas angin tekanan negatif :
Bertekanan udara tinggi, tekanan statis, tanpa filter.
10. Walk-off mats;
Sediakan karpet ukuran minimal 18 inci x 24 inci dibasahi dengan larutan pemutih
untuk akses jalan petugas sehingga mencegah debu keluar dari zona.
C. BARRIER/PENGHALANG
1. Ada pintu yang dapat menjadi penghalang ICRA bagi pekerja proyek dengan
paparan ruangan. Ini akan dapat dilaksanakan dengan memperhatikan kontruksi
ruang, jenis kegiatan, dan kelompok risiko.
2. Penghalang yang mengkin ditentukan :
a. A. Polyethylene;
b. Halaman, disamping pintu masuk zona kerja;
c. Menutup langit-langit, ruangan, tempat-tempat interstitial,dan lain-lain;
d. Metode penutupan lain yang sesuai dengan ketentuan ICRA.
3. Penghalang plastik dapat dipakai dengan bingkai logam menggunakan semprot
perekat, sekrup,dan lain-lain;
4. Hambatan dinding kering bisa dengan memiliki sendi dan sekrup ditutupi atau
disegel;
5. Flaps Polyethylene ganda yang digunakan sebagai pintu masuk ke tempat kerja
harus tumpang tindih maksimal 2 meter;
6. Jika pintu masuk berengsel digunakan untuk pintu penghalang, sebuah mesin
udara 2000 CFM negatif yang besar harus digunakan untuk memastikan 100 kaki
permenit udara keluar dari ruang kerja, ini dapat dimodifikasi dengan ruangan
yang kecil;
7. Bukaan pintu ganda mungkin diperlukan sebagai airlock dan PPE area. Hanya satu
pintu yang boleh dibuka pada suatu waktu, pengecualian dibuat untuk pengiriman
barang besar. Dua pintu dibuka secara bersamaan harus diminimalkan.
D. PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI SECARA UMUM
1. Fasilitas (pelaksana) kegiatan dan IC akan diberitahu sejak awal perencanaan atau
desain tahap dari proyek;
2. Untuk memenuhi persyaratan ICRA, TIM ICRA primer kalau perlu tim Ad hoc
ICRA akan meninjau proyek lingkup pekerjaan, desain, lokasi sekitar dan dampak
dari sistem utilitas. Konstruksi jenis kegiatan, group risiko, dan klasifikasi tingkat
akan ditugaskan;
3. Seluruh tahapan proyek berdasarkan ICRA dapat revisi, tergantung kondisi;
4. TIM ICRA Primer bertanggung jawab untuk mengembangkan ICRA dan
menyikapi kebutuhan lain diluar ICRA;
5. Pengawas proyek (PM) akan mengevaluasi setiap proyek untuk menentukan
klasifikasi peringkat. PM dan IC akan mengevaluasi setiap III tingkat dan IV
tingkat.
6. Fasilitas pemeliharaan dan petugas akan mengikuti intervensi ICRA untuk proyek
tingkat I dan II secara rutin tanpa penilaian ICRA resmi atau izin kerja. Untuk
tingkat II dan IV proyek mereka harus mendapatkan izin kerja ICRA dari PM atau
IC;
7. Jika mesin udara negatif bermasalah, PM, IC, dan kontraktor akan meninjau
intalasi sebelum koneksi;
8. Kontraktor bertanggung jawab untuk memperoleh surat izin ICRA sebelum
memulai bekerja., posting dipintu masuk zona kerja, informasikan persyaratan
ICRA kepada orang sekitar yang terkena dampak;
9. Kontraktor bertanggung jawab menyediakan tenaga kerja dan peralatan sesuai
yang disyaratkan oleh ICRA;
10. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjaga peralatan mereka termasuk
penggantian HEPA dan filter sesuai program sertifikasi filter;
11. Tergantung pada lingkup pekerjaan, fase pekerjaan, dan lokasi pembuangan udara
tanpa filter udara negatif dapat diizinkan;
12. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjamin penghalang ICRA sesuai standar;
13. Pada setiap awal shift, ketika tekanan udara diperlukan petugas harus dapat
memenuhi semuanya;
14. Kontraktor harus dapat menyediakan peralatan dan tenaga kerja sesuai kebutuhan
untuk pembersihan area kerja sehingga dapat mencegah akumulasi debu dan
puing;
15. Penetrations (pipa, saluran, kabel), dan lain-lain harus disegel;
16. Penghalang harus ada pada lift atau tangga yang ada di zona kerja;
17. Investigasi yang mungkin memerlukan pembukaan ubin atau langit-langit harus
segera diganti setelah selesai penyelidikan dan ketika tanpa pengawasan;
18. Pekerjaan yang dilakukan di ICRA bisa diberi penghalang sementara, tapi harus
segera dipindahkan dan dibersihkan setelah proses selesai;
19. Jika cube pengendalian wajib memiliki udara negatif, sebuah sertifikat mesin
udara negatif harus digunakan;
20. Mesin udara negatif dapat dihubungkan ke daya normal atau darurat dan harus
dijalankan terus menerus;
21. Efektifitas penghalang harus dipantau dan penghalang diperbaiki atau ditingkatkan
untuk mencegah debu dan puing-puing keluar dari zona;
22. HVAC register dan ventilasi dalam bidang konstruksi harus capped kecuali khusus
disetujui oleh PM atau IC;
23. Metode untuk menyerap debu ketat harus menahan tekanan udara statis;
24. Wadah transportasi, gerobak, kotak peralatan, dan lain-lain harus bebas dari debu;
25. Debu harus dibersihkan dari zona kerja dalam wadah tertutup rapat dan diangkut
melalui rute yang diidentifikasi dan ditentukan oleh ICRA;
26. Kontraktor dan bahan yang tidak boleh melewati area pasien harus ditunjuk
elevator;
27. Kontraktor harus bebas dari debu sebelum keluar dari zona kerja, jika
menggunakan coverral harus dibersihkan dizona kerja sebelum keluar ke ruang
ante;
28. Karpet untuk berjalan harus selalu bersih, diganti setiap hari atau lebih sering lebih
efektif;
29. Peralatan kontraktor harus dibersihkan dengan cairan pemutih untuk mencegah
debu keluar dari zona kerja;
30. Kontraktor wajib segera membersihkan debu yang keluar dari zona kerja;
31. Semua debu yang harus dilakukan dengan menggunakan vacum HEPA disaring.
E. IZIN KERJA ICRA
1. Tulis ICRA IMTA diperlukan untuk pekerjaan tingkat III dan IV, tapi bisa juga
mungkin untuk tingkat II;
2. Ditulis Infection Control Risk Mitigation Plan (ICRMR)untuk semua
konstruksi baru dan renovasi besar dari kamar pasien, atau ruang perawatan;
3. Formulir izin kerja dan intervensi yang terdaftar dapat dimodifikasi sesuai yang
diperlukan;
4. IC akan mengeluarkan nomor izin kerja, dan kemudian memberikan kepada PM;
5. Izin kerja akan ditanda tangani oleh PM, disimpan di file proyek dan IC akan
diberi salinannya;
6. Salinan akan ditempel ditempat kerja, dan akan ditampilkan untuk durasi proyek;
7. PM dan IC dapat menambahkan rincian komentar atau persyaratan yang
diperlukan untuk pekerjaan tertentu;
8. Kontraktor harus mematuhi semua intervensi komentar tambahan, persyaratan
kalau perlu intervensi tambahan Pengendalian Infeksi.
F. IMPLEMENTASI PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI
1. PM dan pemilik akan mengatur untuk relokasi persediaan, peralatan, mebel, dan
lain-lain dari zona kerja sebelum penghalang dibuat;
2. Segel jendela, area masuk bangunan harus terjamin untuk meminimalkan infiltrasi
dari luar yang mencemari ketika zona kerja berada dibawah tekanan negatif;
3. Kontraktor akan menjalankan mesin udara negatif di zona kerja sebelum
penghalang dipasang;
4. Izin kerja akan ditunjukkan sebelum memasang penghalang di area debu ketat;
5. Kontraktor akan memasang penghalang sesuai dengan persyaratan yang disetujui
ICRA;
6. Serambi akan dibangun untuk menjaga aliran udara dari sisi bersih melalui
serambi dan masuk ke zona kerja;
7. ICRA akan menunjukkan apakah perangkat pemantauan tekanan udara negatif
diperlukan, kontraktor akan mengatur untuk instalasi;
8. Setelah menyelesaikan barrier, kontraktor akan memverikasi tekanan negatif
diterima;
G. PENYELESAIAN PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI
PM akan memverifikasi bahwa utilitas serta sistem mekanik yang ditugaskan dan/atau
berfungsi sesuai spesifikasi :
1. Setelah pembersihan semua peralatan kontraktor, kontraktor akan mengecek semua
pipa dengan membilas semua perlengkapan selama 5 menit kemudian disiram ke
toilet selama beberapa kali;
2. Setelah pembilasan pipa, penghalang, peralatan dan seluruh zona kerja dibersihkan.
3. Setelah membersihkan penghalang, IC atau PM yang ditunjuk akan melakukan
pemeriksaan;
4. HVAC akan dibersihkan dan ditutup, serta dimatikan. Penutup udara pasokan akan
dibersihkan sebelum penutup udara kembali dilepas. Jika tindakan ini
menghasilkan debu atau kotoran pembersihan dan pemeriksaan akan diulang;
5. Pembersihan hambatan ICRA harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah
kontaminasi daerah sekitarnya;
6. Untuk meminimalkan debu aerosolisasi selama pembersihan hambatan, polietilena
mungkin ringan semprot dengan larutan pemutih;
7. Kontraktor harus melipat polietyline dengan meminimalkan debu yang mungkin
bertebaran;
8. Puing-puing harus ditempatkan diwadah tertutup untuk proses transportasi;
9. Pembersihan penghalang segera dilakukan jika penghalang akan diambil;
10. Bersihkan mesin udara negatif;
11. Sedot dengan mesin HEPA debu atau kotoran yang dihasilkan saat pembersihan;
12. Seimbangkan sistem HVAC;
13. Pembersihan penghalang dilihat dan disetujui oleh IC atau PM yang ditunjuk;
H. INTERVENSI BERDASARKAN KLASIFIKASI TINGKAT
1. Tingkat 1
a. Izin kerja tidak diperlukan, tetapi PM dapat membuat jika diperlukan;
b. PM dan kontraktor bertanggung jawab untuk mengidentifikasi tingkat
intervensi yang berlaku, jika belum jelas bisa berkonsultasi dengan IC;
c. PM dan kontraktor memverifikasi dan bertanggung terhadap proyek yang
dilakukan;
2. Tingkat 2
a. Izin kerja ICRA tidak diperlukan, tetapi bisa membuat jika diinginkan;
b. Kontraktor dan PM bertanggung jawab untuk mengidentifikasi intervensi
tingkat II,jika belum jelas bisa berkonsultasi dengan IC;
3. Tingkat 3
Harus mematuhi semua tingkat I dan II;
a. PM dan IC diperlukan untuk menyelesaikan ICRA.
4. Tingkat 4
Patuhi semua tingkat IV, III, II, dan I
a. PM dan IC kembali diminta untuk melengkapi ICRA;
b. PM dan IC diperlukan untuk menyelesaikan ICRMR untuk semua konstruksi
baru dan renovasi kamar perawatan pasien;
c. Setelah kegiatan debu hasil dari pembongkaran/konstruksi, dan sepatu
dibersihkan;
Jika intervensi dilakukan di lokasi risikotertinggi (OK, CSSD, Bone Transplantasi
Sumsum/BMT, dan lain-lain):
1. Jika pekerjaan dilakukan di Ruang Operasi, kontraktor harus mematuhi intervensi
pengendalian infeksi yang diterapkan didaerah berisiko tinggi yang ditetapkan oleh
Tim ICRA Primer;
2. Semua peralatan yang akan masuk ke ruang risiko tinggi harus dilakukan
penyekaan dengan desinfektan sampai bebas debu dan kotoran;
3. Kontraktor harus memakai pakaian sesuai dengan ketetapan Ruang Operasi atau
CSSD;
4. Semua pekerjaan yang dilakukan dalam lokasi risiko tertinggi harus dijadwalkan
oleh PM dan perawat manager atau yang ditunjuk oleh mereka;
5. Semua pekerjaan yang dilakukan diatas langit-langit atau pekerjaan yang
menciptakan debu dan air aerosolisasi harus dilakukan dalam pengawasan atau
Control Cube memanfaatkan HEPA mesin udara negatif yang bersertifikat;
I. PEMANTAUAN LINGKUNGAN
1. PM, Keselamatan Departemen, IC akan menentukan kapan sampling udara
diperlukan;
2. Kontraktor mendokumentasikan visual konfirmasi tekanan negatif pada Negatif
Air Presure Log Verifikasi;
3. Pemilik boleh memilih untuk memonitor kualitas udara seluruh proyek;
4. PM dan kontraktor mungkin diperlukan untuk menyelesaikan setiap hari Check
List monitor kepatuhan konstruksi pengendalian infeksi sehari-hari.
J. PENDIDIKAN FASILITAS DAN KONTRAKTOR ICRA
1. Semua kontraktor dan PM harus mengikuti pelatihan ICRA;
2. Pendidikan ICRA harus diberlakukan sebelum pekerjaan awal individu;
3. Kontraktor terlatih harus dikawal ICRA terlatih, persetujuan untuk menggunakan
non-kontraktor ICRA terlatih harus disetujui oleh PM;
4. Sesi pelatihan akan ditawarkan dalam kuliah formal atau disetujui oleh IC dalam
presentasi;
5. Kontraktor yang telah melakukan pelatihan mendapat sertifikat yang berlaku
selama satu tahun;
6. Pendidikan harus diulang setiap satu tahun;
7. Tes tertulis harus diberikan untuk memastikan bahwa poin yang bersangkutan telah
dipelajari.
K. PENGAWASAN
1. PM, IC dan fasilitas kesehatan akan memastikan kepatuhan dalam menjalankan
kebijakan ini, dan mereka mempunyai wewenang untuk menghentikan semua
pekerjaan jika kegiatan berisiko terhadap pasien, staf, dan publik;
2. Individu yang tidak bersertifikat tidak mempunyai pelatihan valid diminta untuk
meninggalkan fasilitas;
3. ICRA memantau kepatuhan konstruksi dengan melihat inspeksi dari ICRA dan
zona kerja;
4. Ketidakpatuhan akan segera ditindaklanjuti melalui komunikasi verbal dan
kemudian melalui dokumen tertulis. Rincian pelanggaran akan dikirim ke PM, IC,
dan Fasilitas Departemen dan akan ditempatkan di file proyek. Selanjutnya ulasan
akan dibahas dalam proyek dan pertemuan konstruksi;
5. Pelanggaran kebijakan ini dapat mempengaruhi status sebagai kontraktor yang
berkualitas untuk panawaran selanjutnya;
6. PM akan memberitahukan Assosiated Director sesuai facilities jika kontraktor
melakukan pelanggaran ulang;
L. YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM PROSEDUR
1. Epidemiologi Rumah Sakit;
2. Koordinator IC;
3. Fasilitas yang ditunjuk oleh PM;
4. Asosiasi Direktur Fasilitas Perencanaan dan Konstruksi;
5. Direktur Pemeliharaan Fasilitas;
6. Direktur Keselamatan
M. KETERLIBATAN KOMITE PPI/TIM PPI DALAM ASPEK PENGENDALIAN
INFEKSISAAT RENOVASI/PEMBANGUNAN DAN DESAIN RUMAH SAKIT
1. Prinsip Dasar
• Pencegahan infeksi terhadap pasien, staf rumah sakit, pekerja bangunan
dan pengunjung akibat gangguan kualitas lingkungan saat
renovasi/pembangunan dan sesudahnya;
• Desain harus memungkinkan staf melaksanakan pedoman PPI (IPC
Guidelines);
Masalah yang terjadi saat renovasi/pembangunan rumah sakit adalah :
a. Debu;
Renovasi/pembangunan akan mengotori udara sehingga berdebu dengan
konsentrasi spora jamur (Aspergillus sp) dan kuman (Legionella sp) tinggi
(CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL INFECTIONS).
ASPERGILLUS FUMIGATUS
• Penyebab tersering Aspergillosis :
- Invasive;
- Non Invasive.
• > 50% Invasive Aspergillosis;
• Mampu berkembang sampai suhu 55⁰ C;
• Terdapat dimana mana (lembab);
• Invasive Aspergillosis;
- Diagnosis Sulit;
- Mortalitas > 50 %.
PALING PENTING : CEGAH TERPAPAR
RISIKO “OUTBREAKS” ASPERGILLOSIS
• Semua aktifitas yang mengakibatkan peningkatan spora di udara :
Pembangunan Gedung, Konstruksi, Renovasi, Perbaikan;
• Permukaan Lembab.

Gambar III – 2 : Atap Rumah dengan Permukaan Lembab


b. Kontaminasi Air dan Sistem Pendingin Udara;
Saat renovasi terkontaminasi patogen Legionella Sp
(CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL INFECTIONS).

Gambar III – 3 : Contoh Salurah Pipa yang Rusak

LEGIONELLA Sp.
• Airborne & Waterborne Transmission;
• Umum Terdapat dalam Sumber Air Natural;
• Berakumulasi dalam “BIOFILM” Pipa Air, Bak Penampungan;
• Berkembang Biak pada Suhu 20° - 45° C.

Gambar III – 4 : Kuman Legionella Sp.


c. Pasien “High Risk”.
• Pasien Transplantasi;
• Pasien di Bangsal Hematologi dan Onkologi  Neutropenia;
• Pasien dengan Pengobatan Corticosteroid;
• Pasien “Immunocompromised” Lainnya (DM, ODHA, dll).
Gambar III – 5 :Pasien High Risk
2. Sumber Mikroorganisme Penyebab Infeksi
a. Debu dan Tanah;
b. Pipa Saluran Air;
c. Sistem Ventilasi.
Pencegahan :
a. Kurangi Debu;
b. Cegah Migrasi Debu dari Lokasi :“Barrier” Plastik dari Lantai sampai Langit
Langit.
Gambar III – 6 :Contoh “Barrier” Plastik dari Lantai

c. “Pre-Construction“(Sebelum Kegiatan Dimulai)


 Konsultasi kepada Komite PPIRS;
 Identifikasi Kemungkinan Kerusakan Saluran Pipa Air atau Sistem AC;
 Identifikasi dan Peta Pasien“High Risk”;
 Pelatihan Pekerja;
 Tentukan Alur Gerakan Pekerja.
d. “Construction” (Saat Kegiatan)
 Awasi Alur Pasien, Kalau Perlu Gunakan Masker N-95 / Respirator kepada
Pasien;
 Tutup Rapat Pintu dan Jendela, Tambahkan “Seal”;
 “Barrier” Debu;
 Tekanan Negatif Area Kerja;
 Hepa Filter di Bangsal Pasien “High Risk”.
 Awasi Kegiatan dengan Ketat :
- Alur Material dan Bahan Sisa/Sampah;
- Kepatuhan Pekerja;
- Risiko Kontaminasi Pipa Air atau Sistem AC.
e. “Post Construction” (Pasca Kegiatan)
 Area Harus Bersih dan Bebas Debu;
 IPCO Menilai Area Sebelum Digunakan;
 Kalau Perlu Lakukan “Air Sampling” dan “Kultur Lingkungan”
3. Faktor “Design” yang Mempengaruhi Transmisi Infeksi Rumah Sakit
a. Jumlah Pasien dan Perawat;
b. Jumlah dan Jenis Pemeriksaan / Prosedur
c. Ruangan yang Tersedia
d. Jumlah dan Jenis Kamar
e. Jumlah Tempat Tidur per Kamar
f. Lantai dan “Permukaan”;
g. Air, Listrik dan Sanitasi
h. Ventilasi dan Kualitas Udara;
i. Pengelolaan Alat Medis;
j. Pengelolaan Makanan, Laundry dan Limbah.
 Jumlah Pasien dan Perawat;
Rasio Pasien – Perawat
1 : 3 – 10
 Jumlah dan Jenis Pemeriksaan / Prosedur;
Desain Ketersediaan Alat Medis dan APD (Jumlah dan Jenis) yang Dibutuhkan.
 Ruangan yang Tersedia;
Ruang Tunggu, Ruang Petugas, Ruang Rawat, Ruang Isolasi (di tiap-tiap
Bangsal);
 Jumlah dan Jenis Kamar;
- Maksimum 40 Tempat Tidur setiap Bangsal / Ruangan;
- Tersedia “Single Room” untuk Isolasi Pasien Infeksius.
 Jumlah Tempat Tidur per Kamar;
- 2 – 4 Tempat Tidur (Jarak Minimum 1 Meter);
Ideal : 1 Tempat Tidur Tiap Kamar;
- Tiap Kamar Tersedia Fasilitas Alcohol – Based Hand Rub (ABHR);
Ideal : Tiap Tempat Tidur;
- Toilet dan Shower tiap Kamar.
 Lantai dan “Permukaan”;
- Mudah Dibersihkan;
- Tidak Ada Karpet;
- Rekomendasi : Vinyl.
 Air, Listrik dan Sanitasi;
- Air Minum Diperiksa Secara Berkala;
- Air Bersih dan Listrik Tersedia 24 Jam / Hari;
- Pengelolaan Air Unit Khusus (Hemodialisis, Bangsal Transplant) --- Cegah
Perkembangan Kuman Legionella, Pseudomonas, Jamur dan
Mikroorganisme Lingkungan Lainnya.
 Ventilasi dan Kualitas Udara;
- Who Menyarankan Ventilasi Alamiah untuk PPI – TB ( 2009 );
- Mampu Mencegah Transmisi Airborne.
 Pengelolaan Alat Medis;
- “Clean” & “Dirty” Harus Terpisah;
- Tindakan Mempersiapkan Infus dan Injeksi di Ruang Bersih dan Terpisah;
- Alat Steril Disimpan di Lemari Tertutup.
 Pengelolaan Makanan, Laundry dan Limbah.
- Lantai Dapur dan “ Permukaan “ Harus Terbuat dari Bahan yang Mudah
Dibersihkan;
- Makanan Hangat Segera Dikonsumsi atau Didinginkan Sebelum Disimpan;
- Linen dan Pakaian Kerja Petugas Sudah Terkontaminasi  Cuci di Rumah
Sakit;
Alasan WHO Menyarankan 1 Kamar - 1 Tempat Tidur (Single Bed Rooms)
- Kwalitas Tidur Lebih Baik;
- Privasi Meningkat;
- Tingkat Kebisingan Menurun;
- Transmisi Mikroorganisme Menurun;
- Kesalahan Pemberian Obat Menurun;
- Proteksi Data Pasien Lebih Baik.
BAB IV
DOKUMENTASI

Standar Operasional Prosedur (SOP) ICRA Akibat Dampak dari Renovasi dan Konstruksi
Gedung Rumah Sakit,

Anda mungkin juga menyukai