Anda di halaman 1dari 7

INNOVATIVE ESSAY COMPETITION IMPULSE ITB 2018

Rekayasa Permukaan Paduan Magnesium AZ31 Menggunakan


Metode Plasma Electrolytic Oxidation untuk Aplikasi Biodegradable
Orthopedic Devices.

Oleh:

Wahyu Pambudi/2715100022

Fikri Muafa/2715100076

TEKNIK MATERIAL

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2018
2
Tulang adalah organ dengan struktur keras dan kaku yang membentuk
kerangka manusia. Tulang memiliki fungsi yaitu menjadi penopang dan
menciptakan struktur tubuh manusia, melindungi organ vital seperti otak dan paru-
paru, tempat melekatnya otot sehingga tubuh dapat bergerak maksimal dan masih
banyak fungsi lainnya. Hal ini menjadikan tulang sangat vital bagi manusia
sehingga apabila terjadi kerusakan pada tulang maka sangat berpengaruh pada
tubuh manusia. Patah tulang merupakan salah satu cedera yang paling umum terjadi
pada bagian tulang. Patah (fraktur) tulang merupakan salah satu jenis kegagalan,
disfungsi tulang atau trauma tulang yang dapat disebabkan cacat bawaan, penyakit
dan kecelakaan. Menurut Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2010, kasus patah
tulang mengalami peningkatan sejak 2007. Pada 2007 terdapat 22.815 kasus patah
tulang, pada tahun 2008 menjadi 36.947 kasus, tahun 2009 mengalami kenaikan
menjadi 42.280 kasus dan tahun 2010 jumlah insiden patah tulang tertinggi yaitu
43.003 kasus.

Implan logam sebagai pengganti tulang telah di gunakan untuk regenerasi


jaringan yang keras. Implan jenis ini banyak digunakan karena kekuatan mekanik
yang tinggi dan ketangguhan yang lebih unggul dari polimer dan komposit, namun
terdapat kekurangan yaitu laju korosi yang terjadi dengan implantasi jangka
panjang dalam tubuh Ini menghasilkan pelepasan ion logam beracun (kromium,
nikel, kobalt) di dalam tubuh yang dapat memicu respons imun yang tidak
diinginkan, sehingga mengurangi biokompatibilitas implan logam. Sehingga
Kelemahan seperti itu telah mendorong para peneliti untuk mengembangkan
implan biodegradable. Pelat baja tahan karat yang sering digunakan adalah
stainless steel dan paduan titanium. Implan tersebut bersifat permanen sehingga
diperlukan operasi selanjutnya untuk mengeluarkannya. Operasi tersebut
memberikan efek yang merugikan bagi pasien karena meningkatkan potensi
terjadinya infeksi pada pasien. Apabila menggunakan material yang mampu
terdegradasi didalam tubuh manusia (biodegradable) maka material tersebut akan
tinggal di dalam tubuh hanya sementara untuk mendukung proses penyembuhan

3
dari jaringan yang terluka dan secara bertahap akan menghilang dan diserap oleh
tubuh kemudian tidak memerlukan operasi selanjutnya.

Paduan Magnesium adalah salah satu material biodegradable yang saat ini
menarik banyak perhatian. Keunggulan utama penggunaan magnesium sebagai
temporary biomaterials adalah sifat mekanik dan biokompabiliti yang baik. Paduan
magnesium merupakan logam ringan dengan nilai massa jenis sekitar 1,74-
2,0g/cm3, lebih ringan dibanding paduan titanium (4,4-4.5g/cm3) dan mendekati
massa jenis tulang (1.8-2.1g/cm3). Magnesium memiliki modulus elastisitas 41-45
GPa yang mendekati nilai modulus elastisitas tulang. Magnesium sangat penting
bagi metabolisme manusia dan merupakan kation keempat terbanyak dalam tubuh
manusia, sekitar 25 gram magnesium tersimpan didalam tubuh manusia dan
setengah dari jumlah magnesium didalam tubuh tersimpan didalam jaringan tulang.
Meskipun paduan magnesium memiliki keuntungan sebagai biodegradable
materials, paduan magnesium juga memiliki kekurangan yaitu paduan magnesium
memiliki laju korosi yang cepat di dalam tubuh membuat penggunaan paduan
magnesium dibatasi. Masalah lainnya adalah pembentukan hidrogen selama korosi.
Korosi pada paduan magnesium yang cepat bisa menghasilkan gelembung hidrogen
yang berdekatan dengan implan, yang dapat mempengaruhi dan menunda proses
penyembuhan jaringan yang terluka. Gelembung hidrogen yang relatif besar bisa
berisiko memblokir aliran darah dan dapat menyebabkan kematian pasien.

Meningkatkan ketahanan korosi dari paduan magnesium merupakan


strategi yang tepat karena laju korosi paduan magnesium yang rendah. Metode yang
digunakan diantaranya chemical conversion plating, electrodeposition, anodizing,
gasphase deposition, organic coatings, sol-gel technique dan PEO. Salah satu
teknik rekayasa permukaan magnesium yang saat ini sedang berkembang adalah
PEO (Plasma Electrolytic Oxidation). PEO berasal dari proses anodizing namun
memerlukan tegangan yang tinggi untuk merekayasa permukaan magnesium
.Proses PEO melepaskan pembentukan mikro plasma, pembentukan mikro plasma
menghasilkan tidak hanya lapisan oksida dari substrat tetapi juga oksida kompleks
yang mengandung unsur dalam elektrolit. Plasma electrolytic oxidation merupakan
perkembangan dari konvensional anodizing. Anodizing menggunakan arus listrik
DC (direct current), benda kerja sebagai anoda dan menggunakan larutan elektrolit

4
berupa asam (asam sulfat merupakan elektrolit yang sering digunakan tetapi posfat,
oksalat, dan kromat bisa digunakan). Tegangan listrik yang digunakan pada proses
anodizing ini adalah 20 – 80 V DC dan densitas arus sekitar 1-10 A dm-2. Proses ini
biasanya dikontrol menggunakan tegangan konstan. Metode PEO menggunakan
tegangan listik yang tinggi, tegangan listik akan meningkat dari puluhan hingga
ratusan volt sehingga yang merupakan terobosan baru dari metode anodizing yang
menimbulkan cahaya dan percikan pada permukaan benda kerja.

Proses PEO dibagi menjadi empat tahap. Pada tahap pertama adalah
pemisahan pada substrat paduan magnesium menghasilkan lapisan pasif pada
permukaan yang terdiri dari lapisan Mg (OH) dan MgO. Tahap kedua ditandai
dengan permulaan dari percikan pada permukaan substrat untuk merusak lapisan
pasif, disebut tegangan tembus. Karakteristik pada tegangan tembus diberikan dari
sistem elektrolit dan tergantung pada komposisi dan konduktivitasnya. Dengan
peningkatan tegangan dan waktu terjadi pertumbuhan oksida pada permukaan
substrat dan percikan akan tumbuh dalam ukuran tertentu, tahap ini mrupakan tahap
ketiga. Pada tahap terakhir, dimana peningkatan tegangan dan waktu sangat
marjinal, ukuran percikan tumbuh lebih besar dan memiliki lifetime yang lebih
panjang dibanding tahap awal. Rekayasa permukaan dapat menurunkan laju korosi
dari magnesium. Menurut beberapa literatur laju korosi magnesium mencapai 27
mm/tahun sedangkan setelah melalu proses PEO laju degradasi dari material
magnesium dapat berkurang menjadi 0,3 mm/tahun.

Dengan merekayasa permukaan paduan magnesium menggunakan metode


PEO maka laju degradasi magnesium didalam tubuh menjadi lebih lambat dan
mampu menyesuaikan dengan pertumbuhan tulang baru. Untuk biomaterial
ortopedi, dibutuhkan waktu 3 sampai 4 bulan dari pembentukan kalus kemudian
menjadi tulang baru hingga sifat mekanik dari tulang baru kembali seperti semula.
Maka paduan magnesium yang sudah di rekayasa menggunakan metode PEO akan
mempertahankan sifat mekaniknya untuk menggantikan peran tulang dalam
menopang tubuh setidaknya selama 3 bulan. Maka dengan hasil tersebut implan
menggunakan paduan magnesium yang sudah direkayasa menggunakan metode
PEO dapat memenuhi aspek sebagai material yang digunakan untuk implan
ortopedi. Manfaat yang diberikan bagi pasien yaitu pasien tidak perlu melakukan

5
operasi selanjutnya untuk mengeluarkan implan. Dengan begitu maka akan
mengurangi biaya dari operasi dan tidak akan terjadi infeksi pada pasien yang
disebabkan operasi selanjutnya. Implan magnesium tersebut akan tinggal di dalam
tubuh hanya sementara untuk mendukung proses penyembuhan dari jaringan yang
terluka dan secara bertahap akan menghilang dan diserap oleh tubuh. Maka
rekayasa permukaan paduan magnesium AZ31 menggunakan metode plasma
electrolytic oxidation untuk aplikasi biodegradable orthopedic devices akan
memberikan dampak yang positif bagi dunia medis.

6
TINJAUAN PUSTAKAN

Aliofkhazraei M. 2013. Modern Surface Engineering Treatments. Rijeka: InTech.

Argawal, S., & dkk. (2016). biodagradable magnesium alloys for orthopedic
application. journal material science and engineering, 3-5.

Blawert C, Srinivasan P, Scharnagl N. 2010. Enhanced Corrosion Protection of


AZ31 Magnesium Alloy by Duplex Plasma Electrolytic Oxidation and
Polymer Coating. Surface Engineering.

Denkena, B.,et al.2011. Biocompatible Magnesium Alloy as Degradable Implant


Materials – Machining Induced Surface and Subsurface Properties and
Implant Performance. Rijeka: InTech Europe.

Gu Xue-Nan & Zheng Yu-Feng. 2010. A Review on Magnesium Alloy as


Biodegrdable Materials. Journal of Material Science, 4(2):111-115.

Hermanto, Burhanudin dan Sukmana. 2016. Peluang dan Tantangan Aplikasi


Baut Tulang Mampu Terdegradasi Berbasis Logam Magnesium. Lampung:
Universitas Lampung.

Puji & Murinto. 2015. Aplikasi Pengolahan Citra Untuk Mendeteksi Fraktur
Tulang dengan Metode Deteksi Tepi Canny. Yogyakarta: Universitas
Ahmad Dahlan.

Zhang Lei, Junqing Zhang, Cheng-fu Chen, Yanhong Gu. 2015. Advances in
Micro Arc Oxidation Coated AZ31 Mg Alloys for Biomedical Applications.
Journal of Corrosion Science 7-28.

Anda mungkin juga menyukai